Anda di halaman 1dari 50

BAB

Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja


8

BAB 8
Akuntansi Imbalan
Pascakerja

A I
Tujuan Pembelajaran

i I
t
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:

r
1. memahami ruang lingkup dan jenis-jenis imbalan kerja;

e
2. memahami konsep imbalan pascakerja

p
3. memahami perbedaan program-program pascakerja yaitu program iuran pasti
dan program imbalan pasti;

o
4. memahami langkah-langkah akuntansi program imbalan pasti;

r
5. mengetahui program imbalan pascakerja di Indonesia;

P
6. memahami akuntansi imbalan kerja jangka pendek;
7. memahami akuntansi imbalan kerja jangka panjang lainnya; dan
8. memahami akuntansi imbalan terminasi (pesangon).

Rujukan

• Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan


• PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan
• PSAK 24 Imbalan Kerja
• IAS 19 Employee Benefits
• UU Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992
• UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003
• UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nomor 24 Tahun 2011

Ikatan Akuntan Indonesia 219


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

Pendahuluan
Imbalan kerja merupakan komponen penting dari entitas biaya, khususnya pada sektor
jasa. IAS 19 dan PSAK 24 mengatur tentang perlakuan akuntansi dan pengungkapan
imbalan kerja untuk pekerja. Imbalan kerja yang diberikan oleh suatu entitas kepada
pekerja yang diatur tidak sebatas rencana pensiun saja, tapi juga meliputi upah, gaji,
iuran jaminan sosial, cuti sakit, cuti tahunan, pembagian laba dan bonus, sampai
dengan imbalan terminasi kontrak kerja. Pekerja yang dimaksud adalah karyawan
tetap, tidak termasuk karyawan kontrak. Suatu entitas harus mengakui tentang adanya
liabilitas jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja

I
yang akan dibayarkan di masa depan. Apabila suatu entitas telah menikmati manfaat
ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja yang berhak menerima

A
imbalan kerja maka dapat dikatakan suatu entitas harus mengakui imbalan kerja

I
sebagai beban.

i
Bab ini akan menjelaskan bagaimana perlakuan akuntansi untuk imbalan kerja

t
yang berpedoman pada PSAK 24 dan IAS 19 terutama imbalan pascakerja. Selain

r
itu, mengingat jumlah pekerja di Indonesia, adalah elemen penting dalam elemen
bangsa, maka peraturan pensiun dan ketenagakerjaan mendapatkan perhatian khusus

e
oleh pemerintah dengan menerbitkan seperangkat peraturan mengenai Tenaga Kerja.

p
Dalam Bab ini akan memperkenalkan beberapa peraturan Undang-Undang yang

o
berlaku di Indonesia.

r
Ruang Lingkup dan Jenis-Jenis Imbalan Kerja

P
Imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan suatu entitas dalam
pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk pemutusan kontrak kerja.
Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk ke dalam definisi imbalan kerja di
PSAK 24 adalah sebagai berikut:

No. Jenis Imbalan Kerja Contoh


Upah, gaji, bagi hasil atau bonus, iuran
1. Imbalan Jangka Pendek
jaminan sosial
Pensiun, asuransi jiwa pascakerja,
2. Imbalan Pascakerja
tunjangan kesehatan pascakerja
Cuti berimbalan jangka panjang, imbalan
3. Imbalan Jangka Panjang Lainnya
jasa jangka panjang lainnya
4. Imbalan Pemutusan Kontrak Kerja (PKK) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

220 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

Pengertian Imbalan Kerja


Menurut PSAK 24 paragraf 8, imbalan kerja adalah ”seluruh bentuk imbalan yang
diberikan entitas dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk
terminasi kontrak kerja.”

Jenis Imbalan Kerja


• Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja (selain pesangon dan imbalan kerja
jangka pendek) yang terutang setelah pekerja menyelesaikan kontrak kerja.
Imbalan pascakerja meliputi imbalan purnakarya (seperti pensiun dan pembayaran
lump sum pada purnakarya) dan imbalan pascakerja lain, seperti asuransi jiwa

I
pascakerja dan fasilitas pelayanan kesehatan pascakerja.

A
• Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain dari pesangon) yang

I
diharapkan akan diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir
periode pelaporan tahunan dimana pekerja memberikan jasa terkait. Imbalan kerja

i
jangka pendek meliputi upah, gaji, iuran jaminan sosial, cuti tahunan berbayar, cuti

t
sakit berbayar, bagi laba dan bonus, dan imbalan non-moneter (seperti fasilitas

r
pelayanan kesehatan, rumah, mobil, dan barang atau jasa yang diberikan secara

e
cuma-cuma atau melalui subsidi) untuk pekerja yang ada saat ini.
• Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah seluruh imbalan kerja selain

p
imbalan kerja jangka pendek, imbalan pascakerja, dan pesangon. Imbalan kerja

o
jangka panjang lain meliputi cuti berbayar jangka panjang seperti cuti besar atau

r
cuti sabbatical, penghargaan masa kerja (jubilee) atau imbalan jasa jangka panjang

P
lain, dan imbalan cacat permanen.
• Imbalan terminasi adalah imbalan yang diberikan dalam pertukaran atas terminasi
perjanjian kerja dengan pekerja sebagai akibat dari keputusan entitas untuk
memberhentikan pekerja sebelum usia purnakarya normal atau keputusan pekerja
menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran atas terminasi perjanjian kerja.

Imbalan Pascakerja
Suatu entitas berkewajiban memberikan imbalan kepada pekerjanya sebagai pengganti
jasa yang telah pekerja berikan. Selain pekerja berhak mendapatkan imbalan selama
masa kerjanya, pekerja juga dapat mempunyai hak mendapatkan imbalan ketika masa
kerjanya sudah selesai atau pekerja tidak lagi bekerja di entitas tersebut, imbalan ini
disebut imbalan pascakerja. Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja yang terutang
setelah pekerja menyelesaikan kontrak kerja. Contoh aplikasi imbalan pascakerja di
Indonesia adalah program Jaminan Hari Tua (JHT) dari Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.

Ikatan Akuntan Indonesia 221


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

Pemberian imbalan pascakerja diatur secara formal atau informal oleh program
imbalan pascakerja suatu entitas, dengan atau tanpa melibatkan pendirian suatu
entitas terpisah untuk menerima iuran dan membayar imbalan. Pada umunya,
organisasi yang menerima iuran dan membayar imbalan tersebut disebut dana
pensiun. Berdasarkan Undang-Undang No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun,
program pascakerja dilakukan dengan pemupukan dana yang dikelola secara terpisah
dari kekayaan pendiri, tidak diperkenankan membentuk cadangan dalam perusahaan
untuk pembayaran imbalan kerja. Hal ini dilakukan agar dana yang dialokasikan untuk
imbalan cukup untuk memenuhi pembayaran kepada pekerja.

Pemberi kerja akan meyisihkan dana dengan melakukan pembayaran (iuran) kepada

I
dana pensiun, sedangkan dana pensiun akan mengelola dana tersebut dan melakukan

A
pembayaran kepada para penerima pensiun. Lihat Gambar 1-1.

I
Gambar 1-1 memperlihatkan pihak-pihak yang terkait dalam rencana pensiun dan
bagaimana alur arus kas terjadi di antara mereka.

Gambar 1-1

t i
Pihak-Pihak yang Terkait dalam Rencana Pensiun dan Alur
Arus Kas yang Terjadi

r
Entitas

p e Kontribusi
Dana
Pensiun Manfaat
Pekerja

o
(Pembayaran)

P r Investasi

Terdapat 2 jenis perusahaan dana pensiun yaitu:


1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) yaitu perusahaan dana pensiun yang khusus
didirikan untuk perusahaan pendiri atau mitra pendiri.
2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yaitu dibentuk oleh bank atau
perusahaan asuransi jiwa dimana peserta karyawan dari berbagai perusahaan
(multi pemberi kerja) ataupun perorangan.

Dana pensiun, sebagai perusahaan yang terpisah dari pemberi kerja, melakukan
pencatatan, pembukuan, dan membuat laporan keuangannya sendiri. Perlakuan

222 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

akuntansi dana pensiun akan berbeda dengan perusahaan sebagai pemberi kerja.
Dalam bab ini hanya akan mencakup pembahasan mengenai perlakuan akuntansi
dari sisi pemberi kerja.

Definisi yang terkait dengan imbalan pascakerja


• Program imbalan pasti adalah program imbalan pascakerja yang bukan
merupakan program iuran pasti. Dalam program imbalan pasti kewajiban entitas
adalah menyediakan imbalan yang dijanjikan kepada pekerja yang ada saat ini
maupun mantan pekerja dan risiko aktuarial dan risiko investasi secara substansi
ditanggung entitas.
• Program iuran pasti adalah program imbalan pascakerja dimana entitas membayar

I
iuran tetap kepada entitas terpisah (dana) dan tidak memiliki kewajiban hukum

A
atau kewajiban konstruktif untuk membayar iuran lebih lanjut jika dana tersebut

I
tidak memiliki aset yang cukup untuk membayar seluruh imbalan kerja terkait
dengan jasa yang diberikan oleh pekerja pada periode berjalan dan periode

i
sebelumnya.

t
• Didanai dan tidak didanai

r
Program imbalan pascakerja dapat dibedakan menjadi program yang didanai dan

e
tidak didanai. Pendanaan adalah penyerahan aset kepada entitas yang disebut
dana pensiun, yang terpisah dari entitas untuk tujuan memenuhi kewajiban yang

p
timbul dari program manfaat pensiun. Dalam program yang didanai, pemberi

o
kerja menyisihkan dana untuk imbalan pascakerja di masa depan dengan

r
melakukan pembayaran pada agen pendanaan, seperti wali amanat, bank atau

P
perusahaan asuransi. Sedangkan, dalam program tidak didanai, pemberi kerja
mempertahankan kewajiban pembayaran kewajiban manfaat pensiun tanpa
membentuk dana terpisah. Dalam aplikasinya, program imbalan pasti mungkin
tidak didanai, didanai sepenuhnya atau didanai sebagian oleh iuran entitas.
• Iuran dan non iuran
Program imbalan pascakerja juga dapat dibedakan menjadi program iuran dan
program noniuran. Pada program iuran, pemberi kerja dan karyawan memberikan
kontribusi kepada Dana Pensiun dalam jumlah yang tidak selalu sama. Sedangkan,
pada program non iuran, hanya pemberi kerja yang memberikan kontribusi kepada
Dana Pensiun.

Ikatan Akuntan Indonesia 223


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

Kerangka Program Imbalan Pascakerja di Indonesia

Contoh:
Swakelola untuk Medical Life • Sukarela
Program lainnya Insurance, Stock Option, dan • Program diatur dan dikelola

a
lain-lain. sendiri oleh perusahaan

arel
Suk
• Sukarela, segregation of assets, pembiayaan reguler,
Program pensiun pengawasan pemerintah, locking-in
(UU No 11 tahun ‘92) • PPMP/PPIP/PPBK; Iuran atau non-iuran
• Pembayaran bulanan: maksimum 20% lump sum
• Sarana: DPPK & DPLK
• Pensiun normal, kematian, catat permanen, pensiun dini

• Wajib
UU • PPMP, tidak perlu pendanaan
Ketenaga-

I
• Lump sum
kerjaan • Pengunduran diri, kematian, pensiun, cacat permanen,
dan sakit
ib

A
Waj

BPJS • Wajib, segregation of assets

I
TK • PPIP/PPMP; Contributory or non-contributory
• Pembayaran bulanan (Jaminan Kematian)/lump sum
• Pensiun, kematian, cacat permanen

Catatan:
PPMP
PPIP
:
:

t i
Program Pensiun Manfaat Pasti (Imbalan Pasti)

r
Program Pensiun Iuran Pasti

e
PPBK : Program Pensiun Bagi Keuntungan
DPPK : Dana Pensiun Pemberi Kerja

p
DPLK : Dana Pensiun Lembaga Keuangan

o
Program Iuran Pasti dan Program Imbalan Pasti

r
Program Iuran Pasti

P
Program iuran pasti adalah program imbalan pascakerja dimana entitas membayar
iuran tetap kepada entitas terpisah atau dana pensiun. Iuran yang diberikan dapat
berdasarkan jumlah tetap yang telah ditentukan, persentase pendapatan pemberi
kerja, persentase pendapatan pekerja, atau kombinasi faktor-faktor tersebut. Akumulasi
iuran yang dibayarkan kepada program iuran pasti dan hasil investasi dari iuran
tersebut akan diberikan kepada pekerja sebagai imbalan pascakerja setelah kontrak
kerja habis. Dapat terjadi hal-hal yang tidak sesuai harapan, seperti kenaikan gaji
yang tidak sesuai ekspektasi yang mengakibatkan imbalan kerja menjadi tidak sesuai
yang diharapkan dan aset yang diinvestasikan tidak cukup untuk memenuhi imbalan
yang diharapkan. Hal-hal tersebut menjadi tanggungan pekerja. Entitas tidak memiliki
kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif untuk membayar iuran lebih lanjut jika
dana pensiun tidak memiliki aset yang cukup untuk membayar seluruh imbalan ke
pensiunan pada periode berjalan dan periode sebelumnya. Kewajiban hukum atau
kewajiban konstruktif entitas terbatas pada jumlah yang disepakati sebagai iuran
pada entitas (dana) terpisah. Pemberi kerja menandatangani suatu perjanjian untuk

224 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

memberikan iuran dalam jumlah yang telah disepakati kepada suatu dana untuk suatu
periode tertentu. Jumlah iuran tidak harus sama pada setiap periode, seperti iuran
yang diukur berdasarkan persentase gaji pekerja yang tetap, selama kontribusi telah
disepakati. Di luar besar iuran yang telah disepakati, pemberi kerja tidak berkewajiban
untuk melakukan pembayaran.

Contoh Program Iuran Pasti


1. Program Jaminan Hari Tua yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai kompensasi atas terputusnya
penghasilan pekerja karena meninggal, cacat, atau hari tua. Program ini
memberikan kepastian penerimaan penghasilan saat tenaga kerja mencapai usia

I
55 tahun, atau memenuhi persyaratan tertentu. Program ini dapat diikuti pekerja

A
dengan membayarkan iuran pasti yang ditanggung oleh entitas sebesar 3,75% dan

I
pekerja sebesar 2%. Setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan program,
pekerja akan mendapatkan imbalan sebesar iuran yang terkumpul ditambah hasil

i
pengembangannya.

t
2. Program Pensiun DPLK. DPLK merupakan singkatan dari Dana Pensiun Lembaga

r
keuangan, yaitu lembaga yang menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti

e
bagi perusahaan atau pemberi kerja maupun perorangan. Program Pensiun DPLK
dapat dilaksanakan dengan membayar iuran atau kontribusi kepesertaan. Iuran

p
atau kontribusi DPLK diperoleh dengan cara 100% diberikan oleh karyawan, atau

o
100% dibayarkan oleh perusahaan, dan atau gabungan iuran atau kontribusi dari

r
karyawan dan perusahaan. Besarnya iuran atau kontribusi DPLK bersifat fleksibel,
dapat disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dan atau karyawan.

P
Akuntansi Program Iuran Pasti
Akuntansi untuk program iuran pasti cukup sederhana. Beban yang diakui pemberi kerja
adalah sebesar iuran yang harus dibayarkan pada periode tersebut atau iuran yang jatuh
tempo pada periode tersebut karena kewajiban pemberi kerja hanya melapor jumlah
iuran pasti yang dibayar sesuai ketentuan pada periode tersebut, maka tidak dibutuhkan
asumsi aktuarial untuk mengukur kewajiban. Kewajiban diukur dengan dasar tidak
terdiskonto, kecuali jika kewajiban tidak diharapkan untuk diselesaikan seluruhnya
dalam dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan jasanya.
Perlakuan akuntansi program iuran pasti sama dengan imbalan kerja jangka pendek,
jumlah iuran yang terdapat pada iuran pasti harus diakui sebagai suatu beban. Apabila
terdapat iuran yang masih harus dibayarkan (terutang) maka diakui sebagai liabilitas
dan apabila entitas membayar lebih dari jumlah iuran yang jatuh tempo pada tanggal
pelaporan, maka kelebihan pembayaran tersebut harus diakui sebagai suatu aset (beban
dibayar di muka).

Ikatan Akuntan Indonesia 225


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

Beberapa program imbalan pascakerja iuran pasti mensyaratkan periode minimum


(kondisi vesting) bagi pekerja untuk berhak memperoleh imbalan ketika meninggalkan
entitas. Iuran yang telah dibayarkan entitas atas pekerja yang tidak memenuhi
persyaratan tersebut dikembalikan kepada entitas saat pekerja meninggalkan entitas.
Dalam kondisi tersebut, sesuai dengan PSAK 24, kontribusi iuran diakui sebagai
beban ketika pekerja telah memberikan jasa kepada entitas selama suatu periode
yang menyebabkan kewajiban bagi entitas untuk membayar iuran, bukan periode yang
menyebabkan pekerja berhak menerima imbalan (periode vesting). Pengembalian iuran
dalam program iuran pasti kepada entitas diakui sebagai aset dan pendapatan saat
entitas menjadi berhak akan pengembalian tersebut, yaitu saat pekerja meninggalkan

I
entitas sebelum memenuhi persyaratan vesting.

A
Ilustrasi 8-1 Akuntansi Program Iuran Pasti

I
Entitas A mensponsori program imbalan pascakerja iuran pasti untuk 100 pekerjanya. Entitas

i
membayar iuran sebesar Rp10.000.000 tiap tahun (Rp100.000 untuk tiap pekerja) ke program
tersebut. Program iuran pasti mensyaratkan pekerja untuk bekerja selama minimum tiga tahun

t
di entitas A untuk menjadi berhak akan imbalan pascakerja tersebut. Iuran yang dibayarkan

r
bagi pekerja yang meninggalkan entitas A sebelum periode tiga tahun tersebut dikembalikan
kepada entitas. Dua puluh pekerja meninggalkan entitas pada awal tahun ketiga. Maka, entitas

e
A menjadi berhak akan pengembalian sebesar Rp4.000.000 (20 pekerja × Rp100.000 × 2 tahun)

p
di tahun ketiga. Entitas A wajib membayar iuran sebesar Rp100.000 untuk tiap pekerja setiap
tahunnya. Entitas mengakui beban yang berdasarkan kewajiban ini, tanpa rujukan kepada

o
periode ketika pekerja menjadi berhak akan imbalan ini. Maka, entitas A mengakui beban

r
sebesar Rp10.000.000 di tahun pertama, Rp10.000.000 di tahun kedua, dan Rp8.000.000 di
tahun ketiga. Pengembalian sebesar Rp4.000.000 diakui sebagai aset dan pendapatan di tahun

P
ketiga, sehingga mengakibatkan beban neto sebesar Rp4.000.000 di tahun ketiga.

(lanjutan)

Tahun 1 Beban Rp10.000.000


Kas Rp10.000.000
Tahun 2 Beban Rp10.000.000
Kas Rp10.000.000
Tahun 3 Beban Rp8.000.000
Kas Rp8.000.000
Aset Rp4.000.000
Pendapatan Rp4.000.000

Setelah perusahaan mendapatkan dana pengembalian maka perusahaan memberikan dana


tersebut kepada karyawan yang berhak menerimanya dan membuat pencatatan transaksi
sebagai berikut:

Dr. Beban pesangon Rp4.000.000


Cr. Kas Rp4.000.000

226 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

Program Imbalan Pasti


Dalam program imbalan pasti, kewajiban entitas adalah menyediakan imbalan yang
dijanjikan kepada pekerja (maupun mantan pekerja saat pekerja punakarya) sesuai
dengan perhitungan kewajiban hukum dan kewajiban konstruktif. Entitas bukan hanya
berkewajiban atas iuran yang dibayarkan setiap periode melainkan sejumlah imbalan
yang telah dijanjikan. Oleh karena itu pemberi kerja mempunyai kewajiban konstruktif
untuk membayar iuran lebih lanjut jika dana pensiun tidak memiliki aset yang
cukup untuk membayar seluruh imbalan kerja. Seringkali, jaminan jumlah imbalan
pasti berhubungan dengan gaji dan masa kerja pekerja. Berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tersebutlah, dibentuk formula untuk menentukan jumlah imbalan

I
pascakerja.

A
Contoh aplikasi program imbalan pasti di Indonesia

I
1. UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Undang-undang ini menetapkan
perincian mengenai jumlah imbalan yang harus diberikan oleh pemberi kerja pada

i
pekerja, yaitu berdasarkan masa kerja dan jenis PHK dengan memperhitungkan

t
upah bulan terakhir kerja. Jumlah imbalan yang akan diterima pekerja telah

r
dijamin dan perusahaan berkewajiban untuk membayar kompensasi tersebut

e
seluruhnya.
2. Program imbalan pasti yang dikelola oleh dana pensiun pemberi kerja. Dana pensiun

p
pemberi kerja dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan,

o
selaku pendiri dan untuk menyelenggarakan sebagian atau seluruh karyawan

r
sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.

P
Definisi Terkait Imbalan Pasti
• Nilai kini kewajiban imbalan pasti adalah nilai kini dari pembayaran masa
depan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban atas jasa pekerja periode
berjalan dan periode-periode sebelumnya. Nilai kini dalam perhitungan tersebut
tidak dikurangi dengan aset program. Nilai kini yang sudah dikurangkan dengan
aset program disebut Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti Neto atau Liabilitas
(Aset) Imbalan Pasti Neto.
• Aset yang dimiiki oleh dana imbalan kerja jangka panjang atau Aset Program
adalah aset (selain instrumen keuangan yang diterbitkan entitas pelapor yang
tidak dapat dialihkan) yang:
a. Dimiliki oleh entitas (dana) yang terpisah secara hukum dari entitas pelapor
dan didirikan semata-mata untuk membayar atau mendanai imbalan kerja;
dan
b. Tersedia digunakan hanya untuk membayar atau mendanai imbalan kerja,
tidak dapat digunakan untuk membayar utang entitas pelapor (walaupun

Ikatan Akuntan Indonesia 227


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

dalam keadaan bangkrut), dan tidak dapat dikembalikan kepada entitas


pelapor, kecuali dalam keadaan:
(i) Aset dana telah mencukupi untuk memenuhi seluruh kewajiban imbalan
kerja terkait program atau entitas pelapor; atau
(ii) Aset dikembalikan kepada entitas pelapor untuk mengganti imbalan
kerja yang telah dibayarkan oleh entitas.
• Biaya jasa terdiri atas:
a. Biaya jasa kini adalah kenaikan nilai kini kewajiban imbalan pasti yang
berasal dari jasa pekerja dalam periode berjalan.
b. Biaya jasa lalu adalah perubahan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas jasa

I
pekerja pada periode-periode lalu, sebagai akibat dari amandemen program
(pemberlakuan awal atau pembatalan, atau perubahan, program imbalan

A
pasti) atau kurtailmen (penurunan signifikan yang dilakukan oleh entitas

I
dalam hal jumlah pekerja yang ditanggung oleh program).

i
c. Keuntungan atau kerugian atas penyelesaian adalah perbedaan antara:

t
(i) Nilai kini kewajiban imbalan pasti yang sedang diselesaikan, sebagaimana
ditentukan pada tanggal penyelesaian.

r
(ii) Harga penyelesaian, termasuk setiap aset program yang dialihkan

e
dan setiap pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh entitas

p
sehubungan dengan penyelesaian tersebut.

o
• Bunga Neto Atas Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti Neto adalah perubahan selama
periode atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto yang timbul dari berlalunya waktu.

r
Bunga neto ini didapat dari perkalian antara tingkat diskonto dikalikan dengan

P
liabilitas (aset) imbalan pasti neto, dimana liabilitas (aset) imbalan pasti neto
didapatkan dari selisih antara nilai kini kewajiban imbalan pasti dengan nilai
wajar aset program.
• Imbal Hasil Aset Program adalah bunga, dividen, dan penghasilan lain yang
berasal dari aset program, termasuk keuntungan atau kerugian aset program yang
telah atau belum direalisasi, dikurangi:
a. Biaya pengelolaan aset program; dan
b. Pajak terutang dari program tersebut, selain pajak yang termasuk dalam
asumsi aktuarial yang digunakan untuk mengukur nilai kini kewajian imbalan
pasti.
• Keuntungan dan Kerugian Aktuarial adalah perubahan atas nilai kini dari
kewajiban imbalan pasti sebagai akibat dari:
a. Penyesuaian pengalaman (dampak dari perbedaan antara asumsi aktuarial
awal dengan apa yang secara aktual terjadi); dan
b. Pengaruh perubahan asumsi aktuarial.

228 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

Akuntansi Program Imbalan Pasti


Akuntansi untuk program imbalan pasti lebih kompleks daripada akuntansi untuk
program iuran pasti. Pada program imbalan pasti, perusahaan menghadapi risiko bahwa
dana yang selama ini disisihkan untuk imbalan pascakerja tidak mencukupi untuk
membayar imbalan pascakerja yang formula penghitungannya sudah ditentukan sejak
awal. Semisal perusahaan PT Bandung Jaya memiliki kewajiban untuk membayarkan
uang pensiun kepada karyawan sebesari 10 kali gaji terakhir yang didapatkan. Pada
tahun ini rata-rata usia karyawan adalah 30 tahun, maka perusahaan memiliki waktu
25 tahun untuk ‘menabung’ uang pensiun untuk para karyawan yang akan pensiun di
usia 55 tahun. Setiap tahun perusahaan harus menghitung apakah dana yang disishkan

I
sudah cukup untuk mendanai kewajiban tersebut.

A
Akuntansi untuk program imbalan pasti lebih kompleks karena harus dilakukan

I
pengukuran imbalan pasti yang akan diberikan pada pekerja di masa depan
berdasarkan jasa pekerja di masa sekarang dan yang akan datang (time value of

i
money computation). Maka untuk mengukur imbalan pasti ini, digunakanlah asumsi

t
aktuaria. Semisal untuk kasus PT Bandung Jaya di atas, jumlah total dana pensiun

r
yang harus disiapkan bergantung dengan jumlah karyawan yang terus bekerja sampai

e
waktu pensiun (mungkin saja ada pekerja yang meninggal dunia atau berhenti bekerja
sebelum waktu pensiun), juga bergantung dengan kenaikan gaji setiap tahunnya yang

p
besarannya dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Asumsi-asumsi tersebut (tingkat angka

o
kematian, usia rata-rata karyawan, tingkat inflasi, dan lain-lain) disebut dengan asumsi

r
aktuaria.

P
Jika asumsi aktuaria berubah, maka jumlah kewajiban juga akan berubah dan akan
menyebabkan keuntungan ataupun kerugian aktuarial. Karena itu, kontribusi entitas
pada dana di suatu periode tidak selalu sesuai dengan total untuk periode itu sendiri.
Selain itu, perhitungan menjadi lebih kompleks karena jumlah imbalan pasti yang
akan diberikan diukur dengan dasar terdiskonto karena baru akan terselesaikan setelah
beberapa tahun (lebih dari 12 bulan), yaitu saat kontrak kerja berakhir. Asumsi aktuaria
digunakan karena sangat sulit bagi entitas untuk mengestimasi jumlah imbalan yang
akan diberikan pada pekerja.
Apa itu metode aktuaria?
Saat membuat asumsi aktuarial, entitas memperkirakan jumlah imbalan yang
akhirnya akan diterima oleh pekerjanya. Akan tetapi, asumsi aktuarial, seperti
estimasi kenaikan gaji dan imbal hasil atas investasi, dapat berbeda dengan
kenyataan. Perbedaan ini dapat mengakibatkan imbalan yang diperoleh (imbalan
berdasarkan perhitungan aktuarial) tidak sebesar imbalan yang diharapkan. Risiko
ini disebut risiko aktuarial. Sedangkan, risiko investasi adalah ketika aset yang

Ikatan Akuntan Indonesia 229


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

diinvestasikan tidak cukup untuk memenuhi imbalan yang diharapkan. Risiko


tersebut dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian akturial.

Pada program iuran pasti, risiko aktuarial dan risiko investasi ditanggung oleh
pekerja. sedangkan risiko aktuarial dan risiko investasi pada program imbalan
pasti ditanggung oleh entitas karena entitas harus memenuhi imbalan yang telah
dijanjikan kepada pekerja.

Apa saja asumsi metode aktuaria?


1. Tidak boleh bias, harus cocok satu dengan yang lain (mutually compatible).
2. Terdiri dari asumsi demografis dan asumsi keuangan.

I
3. Tingkat diskonto → bunga pasar obligasi berkualitas tinggi atau tingkat bunga
obligasi pemerintah.

I A
Apa keuntungan dan kerugian metode aktuaria?
Kewajiban imbalan pasti berdasarkan perhitungan aktuarial < kewajiban

i
Keuntungan yang diharapkan

t
Hasil investasi aset program > hasil investasi yang diharapkan

r
Kewajiban imbalan pasti berdasarkan perhitungan aktuarial > kewajiban
Kerugian yang diharapkan

e
Hasil investasi aset program < hasil investasi yang diharapkan

p
Bagaimana akuntansi untuk program imbalan pasti?

o
1. Menentukan nilai kini liabilitas imbalan pasti

r
Menggunakan metode aktuarial (Projected Unit Credit) untuk membuat estimasi
andal atas biaya akhir entitas dari imbalan yang menjadi hak pekerja sebagai

P
pengganti jasa mereka pada periode berjalan dan lalu.
2. Menentukan nilai wajar dari aset program
Langkah berikutnya adalah menentukan nilai wajar dari aset program, Apabila
entitas mengembangkan dananya pada lembaga dana pensiun di luar perusahaan
maka nilai wajar aset program dapat diminta kepada lembaga tersebut. Atau
entitas menghitung sendiri aset program bila mengelola dananya sendiri. Nilai
wajar aset program dapat mengurangi jumlah liabilitas imbalan pasti.
3. Menentukan jumlah liabilitas (aset) imbalan pasti neto.
Dalam menentukan jumlah liabilitas (aset) imbalan pasti neto, perusahaan
melakukan dua langkah berikut:
a. mendiskontokan imbalan yang dihitung dalam langkah pertama untuk
menentukan nilai kini kewajiban imbalan pasti dan biaya jasa kini; dan
b. Mengurangi nilai kini liabilitas imbalan pasti dengan nilai wajar aset program.
Jumlah liabilitas (aset) imbalan pasti neto adalah jumlah defisit atau surplus

230 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

yang diperoleh dari langkah a dan b di atas, lalu disesuaikan untuk setiap
dampak dari pembatasan aset imbalan pasti neto dari batas atas aset.
4. Menentukan jumlah yang diakui dalam laba rugi, yang meliputi:
a. biaya jasa kini;
b. setiap biaya jasa lalu dan keuntungan atau kerugian atas penyelesaian; dan
c. bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto.
5. Menentukan pengukuran kembali dari liabilitas (aset) imbalan pasti neto yang
diakui sebagai penghasilan komprehensif lain, yang terdiri atas:
a. keuntungan dan kerugian aktuarial;
b. imbal hasil atas aset program, tidak termasuk jumlah yang dimasukkan dalam

I
bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto; dan
c. setiap perubahan dampak batas atas aset, tidak termasuk jumlah yang

I A
dimasukkan dalam bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto.

Secara lebih lengkapnya, langkah-langkah di atas dijabarkan sebagai berikut:

t i
Langkah 1: Menentukan nilai kini kewajiban imbalan pasti.
Untuk menentukan nilai kini kewajiban imbalan pasti dapat menggunakan metode

r
aktuarial. Menurut PSAK 24, entitas diwajibkan menggunakan Projected unit credit

e
cost method (PUC). Penjelasan mengenai PUC dapat dilihat di Lampiran 1 pada

p
bab ini.

o
Langkah 2: Menentukan nilai wajar dari aset program.

r
Dalam program imbalan pasti yang didanai, kontribusi dari entitas pada program
akan menjadi aset program yang diinvestasikan, seperti dalam bentuk saham. Aset

P
program meliputi aset yang dimiliki oleh dana imbalan kerja jangka panjang dan
polis asuransi yang memenuhi syarat. Aset yang dimiliki oleh dana imbalan kerja
jangka panjang adalah aset yang dimiliki oleh entitas yang terpisah secara hukum
dari entitas pelapor dan didirikan untuk membayar atau mendanai imbalan kerja.
Aset program tidak tersedia untuk membayar utang entitas pelapor, walaupun
dalam keadaan bangkrut. Selain itu, aset program tidak dapat dikembalikan kepada
entitas pelapor, kecuali jika telah mencukupi untuk memenuhi seluruh kewajiban
imbalan kerja atau dikembalikan kepada entitas pelapor untuk mengganti imbalan
kerja yang telah dibayarkan entitas.

Aset program tidak mencakup iuran yang masih harus dibayar oleh entitas pelapor
kepada dana, dan instrumen keuangan yang diterbitkan oleh entitas yang tidak
dapat dialihkan yang dikuasai oleh dana. Aset program dikurangi dengan setiap
liabilitas dan dana yang tidak terkait dengan imbalan kerja, sebagai contoh, utang
dagang dan utang lain dan liabilitas yang berasal dari instrumen keuangan derivatif.

Ikatan Akuntan Indonesia 231


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

Nilai wajar dari aset program adalah harga yang akan diterima dari penjualan
aset atau harga pengalihan liabilitas antara pelaku pasar. Nilai wajar ini tidak
mencakup iuran yang masih harus dibayar oleh entitas dan instrumen keuangan
yang diterbitkan oleh entitas yang tak dapat dialihkan dan dikuasai oleh dana.
Nilai wajar dari aset program digunakan dalam rekonsiliasi dengan mengurangi
nilai wajar aset program dari nilai kini kewajiban imbalan pasti untuk menentukan
jumlah defisit atau surplus, yaitu liabilitas atau aset yang dicantumkan pada
laporan posisi keuangan yang disebut juga liabilitas (aset) imbalan pasti neto.

Gambar 8-2 Perhitungan Nilai Wajar dari Aset Program

I
Imbalan Pascakerja - Didanai

A
Nilai wajar atas aset program

I
Entitas mulai Perhitungan Valuasi
beroperasi pertama aktuaria

(0) =

r t i
Nilai wajar aset waktu

p e Kontribusi

o
Nilai wajar aset

r
(1) =
Kontribusi + imbal hasil atas aset program – pembayaran imbalan




P
Untuk mendapatkan nilai wajar dari aset program pada akhir periode saat pelaporan,
diperlukan:
nilai wajar dari aset program di awal periode;
ditambah kontribusi entitas dan pekerja;
ditambah perhitungan kembali: imbal hasil atas aset program dengan tidak
memperhitungkan jumlah yang dimasukkan dalam bunga neto atas liabilitas (aset)
imbalan pasti neto; dan
• dikurangi pembayaran imbalan yang telah dilakukan.

232 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

Ilustrasi 8-2 Pergerakan dalam Nilai Wajar atas Aset Program

(dalam Rupiah) Tahun yang Tahun yang


berakhir pada berakhir pada
31/12/14 31/12/13

Saldo awal nilai wajar atas aset program 43.260.000.000 40.100.000.000


Penghasilan bunga 2.250.000.000 2.090.000.000
Keuntungan (kerugian) pengukuran kembali:
Imbal hasil atas aset program (tidak termasuk 5.180.000.000 1.400.000.000
jumlah yang dimasukkan dalam biaya bunga neto)

I
Lain-lain (jelaskan) – –
Kontribusi dari entitas 9.100.000.000 8.700.000.000

A
Kontribusi dari pekerja 4.400.000.000 4.120.000.000

I
Aset yang didistribusikan dalam penyelesaian – –
Aset yang diperoleh dalam kombinasi bisnis – –

i
Perubahan kurs valuta asing (12.610.000.000) 1.660.000.000

t
Pembayaran imbalan (9.560.000.000) (14.810.000.000)

r
Lain-lain (jelaskan) – –

e
Saldo akhir nilai wajar atas aset program 42.020.000.000 43.260.000.000

o p
Langkah 3: Menentukan jumlah liabilitas (aset) imbalan pasti neto.
Setelah melakukan langkah satu dan dua, entitas harus menghitung apakah

r
program imbalan kerjanya mengalami defisit atau surplus. Defisit atau surplus

P
adalah selisih dari nilai kini dari kewajiban imbalan pasti dan nilai wajar dari aset
program (jika ada). Langkah pertama yang dilakukan adalah mengukur secara
terpisah nilai kini kewajiban imbalan pasti dan aset program, jika ada. Nilai kini
kewajiban imbalan pasti adalah nilai kini dari pembayaran masa depan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban atas jasa pekerja periode berjalan
dan periode-periode lalu. Untuk mengukur nilai kini kewajiban imbalan pasti dan
biaya jasa kini (kenaikan nilai kini kewajiban imbalan pasti yang berasal dari jasa
pekerja dalam periode berjalan) yang terkait, entitas perlu:
• menerapkan metode penilaian aktuarial;
• mengatribusikan imbalan pada periode jasa; dan
• membuat asumsi aktuarial.
Menerapkan metode penilaian aktuarial
PSAK 24 mewajibkan entitas untuk menggunakan PUC dalam menentukan nilai
kini dari kewajiban imbalan pasti, biaya jasa kini terkait, dan jika dapat diterapkan,
biaya jasa lalu. Pengukuran liabilitas harus menunjukkan tanggal perkiraan

Ikatan Akuntan Indonesia 233


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

pekerja meninggalkan entitas dan harus didiskontokan ke nilai kini menggunakan


PUC. Penjelasan lebih lanjut dan contoh perhitungan mengenai metode penilaian
aktuarial dapat dilihat di Lampiran 1.
Mengatribusikan imbalan pada periode jasa
Dalam menentukan nilai kini kewajiban imbalan pasti dan biaya jasa kini terkait
dan biaya jasa lalu (jika dapat diterapkan), entitas mengatribusikan imbalan pada
periode jasa berdasarkan formula imbalan yang dimiliki program. Akan tetapi, jika
jasa pekerja di tahun-tahun akhir meningkat secara material dibandingkan dengan
tahun-tahun awal, maka entitas mengatribusikan imbalan tersebut dengan dasar
garis lurus, yaitu sejak saat jasa pekerja pertama kali menghasilkan imbalan dalam

I
program sampai dengan saat jasa tidak lagi menghasilkan imbalan yang material.

A
Mengatribusikan yang dimaksud adalah mengalokasian imbalan ke dalam periode

I
dimana pekerja berhak mendapatkan imbalan tersebut untuk diakui sebagi beban
pada periode tersebut.

Ilustrasi 8-3

a.

r t i
Mengatribusikan Imbalan pada Periode Jasa

Berdasarkan program imbalan pasti, pekerja akan mendapatkan imbalan lump

e
sum sebesar Rp100 untuk setiap tahun bekerja dan akan dibayarkan saat pekerja
tersebut pensiun. Bagaimanakah entitas mengatribusikan imbalan pada periode

p
jasa pekerja?

o
Jawaban:

r
Imbalan sebesar Rp100 diatribusikan ke setiap tahun. Biaya jasa kini adalah nilai
kini dari Rp100. Nilai kini dari kewajiban imbalan pasti adalah nilai kini dari Rp100

P
dikalikan dengan jumlah tahun jasa sampai dengan akhir periode pelaporan. Jika
imbalan harus segera dibayar saat pekerja berhenti bekerja, maka biaya jasa kini
dan nilai kini dari kewajiban imbalan pasti dihitung sampai dengan tanggal saat
pekerja diperkirakan akan berhenti bekerja. Dengan demikian, karena dampak dari
pendiskontoan, jumlah biaya dan kewajiban tersebut lebih kecil dari jumlah yang
akan diterima seandainya pekerja berhenti bekerja pada akhir periode pelaporan.

b. Program membayar imbalan sebesar Rp100 untuk jasa pekerja per tahun, di luar
jasa yang diberikan pekerja sebelum pekerja berusia 25 tahun. Imbalan tersebut
langsung menjadi vesting untuk jasa pekerja yang diberikan oleh pekerja yang telah
berusia 25 tahun. Bagaimanakah entitas mengatribusikan imbalan pada periode
jasa pekerja?

Jawaban:
Tidak ada imbalan yang diatribusikan pada jasa sebelum pekerja berusia 25 tahun
karena jasa sebelum usia tersebut tidak menimbulkan imbalan. Setelah pekerja
mencapai usia 25 tahun, imbalan sebesar Rp100 dialokasikan pada setiap tahun
bekerja.

234 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

Membuat asumsi aktuarial


Asumsi aktuarial yang digunakan untuk mengukur kewajiban imbalan pasti tidak
boleh bias dan harus selaras satu dengan yang lain. Asumsi aktuarial selaras
satu dengan yang lain jika menggambarkan hubungan ekonomik antar berbagai
faktor seperti tingkat inflasi, tingkat kenaikan gaji, tingkat imbal hasil aset program,
dan tingkat diskonto. Sebagai contoh, asumsi antara tingkat diskonto dan tingkat
kenaikan gaji dipengaruhi oleh faktor inflasi. Dalam perhitungan ini, harus
digunakan asumsi tingkat inflasi yang sama.
Asumsi-asumsi aktuarial adalah estimasi terbaik entitas mengenai variabel yang
akan menentukan total biaya penyediaan imbalan pascakerja. Untuk menentukan

I
jumlah imbalan ini, entitas perlu memperkirakan masa kerja para pekerjanya dan
gaji pekerja, seperti dalam UU No. 13 tahun 2003, di mana masa kerja menentukan

I A
berapa kali gaji pekerja yang akan diberikan sebagai imbalan pascakerja. Asumsi
aktuarial yang digunakan meliputi asumsi demografik untuk variabel masa

i
kerja, asumsi keuangan untuk variabel gaji pekerja, dan nilai wajar aset program

t
(mencakup iuran dan imbal hasil aset program).

r
Entitas harus mengakui liabilitas (aset) imbalan pasti neto dalam laporan posisi

e
keuangan.

p
Entitas mengakui liabilitas imbalan pasti yakni jumlah neto dari:

o
• nilai kini kewajiban imbalan pasti pada akhir periode pelaporan; dan
• nilai wajar aset program pada akhir periode pelaporan.

P r
Jika nilai kini kewajiban lebih besar maka hasil perhitungan diatas akan defisit dan
entitas mengakuinya sebagai Liabilitas, jika nilai wajar aset program lebih besar
maka akan menghasilkan surplus dan entitas akan mengakuinya sebagai Aset. Jika
diperoleh surplus, maka entitas mengukur aset imbalan pasti pada jumlah yang
lebih rendah antara:
• surplus program imbalan pasti; dan
• batas atas aset yang ditentukan dengan menggunakan tingkat diskonto.

Langkah 4: Menentukan jumlah yang diakui dalam laba rugi.


Komponen biaya imbalan pasti yang diakui dalam laba rugi adalah:
a. Biaya jasa:
• Biaya jasa kini adalah perubahan nilai kewajiban imbalan pasti yang
berasal dari jasa pekerja dalam periode berjalan;
• Biaya jasa lalu adalah perubahan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas
jasa pekerja pada periode-periode lalu, sebagai akibat dari amandemen
program (entitas memulai atau membatalkan program imbalan pasti

Ikatan Akuntan Indonesia 235


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

atau mengubah imbalan terutang dalam program) atau kurtailmen


(entitas mengurangi secara signifikan jumlah pekerja yang ditanggung
program). Biaya jasa lalu dapat bernilai positif, yaitu ketika nilai kini
kewajiban imbalan pasti menjadi meningkat, atau bernilai negatif, yaitu
ketika nilai kini kewajiban imbalan pasti menjadi lebih rendah.
Standar revisi 2010 dengan standar revisi 2013 berbeda dalam hal
pengukuran biaya jasa lalu. Pada standar revisi 2010, entitas harus
mengidentifikasi biaya jasa lalu yang sudah vested dan yang belum
vested. Biaya jasa lalu yang vested diakui, sedangkan biaya yang belum
vested diamortisasi, sehingga terdapat biaya yang ditangguhkan. Berbeda

I
dengan standar revisi 2010, pada PSAK 24 revisi 2013, seluruh biaya jasa
lalu langsung diakui sebagai beban pada saat terjadinya, sehingga tidak

I A
ada biaya yang ditangguhkan.
• Keuntungan atau kerugian atas penyelesaian adalah perbedaan antara

i
nilai kini kewajiban imbalan pasti yang diselesaikan sesuai yang

t
ditentukan pada tanggal penyelesaian, dan harga penyelesaian, termasuk

r
aset program yang ditransfer dan pembayaran yang dilakukan secara

e
langsung oleh entitas berhubungan dengan penyelesaian tersebut.
Berdasarkan PSAK 24 paragraf 8, penyelesaian adalah transaksi yang

p
menghilangkan seluruh kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif

o
lebih lanjut untuk sebagian atau seluruh imbalan yang diberikan

r
berdasarkan program imbalan pasti, selain pembayaran imbalan kepada,
atau atas nama, pekerja yang diatur dalam ketentuan program dan

P
termasuk dalam asumsi aktuarial. Penyelesaian dilakukan jika entitas
telah menjanjikan imbalan kerja. Umumnya, entitas menggunakan
proyeksi untuk menentukan jumlah imbalan yang diberikan.
b. Bunga neto:
Bunga neto pada liabilitas (aset) imbalan pasti neto adalah perubahan selama
periode atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto yang timbul dari berlalunya
waktu. Bunga neto diperoleh dari mengalikan liabilitas (aset) manfaat pasti
neto pada awal tahun dengan tingkat diskonto pada awal tahun. Liabilitas
(aset) manfaat pasti ini diperoleh dari selisih nilai kini liabilitas manfaat pasti
dengan nilai wajar aset program.
Bunga neto pada liabilitas (aset) imbalan pasti neto telah mencakup:
• pendapatan bunga dari aset program;
• biaya bunga dari kewajiban imbalan pasti; dan
• bunga dari perubahan atas dampak batas atas aset.

236 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

Ilustrasi 8-4 Menetukan Bunga Neto

Pada awal periode, terdapat nilai wajar aset program sebesar Rp3.000.000 dan nilai kini
liabilitas manfaat pasti sebesar Rp3.200.000. Ekspetasi pasar 8% dan tingkat diskonto
5%. Tentukan biaya bunga neto.
Jawaban:
Nilai kini liabilitas manfaat pasti Rp 3.200.000
Nilai wajar atas aset program Rp 3.000.000
Liabilitas pensiun neto Rp 200.000
Biaya bunga neto = Rp200.000 × 5%
= Rp10.000
Di bawah ini adalah ikhtisar perhitungan beban imbalan yang akan dilaporkan dalam
laporan laba-rugi:

Beban Imbalan/Pensiun Expense:


+ Biaya Jasa kini
+ biaya jasa lalu

A I
I
+ Keuntungan atau kerugian atas penyelesaian
+ Biaya Bunga neto

t i
Langkah 5: Menentukan pengukuran kembali dari liabilitas (aset) imbalan pasti neto

r
yang diakui sebagai penghasilan komprehensif lain.

e
Pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto mencakup:
a. Keuntungan dan kerugian aktuarial.

p
Keuntungan dan kerugian aktuarial adalah perubahan atas nilai kini dari

o
kewajiban imbalan pasti. Perubahan ini disebabkan oleh penyesuaian

r
pengalaman, yaitu dampak dari perbedaan antara asumsi aktuarial awal
dengan apa yang terjadi, dan pengaruh perubahan asumsi aktuarial seperti

P
asumsi demografik dan asumsi keuangan. Pengukuran kembali tidak
termasuk perubahan karena pemberlakuan awal, amandemen, kurtailmen
atau penyelesaian atas program imbalan pasti atau perubahan imbalan
terutang atas program manfaat pasti. Tidak ada keuntungan dan kerugian
aktuarial yang ditangguhkan; seluruh keuntungan dan kerugian aktuarial
dibebankan pada periode berjalan.
b. Imbal hasil atas aset program, tidak termasuk jumlah yang dimasukkan dalam
bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto.
Imbal hasil atas aset program adalah bunga, dividen, dan penghasilan lain yang
berasal dari aset program, termasuk keuntungan atau kerugian aset program
yang telah atau belum direalisasi, dikurangi biaya pengelolaan aset program
dan pajak terutang dari program tersebut. Imbal hasil atas aset program yang
digunakan tidak termasuk jumlah yang dimasukkan dalam bunga neto atas
liabilitas (aset) imbalan pasti neto. Untuk memperoleh imbal hasil atas aset
program yang akan dicatat dan digunakan untuk mendapatkan nilai wajar
aset program, perlu dicari selisih antara imbal hasil aktual atas aset program

Ikatan Akuntan Indonesia 237


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

dan jumlah pendapatan dari aset program yang terdapat pada bunga neto atas
liabilitas (aset) imbalan pasti neto.
c. Setiap perubahan dampak batas atas aset, tidak termasuk jumlah yang
dimasukkan dalam bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto.

Ilustrasi 8-5

Di awal tahun, perusahaan A memiliki nilai kini kewajiban imbalan pasti sebesar
Rp200.000.000 dan aset program sebesar Rp100.000.000. Tingkat diskonto diketahui
sebesar 10%. Imbal hasil atas aset program aktual adalah Rp15.000.000. Berapakah
jumlah pendapatan (biaya) bunga yang diakui perusahaan A dalam OCI?

I
Jawaban:
Imbal hasil atas aset program aktual 15.000.0000

A
Pendapatan bunga yang telah diakui:

I
Aset program 100.000.000
Tingkat diskonto 10% × 10.000.000–
Pendapatan bunga di OCI 5.000.0000

t i
Jika di akhir tahun, jumlah imbal hasil atas aset program adalah Rp107.000.000,
berapakah pengukuran kembali imbal hasil atas aset program?

r
Pengukuran kembali imbal hasil atas aset program

e
= Rp107.000.000 – Rp105.000.000
= Rp2.000.000

o p
Komponen Perhitungan Imbalan Pasti

Gambar 8-3

P r Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti

Komponen Perhitungan Imbalan Pasti


Nilai kini kewajiban imbalan pasti
Entitas mulai
beroperasi
Perhitungan pertama
PV-DBO (0)
Valuasi aktuaria
PV-DBO (1)

Periode pelaporan
waktu

Nilai kini kewajiban


imbalan pasti
(PVDBO) CSC+IC+/-S-/+Act.G/L

Nilai kini kewajiban


imbalan pasti
(PVDBO) PV-DBO (1) = PV-DBO (0)/PSC + Current Service Cost + Interest Cost – Benefit Payment
(if funded + Actuarial Gains (losses) +/–S + business combination +/– forex changes
Catatan:
CSC : Biaya jasa kini IC : Beban bunga PSC : Biaya jasa lalu
S : Penyelesaian ACT G/L : Keuntungan & kerugian akturia BP : Manfaat yang dibayarkan

238 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

Untuk memperoleh nilai kini kewajiban imbalan pasti, diperlukan jumlah dari:
• Nilai kini kewajiban imbalan pasti di awal periode;
Ditambah biaya jasa yang terdiri atas:
• biaya jasa kini;
• biaya jasa lalu; dan
• keuntungan atau kerugian atas penyelesaian;
• Ditambah beban bunga;
• Ditambah perhitungan kembali: keuntungan atau kerugian aktuarial
• Ditambah liabilitas dari kombinasi bisnis;
• Ditambah dampak perubahan kurs valuta asing (forex changes)

Isu Akuntansi Imbalan Pascakerja Lainnya

I
Kombinasi bisnis

A
Dalam kombinasi bisnis, entitas mengakui aset dan liabilitas dari imbalan pascakerja

I
sebesar nilai kini kewajiban dikurangi dengan nilai wajar aset program. Walaupun pihak
yang diakuisisi belum mengakuinya, nilai kini kewajiban mencakup keuntungan dan

i
kerugian aktuarial yang muncul sebelum tanggal akuisisi, dan segala hal yang meme­

t
ngaruhi jumlah nilai kini kewajiban dan nilai wajar aset program kedua perusahaan.

r
Imbalan yang telah dibayar

e
Suatu imbalan yang dibayarkan kepada pekerja selama periode menurut program.
Pembayaran imbalan ini akan mengurangi liabilitas imbalan pasti.

Ilustrasi 8-6

o p
Pergerakan dalam Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti

r
(dalam Rupiah) Tahun yang Tahun yang
berakhir pada berakihr pada

P
31/12/14 31/12/13
Saldo awal kewajiban imbalan pasti 58.080.000.000 62.040.000.000
Biaya jasa kini 12.590.000.000 7.380.000.000
Beban bunga 3.020.000.000 3.230.000.000
Keuntungan (kerugian) pengukuran kembali:
Keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari (250.000.000) (50.000.000)
perubahan asumsi demografik
Keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari (2.200.000.000) (230.000.000)
perubahan asumsi keuangan
Keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari (430.000.000) (230.000.000)
penyesuaian pengalaman
Lain-lain (jelaskan) – –
Biaya jasa lalu, termasuk kerugian (keuntungan) dari – –
kurtailmen
Liabilitas yang dihapus dalam penyelesaian – –
Liabilitas yang diperoleh dalam kombinasi bisnis – –
Perubahan kurs valuta asing 310.000.000 750.000.000
Pembayaran imbalan (9.560.000.000) (14.810.000.000)
Lain-lain (jelaskan) – –
Saldo akhir kewajiban imbalan pasti 61.560.000.000 58.080.000.000

Ikatan Akuntan Indonesia 239


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

Rekonsiliasi
Liabilitas (aset) manfaat pasti neto suatu entitas yang dicatat dalam laporan posisi
keuangan diperoleh dari selisih nilai kini kewajiban imbalan pascakerja dan nilai wajar
aset program pada saat pelaporan.

Berdasarkan PSAK 24 paragraf 140, entitas menyediakan rekonsiliasi dari saldo awal ke
saldo akhir dari:
(a) Liabilitas (aset) imbalan pasti neto, yang menunjukkan rekonsiliasi terpisah untuk:
• Aset program
• Nilai kini kewajiban imbalan pasti

I
• Dampak batas atas aset
(b) Setiap hak penggantian. Entitas juga menjelaskan hubungan antara hak peng­

A
gantian dan kewajiban terkait.

I
Berdasarkan PSAK 24 paragraf 141, rekonsiliasi menunjukkan setiap komponen biaya

i
imbalan pasti, yaitu:

t
(a) biaya jasa kini;

r
(b) penghasilan atau beban bunga;

e
(c) pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto, yang menunjukkan secara
terpisah:

p
• imbal hasil atas aset program, tidak termasuk jumlah yang dimasukkan dalam

o
bunga di (b);

r
• keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari perubahan asumsi
demografik;

P
• keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari perubahan asumsi
keuangan; dan
• perubahan dampak pembatasan aset imbalan pasti neto menjadi batas atas
aset, tidak termasuk jumlah bunga yang dimasukkan dalam huruf (b).
(d) biaya jasa lalu dan keuntungan dan kerugian yang timbul dari penyelesaian;
(e) dampak perubahan kurs valuta asing;
(f ) iuran kepada program, yang menunjukkan secara terpisah iuran pemberi kerja
dan peserta program;
(g) pembayaran dari program, yang menunjukkan secara terpisah jumlah yang
dibayarkan sehubungan dengan setiap penyelesaian; dan
(h) dampak kombinasi dan pelepasan bisnis.

240 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

Ilustrasi 8-7 Jumlah yang Diakui dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif

(dalam Rupiah) Tahun yang Tahun yang


berakhir pada berakhir pada
31/12/14 31/12/13
Biaya jasa:

Biaya jasa kini 12.590.000.000 7.380.000.000

Biaya jasa lalu dan (keuntungan)/kerugian dari – –


penyelesaian

Beban bunga neto 770.000.000 1.140.000.000

I
Komponen biaya imbalan pasti yang diakui dalam laba 13.360.000.000 8.520.000.000
rugi

A
Pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto:

I
Imbal hasil atas aset program (tidak termasuk jumlah (5.180.000.000) (1.400.000.000)
yang dimasukkan dalam biaya bunga neto)

i
Keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari (250.000.000) (50.000.000)

t
perubahan asumsi demografik
Keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari (2.200.000.000) (230.000.000)

r
perubahan asumsi keuangan

e
Keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari (430.000.000) (230.000.000)
penyesuaian pengalaman

p
Lain-lain (jelaskan) – –

o
Penyesuaian untuk pembatasan dalam aset imbalan pasti – –

r
Komponen biaya imbalan pasti yang diakui dalam (8.060.000.000) (1.910.000.000)
pendapatan komprehensif lain

P
Total 5.300.000.000 6.610.000.000

Penyajian
Penyajian saling hapus
• Entitas wajib membedakan aset lancar dari aset tidak lancar serta liabilitas jangka
pendek dari liabilitas jangka panjang.
• PSAK tidak menentukan apakah entitas membedakan aset lancar dan tidak lancar
serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang yang timbul dari imbalan
pascakerja.

Ikatan Akuntan Indonesia 241


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

Ilustrasi 8-8 Akuntansi Imbalan Pasti

Entitas membayar lump sum kepada pekerja yang telah pensiun. Lump sum sama dengan 5%
gaji mereka pada tahun terakhir pelayanan, untuk setiap tahun pelayanan. Data berikut ini
berkaitan dengan karyawan tersebut:
• Pekerja tersebut diharapkan akan bekerja selama 5 tahun (asumsi aktuarial).
• Gaji pekerja tersebut diharapkan akan naik sebesar 8% setiap tahunnya (asumsi aktuarial).
• Gaji pekerja tersebut pada 2011 sebesar Rp2.000.000 per tahun.
Tingkat diskonto sebesar 10% per tahun.

Informasi penting lainnya:


• Future value factor adalah 8% untuk 4 tahun ke depan 1.3605.

I
• Present value untuk tingkat diskonto sebesar 10% adalah:

Periode Nilai kini dari 1

A
1 .909

I
2 .826
3 .751

i
4 .683

t
Berdasarkan informasi tersebut, bagaimanakah entitas menentukan gaji pekerja pada akhir

r
tahun 2014? Berapakah biaya jasa kini yang harus dicatat setiap tahunnya?
Jawaban:

e
Isu pertama: Menentukan gaji pekerja pada akhir tahun 2014

p
Dengan menggunakan informasi yang diberikan di atas, gaji terakhir pekerja dapat ditentukan:
Gaji terakhir = Rp2.000.000 × 1.3605 = Rp2.721.000

o
Oleh karena itu, manfaat tiap tahunnya 5% dari Rp2.721.000 atau Rp136.050 atau dengan

r
total sebesar Rp680.250 dengan skedul sebagai berikut:

P
2011 2012 2013 2014 2015
Tahun sebelumnya 0 136.050 272.100 408.150 544.200
Tahun ini 136.050 136.050 136.050 136.050 136.050
136.050 272.100 408.150 544.200 680.250

Perlu diperhatikan bahwa manfaat di masa depan dapat mencapai Rp680.250 selama 5 tahun,
pada akhir periode pekerja diasumsikan akan meninggalkan entitas dan manfaat dibayarkan.

Isu kedua: Berapakah biaya jasa kini yang harus dicatat setiap tahunnya?

Tahun Imbalan (a) Faktor nilai kini (b) Nilai kini (a × b)


2011 136.050 .683 92.922
2012 136.050 .751 102.173
2013 136.050 .826 112.377
2014 136.050 .909 123.669
2015 136.050 1.000 136.050
680.250 567.192

Biaya jasa kini = nilai kini dari manfaat masa depan dengan asumsi tingkat diskonto sebesar
10% (kolom 4) (berlanjut)

242 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

(lanjutan)

Isu ketiga: Pengakuan di laporan keuangan

2011 2012 2013 2014 2015


Saldo awal kewajiban (note 1) – 92.922 204.387 337.203 494.592
Biaya bunga (note 2) – 9.292 20.439 33.720 49.459
Biaya jasa kini (note 3) 92.922 102.173 112.377 123.669 136.050
Saldo akhir kewajiban 92.922 204.387 337.203 494.592 680.101

Note 1 Saldo awal liabilitas imbalan pasti adalah saldo akhir liabilitas imbalan pasti tahun
sebelumnya yang dibawa ke depan.

I
Note 2 Biaya bunga sebesar 10% dari saldo awal liabilitas imbalan pasti setiap tahunnya.
Note 3 Biaya jasa kini adalah present value dari manfaat masa depan yang ditentukan

A
sebelumnya.

Ilustrasi 8-9

I
Akuntansi Imbalan Pasti – Biaya Jasa Lalu

i
t
Entitas A pada 1 Januari 20x4 mengubah imbalan pasti pascakerja untuk 170 pekerja. Atas

r
perubahan imbalan pasti pascakerja tersebut, Entitas A harus menambah biaya jasa lalu
sebesar Rp80.000 untuk pekerjanya. Pekerja dapat dikelompokan sesuai prakiraan tahun

e
vested sebagai berikut:

p
Kelompok Jumlah Karyawan Prakiraan Vested pada 31 Desember

o
A 20 20x4
B 20 20x5

r
C 40 20x6

P
D 50 20x7
E 20 20x8
170

Bagaimanakan perlakuan akuntansi atas biaya jasa lalu sebesar Rp80.000 tersebut berdasarkan
PSAK 24?

Jawaban:
• PSAK 24 mengharuskan seluruh biaya jasa lalu langsung dibebankan pada periode
berjalan. Tidak ada lagi terdapat penangguhan pembebanan, baik untuk pekerja yang
sudah vested maupun belum vested.
• Biaya jasa lalu sebesar Rp80.000 akan diakui sebagai beban imbalan kerja pada periode
terjadinya perubahan program (plan amendment).

Menghitung Beban Imbalan dan Kewajiban Imbalan Menggunakan Kertas kerja


Terdapat kertas kerja yang dapat digunakan untuk mempermudah menghitung imbal-
an pascakerja. Berikut adalah contoh penggunakan kertas kerja imbalan pascakerja.

Ikatan Akuntan Indonesia 243


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

Ilustrasi 8-10 Kertas Kerja Imbalan Pascakerja

Entitas A mensponsori program imbalan pascakerja imbalan pasti untuk pekerjanya. Berikut
ini informasi yang terkait dengan rencana program imbalan pada tahun 2015 sebagai berikut:
• Biaya jasa kini : Rp2.500.000
• PVDBO pada awal tahun : Rp20.000.000
• FV aset program awal tahun : Rp17.500.000
• Tingkat diskonto : 5%
• Keuntungan (kerugian) aktuarial yang belum tercatat : Rp4.000.000
• Tahun rata-rata sisa pelayanan : 15 tahun
• Iuran yang dibayarkan ke dana pensiun : Rp2.000.000
• Imbalan yang dibayarkan kepada pekerja : Rp3.000.000

I
• PVDBO pada akhir tahun berdasarkan perhitungan aktuarial : Rp24.500.000

Hitunglah beban imbalan dan kewajiban imbalan yang akan dilaporkan pada akhir periode

A
dan bagaimana jurnal yang terkait dengan program ini?

I
Jawab:
Langkah 1 Menentukan nilai kini kewajiban imbalan pasti

i
PVDBO awal tahun Rp20.000.000

t
PVDBO akhir tahun Rp24.500.000

r
Langkah 2 FV aset program sudah ada
FV aset program Rp20.225.000

e
Langkah 3 Liabilitas imbalan pascakerja neto 24.500.000

p
Langkah 4 Menentukan XXX di laba rugi

o
JURNAL UMUM (dalam Rupiah) MEMO (dalam Rupiah)

r
Penghasilan Nilai Kini Nilai
(Liabilitas)/
TAHUN Kompre­ Kewajiban Wajar
Beban Kas Aset

P
hensif Imbalan Aset
Imbalan
Lainnya Pasti Program
a. Saldo awal (4.000.000) (2.500.000) (20.000.000) 17.500.000
b. Biaya jasa
2.500.000 (2.500.000)
kini
c. Biaya bunga 1.000.000 (1.000.000)
d. Pendapatan
(875.000) 875.000
bunga
e. Iuran (2.000.000) 2.000.000
f. Imbalan 150.000 (150.000)
g. Pengukuran
kembali – 1.150.000 (1.150.000)
kerugian
Jumlah Tahun
2.625.000 (2.000.000) 1.150.000 (1.775.000)
Berjalan
Saldo Akhir (2.850.000) (4.275.000) (24.500.000) 20.225.000

(berlanjut)

244 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

(lanjutan)

(a) Berisi saldo awal yang terkait dengan rencana program. Liabilitas/aset Imbalan dihitung
dengan menselisihkan nilai kini kewajiban imbalan pasti dengan nilai wajar aset program.
Bila nilai kini kewajiban imbalan pasti lebih besar akan menghasilkan liabilitas imbalan
dan sebaliknya, bila nilai aset program lebih besar akan menghasilkan Aset Program.
(b) Biaya jasa kini akan menambah beban imbalan dan meningkatkan nilai kini kewajiban
imbalan pasti, seperti yang sudah dibahas sebelumnya.
(c) Biaya Bunga dihitung dengan mengalikan nilai kini kewajiban imbalan pasti dengan tingat
diskonto (Rp20.000.000 × 5%).
(d) Pendapatan bunga dihitung dengan mengalikan nilai wajar aset program dengan
tingkat diskonto (Rp17.500.000 × 5%). Bunga neto adalah selisih antara biaya bunga

I
dan pendapatan bunga sebesar Rp125.000 (Rp1.000.000 – Rp825.000). Jumlah ini akan
sama dengan cara mengalikan liabilitas (aset) imbalan pasti neto dengan tingkat diskonto

A
yang ditentukan pada awal periode sebesar Rp125.000 (Rp2.500.000 × 5%).

I
(e) Iuran ke dana pensiun akan mengurangi kas entitas dan menambah jumlah aset program.
(f) Imbalan yang akan dibayarkan kepada pekerja tidak mempengaruhi posisi keuangan

i
entitas karena imbalan akan dibayarkan oleh dana pensiun yang akan mengurangi aset
program dan mengurangi kewajiban imbalan pasti karena kewajiban sudah dibayarkan

t
kepada pekerja.

r
Langkah 5 Menentukan pengukuran kembali

e
(g) Pengukuran kembali adalah perbandingan jumlah nilai kini kewajiban imbalan pasti
berdasarkan asumsi aktuaria pada tanggal tersebut sebesar Rp24.500.000 dengan

p
jumlah nilai kini kewajiban sesuai pencatatan memo sebesar Rp23.350.000 (Rp20.000.000

o
+ 2.500.000 + 1.000.000 – 150.000). Penetuan keuntungan atau kerugian yang terjadi
sudah dibahas dalam pembahasan keuntungan atau kerugian aktuarial. Keuntungan atau

r
kerugian ini dicatat dalam penghasilan komprehensif lainnya.

P
Jumlah tahun berjalan yaitu jumlah saldo yang terjadi selama periode tersebut dan saldo
akhir adalah akumulasi antara saldo awal dengan saldo yang terjadi selama periode tersebut.
Pencatatan Jurnal untuk mencatat beban imbalan pada tahun 2015 berdasarkan kertas kerja
yang sudah dibuat adalah:

Keterangan DK Debit (Rp) Kredit (Rp)


Beban imbalan D 2.625.000
Penghasilan komprehensif lainnya D 1.150.000
Kas K 2.000.000
Kewajiban imbalan K 1.775.000

Jumlah beban imbalan yang diakui pada laporan laba rugi adalah jumlah akumulasi dari
biaya jasa kini + biaya jasa lalu + bunga neto. Kewajiban yang diakui pada laporan posisi
keuangan adalah selisih antara nilai kini kewajiban imbalan pasti dengan nilai wajar aset
program (liabilitas (aset) imbalan neto).

(berlanjut)

Ikatan Akuntan Indonesia 245


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

(lanjutan)

Penyajian:
Berikut adalah ilustrasi laporan keuangan Program Imbalan Pasti.

Laporan Laba/Rugi Komprehensif

Pendapatan Rp 10.000.000
Beban-beban (tidak termasuk beban imbalan) (Rp 3.000.000)
Beban Imbalan (Rp 2.625.000)
Laba bersih Rp 4.375.000
Penghasilan komprehensif lainnya

I
Kerugian Aktuarial (Rp 1.150.000)
Total laba komprehensif Rp 3.225.000

I
Laporan posisi Keungan (Parsial)

A
i
Kewajiban

t
Kewajiban lancar Rp 2.000.000

r
Kewajiban tidak lancar

e
Kewajiban Imbalan Pasti Rp 4.275.000

o p
Program Imbalan Pascakerja di Indonesia

r
1. Program Pensiun – UU No. 11 tahun 1992
Peraturan dana pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992:

P
Pasal 17 ayat (1) : Dalam hal peraturan Dana Pensiun menetapkan adanya iuran
peserta maka pemberi kerja merupakan wajib pungut iuran
peserta yang dipungut setiap bulan.
Pasal 17 ayat (2) : Pemberi kerja wajib menyetor seluruh iuran peserta yang
dipungutnya serta iurannya sendiri kepada Dana Pensiun
selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.
Pasal 17 ayat (3): Iuran peserta dan iuran pemberi kerja yang belum disetor setelah
melewati dua setengah bulan sejak jatuh temponya, dinyatakan:
a. sebagai hutang pemberi kerja yang dapat segera ditagih, dan dikenakan
bunga yang layak yang dihitung sejak hari pertama dari bulan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2).
b. sebagai piutang Dana Pensiun yang memiliki hak utama dalam pelaksanaan
eksekusi keputusan pengadilan, apabila pemberi kerja dilikuidasi.

246 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

2. UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan


UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan diterapkan di Indonesia sebagai
salah satu dasar perhitungan imbalan pasti yang berhak diterima pekerja.
Perundang-undangan ini memberikan kewajiban hukum pada pemberi kerja
untuk memberikan imbalan sebesar jumlah yang ditentukan menurut undang-
undang.

UU No. 13 tahun 2003 pasal 156 mencakup perincian atas perhitungan uang
pesangon dan penghargaan yang dijaminkan bagi pekerja berdasarkan masa kerja.
Berikut perinciannya:

I
Uang Peng-
Masa Kerja (MK) – Pesangon Masa Kerja (MK) – hargaan
Uang Pisah
Tahun (Bulan Tahun (Bulan

A
Upah) Upah)

I
MK < 1 tahun 1 kali 3 tahun ≤ MK < 6 tahun 2 kali
Besar dan

i
1 tahun ≤ MK < 2 tahun 2 kali 6 tahun ≤ MK < 9 tahun 3 kali
pelaksanaan-

t
2 tahun ≤ MK < 3 tahun 3 kali 9 tahun ≤ MK < 12 tahun 4 kali nya diatur
dalam

r
3 tahun ≤ MK < 4 tahun 4 kali 12 tahun ≤ MK <15 tahun 5 kali
perjanjian

e
4 tahun ≤ MK < 5 tahun 5 kali 15 tahun ≤ MK < 18 tahun 6 kali kerja,
5 tahun ≤ MK < 6 tahun 6 kali 18 tahun ≤ MK < 21 tahun 7 kali peraturan

p
perusahaan,
6 tahun ≤ MK < 7 tahun 7 kali 21 tahun ≤ MK < 24 tahun 8 kali

o
atau
7 tahun ≤ MK < 8 tahun 8 kali MK > 24 tahun 10 kali perjanjian

r
kerjasama.
MK > 8 tahun 9 kali

P
*upah = upah pokok + segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap

Berdasarkan pasal 156 UU No. 13 tahun 2003, uang penggantian hak yang
seharusnya diterima pekerja meliputi:
a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat
dimana pekerja/buruh diterima bekerja;
c. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15%
(lima belas per seratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan
masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja bersama.

Selain itu, UU No. 13 tahun 2003 juga mengatur jumlah pesangon dan penghargaan
bagi pekerja berdasarkan jenis PHK sebagai berikut:

Ikatan Akuntan Indonesia 247


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

Penggantian
Jenis PHK Pesangon Penghargaan Uang Pisah
Hak
Mengundurkan diri 1 kali 1 kali
Meninggal 2 kali 1 kali 1 kali
Pensiun normal 2 kali 1 kali 1 kali
Sakit berkepanjangan/cacat 2 kali 1 kali 1 kali
Kesalahan berat 1 kali 1 kali
Perusahaan tutup 1 kali 1 kali 1 kali
Pailit 1 kali 1 kali 1 kali

I
Contoh Kasus

A
Pada usia pensiun, masa kerja Budi di suatu entitas adalah 10 tahun, gaji pokok yang

I
diterima Budi adalah Rp15.000.000 dan Budi bekerja di Jakarta. Budi sudah mengambil
seluruh cuti dan tidak ada penggantian hak yang akan diperhitungkan. Berapakah uang

i
pesangon dan penghargaan yang seharusnya diterima oleh Budi pada saat pensiun?

t
Jawaban:

r
Gaji pokok Rp15.000.000
Masa kerja 10 tahun

e
Total manfaat yang diterima oleh Budi

p
= uang pesangon + uang penghargaan masa kerja
= (2 × 9 × 15.000.000) + (1 × 4 × 15.000.000)

o
= Rp330.000.000

r
Program Jaminan Sosial

P
Program jaminan sosial dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
berlaku untuk seluruh entitas dan dilaksanakan oleh badan penyelenggara yang
tidak dikendalikan atau dipengaruhi oleh entitas pelapor. Karakteristik program
jaminan sosial dapat berupa iuran pasti atau imbalan pasti berdasarkan kewajiban
entitas dalam program. Beberapa program jaminan sosial dibiayai secara dasar pay
as you go, yaitu secara iuran yang ditetapkan pada tingkat yang diharapkan cukup
untuk membayar imbalan yang jatuh tempo pada periode yang sama.
Pada sebagian besar jaminan sosial, entitas tidak mempunyai kewajiban hukum
atau kewajiban konstruktif untuk membayar imbalan masa depan. Satu-satunya
kewajiban adalah untuk membayar iuran ketika jatuh tempo dan jika entitas tidak
lagi mempekerjakan pekerja pada jaminan sosial, entitas tidak berkewajiban untuk
membayar imbalan yang dihasilkan oleh pekerjanya di tahun-tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, program jaminan sosial termasuk iuran pasti.

248 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

Imbalan yang dijamin


Entitas mungkin membayar premi asuransi untuk mendanai program imbalan
pascakerja. Entitas memperlakukan program tersebut sebagai program iuran pasti,
kecuali entitas akan memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif untuk
membayar imbalan kerja secara langsung pada saat jatuh tempo atau membayar
tambahan imbalan jika pihak asuransi tidak membayar semua imbalan kerja masa
depan yang timbul dari jasa pekerja periode berjalan dan periode sebelumnya.
Jika entitas memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif seperti itu,
maka entitas memperlakukan program tersebut sebagai program imbalan pasti.
Imbalan yang dijamin oleh kontrak asuransi tidak harus memiliki hubungan

I
langsung dengan kewajiban entitas atas imbalan kerja. Program imbalan

A
pascakerja yang melibatkan kontrak asuransi terikat pada perbedaan yang sama

I
antara konsep akuntansi dan pendanaan seperti pada program pendanaan lainya.
Ketika entitas mendanai kewajiban imbalan pascakerja dengan membeli polis

i
dimana entitas (baik langsung maupun tidak langsung melalui program, melalui

t
mekanisme penetapan premi masa depan atau melalui hubungan istimewa dengan

r
pihak asuransi) tetap memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif, maka

e
pembayaran premi bukan jumlah suatu iuran pasti.

p
3. BPJS Ketenagakerjaan

o
Berdasarkan pasal 14 UU No. 24 tahun 2011, setiap warga negara Indonesia dan
warga negara asing yang sudah berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan

r
wajib menjadi anggota BPJS. Program imbalan pascakerja yang diwajibkan bagi

P
setiap perusahaan di Indonesia ini mencakup empat program, yaitu:
• Jaminan Hari Tua. Program ini ditujukan sebagai pengganti terputusnya
penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan
diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua.
• Jaminan Kematian. Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari
peserta program BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena
kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan
beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan
berupa uang.
• Jaminan Kecelakaan Kerja. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan
kompensasi dan rehabilitasi bagi pekerja yang mengalami kecelakaan pada
saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita
penyakit akibat hubungan kerja.
• Jaminan Pensiun. Jaminan pensiun berbeda dengan JHT karena JHT adalah
dana tunai yang diberikan pada waktu yang ditentukan namun jaminan

Ikatan Akuntan Indonesia 249


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

pensiun memberikan biaya hidup setiap bulan pada peserta program setelah
memasuki masa pensiun.

Ringkasan program BPJS Ketenagakerjaan


Jenis program sesuai
Nama Program Besaran Formula
PSAK 24
Jaminan Hari Tua Iuran pasti, ada kontribusi Besar Iuran:
peserta (contributory) 5,7% dari upah:
• 2% pekerja
• 3,7% pemberi kerja
Jaminan Kematian Iuran pasti, dibayar Besar iuran:
hanya oleh entitas (non 1. bagi peserta penerima gaji atau upah

I
contributory) sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh
persen) dari gaji atau upah sebulan.

A
2. Iuran JKM bagi peserta bukan
penerima upah sebesar Rp6.800

I
(enam ribu delapan ratus Rupiah)
setiap bulan

i
Jaminan Iuran pasti, dibayar Iuran dibayarkan oleh pemberi kerja yang
Kecelakaan Kerja hanya oleh entitas (non dibayarkan (bagi peserta penerima upah),

t
contributory) tergantung pada tingkat risiko lingkungan
kerja, yang besarannya dievaluasi paling

r
lama 2 (tahun) sekali

e
Jaminan Pensiun Iuran program jaminan pensiun dihitung
sebesar 3%, yang terdiri atas 2% iuran

p
pemberi kerja dan 1% iuran pekerja.
Mekanisme pembayaran iuran mengikuti

o
program paket.

r
JHT: Iuran pasti, contributory, didanai BPJS ketenagakerjaan

P
4. Program lainnya: jangka pendek dan panjang lainnya
Selain program imbalan pascakerja yang diatur oleh perundang-undangan,
terdapat pula program imbalan pascakerja lain yang diatur dan dikelola sendiri
oleh entitas. Lain dengan manfaat yang diberikan BPJS, kualitas yang dijanjikan
umumnya lebih tinggi daripada yang diberikan program BPJS. Sebagai contoh,
program BPJS memberikan kualitas perawatan pada peserta yang bergantung
pada besarnya iuran yang dibayarkan, dengan kelas terendah adalah manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas III. Sedangkan, program imbalan pascakerja
lain yang dikelola oleh suatu entitas dapat memberikan manfaat pelayanan di
ruang perawatan Kelas I pada pekerja.

Imbalan Kerja Jangka Pendek


Salah satu bentuk imbalan yang akan diberikan entitas kepada perkerjanya sebagai
ganti jasa yang telah mereka berikan adalah imbalan kerja jangka pendek. Imbalan kerja
jangka pendek adalah imbalan kerja yang akan dibayarkan sebelum 12 bulan setelah

250 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

akhir periode pelaporan tahunan. Imbalan kerja ini meliputi upah, gaji, iuran jaminan
sosial, cuti tahunan berbayar, cuti sakit berbayar, cuti melahirkan, bagi laba dan bonus,
dan imbalan non moneter (rumah, mobil, dan lain-lain). Jika imbalan tersebut tidak
dibayarkan sebelum 12 bulan, imbalan ini tidak termasuk kedalam imbalan jangka
pendek melainkan imbalan kerja jangka panjang lainnya.

Pengakuan dan Pengukuran


Pada dasarnya, di akhir periode pelaporan entitas harus menghitung imbalan yang
akan dibayarkan dalam 12 bulan kedepan untuk diakui sebagai imbalan jangka
pendek pada periode tersebut, karena jangka waktunya yang singkat. Menurut PSAK 24

I
paragraf 11, entitas mengakui jumlah imbalan kerja jangka pendek menurut suatu basis
yang tidak didiskontokan (undiscounted amount). Jumlah imbalan yang menjadi hak

A
karyawan yang telah menyelesaikan masa kerjanya selama periode pelaporan tersebut

I
diakui sebagai biaya. Jumlah imbalan kerja yang masih harus dibayarkan atau yang
terutang kepada seseorang pekerja harus diakui sebagai suatu liabilitas (beban akrual)

i
sedangkan apabila jumlah yang telah dibayar melebihi jumlah imbalan yang harus

t
dibayarkan, maka kelebihannya harus diakui sebagai suatu aset (beban dibayar di

r
muka). Contohnya Entitas A mempunyai kewajiban membayar gaji Rp10.000.000 kepada

e
pekerjanya di bulan Januari. Jika di akhir bulan Januari entitas hanya membayarkan

p
Rp8.000.000, sisa Rp2.000.000 akan diakui sebagai liabilitas, sedangkan jika diakhir
bulan entitas membayar sebesar Rp11.000.000, kelebihan Rp1.000.000 tersebut akan

o
diakui sebagai aset (beban dibayar di muka). Liabilitas atau aset dari imbalan kerja

r
jangka pendek ini disajikan di laporan posisi keuangan, sedangkan beban disajikan di

P
laporan laba rugi komprehensif. Ketika imbalan jangka pendek berupa non moneter,
maka imbalan diukur berdasarkan biaya bagi entitas untuk menyediakan imbalan
dan diakui menggunakan dasar yang sama dalam mengakui imbalan jangka pendek
moneter.

Cuti Berbayar Jangka Pendek


Salah satu contoh imbalan kerja jangka pendek adalah cuti berbayar jangka pendek.
Pekerja memiliki hak mendapatkan kompensasi atas cuti yang telah ditentukan.
Imbalan ini akan diberikan jika hak cuti dipergunakan atau pekerja yang mengambil
cuti juga akan mendapatkan kompensasi. Entitas dapat memberikan kompensasi atas
cuti jangka pendek yang disebabkan liburan, sakit dan cacat sementara, melahirkan
atau suami mendampingi istri melahirkan, panggilan pengadilan, dan pengabdian
militer. Hak cuti berbayar jangka pendek ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu cuti
yang diakumulasi dan cuti yang tidak diakumulasi.

Ikatan Akuntan Indonesia 251


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

Ilustrasi 8-11 Klasifikasi liabilitas

Pekerja suatu entitas mengakumulasikan cuti tahunan secara pro-rata atas setiap tahun
kalender. Cuti tahunan yang tidak terpakai akan dibawa ke tahun berikutnya tanpa batas
waktu dan akan dibayarkan secara tunai apabila karyawan meninggalkan entitas. Berdasarkan
pengalaman menunjukan bahwa pekerja menggunakan akumulasi cuti tahunan mereka
selama periode lebih dari dua tahun. Haruskan cuti tahunan yang terakumulasi dan tidak
terpakai diklasifikasikan sebagai imbalan kerja jangka pendek?

Jawaban:
Cuti yang terakumulasi tidak memenuhi definisi imbalan kerja jangka pendek karena cuti
tersebut tidak diharapkan akan diambil dalam kurun waktu kurang dari 12 bulan setelah

I
periode pelaporan dimana pekerja memberikan jasa.

A
Cuti Berbayar yang Diakumulasi

i I
Cuti berbayar yang diakumulasi adalah cuti yang dapat digunakan pada periode
selanjutnya apabila hak cuti periode berjalan tidak digunakan seluruhnya. Entitas

t
mengakui biaya cuti berbayar yang diakumulasi pada saat pekerja memberikan jasa

r
yang menambah hak atas cuti berbayar di masa depan. Cuti berbayar yang diakumulasi
dapat bersifat vesting, yaitu pekerja berhak memperoleh kompensasi atas hak yang tidak

e
digunakan ketika meninggalkan entitas, atau bersifat non vesting, yaitu pekerja tidak

p
berhak akan kompensasi atas hak yang tidak digunakan ketika meninggalkan entitas.

o
Perbedaan antara vesting dan non vesting tidak mempengaruhi apakah terdapat suatu

r
kewajiban dan kewajiban harus diakui, tetapi mempengaruhi pengukurannya karena
terdapat kemungkinan pekerja meninggalkan entitas sebelum mereka menggunakan cuti

P
yang diakumulasi yang bersifat non vesting. Maka, biaya diukur sebagai jumlah tambahan
yang diharapkan untuk dibayar entitas, bukan biaya terbesar yang mungkin diwajibkan
untuk dibayar. Umumnya, terdapat jumlah maksimum cuti berbayar yang diakumulasi
yang bersifat vesting. Contohnya, pekerja suatu entitas memiliki cuti tahunan berbayar
yang diakumulasi sebanyak 20 hari per tahun yang dapat vesting hingga maksimum 30
hari dan cuti sakit berbayar yang diakumulasi tapi non vesting sebanyak 10 hari per
tahun. Setelah 2 tahun, pekerja memiliki hak cuti tahunan sebanyak 40 hari dan cuti
sakit 20 hari. Akan tetapi, jika pekerja berhenti kerja setelah 2 tahun tanpa menggunakan
hak cuti tahunan maupun cuti sakitnya, maka pekerja akan mendapatkan kompensasi
untuk cuti tahunan sebanyak 30 hari dan tak akan mendapatkan kompensasi untuk cuti
sakit yang tidak digunakan karena bersifat non vesting.

Cuti Berbayar yang Tidak Diakumulasi


Cuti berbayar yang tidak diakumulasi adalah cuti yang tidak dapat dibawa ke periode
berikutnya jika tidak digunakan dan tidak memberikan hak bagi pekerja untuk

252 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

menerima pembayaran kas atas hak cuti yang tidak digunakan. Cuti ini tidak diakui
sebagai liabilitas karena pekerja tak dapat membawa cuti ke periode berikutnya dan
tidak diberikan kompensasi atas hak cuti yang tidak digunakan, dan tidak diakui sebagai
beban oleh entitas sampai waktu terjadinya. Entitas mengakui biaya cuti berbayar yang
tidak diakumulasi hanya pada saat cuti terjadi. Hal ini dikarenakan jasa pekerja tidak
mempengaruhi jumlah imbalan tersebut. Contoh cuti berbayar yang tidak diakumulasi
adalah cuti sakit berbayar (sepanjang tidak ada kesepakatan bahwa cuti yang tidak
digunakan dapat dialihkan menjadi cuti tahunan berbayar), cuti melahirkan, atau cuti
suami mendampingi istri melahirkan.

I
Ilustrasi 8-12 Pengukuran cuti berbayar jangka pendek

A
Entitas memiliki 100 pekerja, masing-masing memiliki hak cuti sakit berbayar sebanyak 5
hari setiap tahun dengan imbalan cuti Rp200.000 per hari. Cuti sakit yang belum digunakan

I
hanya dapat digunakan pada satu tahun berikutnya. Penggunaan cuti sakit pertama kali
diperhitungkan dari hak cuti tahun berjalan dan sisanya dari tahun sebelumnya. Pada

i
31 Desember 20X1, rata-rata hak cuti belum digunakan 2 hari per pekerja. Berdasarkan

t
pengalaman, entitas memperkirakan 90 pekerja mengambil cuti sakit berbayar tidak lebih

r
dari 5 hari pada tahun 20X2 dan 10 pekerja lain masing-masing mengambil rata-rata 6,5 hari.
Jawaban:

e
Jika cuti berbayar tidak diakumulasikan maka entitas akan mengakui beban sebesar
Rp60.000.000 (100 pekerja × 3 hari hak cuti yang terpakai).

p
Keterangan DK Debit (Rp) Kredit (Rp)

o
Beban imbalan jangka pendek D 60.000.000

r
Kas K 60.000.000

P
Entitas tidak mengakui liabilitas karena hak cuti tidak diakumulasikan.

Jika cuti berbayar diakumulasikan maka entitas akan mengakui tambahan beban dan
liabilitas sebesar Rp3.000.000 (10 perkerja × 1,5 hari) sebagai jumlah yang diharapkan untuk
dibayarkan pada periode selanjutnya karena hak cuti yang tidak digunakan pada tanggal
pelaporan sehingga total beban imbalan jangka pendek yang diakui pada tahun 20X1 sebesar
Rp63.000.000.

Pembagian Laba dan Bonus


Bentuk lain dari imbalan kerja jangka pendek adalah pembagian laba dan bonus.
Menurut PSAK 24 paragraf 19, entitas mengakui pembagian laba dan bonus jika:
• entitas memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif atas pembayaran
beban, dan
• kewajiban tersebut dapat diestimasi secara andal.
Meskipun suatu entitas tidak diwajibkan secara hukum, praktek masa lalu dalam
pembagian laba dan bonus dapat menimbulkan kewajiban konstruktif. Dengan catatan,
kewajiban kini timbul hanya jika entitas tidak memiliki alternatif realistis lain kecuali

Ikatan Akuntan Indonesia 253


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

melakukan pembayaran. Dalam pengakuannya, jumlah pembagian laba dan bonus


diakui sebagai beban dan tidak sebagai distribusi keuntungan karena pembagian
tersebut berdasarkan jasa yang diberikan pekerja dan bukan transaksi dengan pemilik
entitas.

Program pada suatu entitas yang memberi bagian laba pada pekerja yang tetap bekerja
selama periode tertentu dapat menimbulkan kewajiban konstruktif. Demikian pula
dengan program bagi bonus. Entitas mungkin tidak mempunyai kewajiban hukum untuk
membayar bonus, tapi dalam beberapa kasus, entitas memiliki kebiasaan memberikan
bonus pada pekerja yang dapat menimbulkan kewajiban konstruktif. Maka, jumlah
imbalan dapat diukur jika terdapat persyaratan formal, entitas menentukan jumlah

I
yang harus dibayarkan sebelum laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, atau terdapat

A
praktik masa lalu yang dapat menjadi bukti kewajiban konstruktif entitas tersebut.

I
Akan tetapi, karena umumnya terdapat periode bagi suatu imbalan untuk menjadi
vesting, yaitu menjadi hak pekerja sepenuhnya, terdapat kemungkinan adanya pekerja

i
yang keluar tanpa menerima pembayaran bagi laba ataupun bonus. Sebagai catatan,

t
jika bagi laba dan bonus tidak diharapkan untuk diselesaikan seluruhnya dalam jangka

r
waktu 12 bulan setelah akhir periode saat pekerja memberikan jasanya, maka bagi laba

e
dan pembayaran bonus tersebut merupakan imbalan kerja jangka panjang lainnya.

p
Ilustrasi 8-13 Pembagian laba dan bonus

o
Program bagi laba mensyaratkan entitas membayar proporsi tertentu dari laba sebelum pajak

r
untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 30 Juni 20X1 kepada pekerja yang memberikan
jasanya sepanjang tahun 20X1. Jika tidak ada pekerja yang keluar selama tahun tersebut, maka

P
total pembayaran bagi laba tahun tersebut berjumlah 3% dari laba sebelum pajak. Entitas
mengestimasikan bahwa tingkat perputaran pekerja akan menurunkan pembayaran hingga
2,5% dari laba sebelum pajak. Berapakah liabilitas yang harus diakui oleh entitas?

Jawaban:
Walaupun pembayaran diukur sebagai bagian dari laba untuk tahun buku yang berakhir pada
tanggal 30 Juni 20X1, dasar pemberian jasa pekerja selama tahun 20X1. Sesuai dengan hal
tersebut, entitas mengakui liabilitas dan beban sebesar 50% dari 2,5% dari laba sebelum pajak
pada tanggal 30 Juni 20X1. Selebihnya, beban sebesar 50% dari 2,5% dari laba sebelum pajak
diakui pada periode berikutnya, dengan tambahan dari perbedaan jumlah yang diestimasi dan
jumlah yang sebenarnya dibayarkan.

Imbalan Kerja Jangka Panjang Lainnya


Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah imbalan kerja selain imbalan pascakerja
jangka pendek, imbalan pascakerja, dan pesangon yang tidak diharapkan akan
diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan
saat pekerja memberikan jasanya. Imbalan kerja jangka panjang lainnya meliputi cuti

254 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

pekerja yang sudah bermasa kerja lama (cuti sabbatical) atau cuti panjang atau cuti
besar, penghargaan masa kerja (jubilee), imbalan hari raya, imbalan cacat permanen,
utang bagi laba dan bonus dan kompensasi yang ditangguhkan yang dibayar dua belas
bulan atau lebih setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan jasanya.

Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi Imbalan Kerja Jangka Panjang


Untuk imbalan kerja jangka panjang lainnya, entitas mengakui total nilai neto dari
jumlah berikut dalam laba rugi kecuali jika SAK mensyaratkan atau mengizinkan
jumlah tersebut untuk termasuk dalam biaya perolehan aset:
a. biaya jasa;
b. biaya bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto; dan

I
c. pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto.

A
Pengukuran imbalan kerja jangka panjang lainnya serupa dengan pengukuran

I
imbalan pascakerja, tetapi lebih sederhana. Pengukuran liabilitas ini berbeda dengan
pengukuran imbalan pascakerja. Dalam hal pengukuran, imbalan jangka panjang lain

i
tidak mengakui pengukuran kembali dalam penghasilan komprehensif lain, tetapi

t
dalam laba rugi sebagai liabilitas jangka panjang lainnya.

e r
Imbalan kerja dapat mengalami reklasifikasi. Ketika suatu imbalan yang sebelumnya
diklasifikasikan sebagai imbalan kerja jangka panjang memenuhi kriteria imbalan

p
kerja jangka pendek, yaitu ketika imbalan diharapkan untuk diselesaikan seluruhnya

o
dalam dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan ketika jasa diberikan, terjadi
reklasifikasi imbalan tersebut. Namun, efek dari reklasifikasi ini hanyalah imbalan

r
tersebut diukur dengan dasar tak terdiskonto. Hasil pengukuran ini tidak akan berbeda

P
secara signifikan dari nilai kini imbalan.

Suatu imbalan dapat diklasifikasikan sebagai imbalan kerja jangka panjang lainnya, tapi
disajikan seluruhnya sebagai liabilitas jangka pendek. Hal ini dikarenakan pekerja tidak
diharapkan untuk menarik seluruh imbalan mereka dalam periode dua belas bulan
setelah akhir periode pelaporan ketika jasa diberikan sehingga masuk klasifikasi imbalan
kerja jangka panjang lainnya. Akan tetapi, pekerja berhak menerima imbalan saat
diminta, dalam jangka waktu dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan, bukan
waktu harapan penyelesaian, seperti saat pekerja akan meninggalkan entitas. Dalam
mengukur kewajiban imbalan seperti ini, digunakan metode valuasi yang digunakan
dalam mengukur imbalan pasti (pascakerja), kecuali dalam hal pengukuran kembali yang
diakui dalam laporan laba/rugi. PSAK 24 paragraf 69 mengatur secara spesifik bahwa
entitas mendiskontokan seluruh kewajiban, bahkan jika sebagian kewajiban diharapkan
akan diselesaikan sebelum dua belas bulan setelah periode pelaporan. Maka, meskipun
kewajiban termasuk liabilitas jangka pendek yang diklasifikasikan sebagai imbalan kerja
jangka panjang lainnya, liabilitas tetap diukur dengan dasar yang didiskontokan.

Ikatan Akuntan Indonesia 255


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

Imbalan Terminasi (Pesangon)


Imbalan terminasi adalah imbalan yang diberikan dalam pertukaran atas terminasi
perjanjian kerja dengan pekerja sebagai akibat dari keputusan entitas untuk
memberhentikan pekerja sebelum usia purnakarya normal atau keputusan pekerja
menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran atas terminasi perjanjian kerja. Akan
tetapi, pesangon tidak diberikan pada pekerja yang meminta terminasi kontrak kerja
tanpa tawaran entitas atau yang mengalami pemutusan hubungan kerja sebagai akibat
dari purnakarya wajib. Imbalan-imbalan tersebut termasuk imbalan pascakerja.
Umumnya, entitas memberikan level imbalan yang lebih rendah untuk terminasi

I
kontrak kerja atas permintaan pekerja daripada atas permintaan entitas. Perbedaan
antara imbalan lebih besar yang diberikan dari terminasi atas permintaan entitas

A
dengan terminasi atas permintaan pekerja adalah pesangon.

I
Seringkali, imbalan terminasi berupa lump sum, tapi dapat juga mencakup peningkatan

i
imbalan pascakerja, baik secara tidak langsung melalui program imbalan kerja atau

t
secara langsung, dan gaji sampai akhir periode yang ditentukan jika pekerja tidak
memberikan jasa lebih lanjut yang memberikan manfaat ekonomik bagi entitas.

Pengakuan

e r
Entitas mengakui liabilitas dan beban pesangon pada tanggal yang lebih awal di antara:

p
a. Ketika entitas tidak dapat lagi menarik tawaran atas imbalan tersebut; dan

o
b. Ketika entitas mengakui biaya untuk restrukturisasi yang berada dalam ruang

r
lingkup PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi dan melibatkan
pembayaran pesangon.

P
Faktor yang mempengaruhi waktu pengakuan imbalan terminasi adalah ketidak­
mampuan entitas untuk menarik tawaran atas imbalan terminasi yang disebabkan
oleh beberapa hal:
Pada kasus pertama, berdasarkan PSAK 24 paragraf 166, untuk pesangon yang terutang
sebagai akibat dari keputusan pekerja menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran
atas terminasi perjanjian kerja, waktu entitas tidak dapat lagi menarik tawaran
pesangon, adalah waktu yang lebih awal antara:
• Ketika pekerja menerima tawaran; dan
• Ketika pembatasan (contohnya persyaratan hukum, peraturan atau kontraktual
atau pembatasan lain) atas kemampuan entitas untuk menarik tawaran yang
berlaku. Hal ini adalah ketika penawaran tersebut dibuat, jika pembatasan ada
pada saat penawaran ini diberikan.

Pada kasus kedua, berdasarkan PSAK 24 paragraf 167, untuk pesangon yang terutang
sebagai akibat dari keputusan pemberi kerja untuk melakukan terminasi, entitas tidak

256 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

dapat lagi menarik tawaran saat entitas telah mengkomunikasikan kepada pekerja yang
terkena dampak program terminasi memenuhi seluruh kriteria berikut:
• Tindakan yang disyaratkan untuk menyelesaikan program mengindikasikan
bahwa kemungkinan kecil perubahan signifikan terhadap program akan dibuat.
• Program ini mengidentifikasi jumlah pekerja yang masa kerjanya akan dihentikan,
klasifikasi pekerjaan mereka atau klasifikasi fungsi dan lokasi mereka (tetapi
program tidak perlu mengidentifikasi setiap pekerja) dan tanggal penyelesaian
yang diharapkan.
• Program membentuk pesangon yang akan diterima pekerja dalam detil yang
memadai bahwa pekerja dapat menentukan jenis dan jumlah imbalan yang akan

I
mereka terima ketika pekerjaan mereka dihentikan.

A
Imbalan terminasi dibedakan dari klasifikasi imbalan kerja yang lain, imbalan

I
terminasi timbul karena peristiwa terminasi kontrak kerja, bukan dari jasa yang
diberikan pekerja. Imbalan kerja tergolong pesangon jika dihasilkan dari keputusan

i
entitas untuk melakukan terminasi kontrak kerja dan tidak bergantung pada masa kerja

t
yang disediakan. Imbalan kerja yang terutang tanpa memperhatikan alasan mengapa

r
pekerja tersebut berhenti dan berupa imbalan yang bersifat pasti walaupun waktu

e
pembayarannya tidak pasti merupakan imbalan pascakerja dan bukan pesangon.
Suatu imbalan kerja yang disediakan sebagai ganti jasa menunjukkan bahwa imbalan

p
tersebut bukanlah imbalan terminasi, yaitu bila imbalan bergantung pada jasa yang

o
disediakan di masa depan (termasuk manfaat yang meningkat jika jasa lebih lanjut

r
diberikan) dan imbalan diberikan sesuai dengan persyaratan program imbalan kerja.

P
Perbedaan imbalan terminasi dan imbalan pascakerja adalah entitas dapat menghindari
pembayaran jika entitas tidak menawarkannya dan tidak memutuskan kontrak kerja
pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa imbalan terminasi tidak bergantung pada jasa
yang diberikan pekerja, tetapi pada terminasi kontrak kerja itu sendiri, tidak seperti
imbalan pascakerja yang bergantung pada jasa yang diberikan pekerja. Karena inilah,
imbalan terminasi tidak bergantung pada jasa yang disediakan di masa depan dan
harus diakui segera sebagai beban jika entitas tidak dapat menarik kembali tawaran
imbalan ini.
Terdapat kasus dimana entitas memberikan beberapa jenis imbalan yang diberikan
saat kontrak kerja berakhir seperti termination indemnities atau termination
gratuities. Imbalan tersebut dapat bersifat pasti tanpa bergantung pada alasan pekerja
meninggalkan entitas (tetap bergantung pada sifat vesting atau syarat minimum
jasa), tapi waktu pembayaran tidak tentu. Dalam kondisi demikian, imbalan tersebut
diklasifikasikan sebagai imbalan pascakerja, bukan imbalan terminasi karena tidak
bergantung pada peristiwa terminasi kontrak kerja itu sendiri.

Ikatan Akuntan Indonesia 257


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

Ilustrasi 8-14 Klasifikasi

a. Pembayaran untuk imbalan pensiun dini yang diklasifikasikan sebagai imbalan terminasi.
Suatu entitas menganjurkan pekerjanya untuk pensiun di usia 58 tahun daripada
usia pensiun nasional, 65 tahun. Negara mengeluarkan peraturan untuk pekerja
menerima imbalan pensiun sebelum usia 65 tahun. Imbalan ini tidak menjadi bagian
dari kontrak kerja dan tiap tahun, entitas dapat menentukan untuk menawarkan atau
tidak menawarkan pensiun dini pada pekerja. Maka, entitas tidak diharuskan untuk
menawarkan imbalan tersebut. Meskipun imbalan penisun untuk pekerja yang berusia
antara 58 sampai 65 tahun dibayarkan oleh pemerintah, entitas diharuskan mendanai
sebagian dari pembayaran tersebut.
Pekerja yang ditawarkan pensiun dini dapat menerima atau menolak tawaran tersebut.

I
Tawaran umumnya diberikan sebelum tanggal pensiun dini pekerja dengan periode
bervariasi antara beberapa bulan hingga beberapa tahun. Jika pekerja tidak menerima

A
tawaran, dia akan melanjutkan kerja hingga usia pensiun normal. Program pensiun dini

I
umumnya diterapkan untuk mengurangi tenaga kerja. Sebuah entitas dapat menawarkan
program pensiun dini untuk kategori pekerja tertentu.

i
Apakah imbalan tersebut diklasifikasikan sebagai imbalan terminasi berdasarkan PSAK 24?

t
Jawaban:
Imbalan pensiun dini ini diklasifikasikan sebagai imbalan terminasi. Berdasarkan PSAK

r
24 paragraf 8, imbalan terminasi adalah imbalan yang diberikan dalam pertukaran

e
atas terminasi perjanjian kerja dengan pekerja sebagai akibat dari keputusan pekerja
menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran atas terminasi perjanjian kerja.

p
b. Membedakan imbalan yang disediakan sebagai ganti jasa dan imbalan terminasi.

o
Suatu entitas mendorong pekerjanya yang berada dalam suatu kategori usia untuk
mengurangi tingkat jasa sebelum usia pensiun nasional. Entitas menawarkan pembayaran

r
bonus untuk pekerja yang memenuhi syarat sebagai ganti atas pengurangan 50% jam
kerja. Kontrak kerja berakhir di akhir periode jasa yang ditentukan. Pembayaran bonus

P
sepenuhnya bergantung pada penyelesaian periode jasa yang ditentukan, umumnya dari
satu hingga enam tahun.
Apakah imbalan tersebut diklasifikasikan sebagai imbalan terminasi berdasarkan PSAK 24?
Jawaban:
Pembayaran bonus tersebut tidak dapat diklasifikasikan sebagai imbalan terminasi.
Berdasarkan PSAK 24, imbalan terminasi mengharuskan imbalan diberikan untuk
pemutusan hubungan kerja, bukan disediakan sebagai ganti jasa. Dalam membedakan
imbalan yang disediakan sebagai ganti jasa dan imbalan terminasi, harus dipertimbangkan:
• Seluruh fakta yang relevan dan kondisi untuk imbalan yang ditawarkan tiap entitas.
• Indikator pada PSAK 24 paragraf 162 bahwa imbalan kerja disediakan sebagai
pertukaran atas jasa. Contohnya, jika imbalan bergantung pada jasa yang disediakan
di masa depan (termasuk manfaat yang meningkat jika jasa lebih lanjut diberikan)
dan imbalan diberikan sesuai dengan persyaratan program imbalan kerja.
• Definisi kategori imbalan kerja menurut PSAK 24.
Menurut kondisi entitas dalam soal, imbalan yang ditawarkan memiliki sifat-sifat
imbalan yang disediakan dalam pertukaran atas jasa dan juga imbalan terminasi. Akan
(berlanjut)

258 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

(lanjutan)
tetapi, imbalan yang ditawarkan entitas tersebut tidak dapat diklasifikasikan sebagai
imbalan terminasi karena sesuai PSAK 24, fakta bahwa pembayaran bonus sepenuhnya
bergantung pada penyelesaian periode jasa yang ditentukan menunjukkan bahwa
imbalan disediakan sebagai ganti jasa.

Pengukuran
Imbalan terminasi dapat dibayarkan sebagai jumlah sekaligus atau dibayarkan selama
suatu periode sebagai imbalan pensiun yang ditingkatkan atau pembayaran gaji yang
berkelanjutan selama suatu periode waktu. Pada saat program terminasi diumumkan,

I
akan sulit bagi entitas untuk menentukan berapa banyak pekerja yang membantu
dari penawaran. Dalam hal ini, entitas harus mengestimasi beban dan utang yang

A
terkait. Biaya terminasi harus dibebankan seluruhnya sebagaimana entitas sudah tidak

I
menerima imbalan jasa dari karyawan di masa yang akan datang.

i
Jumlah pesangon yang diberikan pada pekerja diukur saat pengakuan awal dan entitas

t
mengukur dan mengakui perubahan selanjutnya. Pengukuran jumlah pesangon

r
dilakukan sesuai dengan sifat imbalan tersebut. Jika pesangon merupakan peningkatan

e
pada imbalan pascakerja, maka entitas mengukur imbalan sesuai dengan persyaratan
imbalan pascakerja. Akan tetapi, jika pesangon diharapkan akan diselesaikan seluruhnya

p
sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan dimana pesangon diakui,

o
maka entitas mengukur jumlah imbalan yang diberikan sesuai persyaratan untuk

r
imbalan kerja jangka pendek dan jika pesangon tidak diharapkan untuk diselesaikan
seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan dimana pesangon

P
diakui, maka digunakan persyaratan untuk imbalan kerja jangka panjang lain. Sebagai
catatan, jika pesangon pemutusan kerja jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah tanggal
akhir periode pelaporan, maka jumlah pesangon harus didiskontokan.

Di Indonesia, pemberian pesangon pada entitas yang berada di Indonesia diatur oleh
perundang-undangan yang berlaku, yaitu UU No. 13 tahun 2003, seperti telah dijelaskan
dalam subbab Imbalan Pascakerja. UU No. 13 tahun 2003 pasal 156 mencakup
perincian atas perhitungan uang pesangon dan penghargaan yang dijaminkan bagi
pekerja berdasarkan masa kerja serta mengatur jumlah pesangon dan penghargaan
bagi pekerja berdasarkan jenis PHK. Maka, ketika terjadi peristiwa terminasi kontrak
kerja, pesangon pekerja telah dijamin secara hukum.

Ketika imbalan terminasi ditawarkan sebagai bagian dari restrukturisasi dan tidak
diharapkan untuk diselesaikan dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan,
imbalan akan diukur berbeda dari provisi jangka panjang lain yang diakui sebagai hasil
dari restrukturisasi. Sebaliknya, PSAK 24 mensyaratkan seluruh imbalan terminasi

Ikatan Akuntan Indonesia 259


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

yang tidak diharapkan untuk diselesaikan seluruhnya sebelum 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan untuk diukur sebagai imbalan jangka panjang lain. Pengukuran ini
menggunakan dasar yang didiskontokan dengan tingkat diskonto yang mengacu pada
imbal hasil pasar atas bunga obligasi korporasi berkualitas tinggi pada akhir periode
pelaporan. Jika tidak terdapat pasar yang aktif dan stabil bagi obligasi tersebut, maka
digunakan imbal hasil pasar atas bunga obligasi pemerintah.

Ilustrasi 8-15 Akuntansi Pesangon

Entitas ABC sedang melakukan restrukturisasi organisasi dengan menutup salah satu pabrik.
Entitas berencana untuk melakukan penutupan secara resmi pada tanggal 30 Juli 20X5. Dalam

I
rangka perampingan tersebut, entitas menawarkan sejumlah imbalan kepada pekerja jika
bersedia melakukan pengunduruan diri secara sukarela. Berdasarkan skema imbalan yang

A
ditawarkan oleh entitas, pekerja dapat memperoleh pesangon sebesar Rp50.000.000 jika

I
pekerja tersebut tinggal dan memberikan jasa hingga penutupan pabrik dan pekerja akan
menerima imbalan sebesar Rp20.000.000 jika mengundurkan diri sebelum tanggal penutupan
pabrik. Total pekerja pabrik tersebut adalah 500 orang dan pada tanggal 25 Desember 20X4

i
Departemen Sumber Daya Manusia menerima konfirmasi bahwa 350 pekerja akan tinggal

t
hingga tanggal penutupan dan sisanya akan mengundurkan diri sebelum tanggal penutupan.

r
Entitas ABC berencana untuk menyelesaikan pembayaran dalam kurun 1 bulan setelah pabrik
resmi ditutup.

e
Bagaimanakah perlakuan akuntansi atas rencana restrukturisasi Entitas ABC menurut PSAK 24?

p
Jawaban:

o
Berdasarkan PSAK 24: Imbalan Kerja, entitas disyaratkan untuk mengakui pesangon tersebut
imbalan kerja jangka pendek jika imbalan tersebut diharapkan akan diselesaikan seluruhnya

r
sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan dimana pesangon diakui.
Dengan demikian, Entitas ABC mengakui liabilitas jangka pendek sebesar Rp20.500.000.000

P
(350 × Rp50.000.000 + 150 × Rp20.000.000) pada tanggal 25 Mei 20X4, yaitu pada saat
departemen sumber daya manusia menerima seluruh konfirmasi penawaran dari pekerja
dan membebankan jumlah tersebut pada saat pembayaran dilakukan.

Pencatatan Beban Imbalan Kerja (Jurnal)


Di bawah ini adalah ikhtisar pencatatan untuk mengakui beban imbalan kerja sebagai
berikut:
• Pada saat pembebanan, yaitu saat entitas menikmati manfaat ekonomik dari jasa
pekerja, beban dicatat sebagai berikut:

Beban imbalan kerja XXX


Liabilitas imbalan kerja XXX
Aset pajak tangguhan XXX
Penghasilan pajak tangguhan XXX

260 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

Jumlah imbalan dibebankan karena entitas telah menikmati manfaat ekonomik


dari jasa pekerja dan liabilitas bertambah karena pekerja berhak mendapatkan
imbalan atas jasa yang diberikannya dan entitas belum membayar manfaat
tersebut. Hal ini menimbulkan aset pajak tangguhan dan penghasilan pajak
tangguhan karena terdapat pajak yang masih ditunda akibat belum dibayarnya
imbalan kerja.
• Pada saat pembayaran manfaat pada karyawan, pencatatan sebagai berikut:
Liabilitas imbalan kerja XXX
Bank XXX

I
Beban pajak tangguhan XXX
Aset pajak tangguhan XXX

A
Liabilitas imbalan kerja akan berkurang karena manfaat telah dibayarkan pada

I
pekerja. Pembayaran ini menimbulkan kewajiban pajak tangguhan sehingga

i
dicatatkan beban pajak tangguhan dan aset pajak tangguhan berkurang.

t
• Saat pembayaran manfaat lebih besar daripada manfaat yang ditetpakan oleh

r
regulasi:

e
Liabilitas imbalan kerja XXX

p
Beban imbalan kerja XXX
Bank XXX

r o
Jika pembayaran manfaat lebih besar daripada manfaat yang ditetapkan oleh
regulasi, maka beban akan bertambah dan liabilitas imbalan kerja akan berkurang.

P
Beban imbalan kerja yang dicatat hanyalah jumlah yang berhak diterima pekerja
pada saat pencatatan. Untuk selebihnya, jumlah dibebankan pada saat terjadinya.
Liabilitas yang dicatat adalah kelebihan dari jumlah manfaat yang dibayarkan.
Saat pembebanan berikutnya, liabilitas akan bertambah sebesar jumlah yang
dibebankan.

Ikatan Akuntan Indonesia 261


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

IKHTISAR PEMBELAJARAN
1. Memahami Ruang Lingkup Imbalan Kerja
Imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan entitas dalam
pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk terminasi kontrak
kerja. Jenis-jenis imbalan kerja terdiri dari imbalan kerja jangka pendek, imbalan
kerja jangka panjang, imbalan kerja pascakerja, dan imbalan terminasi.
2. Memahami Konsep Imbalan Pascakerja
Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja yang terutang setelah pekerja
menyelesaikan kontrak kerja. Pemberi kerja akan memupuk dana atau memberikan

I
dana kepada pihak terpisah yang biasanya disebut dana pensiun untuk mengelola
dana tersebut dan membayarkannya kepada pekerja yang telah menyelesaikan

A
masakerjanya (pensiun).

I
3. Memahami Perbedaan Program-Program Pascakerja yaitu Program Iuran

i
Pasti dan Program Imbalan Pasti

t
Terdapat dua program dalam program imbalan pasca kerja yaitu program iuran
pasti dan program imbalan pasti. Dalam program iuran pasti, perusahaan akan

r
membayarkan sejumlah iuran tetap kepada dana pensiun. Perusahaan tidak

e
memiliki kewajiban lebih lanjut ketika dana pensiun tidak memiliki aset yang cukup

p
untuk membayar seluruh imbalan ke pensiunan karena kewajiban perusahaan

o
hanya sebatas iuran tetap yang dibayarkan sehingga resiko akturial tidak ditanggung
perusahaan melainkan pekerja. Dalam program imbalan pasti, perusahaan

r
berkewajiban membayar imbalan yang sudah dijanjikan pada saat pekerja

P
menyelesaikan kontraknya sehingga perusahaan mempunyai kewajiban ketika
dana pensiun tidak memiliki aset yang cukup untuk membayar seluruh imbalan
ke pensiunan atau dengan kata lain resiko akturial ditanggung oleh perusahaan.
4. Memahami Langkah-Langkah Akuntansi Program Imbalan Pasti
Terdapat langkah-langkah dalan mengerjakan akuntansi program imbalan pasti
meliputi: (1) Menentukan surplus atau defisit dengan cara menselisihkan nilai
kini kewajiban imbalan pasti dan nilai wajar aset program, (2) Menentukan jumlah
liabilitas (aset) imbalan pasti neto yaitu jumlah surplus atau defisit yang disesuaikan
untuk setiap dampak dari pembatasan aset imbalan pasti neto dari batas atas asset,
jika ada, (3) Menentukan jumlah yang diakui dalam laba rugi, (4) Menentukan
pengukuran kembali dari liabilitas (aset) imbalan pasti neto yang diakui sebagai
penghasilan komprehensif lain.
5. Mengetahui Program Imbalan Pascakerja di Indonesia
Terdapat beberapa peraturan yang dibentuk pemerintah untuk mengatur imbalan
kerja di Indonesia yang meliputi: Program pensiun – UU No. 11 tahun 1992, UU

262 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan, dan program


imbalan pascakerja lainnya yang diatur dan dikelola sendiri oleh entitas. Peratuan
ini dapat menjadi acuan bagi perusahaan dalam memberikan imbalan pascakerja
kepada pekerjanya.

6. Memahami Akuntansi Imbalan Kerja Jangka Pendek


Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja yang akan dibayarkan sebelum
12 bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan. Imbalan yang diekspetasikan
dibayarkan lebih dari 12 bulan termasuk kedalam imbalan kerja jangka panjang
lainnya. Beban yang diakui adalah sejumlah imbalan yang menjadi hak pekerja
yang telah memberikan jasanya selama periode pelaporan tersebut sedangkan

I
liabilitas diakui ketika masih ada jumlah terutang atau yang masih harus

A
dibayarkan kepada seorang pekerja atas haknya dan akan dibayarkan dalam 12

I
bulan ke depan.

7. Memahami Akuntansi Imbalan Kerja Jangka Panjang Lainnya

i
Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah imbalan kerja yang tidak diharapkan

t
akan diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir periode

r
pelaporan saat pekerja memberikan jasanya. Pengukuran imbalan kerja jangka

e
panjang lainnya serupa dengan pengukuran imbalan pascakerja, tetapi lebih

p
sederhana. Pengukuran imbalan jangka panjang lain tidak mengakui pengukuran
kembali dalam penghasilan komprehensif lain, tetapi dalam laba rugi sebagai

o
liabilitas jangka panjang lainnya.

8.

r
Memahami Akuntansi Imbalan Terminasi (Pesangon)

P
Imbalan terminasi adalah imbalan yang diberikan dalam pertukaran atas
terminasi perjanjian kerja dengan pekerja sebagai akibat dari keputusan entitas
untuk memberhentikan pekerja sebelum usia purnakarya normal atau keputusan
pekerja menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran atas terminasi perjanjian
kerja.

Ikatan Akuntan Indonesia 263


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

PERTANYAAN
1. Jelaskan definisi imbalan kerja!
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis imbalan kerja!
3. Jelaskan perbedaan program iuran pasti dan imbalan pasti!
4. Sebutkan dan jelaskan komponen biaya dalam biaya jasa!
5. Jelaskan bagaimana perhitungan liabilitas neto imbalan kerja!
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan aset program!
7. Jelaskan apa saja program imbalan pascakerja di Indonesia!
8. Jelaskan hubungan pemberi kerja dan dana pensiun sebagai pengelola dana

I
imbalan!
9. Jelaskan definisi pesangon dan apa perbedaannya dengan imbalan pascakerja!

A
10. Jelsakan mengenai kerugian dan keuntungan aktuaria!

i I LATIHAN

t
1. PT Madani mensponsori program imbalan pascakerja imbalan pasti untuk

r
pekerjanya. Berikut ini informasi yang terkait dengan rencana program imbalan

e
pada tahun 2015 sebagai berikut:
• 1/1/2015

p
PVDBO : Rp51.000.000

o
FV aset program : Rp48.000.000

r
• 21/12/2015

P
PVDBO : Rp55.000.000
FV aset program : Rp50.000.000
• Biaya Jasa kini : Rp2.100.000
• Biaya Jasa Lalu : Rp1.900.000
• Tingkat Diskonto : 5%
Hitungkan liabilitas imbalan kerja dan beban yang akan dilaporkan pada 31
desember 2015!

2. PT Ant mempunyai prograam imbalan pasca kerja untuk para pekerjanya. Berikut
ini informasi yang terkait dengan rencana program imbalan pada tahun 2015:
• Biaya jasa kini : Rp3.300.000
• PVDBO pada awal tahun : Rp91.000.000
• FV aset program awal tahun : Rp87.500.000
• Tingkat diskonto : 10%
• Keuntungan (kerugian) aktuarial yang belum tercatat : Rp4.000.000
• Tahun rata-rata sisa pelayanan : 15 tahun

264 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

• Iuran yang di bayarkan ke dana pensiun : Rp 5.000.000


• Imbalan yang dibayarkan kepada pekerja : Rp 4.000.000
• PVDBO pada akhir tahun berdasarkan perhitungan
aktuarial : Rp99.500.000

Hitunglah beban imbalan dan kewajiban imbalan yang akan dilaporkan pada
akhir periode dan bagaimana jurnal yang terkait dengan program ini?

A I
i I
r t
p e
r o
P

Ikatan Akuntan Indonesia 265


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

LAMPIRAN

Menerapkan Metode Penilaian Aktuarial


Terdapat dua jenis metode penilaian aktuarial, yaitu metode penilaian Accrued
Benefit dan metode penilaian Projected Benefit. Metode penilaian Accrued Benefit
menunjukkan nilai manfaat pensiun berdasarkan jasa yang telah diberikan pekerja
sampai dengan tanggal penilaian. Metode ini antara lain Unit credit cost method dan
Projected unit credit cost method (PUC). Sedangkan, metode penilaian Projected Benefit
menunjukkan nilai manfaat pensiun berdasarkan jasa yang telah diberikan dan yang

I
akan diberikan oleh pekerja pada tanggal penilaian. Metode ini antara lain Entry age
normal cost method, Attained age normal cost method, Aggregate cost method, dan

A
Individual level premium.

I
PSAK 24 mewajibkan entitas untuk menggunakan PUC dalam menentukan nilai kini
dari kewajiban imbalan pasti, biaya jasa kini terkait, dan jika dapat diterapkan, biaya jasa

t i
lalu. Pengukuran liabilitas harus menunjukkan tanggal perkiraan pekerja meninggalkan
entitas dan harus didiskontokan ke nilai kini menggunakan PUC. Liabilitas untuk

r
imbalan yang telah vested tidak dapat diukur dengan dasar yang tidak didiskontokan,

e
seperti jumlah yang harus dibayarkan jika seluruh pekerja meninggalkan entitas di

p
akhir periode pelaporan.

r o Attained age vs PUC (1)

P
10,000,000
9,000,000
8,000,000
7,000,000
Normal Cost

6,000,000 Year
5,000,000 Attained
4,000,000
PUC
3,000,000
2,000,000
1,000,000
0
1

10

13

16

19

Year

Dari grafik Attained age vs PUC (1) dapat dilihat bahwa dengan metode Attained
age, entitas menghitung biaya imbalan per tahunnya dengan jumlah yang sama.
Sedangkan dengan metode PUC, imbalan bermula dengan jumlah yang sedikit dan
seiring berjalannya waktu, menjadi lebih besar. Hal ini memperlihatkan bahwa PUC

266 Ikatan Akuntan Indonesia


BAB
Bab 8 –­Akuntansi Imbalan Pascakerja
8

memperhitungkan risiko perhentian kontrak kerja dan metode Attained age tidak. Di
tahun-tahun awal pekerja berada di suatu entitas, risiko ini masih besar, tetapi semakin
lama pekerja berada di suatu entitas, risiko ini semakin kecil dan kemungkinan pekerja
untuk pensiun di tempat tersebut semakin besar.

Attained age vs PUC (2)

200,000,000
Actuarial Liability

150,000,000

I
Year
100,000,000 Attained

A
PUC
50,000,000

I
0
1

10

13

16

i 19
Year

r t
Dari grafik Attained age vs PUC (2), dapat dilihat bahwa dengan metode Attained

e
age, liabilitas yang terakumulasi per tahunnya akan lebih besar daripada jumlah yang

p
didapat dengan metode PUC.

o
Metode Projected Benefit tidak sesuai untuk kepentingan akuntansi karena metode ini

r
memperhitungkan masa kerja lalu dan yang akan datang serta kewajiban aktuaria tidak

P
merepresentasikan kondisi yang sebenarnya. Metode ini lebih sesuai untuk funding
atau memperkirakan jumlah iuran yang sebaiknya dibayarkan. Sedangkan, metode
Accrued Benefit hanya memperhitungkan masa kerja yang telah terjadi sehingga
mencerminkan dengan benar liabilitas yang terbentuk.

Oleh sebab itu, salah satu metode Accrued Benefit, yaitu Projected Unit Credit, dapat
membuat estimasi andal atas biaya akhir entitas dari imbalan yang menjadi hak pekerja.
Metode aktuaria Projected Unit Credit melihat setiap periode jasa, yang menciptakan
suatu tambahan peningkatan dari hak imbalan dan mengukur setiap unit secara
terpisah untuk menghasilkan kewajiban akhir. Untuk menggunakan metode ini, entitas
harus membuat estimasi (asumsi aktuaria) akan masa kerja pekerja dan kenaikan gaji.

Contoh Projected Unit Credit


Imbalan lump sum terutang saat pekerja berhenti bekerja yaitu sebesar 1% dari gaji
final untuk setiap tahun jasa. Gaji pada tahun pertama adalah 10.000 dan diasumsikan
meningkat sebesar 7% (majemuk) setiap tahun. Tingkat diskonto yang digunakan

Ikatan Akuntan Indonesia 267


BAB

8 Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS

adalah 10% per tahun. Tabel berikut ini menunjukkan bagaimana kewajiban timbul
dari pekerja yang akan pensiun pada akhir tahun ke-5, dengan asumsi tidak ada
perubahan dalam asumsi aktuarial. Untuk alasan kemudahan, contoh ini mengabaikan
penyesuaian tambahan yang dibutuhkan untuk menggambarkan kemungkinan bahwa
pekerja akan berhenti bekerja sebelum atau sesudah tanggal yang diasumsikan (akhir
tahun kelima).

Tahun 1 2 3 4 5

Imbalan dialokasikan pada:

• tahun-tahun lalu 0 131 262 393 524

I
• tahun berjalan (1% dari gaji final) 131 131 131 131 131

A
• tahun berjalan dan tahun-tahun lalu 131 262 393 524 655

Kewajiban awal

i I – 89 196 324 476

t
Tingkat bunga 10% – 9 20 33 48

r
Biaya jasa kini (PV) 89 98 108 119 131

e
Kewajiban akhir 89 196 324 476 655

p
Catatan:

o
• Kewajiban awal adalah nilai kini imbalan yang dialokasikan pada tahun lalu.

r
• Biaya jasa kini adalah nilai kini imbalan yang dialokasikan pada tahun berjalan
34 berjalan.

P
• Kewajiban akhir adalah nilai kini imbalan yang dialokasikan pada tahun berjalan
dan tahun lalu.

268 Ikatan Akuntan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai