Anda di halaman 1dari 19

IMBALAN KERJA

PSAK 24: Imbalan Kerja mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja dalam
laporan keuangan. PSAK yang berlaku mulai 1 Januari 2015 adalah PSAK 24 (revisi 2013)
yang menggantikan PSAK 24 (revisi 2010). Perbedaan antara PSAK 24 (revisi 2013) dengan
PSAK (Revisi 2010) adalah:
1. Perubahan yang signifikan
a. Pengakuan Keuntungan dan Kerugian Aktuaria
b. Perubahan Komponem Imbalan Pasti dan Aset Program
c. Persyaratan Pengungkapan
2. Perubahan Lainnya
a. Imbalan Jangka Pendek
b. Pesangon
c. Perubahan Penting Lainnya

PSAK 24 membagi imbalan kerja menjadi beberapa kelompok:


1. Imbalan kerja jangka pendek
2. Imbalan pascakerja
3. Imbalan kerja jangka panjang
4. Pesangon

Imbalan Kerja Jangka Pendek


PSAK 24 mendifinisikan imbalan kerja jangka pendek sebagai imbalan kerja (selain dari
pesangon) yang diperkirakan akan diselesaikan seluruhnya dalam waktu dua belas bulan
setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan jasa terkait.
Berdasarkan PSAK 24, imalan kerja jangka pendek meliputi:
1. Upah, gaji, dan iuran jaminan sosial,
2. Cuti tahunan berbayar dan cuti sakit berbayar,
3. Program bagi laba dan bonus, dan
4. Imbalan nonmoneter.
Akuntansi untuk imbalan kerja jangka pendek biasanya cukup jelas karena tidak ada
asumsi aktuaria dan perhitungannya tidak dilakukan dengan dasar diskonto. Imbalan kerja
jangka pendek diakui sebagai beban ketika pekerja telah memberikan jasanya kepada entitas,
dan:
 Apabila ada bagian yang belum dibayarkan maka akan diakui sebagai Liabilitas
(beban terakru); atau
 Apabila jumlah yang dibayar melebihi jumlah imbalan, maka kelebihan tersebut akan
diakui sebagai aset (biaya dibayar dimuka).

Cuti Berbayar
Cuti berbayar adalah kompensasi yang diberikan Entitas kepada karyawan; dan terbagi
menjadi dua kategori:
 Cuti berbayar diakumulasi, yaitu apabila hak cuti periode berjalan yang belum
digunakan dapat diakumulasikan dan digunakan di periode mendatang,
 Cuti berbayar tidak akumulasi, yaitu apabila hak cuti periode berjalan akan hangus
apabila tidak digunakan di periode berjalan.

Entitas mengakui biaya ekspektasian atas cuti imbalan jangka pendek sebagai berikut:
 Atas cuti berbayar diakumulasi: beban dan liabilitas diakui pada saat pekerja
memberikan jasa yang menambah hak cuti berbayar di masa yang akan datang.
Entitas mengukur biaya ekspektasian atas cuti berbayar diakumulasikan sebagai
jumlah tambahan yang diperkirakan akan dibayar oleh entitas akibat hak yang belum
dugunakan dan telah terakumulasi pada akhir periode pelaporan.
 Atas cuti berbayar tidak diakumulasikan: beban langsung diakui dan dibayarkan pada
saat terjadinya cuti.

Program Bagi Laba dan Bonus


Entitas mengakui biaya ekspektasian atas pembayaran bagi laba dan bonus jika, dan
hanya jika:
 Terdapat kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif atas pembayaran tersebut
 Kewajiban tersebut dapat diestimasi secara andal

Terkadang entitas tidak menyatakan dalam kontrak kerja dengan pekerja bahwa akan
dapat pembayaran bonus atau gaji ke-13. Namun setiap tahunnya entitas selalu
membayarkannya. Hal ini menyebabkan timbulnya kewajiban konstruktif karena tidak ada
hal realistis lain yang dapat dilakukan selain membayarkan bonus atau gaji ke-13 tersebut.

Imbalan Pascakerja
PSAK 24 mendefinisikan imbalan pascakerja sebagai imbalan kerja (selain pesangon dan
imbalan kerja jangka pendek) yang terhutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya.
Contoh imbalan pascakerja adalah tunjangan purnakarya seperti pensiunan dan imbalan
pascakerja lain, seperti asuransi jiwa dan tunjangan kesehatan pascakerja.
Dari sisi pembayran iuran, imbalan pascakerja dikelompokan menjadi:
1. Program iuran, terjadi saat pemberi kerja dan pekerja sama-sama memberikan
kontribusi iuran kepada dana pensiunan.
2. Program noniuran. Program noniuran terjadi pada saat hanya pemberi kerja yang
memberikan kontribusi iuran kepada dana pensiunan.

Secara umum, berdasarkan manfaat yang akan diterima pekerja, imbalan pascakerja
diklasifikasikan menjadi:
1. Program iuran pasti
2. Program imbalan pasti
Adapun klasifikasi suatu program sebagai iuran pasti atau imbalan pasti ditentukan dari
substansi ekonomi dari syarat dan ketentuan pokok program.

Program Iuran Pasti


Program iuran pasti didefinisikan sebagai imbalan pascakerja dimana pemberi kerja
membayar iuran tetap kepada suatu entitas terpisah dan tidak memiliki kewajiban hukum atau
konstruktif untuk membayar iuran lebih lanjut jika dana tidak memiliki aset yang cukup
untuk membayar seluruh imbalan terkait jasa yang diberikan pekerja.
Penggunaan program iuran pasti mengakibatkan kewajiban hukum dan konstruktif yang
dimiliki oleh pemberi kerja hanya terbatas pada jumlah iuran yang disepakati. Pemberi kerja
tidak menentukan manfaat pensiun yang akan diterima oleh pekerja. Sehingga nantinya
jumlah imbalan pascakerja yang akan dibayarkan kepada pekerja adalah jumlah dari
akumulasi iuran dan hasil pengembangan iuran. Hal ini mengakibatkan risiko aktuarial dan
resiko investasi ditanggung oleh pekerja.
Risiko aktuarial didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya imbalan yang akan
diperoleh jumlahnya lebih kecil dari jumlah yang diperkirakan sebelumnya. Sementara risiko
investasi didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya jumlah aset investasi yang jumlahnya
tidak cukup untuk memenuhi imbalan yang diperkirakan.
Akuntasi untuk program iuran pasti adalah sederhana. Entitas mengakui terjadinya beban
pada saat terjadinya dan mencatatkan adanya liabilitas atau pengeluaran kas sesuai dengan
kejadiannya. Besarnya liabilitas imbalan pascakerja adalah sebesar iuran yang terutang
kepada entitas program dana pensiunan. Jika diperkirakan iuran kepada program akan
diselesaikan lebih dari 12 bulan, maka liabilitas diukur sebesar nilai kininya.

Program Imbalan/Manfaat Pasti


Program imbalan pasti didefinisikan sebagai program imbalan pascakerja selain program
iuran pasti. Penggunaan program ini memberikan jaminan kepada pekerja terkait jumlah
manfaat yang akan diterima di akhir masa kerja. Biasanya jumlah manfaat yang nantinya
akan diterima oleh pekerja biasanya berkaitan dengan besaran gaji pekerja dan lamanya masa
kerja. Hal ini mengakibatkan risiko aktuarial dan resiko investasi ditanggung oleh pemberi
kerja.
Program imbalan pasti mungkin didanai sepenuhnya atau sebagian, dan mungkin juga
tidak didanai, oleh iuran entitas. Pendanaan adalah penyerahaan aset kepada entitas yang
disebut dana pensiun, yang terpisah dari entitas untuk tujuan memenuhi kewajiban yang
timbul dari program manfaat pensiun.
1. Program didefinisikan sebagai didanai jika entitas menyisikan dana untuk maanfaat
pensiun masa depan dengan melakukan pembayaran kepada agen pendanaan, seperti wali
amanat, bank, atau entitas asuransi. Program yang didanai akan menciptakan adanya
Liabiltias Imbalan Pasti dan Aset Program.
2. Program didefinisikan sebagai tidak didanai jika entitas mempertahankan kewajiban
pembayaran manfaaat pensiun tanpa membentuk dana terpisah.
Program Iuran Pasti Program Imbalan Pasti
Kewajiban Terbatas pada jumlah yang Menyediakan imbalan yang
Hukum/Konstruktif disepakati sebagai iuran kepada dijanjikan kepada pekerja
Entitas dana. ataupun mantan pekerja.
Penanggung Risiko
Aktual dan Risiko Pekerja Entitas
Investasi
Kondisi di Indonesia
Undang – Undang No. 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan mengatur hubungan
antara Pemberi Kerja dan Pekerja yang diantaranya menjadi ruang lingkup PSAK 24, yaitu:
1. Perlindungan, pengupahan, dan kesejahteraan tenaga kerja.
2. Pemutusan hubungan kerja.
UU 13/2003 pasal 156 mengatur besarnya pesangon, penghargaan, dan penggantian hak
yang wajib dibayarkan pemberi kerja kepada pekerja untuk berbagai jenis pemutusan
hubungan kerja (PHK).
Besarnya pesangon, penghargaan, penggantian hak, dan uang pisah untuk berbagai jenis
PHK adalah sebagai berikut:

Besarnya uang pesangon dan penghargaan yang menjadi dasar perhitungan di atas sesuai
dengan pasal 156 ayat 2 dan 3 UU No. 13/2003, adalah sebagai berikut:

Sementara penggantian hak, sesuai dengan pasal 156 ayat 4 UU No.13/2003 meliputi
sebagai berikut:
1. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum hangus.
2. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat di mana
pekerja/buruh diterima bekerja.
3. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan 15% dari uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat.
4. Hal – hal yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan entitas, atau perjanjian kerja
bersama.
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan undang-undang tersebut, Indonesia
memberlakukan Program Imbalan Pasti bagi seluruh tenaga kerja.

Akuntansi Untuk Program Imbalan Pasti


Akuntansi untuk program imbalan pasti memang memiliki kompleksitas yang jauh lebih
tinggi dari pada akuntansi untuk program iuran pasti. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya:
1. Penghitungan estimasi manfaat yang akan diterima sesuai dengan UU No. 14 Tahun
2003.
2. Penggunaan teknik dan diskonto aktuarial, khususnya metode ProjectedUnit Credit
(PUC)
3. Penggunaan asumsi demografis, seperti:tingkat mortalitas, perputaran pekerja, pergantian
karyawan, pensiunan dini, klaim kesehatan, dll
4. Penggunaan asumsi keuangan, berdasarkan estimasi pasar, seperti:tingkat diskonto dan
imbal hasil, gaji masa depan dan tingkat manfaat biaya kesehatan masa depan, dll

Dari sisi pencatatan akuntansinya sendiri, beberapa akun dalam komponem Laporan
Keuangan berikut ini akan terpengaruh dengan transaksi program imbalan pasti:
1. Laporan Posisi Keuangan >> Aset /Liabilitas Imbalan Pasti, yang dihitung sebagai selisih
dari:
a. Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (Present Value of Defined Benefit Obligation =
PVDBO), dengan
b. Nilai Wajar Aset Program (Fair Value of Plan Asset = FVPA)
Setelah disesuaikan dengan dampak Batas atas Aset.
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
a. Diakui dalam Laporan Laba Rugi periode berjalan
 Biaya jasa, yaitu Biaya Jasa Kini, Biaya Jasa Lalu, dan Keuntungan/Kerugian atas
Penyelesaian
 Bunga Neto Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti
b. Diakui sebagai Penghasilan Komprehensif Lain (OCI) adalah komponen Pengukuran
Kembali Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti (Remeasurement Componem), yang terdiri
dari:
 Keuntungan dan Kerugian Aktuarial
 Imbal Hasil Aset Program yang belum diakui dalam Bunga Neto
 Perubahan atas dampak Batas atas Aset yang belum diakui dalam Bunga Neto

Laporan Posisi Keuangan


Laporan Posisi Keuangan akan menyajikan nilai Aset Imbalan Pasti atau Liabilitas
Imbalan Pasti, yaitu selisih dari Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti dengan Nilai Wajar Aset
Program, setelah disesuaikan dengan dampak Batas Atas Aset.

Batas Atas Aset


Batas Atas Aset adalah nilai kini manfaat ekonomis dalam bentuk pengembalian dana,
atau pengurangan iuran masa depan.
Batas Atas Aset ini digunakan apabila selisih antara Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti
dengan Nilai Wajar Aset Program menghasilkan angka surplus atau Aset. Dalam kondisi
surplus, Aset Imbalan Pasti yang diakui adalah mana yang lebih rendah antara:
 Nilai Wajar Aset Program dan
 Batas Atas Aset

Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (NKKIP)


Nilai Kini Kewajiban Pasti merupakan nilai kini dari estimasi pembayaran masa depan
yang ditujukan untuk menyelesaikan kewajiban atas jasa pekerja di periode berjalan dan di
periode – periode yang telah berlalu.
Estimasi atas pembayaran masa depan harus memenuhi aturan yang berlaku di Indonesia,
khususnya UU No. 13 Tahun 2003.

Besaran Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (t=0) akan muncul pertama kali dalam
laporan keuangan saat entitas pemberi kerja menyatakan berlakunya suatu program imbalan
pasti. Pada saat perhitungan pertama, maka pemberi kerja akan melakukan estimasi awal
sesuai dengan jumlah pekerja, hak pekerja, asumsi demografi, dan asumsi aktuarial tertentu.
Besaran Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (t=1 dan seterusnya) akan dipengaruhi oleh
beberapa komponem di bawah ini:
1. Biaya Jasa (BJ), yaitu Jasa Kini dan Biaya Jasa Lalu
2. Biaya Bunga (BB)
3. Keuntungan/Kerugian Aktuarial (KKP)
4. Keuntungan dan Kerugian (KKA)
5. Pembayaran Manfaat (hanya jika jenisnya tidak didanai) (PMu)
NKKIP (t=1) = NKKIP (t=0) + BJ + BB +/-KPP +/- KKA – PMu

Nilai Wajar Aset Program


Aset Program terdiri dari:
 Aset yang dimiliki oleh dana pensiun jangka panjang
 Polis asuransi yang memenuhi syarat
Apabila tidak ada harga pasar untuk aset tersebut, maka nilai wajar aset program
ditentukan, misalnya, dengan mengukur nilai kini dari akspektasi arus kas masa depan
dengan suatu tingkat diskonto yang mereflesikan risiko terkait aset program tersebut dan
jangka waktu jatuh tempo dari aset.
Nilai Wajar Program Aset (t=0) akan muncul pertama kali dalam laporan keuangan saat
entitas pemberi kerja menyatakan berlakunya suatu program imbalan pasti yang didanai. Pada
saat perhitungan pertama, maka pemberi kerja akan melakukan estimasi awal sesuai dengan
jumlah pekerja, hak pekerja, asumsi demografi, dan asumsi aktuarial tertentu.
Besaran Nilai Wajar Aset Program (t=1) dan seterusnya) akan dipengarugi oleh beberapa
komponem di bawah ini:
1. Imbalan Hasil Aset Program (pada tingkat diskonto) (IHAP)
2. Kontribusi yang dibayarkan (K)
3. Pembayaran Manfaat (pada Program yang didanai) (PMd)
NWAP (t=1) = NWAP (t=0) + IHAP + K – PMd

Biaya Jasa
Biaya Jasa Kini (current Service Cost)
Biaya Jasa Kini adalah perubahan Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti yang berasal dari jasa
pekerja pada periode berjalan.

Biaya Jasa Lalu (Past Service Cost)


Biaya Jasa Lalu adalah perubahan Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti Akibat penerapan
awal atau membatalkan program imbalan pasti atau mengubah imbalan terutang dalam suatu
program imbalan pasti yang ada saat ini atau karena terjadi kurtailmen (curtailment).

Kurtailmen didefinisikan sebagai pemenuhan salah satu dari dua kondisi berikut ini:
 Entitas pemberi kerja menunjukan komitmenya untuk mengurangi secara signifikan
junlah pekerja yang ditanggung oleh program, atau
 Entitas pemberi kerja mengubah ketentuan dalam program imbalan pasti yang
menyebabkan bagian yang material dari jasa masa depan pekerja tidak lagi memberikan
imbalan atau memberikan imbalan lebih rendah.

Biaya Jasa Lalu diakui sebagai beban pada saat terjadinya, baik yang sudah vested maupun
atas yang belum vested.
 Imbalan bersifat vesting jika pekerja berhak menerima pembayaran atas hak yang
digunakan selama masa kerja ketika hubungan kerja putus.
 Imbalan bersifat non-vesting jika pekerja tidak berhak menerima pembayaran atas hak
yang tidak digunakan selama masa kerja ketika berhubungsn kerja putus.

Biaya Jasa Lalu dapat bernilai positif maupun negatif, dengan penjelasan sebagai berikut:
 Bernilai positif jika imbalan diadakan atau jika perubahan yang ada menyebabkan Nilai
jika Kini Kewajiban Imbalan Pasti meningkat.
 Bernilai negatif jika perubahan yang ada menyebabkan Nilai Kini Kewajiban Imbalan
Pasti menurun.

Keuntungan/Kerugian atas Penyelesaian (settlement gains/losses)


Keuntungan /Kerugian atas Penyelesaian diakui saat penyelesaian terjadi.
Keuntungan/Kerugian tersebut diperoleh dari selisih antara “Nilai Kini Kewajiban Imbalan
Pasti yang sedang diselesaikan” dan “harga penyelesaiannya, termasuk setiap aset program
yang dialihkan dan setiap pembayaran yang dilakukan”.
Harga penyelesaian
Keuntungan/kerugian Nilai kini kewajiban termasuk setiap aset
atas = imbalan pasti yang X program yang dialihkan
penyelesaian sedang diselesaikan dan setiap pembayaran
yang dilakukan

Bunga Neto Liabilitas (ASET) Imbalan Pasti


Bunga Neto Liabilitas Tingkat Diskonto Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti
= X
(Aset) Imbalan Pasti (di Awal periode) Neto (diawal periode)

Tingkat diskonto ditentukan di awal periode dan diambil dari bunga obligasi berkualitas
tinggi (atau obligasi pemerintah) di pasar aktif pada akhir periode pelaporan sebelumnya.
Penggunaan mata uang, periode pelaporan, dan obligasi yang menjadi rujukan harus
dilakukan secara konsisten.
Bunga Neto Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti terdiri dari:
 Biaya Bunga = tingkat diskonto x Nilai Kewajiban Imbalan Pasti
 Pendapatan Bunga = tingkat diskonto x Nilai Wajar Aset Program
 Bunga atas dampak Batas Atas Aset = tingkat diskonto x Dampak Batas Atas Aset

Keuntungan atau Kerugian Aktuarial (Actuarial Gains or Losses)


Keuntungan atau Kerugian aktuarial terdiri atas:
1. Penyesuaian akibat adanya perbedaan antara asumsi aktuarial dengan kenyataan, dan
2. Pengaruh perubahan asumsi aktuarial

Keuntungan atau Kerugian aktuarial tidak lagi menyertakan perubahan akibat penerapan
awal, perubahan, kurtailmen, atau penyesuaian atas program imbalan pasti, atau perubahan
atas manfaat yang tercangkup dalam program imbalan pasti.

Keuntungan atau kerugian aktuarial dapat timbul dari kenaikan atau penurunan Nilai
Kewajiban Imbalan Pasti atau Nilai Wajar Aset Program. Keuntungan atau Kerugian
Aktuarial merupakan komponem Pengukuran Kembali Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti dan
diakui dalam OCI.
Imbal Hasil Aset yang belum diakui dalam Bunga Neto
Imbal Hasil Aset Program yang belum diakui dalam Bunga Neto merupakan komponem
Pengukuran Kembali Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti dan di akui dalam OCI.

Imbal Hasil Aset Program yang belum diakui dalam Bunga Neto adalah selisih antara
realisasi imbal hasil aset program dengan Pendapatan Bunga yang telah diakui dalam Bunga
Neto.

Perubahan atas Dampak Batas Atas Aset yang belum diakui dalam Bunga Neto
Perubahan atas Dampak Batas Atas Aset yang belum diakui dalam Bungan Neto
merupakan komponem Pengukuran Kembali Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti dan diakui
Dalam OCI.
Perubahan atas Dampak Batas Atas Aset yang belum diakui dalam Bungan Neto adalah
selisih antara total perubahan pada Dampak Batas Atas Aset dengan Bunga atas Dampak
Batas Atas Aset yang telah diakui dalam Bungan Neto.

Imbalan Kerja Jangka Panjang Lain


Imbalan Kerja Jangka Panjang Lain didefinisikan sebagai seluruh imbalan kerja selain
imbalan kerja jangka pendek, imbalan pascakerja, dan pesangon. Contoh imbalan kerja yang
diklasifikasikan sebagai Imbalan Kerja Jangka Panjang Lain adalah: Bagi Laba dan Bonus,
Imbalan Cacat Permanen, Cuti Besar, Penghargaan Masa Kerja, dan Renumersasi
Tangguhan.

Pesangon
Pesangon didefinisikan sebagai imbalan yang diberikan dalam pertukaran atas
penghentian perjanjian kerja sebagai akibat pemberhentian pekerja sebelum udia purna karya
normal atau keputusan pekerja menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran penghentian
perjanjian kerja.
Pesangon diakui pada tanggal awal antara:
 Ketika tidak dapat lagi menarik tawaran tersebut (pekerja telah menerima tawaran,
atau berlaku pembatasan hukum atas penarikan tawaran); atau
 Pengakuan biaya restrukturisasi sesuai PSAK 57.
Kondisi “ketika tidak dapat lagi menarik tawaran penghentian perjanjian Kerja” adalah
saat telah dikomunikasikan ke pekerja yang terkena dampak, dan memenuhi kriteria:
1. Kecil kemungkinanperubahan signifikan atas program tersebut;
2. Program mengidentifikasi jumlah pekerja yang akan dihentikan, klasifikasi
pekerjaan/fungsi, dan lokasinya, serta tanggal penyelesaian; dan
3. Program membuat detail yang memadai sehingga pekerja dapat menentukan jenis dan
jumlah imbalan yang akan diterima.

Pesangon diukur pada nilai nominal jika akan diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas)
bulan dan akan diukur pada nilai kini jika akan diselesaikan lebih dari dua belas bulan.

Sumber:
Modul Chartered Accountant: Pelaporan Korporat. 2015. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Contoh - Contoh Kasus Imbalan Kerja
Contoh 1
PT Royal memiliki kebiasaan untuk membagi bonus kepada karyawan tiap tahun. Bonus
tersebut biasanya dihitung sebesar 3% dari laba bersih. Bonus atas suatu tahun ditetapkan
pada RUPS dalam rangka pengesahan Laporan Keuangan tahunan tersebut. RUPS biasanya
dilakukan 5 bulan setelah tanggal pelaporan, yaitu bulan Mei tahun berikutnya. Prakiraan
laba bersih tahun 2015 adalah Rp 200.000.000.000. Hitunglah beban dan liabilitas atas bonus
yang diakui PT Royal tahun 2015.

Contoh 2
PT Lazy memiliki 50 orang karyawan. Pada tahun 2015 mulai memberikan program cuti
berimbalan untuk karyawannya. Setiap karyawan berhak atas 5 hari cuti berimbalan dalam 1
tahun dan dapat diakumulasikan pada tahun-tahun berikutnya. Setiap karyawan yang cuti
akan mendapatkan imbalan sebesar Rp 800.000 per hari. Pada tahun 2015, ada 35 karyawan
sudah mengambil penuh hak cuti berimbalan, sedangkan 15 karyawan sudah mengambil 3
hari. Hitunglah beban dan liabilitas atas cuti berimbalan yang diakui PT Lazy tahun 2015.

Contoh 3
Pada tahun 2015 PT Pensiun berkomitmen melakukan PKK atas 20 orang karyawan dengan
jumlah pesangon keseluruhan senilai Rp 1.500.000.000. Selain itu, PT Pensiun juga
menawarkan kepada 15 orang karyawan lainnya untuk berhenti secara sukarela. Setiap
karyawan akan menerima pesangon masing-masing Rp 80.000.000 jika menerima tawaran
tersebut. PKK direncanakan efektif dilakukan awal tahun 2016. Dalam kasus ini PT Pensiun
sudah memiliki komitmen yang jelas untuk melakukan PKK dan biaya terkait restrukturisasi
telah diakui. Untuk PKK secara sukarela, PT Pensiun mengestimasi 2/3 karyawan akan
menerima tawaran PKK tersebut. Berapa beban pesangon PKK yang harus diakui PT Pensiun
tahun 2015?

Contoh 4
Berikut adalah data yang berhubungan dengan program imbalan pasti bagi karyawan PT
Jompo:
1 Januari 2015 31 Desember 2015
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti 3.100.000.000 3.400.000.000
Nilai Wajar Aset Program 2.900.000.000 3.100.000.000
Penghasilan Komprehensif Lain (kredit) 352.000.000 394.000.000

Berdasarkan kasus pada PT Jompo, berapakah nilai liabilitas yang timbul di Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) PT Jompo per 31 Desember 2015? Berapakah imbalan pasca kerja yang
harus diakui dalam Laporan Laba Rugi PT Jompo tahun 2015, jika iuran yang dibayarkan
tahun 2015 sebesar Rp 50.000.000? Berapakah keuntungan (kerugian) aktuarial yang diakui
PT Jompo melaui Penghasilan Komprehensif Lain tahun 2015?

Contoh 5
PT Purnabakti memiliki program iuran pasti dengan iuran jatuh tempo tiap akhir bulan
sebesar Rp 4.000.000. Iuran bulan November 2015 telah dibayar sejumlah Rp 3.000.000 pada
pertengahan Desember 2015, sedangkan iuran bulan Desember telah dibayar seluruhnya
pada awal Januari 2016. Hitung liabilitas yang diakui PT Purnabakti pada 31 Desember 2015
terkait program iuran pasti.

Contoh 6
Pada tahun 2015, PT Haritua memiliki saldo terkait program Imbalan Pasti adalah sebagai
berikut:
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti – awal tahun 2015 225.000.000
Nilai Wajar Aset Program – Awal tahun 2015 175.000.000
Penghasilan komprehensif lain (kredit) – awal tahun 2015 10.070.000
Biaya Jasa Kini 18.000.000
Tingkat Diskonto 10%
Iuran yang dibayarkan perusahaan pada Dana Pensiun 25.000.000
Imbalan pension yang dibayarkan oleh Dana Pensiun 12.000.000
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti – Akhir tahun 2015 260.000.000
Nilai Wajar Aset Program – Akhir tahun 2015 205.000.000

Diminta:
1. Hitung beban imbalan pasti tahun 2015 dan liabilitas di Laporan Posisi Keuangan
(Neraca) PT Haritua per 31 Desember 2015.
2. Buat ayat jurnal yang diperlukan PT Haritua terkait Program Imbalan Pasti tahun
2015.

Jawaban
Contoh 1
Laba Bersih PT Royal Tahun 2015 = Rp 200.000.000.000,-
Bonus Rp 200.000.000.000 x 3% = Rp 6.000.000.000,-
Jumlah beban dan liabilitas PT Royal pada tahun 2015 adalah Rp 6.000.000.000,-

Dicatat di jurnal (bonus dibayar pada bulan Mei 2016):


Beban Bonus Rp 6.000.000.000
Hutang Bonus Rp 6.000.000.000

Contoh 2
35 karyawan x 5 hari = 175 hari
15 karyawan x 3 hari = 45 hari
Jumlah = 220 hari
220 hari x Rp 800.000 = Rp 176.000.000
15 karyawan x 2 hari yang belum diambil x Rp 800.000 = Rp 24.000.000
Jumlah = Rp 200.000.000
PT Lazy akan mengakui beban dan liabilitas atas cuti sebesar Rp 176.000.000.

Dicatat di jurnal :
Beban Imbalan kerja cuti berimbalan Rp 176.000.000
Kas Rp 176.000.000

Jika cuti berimbalan tersebut dapat diakumulasikan maka pada tahun 2015 PT Lazy akan
mengakui tambahan beban dan liabilitas sebesar Rp 24.000.000 sehingga beban yang diakui
tahun 2015 menjadi Rp 200.000.000.

Contoh 3
Beban yang harus diakui PT Pensiun 2015 adalah:
Pesangon PKK 20 karyawan = Rp 1.500.000.000
Pesangon 2/3 dari penawaran PKK secara sukarela kepada 15 karyawan
10 karyawan x Rp 80.000.000 = Rp 800.000.000
Jumlah = Rp 2.300.000.000

Dicatat di jurnal:
Beban imbalan kerja pesangon Rp 2.300.000.000
Provisi Rp 2.300.000.000

Contoh 4
Nilai Kini
Penghasilan Keuntungan
Kewajiban
2015 Beban Kas Komprehensif Liabilitas & Kerugian
Imbalan
Lain Belum Diakui
Pasti
Saldo Awal 352.000.000 3.100.000.000 200.000.000
Biaya Jasa
Kini
Biaya Bunga
Pendapatan
42.000.000 42.000.000
Bunga
Iuran 50.000.000 50.000.000
Imbalan
Pengukuran
Kembali –
300.000.000
Rugi
Aktuarial
Pengukuran
Kembali –
100.000.000
Rugi
Aktuarial
Jumlah
Tahun 50.000.000 42.000.000 92.000.000 300.000.000 100.000.000
Berjalan
Saldo Akhir 394.000.000 3.400.000.000 300.000.000
Contoh 5
Iuran PT Purnabhakti setiap bulan Rp 4.000.000

Total iuran bulan November dan Desember


2 bulan x Rp 4.000.000 = Rp 8.000.000
Iuran yang sudah dibayar = Rp 3.000.000
Sisa = Rp 5.000.000

Jadi, liabilitas yang diakui PT Purnabhakti pada 31 Desember 2015 adalah sebesar:
Rp 5.000.000,-

Contoh 6
Nilai biaya imbalan pasti yang akan diakui dalam laporan rugi laba adalah:
Beban Bunga
Tingkat diskonto x nilai kewajiban imbalan pasti awal tahun
10% x Rp 225.000.000 22.500.000
Pendapatan Bunga
Tingkat diskonto x nilai wajar asset program awal tahun
10% x Rp 175.000 17.500.000 -
Bunga netto atas liabilitas (asset) imbalan pasti 5.000.000
Biaya jasa 18.000.000 +
Biaya imbalan pasti yang diakui dalam Laporan Laba Rugi 23.000.000
Jadi, beban imbalan pasti tahun 2015 adalah sebesar Rp 23.000.000,-

Nilai kini kewajiban imbalan pasti awal tahun 225.000.000


Nilai wajar asset program di awal tahun 175.000.000 -
Liabilitas imbalan pasti netto di awal tahun 50.000.000
Biaya imbalan pasti yang diakui dalam laporan laba rugi 23.000.000 +
Liabilitas asset imbalan pasti netto akhir tahun 73.000.000
Jadi, liabilitas di laporan posisi keuangan PT Haritua per 31 Desember 2015 adalah sebesar
Rp 73.000.000,-
Ayat jurnal terkait program imbalan pasti PT Haritua tahun 2015:
Biaya jasa kini 18.000.000
Kas 18.000.000
(mencatat biaya jasa kini)

Liabilitas imbalan kerja 25.000.000


Beban imbalan kerja 25.000.000
(mencatat pembayaran iuran ke dana pensiun)

Kas 12.000.000
Imbas hasil program 12.000.000
(mencatat imbalan pensiun yang telah dibayarkan oleh dana pensiun)
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2012.Standar Akuntansi Keuangan. Dewan Standar Akuntansi


Keuangan, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2012.Modul CA Pelaporan Korporat. Dewan Standar Akuntansi
Keuangan, Jakarta.
Djanegara, Moermahadi Soerja.2008.Evaluasi Penerapan Akuntansi Imbalan Kerja dalam
Kaitannya dengan Penyajian Laporan Keuangan Studi Kasus pada PT. Astra Agro
Lestari. Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 2 Volume 10, Oktober 2008

Anda mungkin juga menyukai