Disusun oleh:
Kelompok 5
1. Choirunisak (2105036132)
2. Nurul Aulia R (2105036140)
3. M. Iqbal Bashay (2105036162)
Imbalan kerja
Imbalan kerja adalah imbalan yang diberikan kepada pekerja
atas jasa yang telah dilakukan. Imbalan diakui secara aktual
pada saat pekerja telah memberikan jasanya. Imbalan yang
diberikan dapat berupa gaji atau bentuk fasilitas seperti
kendaraan, rumah, fasilitas kesehatan dan asuransi
Imbalan kerja jangka pendek
Entitas mengakui biaya ekspektasian atas pembayaran bagi laba dan bonus jika,
dan hanya:
1. Terdapat kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif atas pembayaran
tersebut
2. Kewajiban tersebut dapat diestimasi secara andal Terkadang entitas tidak
menyatakan dalam kontrak kerja dengan pekerja bahwa akan ada pembayaran
bonus atau gaji ke-13. Namun setiap tahunnya entitas selalu membayarkannya.
Hal ini menyebabkan timbulnya kewajiban konstruktif karena tidak ada hal
realistis lain yang dapat dilakukan selain membayarkan bonus atau gaji ke-13
tersebut.
Imbalan pasca kerja
3
1
Laporan Posisi Keuangan akan menyajikan nilai Aset Imbalan Pasti atau
Liabilitas Imbalan Pasti, yaitu selisih dari Nilai Kini Kewajiban Imbalan
Pasti dengan Nilai Wajar Aset Program, setelah disesuaikan dengan
dampak Batas Atas Aset.
Batas Atas Aset
Biaya Jasa Kini adalah perubahan Biaya Jasa Lalu adalah perubahan
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti
yang berasal dari jasa pekerja pada akibat penerapan awal atau
periode berjalan. Entitas membatalkan program imbalan pasti
menentukan biaya jasa kini atau mengubah imbalan terutang
menggunakan asumsi aktuarial dalam suatu program imbalan pasti
yang ditentukan pada awal periode yang ada saat ini atau karena terjadi
pelaporan tahunan kurtailmen (Curtailment).
Amandemen PSAK 24 (2018) yang berlaku 1 Januari 2019,
menambahkan syarat penentuan Keuntungan/kerugian atas
Penyelesaian. Ketika menentukan keuntungan dan kerugian atas
penyelesaian, entitas mengukur kembali liabilitas (aset) imbalan
pasti neto menggunakan nilai wajar kini dari aset program dan
asumsi aktuarial kini, termasuk suicu bunga pasar dan harga pasar
kini yang lain, yang mencerminkan selain imbalan yang ditawarkan
dalam program dan aset program sebelum kurtailmen atau
penyelesaian program; juga mencerminkan imbalan yang
ditawarkan dalam program dan aset program setelah kurtallmen
atau penyelesaian program.
Bunga Netto atas Liabilitas (aset)
Imbalan Pasti
Bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto ditentukan dengan
mengalikan liabilitas (aset) imbalan pasti neto dengan tingkat diskonto,
keduanya ditentukan pada awal periode pelaporan tahunan, memperhitungkan
setiap perubahan dalam liabilitas (aset) imbalan pasti neto selama periode
sebagai akibat dari iuran dan pembayaran imbalan. Bunga Neto Liabilitas (Aset)
Imbalan Pasti terdiri dari:
• Biaya Bunga tingkat diskonto x Nilai Kewajiban Imbalan Pasti
• Pendapatan Bunga tingkat diskonto x Nilai Wajar Aset Program
• Bunga atas dampak Batas Atas Aset= tingkat diskonta x Dampak Batas Atas
Aset Seluruhnya dihitung berdasarkan data di awal periode.
Imbal Hasil Aset Program Yang Belum Diakui Dalam
Bunga Neto
Aset kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan karena dapat menimbulkan pengakuan
penghasilan yang mung kin tidak pernah terealisasikan. Akan tetapi, jika tealisasi penghasilan sudah
dapat dipastikan, aset tersebut bukan merupakan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai asset
Pengukuran Provisi dan Kontinjensi
• Aset pajak tangguhan: jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode masa
depan sebagai akibat adanya (1) perbedaan temporer dapat dikurangkan; (ii) akumulasi rugi
pajak belum dikompensasi dan (iii) akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal
peraturan pajak mengizinkan.
• Beban pajak (penghasilan pajak): jumlah gabungan pajak kini dan pajak tungguhan yang
diperhitungkan dalam menentukan laba rugi pada suatu periode.
• Laba akuntansi: laba atau rugi selama suatu periode sebelum dikurangi beban pajak.
• Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal): laba (rugi) selama satu periode
yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh otoritas perpajakan untuk
menghitung
• pajak penghasilan yang terutang Liabilitas pajak tangguhan: jumlah pajak penghasilan
terutang pada periode masa depan sebagai akibatnya adanya perbedaan temporer kena pajak.
• Pajak kini: jumlah pajak penghasilan yang terutang (dipulihkan) atas laba kena pajak (rugi
pajak) untuk suatu periode.
• Perbedaan temporer dapat dikurangkan: perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah yang
dapat dikurangkan dalam penentuan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan ketika
jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.
• Perbedaan temporer kena pajak: perbedaan temporer menimbulkan jumlah kena pajak dalam
penentuan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan ketika jumlah tercatat aset atau
liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.
Definisi Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan adalah pungutan wajib yang dikenakan pada
individu maupun sebuah perusahaan berdasarkan jumlah
pendapatan yang diterima dalam kurun waktu satu tahun. Saat ini,
UU pajak penghasilan di Indonesia adalah UU No. 36 Tahun 2008.
Pos terkait pajak penghasilan dapat dikatakan menjadi pos yang
paling banyak tersebar dalam laporan keuangan. Bukan hanya
dalam Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain,
pos-pos terkait pajak penghasilan juga terdapat dalam Laporan
Posisi Keuangan dan Laporan Arus Kas Hasil perhitungan pajak
penghasilan perusahaan di akhir tahun, disajikan dalam Laporan
Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain pada pos Beban /
Manfaat Pajak Penghasilani kini dan Beban / Manfaat Pajak
Penghasilan Tangguhan.
Pengakuan pajak penghasilan tangguhan juga akan memunculkan
pos Aset Pajak Tangguhan atau Deferred Tax Asset (DTA) dan/atau
Liabilitas Pajak Tangguhan atau Deferred Tax Liability (DTI) yang
akan disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan. Aset Pajak
Tangguhan dan Liabilitas Pajak Tangguhan boleh disajikan secara
saling hapus (off-set) dalam laporan keuangan tersendiri, namun
penyajian Aset Pajak Tangguhan dan Liabilitas Pajak Tangguhan
secara saling hapus tersebut tidak diperkenankan dalam laporan
keuangan konsolidasian.
Sedangkan terkait PPN, perusahaan akan mencatat PPN Masukan yang dapat
dikreditkan dari perolehan barang / jasa kena pajak seolah sebagai prepaid tax
terlebih dahulu. Di sisi lain, perusahaan akan mencatat PPN Keluaran dari
penyerahan barang/jasa kena pajak seolah sebagai utang pajak terlebih dahulu.
Pada akhir masa pajak, perusahaan akan menutup PPN Keluaran pada PPN
Masukan dimaksud dan mencatat selisihnya sebagai Utang PPN (bila kurang
bayar) atau Piutang PPN (bila lebih bayar).
Jurnal Standar Pajak Penghasilan
Selain dari perbedaan temporer dapat dikurangkan, Aset Pajak Tangguhan juga dapat
berasal dari kompensasi kerugian (akumulasi rugi pajak belum dikompensasi).
Peraturan pajak di Indonesia saat ini membolehkan perusahaan sebagai wajib pajak
badan yang mengalami nagi fiskal pada tahun berjalan untuk melakukan kompensasi
atas kerugian tersebut terhadap laba komersial hingga 5 tahun ke depan (tax loss
carry-forward) atau hingga maksimal 10 tahun ke depan bila memenuhi kriteria
pajak tertentu. Dengan demikian, sampai dengan nilai kerugian pada tahun berjalan
habis dikompensasikan dalam jangka waktu tertentu di masa depan, maka
perusahaan tidak perlu membayar PPh Badan.sementara baik akuntansi komersial
maupun fiskal tetap sama-sama mengakui pos depresiasi itu sendiri. Oleh karena itu,
bila menggunakan pendekatan koreksi fiskal, maka beda temporer yang berasal dari
koreksi fiskal negatif merupakan beda temporer kena pajak.
Pajak Tangguhan Untuk Aset Dinilai Pada Nilai
Wajar
Wajar Penilaian aset pada nilai wajar, khususnya aset non-keuangan, dilakukan
melalui proses revaluasi Pengakuan pajak tangguhan dari revaluasi untuk menilai
aset pada nilai wajar bergantung pada apakah DPP aset disesuaikan sehingga
memengaruhi laba kena pajak (rugi pajak) atau tidak.Akuntansi untuk kombinasi
bisnis dilakukan menggunakan acquisition method yung mengharuskan, dengan
pengecualian terbatas, aset dan liabilitas teridentifikasi yang diperoleh dan diambil
alih dalam kombinasi bisnis diakui dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi. Bila
dalam kondisi ini misalnya, jumlah tercatat aset disesuaikan ke nilai wajarnya tetapi
DPP aset tersebut tetap sebesar harga perolehannya, maka akan timbul perbedaan
temporer yang mengakibatkan juga munculnya aset atau liabilitas pajak tangguhan.
Namun, peraturan perpajakan di Indonesia menyatakan bahwa revaluasi aset untuk
keperluan kombinasi bisnis seperti ini harus dilaporkan kepada otoritas fiskal dan
dilakukan penyesuaian terhadap DPP aset sehingga nilainya sama dengan jumlah
tercatat pada nilai wajar setelah revaluasi. Sehingga, untuk kondisi peraturan
perpajakan di indonesia, revaluasi yang dilakukan dalam kombinasi bisnis tidak
akan menyebabkan pengakuan pajak tanggahan.
Perubahan Dalam status Entitas atau Para Pemegang
Sahamnya
Perubahan dalam status pajak entitas atau para pemegang sahamnya dapat
mengakibatkan baik peningkatan maupun penurunan aset atau liabilitas
pajak tangguhan. Hal ini mungkin terjadi pada saat pendaftaran instrumen
ekuitas entitas di bursa, restrukturisasi ekuitas entitas, atau bila pemegang
saham pengendali pindah ke negara asing. Sebagai contoh, sebuah
perusahaan di Indonesia dapat mengalami penurunan tarif PPh Badan dari
25% menjadi 20% bila minimal 40% instrumen ekuitasnya
diperdagangkan di bursa. Dengan demikian, sebuah perusahaan di
Indonesia yang melakukan penjualan sahamnya kepada publik hingga
minimal mencapai 40% dapat menyebabkan penurunan pada aset atau
liabilitas pajak tangguhannya.
Thank you!