PENDAHULUAN
PSAK 24: Imbalan Kerja mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja dalam
laporan keuangan. PSAK yang berlaku mulai 1 Januari 2015 adalah PSAK 24 (revisi
2013) yang menggantikan PSAK 24 (Revisi 2010), dan kemudian diganti lagi ke PSAK 24
(revisi 2018) yang berlaku per 01 Januari 2019. Sebelumnya perbedaan antara PSAK 24
(revisi 2013) dengan PSAK (Revisi 2010) adalah:
1. Perubahan yang signifikan
a. Pengakuan keuntungan dan kerugian aktuaria
b. Perubahan komponem imbalan pasti dan aset program
c. Persyaratan pengungkapan
2. Perubahan lainnya
a. Imbalan jangka pendek
b. Pesangon
c. Perubahan penting lainnya
Keuntungan dan Kerugian Aktuaria tidak lagi Pilihan pengakuan Keuntungan dan Kerugian
diakui dengan metode koridor namun langsung Aktuarial:
diakui melalui penghasilan komprehensif lain
(OCI) sebagai bagian dari komponem Pendekatan koridor
pengukuran kembali (remeasurement) Pendekatan non koridor
1
Pada Penghasilan Komprehensif Lain (OCI) Pada Penghasilan Komprehensif Lain (OCI
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti – Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti –
Aset Program = Liabilitas Aset Program#Liabilitas
(-) Biaya Jasa Lalu yang belum diakui
(-) Keuntungan/Kerugian Aktuarial
Kemudian pada PSAK 24 revisi 2018, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) telah mengesahkan pada tanggal 28 November 2018
yaitu:
1. Amendemen PSAK 24: Imbalan Kerja tentang Amendemen, Kurtailmen, atau
Penyelesaian Program.
2. Penyesuaian Tahunan 2018.
PSAK 24: Imbalan Kerja tentang Amendemen, Kurtailmen, atau Penyelesaian
Program diadopsi dari Amendmentsto IAS 19 Plan Amendment, Curtailment or Settlement
yang berlaku 1 Januari 2019 dengan opsi penerapan dini diperkenankan. Amendemen
PSAK 24 menambahkan paragraf 101A,122A,123A, 179 dan mengubah paragraf 57,
99,120, 123, 125, 126, 156 serta penambahan judul sebelum paragraf 122A. Amendemen
PSAK 24 memberikan panduan yang lebih jelas bagi entitas dalam mengakui biaya jasa
lalu, keuntungan dan kerugian penyelesaian, biaya jasa kini dan bunga neto setelah adanya
amendemen, kurtailmen, atau penyelesaian program karena menggunakan asumsi aktuarial
terbaru (sebelumnya menggunakan asumsi akturialpada awal periode pelaporan tahunan).
Selain itu, Amendemen PSAK 24 juga mengklarifikasi bagaimana persyaratan akuntansi
untuk amendemen, kurtailmen, atau penyelesaian program dapat mempengaruhi
persyaratan batas atas aset yang terlihat dari pengurangan surplus yang menyebabkan
dampak batas atas aset berubah. Penyesuaian tahunan 2018 ini diadopsi dari Annual
Improvements to IFRSs 2015–2017 Cycle yang berlaku 1 Januari 2019 dengan opsi
penerapan dini diperkenankan. PSAK 24: Imbalan Kerja tentang Amendemen, Kurtailmen,
atau Penyelesaian Program dan Penyesuaian Tahunan 2018 ditetapkan untuk berlaku
efektif 1 Januari 2019.
2
PSAK 24 membagi imbalan kerja menjadi beberapa kelompok:
1. Imbalan kerja jangka pendek
2. Imbalan pascakerja
3. Imbalan kerja jangka panjang
4. Pesangon
Entitas mengakui biaya ekspektasian atas cuti imbalan jangka pendek sebagai berikut:
3
Atas cuti berbayar diakumulasi: beban dan liabilitas diakui pada saat pekerja
memberikan jasa yang menambah hak cuti berbayar di masa yang akan datang.
Entitas mengukur biaya ekspektasian atas cuti berbayar diakumulasikan sebagai
jumlah tambahan yang diperkirakan akan dibayar oleh entitas akibat hak yang belum
dugunakan dan telah terakumulasi pada akhir periode pelaporan.
Atas cuti berbayar tidak diakumulasikan: beban langsung diakui dan dibayarkan
pada saat terjadinya cuti.
Contoh:
PT. A memiliki 5 karyawan yang diberikan cuti berimbalan sebesar Rp 100.000 untuk
5 hari kerja. Selama tahun 2012, karyawan yang cuti 5 hari 1 orang sedangkan sisanya
cuti 3 hari kerja.
4
2. IMBALAN PASCAKERJA
PSAK 24 mendefinisikan imbalan pascakerja sebagai imbalan kerja (selain pesangon
dan imbalan kerja jangka pendek) yang terhutang setelah pekerja menyelesaikan masa
kerjanya. Contoh imbalan pascakerja adalah tunjangan purnakarya seperti pensiunan dan
imbalan pascakerja lain, seperti asuransi jiwa dan tunjangan kesehatan pascakerja.
Dari sisi pembayaran iuran, imbalan pascakerja dikelompokan menjadi:
1. Program iuran, terjadi saat pemberi kerja dan pekerja sama-sama memberikan
kontribusi iuran kepada dana pensiunan.
2. Program noniuran. Program non iuran terjadi pada saat hanya pemberi kerja yang
memberikan kontribusi iuran kepada dana pensiunan.
Secara umum, berdasarkan manfaat yang akan diterima pekerja, imbalan pascakerja
diklasifikasikan menjadi:
1. Program iuran pasti
2. Program imbalan pasti
Adapun klasifikasi suatu program sebagai iuran pasti atau imbalan pasti ditentukan
dari substansi ekonomi dari syarat dan ketentuan pokok program.
Untuk memudahkan pendefinisian dari program pascakerja, dapat dilihat Gambar berikut
ini:
Program Imbalan
Pascakerja
5
pemberi kerja hanya terbatas pada jumlah iuran yang disepakati. Pemberi kerja tidak
menentukan manfaat pensiun yang akan diterima oleh pekerja. Sehingga nantinya jumlah
imbalan pascakerja yang akan dibayarkan kepada pekerja adalah jumlah dari akumulasi
iuran dan hasil pengembangan iuran. Hal ini mengakibatkan risiko aktuarial dan resiko
investasi ditanggung oleh pekerja.
Risiko aktuarial didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya imbalan yang akan
diperoleh jumlahnya lebih kecil dari jumlah yang diperkirakan sebelumnya. Sementara
risiko investasi didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya jumlah aset investasi yang
jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi imbalan yang diperkirakan. Akuntasi untuk
program iuran pasti adalah sederhana. Entitas mengakui terjadinya beban pada saat
terjadinya dan mencatatkan adanya liabilitas atau pengeluaran kas sesuai dengan
kejadiannya. Besarnya liabilitas imbalan pascakerja adalah sebesar iuran yang terutang
kepada entitas program dana pensiunan. Jika diperkirakan iuran kepada program akan
diselesaikan lebih dari 12 bulan, maka liabilitas diukur sebesar nilai kininya.
Contoh:
Misal Juni 20X5, iuran pensiun yang harus dibayar oleh PT ABC untuk bulan tersebut Rp
5.000.000. Jika iuran tersebut dibayar semua maka jurnal yang dibuat adalah:
Beban Rp 5.000.000
Kas Rp 5.000.000
Jika baru Rp 3.000.000 dibayar, sisanya belum dibayar sampai akhir Juni 20X0. Maka
jurnalnya adalah :
Beban Rp 5.000.000
Kas Rp 3.000.000
Liabilitas jk pendek Rp 2.000.000
6
Program imbalan pasti mungkin didanai sepenuhnya atau sebagian, dan mungkin juga
tidak didanai, oleh iuran entitas. Pendanaan adalah penyerahaan aset kepada entitas yang
disebut dana pensiun, yang terpisah dari entitas untuk tujuan memenuhi kewajiban yang
timbul dari program manfaat pensiun.
1. Program didefinisikan sebagai didanai jika entitas menyisikan dana untuk maanfaat
pensiun masa depan dengan melakukan pembayaran kepada agen pendanaan, seperti
wali amanat, bank, atau entitas asuransi. Program yang didanai akan menciptakan
adanya Liabiltias Imbalan Pasti dan Aset Program.
2. Program didefinisikan sebagai tidak didanai jika entitas mempertahankan kewajiban
pembayaran manfaaat pensiun tangpa membentuk dana terpisah.
7
Jenis PHK Pesangon Penghargaan Penggantian Hak Uang pisah
Mengundurkan diri 1 kali 1 kali
Meninggal 2 kali 1 kali 1 kali
Pensiun Normal 2 kali 1 kali 1 kali
Sakit Berkepanjangan/Cacat 2 kali 1 kali 1 kali
Kesalahan Berat 1 kali 1 kali
Entitas Tutup 1 kali 1 kali 1 kali
Pailit 1 kali 1 kali 1 kali
Besarnya uang pesangon dan penghargaan yang menjadi dasar perhitungan di atas
sesuai dengan pasal 156 ayat 2 dan 3 UU No. 13/2003, adalah sebagai berikut:
Masa Ke rja - MK Pe sangon Masa Ke rja - MK Pe nghargaan
(Tahun) (Bulan Upah) (Tahun) (Bulan Upah)
MK < 1 1 kali 3 < = MK < 6 2 kali
1 < = MK < 2 2 kali 6 < = MK < 9 3 kali
2 < = MK < 3 3 kali 9 < = MK < 12 4 kali
3 < = MK < 4 4 kali 12 < = MK < 15 5 kali
4 < = MK < 5 5 kali 15 < = MK < 18 6 kali
5 < = MK < 6 6 kali 18 < = MK < 21 7 kali
6 < = MK < 7 7 kali 21 < = MK < 24 8 kali
7 < = MK < 8 8 kali MK > 24 10 kali
MK > 8 9 kali
Sementara penggantian hak, sesuai dengan pasal 156 ayat 4 UU No.13/2003 meliputi
sebagai berikut:
1. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum hangus.
2. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat di mana
pekerja/buruh diterima bekerja.
3. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan 15% dari uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat.
4. Hal – hal yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan entitas, atau perjanjian
kerja bersama.
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Undang-undang tersebut, Indonesia
memberlakukan Program Imbalan Pasti bagi seluruh tenaga kerja.
8
1. Penghitungan estimasi manfaat yang akan diterima sesuai dengan UU No. 14 Tahun
2003.
2. Penggunaan teknik dan diskonto aktuarial, khususnya metode ProjectedUnit Credit
(PUC)
3. Penggunaan asumsi demografis, seperti:tingkat mortalitas, perputaran pekerja,
pergantian karyawan, pensiunan dini, klaim kesehatan, dll
4. Penggunaan asumsi keuangan, berdasarkan estimasi pasar, seperti:tingkat diskonto
dan imbal hasil, gaji masa depan dan tingkat manfaat biaya kesehatan masa depan,
dll
Dari sisi pencatatan akuntansinya sendiri, beberapa akun dalam komponem Laporan
Keuangan berikut ini akan terpengaruh dengan transaksi program imbalan pasti:
1. Laporan Posisi Keuangan Aset /Liabilitas Imbalan Pasti, yang dihitung sebagai
selisih dari:
a. Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (Present Value of Defined Benefit
Obligation = PVDBO), dengan
b. Nilai Wajar Aset Program (Fair Value of Plan Asset = FVPA)
Setelah disesuaikan dengan dampak Batas atas Aset.
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
a. Diakui dalam Laporan Laba Rugi periode berjalan
i. Biaya jasa, yaitu Biaya Jasa Kini, Biaya Jasa Lalu, dan
Keuntungan/Kerugian atas Penyelesaian
ii. Bunga Neto Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti
b. Diakui sebagai Penghasilan Komprehensif Lain (OCI) adalah komponem
Pengukuran Kembali Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti (Remeasurement
Componem), yang terdiri dari:
i. Keuntungan dan Kerugian Aktuarial
ii. Imbal Hasil Aset Program yang belum diakui dalam Bunga Neto
iii. Perubahan atas dampak Batas atas Aset yang belum diakui dalam Bunga
Neto
9
3.1 BATAS ATAS ASET
Batas Atas Aset adalah nilai kini manfaat ekonomis dalam bentuk pengembalian dana,
atau pengurangan iuran masa depan. Batas Atas Aset ini digunakan apabila selisih antara
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti dengan Nilai Wajar Aset Program menghasilkan
angka surplus atau Aset. Dalam kondidi surplus, Aset Imbalan Pasti yang diakui adalah
mana yang lebih rendah antara:
Nilai Wajar Aset Program dan
Batas Atas Aset
Perhitungan nilai Aset/Liabilitas Imbalan Pasti yang disajikan di Laporan Posisi
Keuangan secara ringkas ditampilkan dalam gambar berikut ini:
Defisit Surplus
10
Besaran Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (t=1 dan seterusnya) akan dipengaruhi
oleh beberapa komponem di bawah ini:
1. Biaya Jasa (BJ), yaitu Jasa Kini dan Biaya Jasa Lalu
2. Biaya Bunga (BB)
3. Keuntungan/Kerugian Aktuarial (KKP)
4. Keuntungan dan Kerugian (KKA)
5. Pembayaran Manfaat (hanya jika jenisnya tidak didanai) (Pmu)
11
membatalkan program imbalan pasti atau mengubah imbalan terutang dalam suatu
program imbalan pasti yang ada saat ini atau karena terjadi kurtailmen (curtailment).
Kurtailmen didefinisikan sebagai pemenuhan salah satu dari dua kondisi berikut ini:
Entitas pemberi kerja menunjukan komitmenya untuk mengurangi secara signifikan
junlah pekerja yang ditanggung oleh program, atau
Entitas pemberi kerja mengubah ketentuan dalam program imbalan pasti yang
menyebabkan bagian yang material dari jasa masa depan pekerja tidak lagi
memberikan imbalan atau memberikan imbalan lebih rendah.
Biaya Jasa Lalu diakui sebagai beban pada saat terjadinya, baik yang sudah vested maupun
atas yang belum vested.
Imbalan bersifat vesting jika pekerja berhak menerima pembayaran atas hak yang
digunakan selama masa kerja ketika hubungan kerja putus.
Imbalan bersifat non-vesting jika pekerja tidak berhak menerima pembayaran atas
hak yang tidak digunakan selama masa kerja ketika berhubungsn kerja putus.
Biaya Jasa Lalu dapat bernilai positif maupun negatif, dengan penjelasan sebagai berikut:
Bernilai positif jika imbalan diadakan atau jika perubahan yang ada menyebabkan
Nilai jika Kini Kewajiban Imbalan Pasti meningkat.
Bernilai negatif jika perubahan yang ada menyebabkan Nilai Kini Kewajiban
Imbalan Pasti menurun.
Keuntungan/Kerugian atas Penyelesaian (settlement gains/losses) diakui saat
penyelesaian terjadi. Keuntungan/kerugian tersebut diperoleh dari selisih antara “nilai kini
kewajiban imbalan pasti yang sedang diselesaikan” dan “harga penyelesaiannya, termasuk
setiap aset program yang dialihkan dan setiap pembayaran yang dilakukan”.
Harga penyelesaian
Keuntungan/kerugian Nilai kini kewajiban termasuk setiap aset
atas = imbalan pasti yang X program yang dialihkan
penyelesaian sedang diselesaikan dan setiap pembayaran
yang dilakukan
12
Tingkat diskonto ditentukan di awal periode dan diambil dari bunga obligasi
berkualitas tinggi (atau obligasi pemerintah) di pasar aktif pada akhir periode pelaporan
sebelumnya. Penggunaan mata uang, periode pelaporan, dan obligasi yang menjadi
rujukan harus dilakukan secara konsisten.
Bunga Neto Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti terdiri dari:
Biaya Bunga = tingkat diskonto x Nilai Kewajiban Imbalan Pasti
Pendapatan Bunga = tingkat diskonto x Nilai Wajar Aset Program
Bunga atas dampak Batas Atas Aset = tingkat diskonto x Dampak Batas Atas Aset
3.7 IMBALAN HASIL ASET YANG BELUM DIAKUI DALAM BUNGA NETO
Imbal Hasil Aset Program yang belum diakui dalam Bunga Neto merupakan
komponem Pengukuran Kembali Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti dan di akui dalam OCI
Imbal Hasil Aset Program yang belum diakui dalam Bunga Neto adalah selisih antara
realisasi imbal hasil aset program dengan Pendapatan Bunga yang telah diakui dalam
Bunga Neto.
3.8 PERUBAHAN ATAS DAMPAK BATAS ATAS ASET YANG BELUM DIAKUI
DALAM BUNGA NETO
Perubahan atas Dampak Batas Atas Aset yang belum diakui dalam Bungan Neto
merupakan komponem Pengukuran Kembali Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti dan diakui
Dalam OCI.
13
Perubahan atas Dampak Batas Atas Aset yang belum diakui dalam Bungan Neto adalah
selisih antara total perubahan pada Dampak Batas Atas Aset dengan Bunga atas Dampak
Batas Atas Aset yang telah diakui dalam Bungan Neto.
5. PESANGON
Pesangon didefinisikan sebagai imbalan yang diberikan dalam pertukaran atas
penghentian perjanjian kerja sebagai akibat pemberhentian pekerja sebelum udia purna
karya normal atau keputusan pekerja menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran
penghentian perjanjian kerja.
Pesangon diakui pada tanggal awal antara:
Ketika tidak dapat lagi menarik tawaran tersebut (pekerja telah menerima tawaran,
atau berlaku pembatasan hukum atas penarikan tawaran); atau
Pengakuan biaya restrukturisasi sesuai PSAK 57.
Kondisi “ketika tidak dapat lagi menarik tawaran penghentian perjanjian kerja” adalah
saat telah dikomunikasikan ke pekerja yang terkena dampak, dan memenuhi kriteria:
1. Kecil kemungkinan perubahan signifikan atas program tersebut;
2. Program mengidentifikasi jumlah pekerja yang akan dihentikan, klasifikasi
pekerjaan/fungsi, dan lokasinya, serta tanggal penyelesaian; dan
3. Program membuat detail yang memadai sehingga pekerja dapat menentukan jenis
dan jumlah imbalan yang akan diterima.
Pesangon diukur pada nilai nominal jika akan diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas)
bulan dan akan diukur pada nilai kini jika akan diselesaikan lebih dari dua belas bulan.
14
Contoh - Contoh Kasus Imbalan Kerja
Contoh 1
PT Royal memiliki kebiasaan untuk membagi bonus kepada karyawan tiap tahun. Bonus
tersebut biasanya dihitung sebesar 3% dari laba bersih. Bonus atas suatu tahun ditetapkan
pada RUPS dalam rangka pengesahan Laporan Keuangan tahunan tersebut. RUPS
biasanya dilakukan 5 bulan setelah tanggal pelaporan, yaitu bulan Mei tahun berikutnya.
Prakiraan laba bersih tahun 2015 adalah Rp 200.000.000.000. Hitunglah beban dan
liabilitas atas bonus yang diakui PT Royal tahun 2015.
Jawab:
Laba Bersih PT Royal Tahun 2015 = Rp 200.000.000.000,-
Bonus Rp 200.000.000.000 x 3% = Rp 6.000.000.000,-
Jumlah beban dan liabilitas PT Royal pada tahun 2015 adalah Rp 6.000.000.000,-
Contoh 2
PT Lazy memiliki 50 orang karyawan. Pada tahun 2015 mulai memberikan program cuti
berimbalan untuk karyawannya. Setiap karyawan berhak atas 5 hari cuti berimbalan dalam
1 tahun dan dapat diakumulasikan pada tahun-tahun berikutnya. Setiap karyawan yang cuti
akan mendapatkan imbalan sebesar Rp 800.000 per hari. Pada tahun 2015, ada 35
karyawan sudah mengambil penuh hak cuti berimbalan, sedangkan 15 karyawan sudah
mengambil 3 hari. Hitunglah beban dan liabilitas atas cuti berimbalan yang diakui PT Lazy
tahun 2015.
Jawab:
35 karyawan x 5 hari = 175 hari
15 karyawan x 3 hari = 45 hari
Jumlah = 220 hari
220 hari x Rp 800.000 = Rp 176.000.000
15 karyawan x 2 hari yang belum diambil x Rp 800.000 = Rp 24.000.000
Jumlah = Rp 200.000.000
PT Lazy akan mengakui beban dan liabilitas atas cuti sebesar Rp 176.000.000.
15
Dicatat di jurnal :
Beban Imbalan kerja cuti berimbalan Rp 176.000.000
Kas Rp 176.000.000
Jika cuti berimbalan tersebut dapat diakumulasikan maka pada tahun 2015 PT Lazy akan
mengakui tambahan beban dan liabilitas sebesar Rp 24.000.000 sehingga beban yang
diakui tahun 2015 menjadi Rp 200.000.000.
Contoh 3
Pada tahun 2015 PT Pensiun berkomitmen melakukan PKK atas 20 orang karyawan
dengan jumlah pesangon keseluruhan senilai Rp 1.500.000.000. Selain itu, PT Pensiun
juga menawarkan kepada 15 orang karyawan lainnya untuk berhenti secara sukarela.
Setiap karyawan akan menerima pesangon masing-masing Rp 80.000.000 jika menerima
tawaran tersebut. PKK direncanakan efektif dilakukan awal tahun 2016. Dalam kasus ini
PT Pensiun sudah memiliki komitmen yang jelas untuk melakukan PKK dan biaya terkait
restrukturisasi telah diakui. Untuk PKK secara sukarela, PT Pensiun mengestimasi 2/3
karyawan akan menerima tawaran PKK tersebut. Berapa beban pesangon PKK yang harus
diakui PT Pensiun tahun 2015?
Jawab:
Beban yang harus diakui PT Pensiun 2015 adalah:
Pesangon PKK 20 karyawan = Rp 1.500.000.000
Pesangon 2/3 dari penawaran PKK secara sukarela kepada 15 karyawan
10 karyawan x Rp 80.000.000 = Rp 800.000.000
Jumlah = Rp 2.300.000.000
Dicatat di jurnal:
Beban imbalan kerja pesangon Rp 2.300.000.000
Provisi Rp 2.300.000.000
Contoh 4
Berikut adalah data yang berhubungan dengan program imbalan pasti bagi karyawan PT
Jompo:
16
1 Januari 2015 31 Desember 2015
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti 3.100.000.000 3.400.000.000
Nilai Wajar Aset Program 2.900.000.000 3.100.000.000
Penghasilan Komprehensif Lain (kredit) 352.000.000 394.000.000
Berdasarkan kasus pada PT Jompo, berapakah nilai liabilitas yang timbul di Laporan
Posisi Keuangan (Neraca) PT Jompo per 31 Desember 2015? Berapakah imbalan pasca
kerja yang harus diakui dalam Laporan Laba Rugi PT Jompo tahun 2015, jika iuran yang
dibayarkan tahun 2015 sebesar Rp 50.000.000? Berapakah keuntungan (kerugian)
aktuarial yang diakui PT Jompo melaui Penghasilan Komprehensif Lain tahun 2015?
Jawab:
Penghasilan Nilai Kini Keuntungan &
2015 Beban Kas Komprehensif Liabilitas Kewajiban Kerugian
Lain Imbalan Pasti Belum Diakui
Saldo Awal 352.000.000 3.100.000.000 200.000.000
Biaya Jasa
Kini
Biaya Bunga
Pendapatan
42.000.000 42.000.000
Bunga
Iuran 50.000.000 50.000.000
Imbalan
Pengukuran
Kembali –
300.000.000
Rugi
Aktuarial
Pengukuran
Kembali –
100.000.000
Rugi
Aktuarial
Jumlah
Tahun 50.000.000 42.000.000 92.000.000 300.000.000 100.000.000
Berjalan
Saldo Akhir 394.000.000 3.400.000.000 300.000.000
17
Contoh 5
PT Purnabakti memiliki program iuran pasti dengan iuran jatuh tempo tiap akhir bulan
sebesar Rp 4.000.000. Iuran bulan November 2015 telah dibayar sejumlah Rp 3.000.000
pada pertengahan Desember 2015, sedangkan iuran bulan Desember telah dibayar
seluruhnya pada awal Januari 2016. Hitung liabilitas yang diakui PT Purnabakti pada 31
Desember 2015 terkait program iuran pasti.
Jawab:
Iuran PT Purnabhakti setiap bulan Rp 4.000.000
Jadi, liabilitas yang diakui PT Purnabhakti pada 31 Desember 2015 adalah sebesar:
Rp 5.000.000,-
Contoh 6
Pada tahun 2015, PT Haritua memiliki saldo terkait program Imbalan Pasti adalah sebagai
berikut:
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti – awal tahun 2015 225.000.000
Nilai Wajar Aset Program – Awal tahun 2015 175.000.000
Penghasilan komprehensif lain (kredit) – awal tahun 2015 10.070.000
Biaya Jasa Kini 18.000.000
Tingkat Diskonto 10%
Iuran yang dibayarkan perusahaan pada Dana Pensiun 25.000.000
Imbalan pension yang dibayarkan oleh Dana Pensiun 12.000.000
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti – Akhir tahun 2015 260.000.000
Nilai Wajar Aset Program – Akhir tahun 2015 205.000.000
Diminta:
1. Hitung beban imbalan pasti tahun 2015 dan liabilitas di Laporan Posisi Keuangan
(Neraca) PT Haritua per 31 Desember 2015.
2. Buat ayat jurnal yang diperlukan PT Haritua terkait Program Imbalan Pasti tahun
2015.
18
Jawab:
Nilai biaya imbalan pasti yang akan diakui dalam laporan rugi laba adalah:
Beban Bunga
Tingkat diskonto x nilai kewajiban imbalan pasti awal
tahun
10% x Rp 225.000.000 22.500.000
Pendapatan Bunga
Tingkat diskonto x nilai wajar asset program awal tahun
10% x Rp 175.000 17.500.000 -
Bunga netto atas liabilitas (asset) imbalan pasti 5.000.000
Biaya jasa 18.000.000 +
Biaya imbalan pasti yang diakui dalam Laporan Laba Rugi 23.000.000
Jadi, beban imbalan pasti tahun 2015 adalah sebesar Rp 23.000.000,-
Kas 12.000.000
Imbas hasil program 12.000.000
(mencatat imbalan pensiun yang telah dibayarkan oleh dana pensiun)
19
KESIMPULAN
Pencatatan beban imbalan kerja pada laporan keuangan harus dilakukan dengan
mengacu kepada prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yaitu PSAK 24
tentang Imbalan Kerja. Imbalan-imbalan di UUK tersebut dapat diatur lebih lanjut di
Peraturan Perusahaan (PP) atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan dan
Serikat Pekerja dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di UUK.
Beban imbalan kerja atau beban personil adalah suatu bagian dari beban
perusahaan yang harus diakui pada laporan laba rugi komprehensif. Beban imbalan kerja
baik jangka panjang maupun jangka pendek harus dicadangkan sebagai suatu kewajiban
setiap bulannya sebagai konsekuensi adanya jasa yang diberikan pekerja kepada
perusahaan. Pencadangan dilakukan karena laporan keuangan disusun dengan basis akrual
dan jumlah imbalan kerja biasanya material. Pencadangan ini dilakukan agar laporan
keuangan menyajikan informasi yang relevan bagi pengambilan keputusan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Pertanyaan:
1. Jelaskan mengapa perusahaan harus membukukan Imbalan Kerja seperti yang diatur
dalam PSAK 24?
Jawab:
Pada tanggal 25 Maret 2003, pemerintah telah mensahkan UU No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang ini antara lain mengatur mengenai pesangon
yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada karyawan yang mengalami pemutusan
hubungan kerja (PHK) baik karena sebab normal seperti penguduran diri atau sudah
mencapai usia pensiun, ataupun PHK karena dipecat dari pekerjaan. Dengan berlakunya
UU ini mengakibatkan perusahaan akan dibebani dengan jumlah pembayaran pesangon
yang tinggi terutama untuk perusahaan yang memiliki jumlah karyawan ribuan orang
seperti untuk perusahaan perkebunan serta industri padat karya. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi kemungkinan terganggunya cash flow perusahaan akibat dari ketentuan
dalam UU No. 13 tahun 2003 tersebut, maka PSAK No. 24 mengharuskan perusahaan
untuk membukukan pencadangan atas kewajiban pembayaran pesangon/imbalan kerja
dalam laporan keuangannya.
PSAK 24 mengharuskan perusahaan untuk mengakui :
(a) kewajiban jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan
kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan
(b) beban jika perusahaan menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang
diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.
Pembukuan Imbalan Kerja sesuai dengan PSAK 24 tersebut merupakan sebuah bentuk
kepatuhan mandatory terhadap peraturan dan ketentuan yang diberlakukan.
Untuk perusahaan yang pertama sekali menerapkan PSAK 24 (revisi 2004) ini harus
memperlakukan penerapan awal tersebut sebagai perubahan kebijakan akuntansi dengan
menggunakan pendekatan retrospektif. Selisih antara kewajiban pada saat penerapan
pertama kali PSAK ini dan kewajiban yang telah diakui perusahaan pada tanggal yang
sama, jika ada, menurut kebijakan akuntansi perusahaan sebelumnya, harus diperlakukan
sebagai penyesuaian saldo laba awal periode yang paling dini yang disajikan kembali
(HRD).
22
2. Adakah hubungan penerapan/pembukuan imbalan kerja pada LK dengan
pendapat auditor saat LK tersebut diaudit?
Jawab:
PSAK 24 mengenai imbalan kerja, dimana entitas menentukan nilai kini kewajiban
imbalan pasti dan nilai wajar asset program dengan keteraturan yang memadai (sufficient
regularity) sehingga jumlah yang diakui dalam laporan keuangan tidak berbeda secara
material dari jumlah yang akan ditentukan pada akhir periode pelaporan. Dengan melihat
pembukuan imbalan kerja pada laporan keuangan tersebut, auditor dapat memberikan
pendapatnya atas imbalan pasti di perusahaan tersebut telah disajikan secara wajar dan tida
kberbeda secara material serta telah dicatat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku, maka terdapat hubungan antara pembukuan Imbalan Kerja dengan Opini
Auditor.
23