Disusun Oleh :
Afni Nurvita
Cindi Faujia Putri
Dhea Aulia F
Guswandani
Izqa Khikma M
Kurnia Dewi
Rizky Amalia Rosa
Warsiti
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Standar Akuntansi Keuangan.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dari kata sempurna,
namun demikian penulis senantiasa berusaha agar pembuatan tugas ini memenuhi tugas yang
ditentukan atas bantuan yang diberikan berbagai pihak.
Penyusun menyadari dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan, karenanya
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Tidak lupa pula penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan penulisan kata atau
kalimat. Semoga tugas ini bermanfaat bagi semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
PSAK 24 penting diterapkan agar perusahaan mengakui imbalan kerja yang telah
diberikan. Apabila tidak terdapat akun imbalan kerja dalam laporan keuangan perusahaan
maka secara tidak langsung perusahaan sebenarnya menyembunyikan kewajiban untuk
imbalan kerja. Pengungkapan imbalan kerja yang kurang tepat dapat mendorong
ketidakpercayaan para investor yang akan menghambat kemajuan perusahaan dan
berdampak terhadap likuiditas perusahaan. Imbalan kerja juga dapat berdampak pada
efektifitas perusahaan dan kinerja pekerja jika tidak diterapkan dengan baik. Perlakuan yang
tidak tepat terhadap pekerja dapat berdampak negative untuk perusahaan dikarenakan dapat
mendorong pekerja melakukan pemogokan atau kecurangan seperti korupsi dan
penyelundupan yang dapat merugikan perusahaan.
Selain itu ada lagi yang perlu dipahami dan dipelajari dalam dunia akuntansi adalah
mengetahui PSAK No 57 secara lebih rinci yang memberikan dasar memilih danmenerapkan
kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang eksplisit. DimanaPSAK ini tidak wajib
diterapkan untuk unsur–unsur yang tidak material.PSAK ini bertujuan untuk mengatur
pengakuan dan pengukuran provisi, liabilitaskontinjensi, dan aset kontinjensi serta untuk
memastikan informasi memadai telahdiungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Dengan demikian, penggunaataupun para pemangku kepentingan dapat memahami sifat,
waktu, dan jumlah yangterkait dengan informasi tersebut. Sehingga berpengaruh terhadap
pengambilankeputusan mereka.PSAK ini wajib diterapkan oleh semua entitas dalam
akuntansi untuk provisi,liabilitas kontinjensi, dan aset kontinjensi, kecuali yang ditimbulkan
dari kontrakeksekutori dan hal–hal yang dicakup dalam PSAK lain. Dalam makalah ini,
akandibahas secara lebih mendalam mengenai definisi, istilah, serta praktek dari PSAK 57
yang dilakukan oleh seorang akuntan dalam kegiatan bisnis perusahaan. Oleh karenaitu,
penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai penerapan PSAK No 57dan
menyajikannya dalam bentuk sebuah makalah tentang Provisi, Liabilitas, danKontinjensi
pada PSAK No 57.
1.3 Tujuan
PEGERTIAN
Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:
Imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan entitas dalam
pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk terminasi
kontrak kerja.
Imbalan kerja jangka panjang adalah seluruh imbalan kerja selain imbalan
kerja jangka pendek, imbalan pascakerja, dan pesangon.
Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain dari pesangon)
yang diharapkan akan diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas bulan
setelah akhir periode pelaporan tahunan dimana pekerja memberikan jasa
terkait.
Imbalan pasca kerja adalah imblan kerja (selain pesangon dan imbalan kerja
jangka pendek) yang terutang setelah pekerja menyelesaikan kontrak kerja.
Pesangon adalah imblan yang diberikan dalam pertukaran atas terminasi
perjanjian kerja dengan pekerja sebagai akibat dari :
a) Keputusan entitas untuk memberhentikan pekerja sebelum usia
purnakarya normal atau
b) Keputusan pekerja menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran ats
terminasi perjanjian kerja.
Program imbalan pascakerja adalah pengaturan formal atau infomal dimana
entitas memberikan imbalan pascakerja bagi satu atau lebih pekerja.
Program imbalan pasti adalah program imbalan pasca kerja yang bukan
merupakan program iuran pasti.
Program iuran pasti adalah program imbalan pascakerja dimana entitas
membayar iuran tetap kepada entitas terpisah (dana) dan tidak memiliki
kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif untuk membayar seluruh
imbalan kerja terkait dengan jasa yang diberikan oleh pekerja pada periode
berjalan adan periode sebelumnya.
Program multipemberi kerja adalah program iuran pasti atau program
imbalan pasti (selain program jaminan sosial) yang:
a) Menyatukan aset yang dikontribusikan oleh beberapa entitas yang
tidak sepengendali dan
b) Menggunakan aset tersebut untuk memberikan imbalan kepada para
pekerja yang berasal lebih dari satu entitas, dengan dasar bahwa
tingkat iuran dan imbalan ditentukan tanpa memperhatikan identitas
entitas yang memperkerjakan pekerja tersebut.
Aset program terdiri atas:
a) Aset yang dimiliki oleh dana imbalan kerja jangka panjang dan
b) Polis asuransi yang memenuhi syarat.
Aset yang dimiliki oleh dana imbalan kerja jangka panjang adalah aset (selain
instrumen keuangan yang diterbitkan entitas pelapor yang tidak dapat
dialihkan) yang:
a) Dimiliki oleh entitas (dana) yang terpisah secara hukum dari entitas
pelapor dan didirikan semata-mata untuk membayar atau mendanai
imbalan kerja dan
b) Tersedia digunakan hanya untuk membayar atau mendanai imbalan
kerja, tidak dapat digunakan untuk membayar utang entitas pelapor
(walaupun dalam keadaan bangkrut), dan tidak dapat
dikembalikan kepada entitas pelapor, kecuali dalam keadaan:
i. Aset dana telah mencukupi untuk memenuhi seluruh
kewajiban imbalan kerja terkait program atau entitas pelapor
atau,
ii. Aset dikembalikan kepada entitas pelapor untuk pengganti
imbalan kerja yang telah dibayarkan oleh entitas.
Batas atas aset adalah nilai kini dari manfaat ekonomik yang tersedia dalam
bentuk pengembalian dana dari program atau pengurangan iuran masa
depan untuk program tersebut.
Defisit atau surplus adalah:
a) Nilai kini dari kewajiban imbalan pasti dikurangi
b) Nilai wajar dari aset program (jika ada)
Liabilitas (aset) imbalan pasti neto adalah defisit atau surplus, yang
disesuaikan unruk setiap dampak terhadap pembatasan aset imbalan pasti
neto ke batas atas aset.
Nilai kini kewajiban imbalan pasti adalah nilai kini dari pembayaran masa
depan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban atas jasa pekerja
periode berjalan dan periode-periode sebelumnya. Nilai kini dalam
perhitumgam tersebut tidak dikurangi dengan aset program.
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau
harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi
teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
Polis asuransi yang memenuhi syarat adalah polis asuransi yang diterbitkan
oleh asuradur yang bukan merupakan pihak berelasi (sebagaimana
didefisinikan dalam PSAK 7, pengungkapan pihak-pihak berelasi) dengan
entitas pelapor, jika hasil polis tersebut:
a) Digunakan hanya untuk membayar atau mendanai imbalan kerja
dalam program imbalan pasti, dan
b) Tidak dapat digunakan untuk membayar utang entitas pelapor
(walaupun dalam keadaan bangkrut) dan tidak dapat dikembalikan
kepada entitas plapor, kecuali dalam keadaan:
i. Hasil polis mencerminkan surplus aset yang tidak dibutuhkan
polis untuk memenuhi seluruh kewajiban imbalan kerja, atau
ii. Hasil polis dikembalikan ke entitas pelapor untuk mengganti
imbalan kerja yang tidak dibayarkan oleh entitas.
Biaya jasa terdiri atas:
a) Biaya jasa kini, yaitu kenaikan nilai kini kewajiban imblan pasti yang
bersal dari jasa pekerja dalam periode berjalan.
b) Biaya jasa lalu yaitu perubahan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas
jasa pekerja pada periode sebelumnya, sebagai akibat dari
amandemen program (pemberlakuan awal atau pembatalan atau
perubahan program imbalan pasti) atau kuartailmen (penurunan
signifikan yang dilakukan oleh entitas dalam hal jumlah pekerja yang
ditanggung oleh program) dan
c) Keuntungan atau kerugian atas penyelesaian.
Bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto adalah perubahan selama
periode atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto yang timbul dari berlalunya
waktu
Imbalan hasil aset program adalah bunga, dividen, dan penghasilan lain yang
berasal dari aset program, termasuk keuntungan atau kerugian aset program
yang telah atau belum direalisasi, dikurangi:
a) Penyesuaian pengalaman (dampak dari perbedaan antara asumsi
aktuarial awal dengan apa yang secara aktual terjadi) dan
b) Pengaruh perubahan asumsi aktuarial.
Pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto terdiri atas :
a) Keuntungan dan kerugian aktuarial
b) Imbal hasil atas aset program, tidak termasuk jumlah yang
dimasukkan dalam bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto,
dan
c) Setiap perubahan atas dampak batas atas aset, tidak termasuk jumlah
yang dimasukkan dalam bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti
neto.
Keuntungan dan kerugian aktuarial adalah perubahan atas nilai kini dari
kewajiban imbalan pasti sebagai akibat dari:
a) Penyesuaian pengalaman (dampak dari perbedaan antara asumsi
aktuarial awal dengan apa yang secara aktual terjadi) dan
b) Pengaruh perubahan asumsi aktuarial.
Penyelesaian adalah transaksi yang menghilangkan seluruh kewajiban hukum
atau kewajiban konstruktif lebih lanjut untuk bagian atau seluruh imbalan
yang diberikan berdasarkan program imbalan pasti, selain pembayaran
imbalan kepada, atau atas nama, pekerja yang diatur dalam ketentuan
program dan termasuk dalam asumsi aktuarial.
2.1.1 Imbalan Kerja Jangka Pendek
Entitas mengakui biaya yang diperkirakan atas imblan kerja jangka pendek dalam
bentuk cuti berbayar seperti yang diatur di paragraf 11 sebagai berikut:
Entitas mengukur biaya yang diperkirakan atas cuti berbayar yang diakumulasi
sebagai jumlah imblan yang telah terakumulasi pada akhir periode pelaporan
Contoh ilustrasi:
Entitas memiliki 100 pekerja, masing – masing memiliki hak cuti sakit berbayar
sebanyak lima hari setiap tahun. Cuti sakit yang belum digunakan hanya dapat
digunakan pada satu tahun berikutnya. Penggunaan cuti sakit pertama kali
diperhitungkan dari hak cuti tahun berjalan dan sisanya dari tahun sebelumnya
(berdasarkan LIFO). Pada 31 Desember 20X1, rata-rata hak cuti belum digunakan
dua hari per pekerja. Berdasarkan pengalaman, entitas memperkirakan 92 pekerja
mengambil cuti sakit berbayar tidak lebih dari lima hari pada tahun 20X2 dan
delapan pekerja lain masing-masing mengambil rata-rata 6,5 hari.
Contoh ilustrasi
Entitas berpartisipasi dalam program imblan pasti multipemberi kerja yang tidak
menyiapkan penilaian program berdasarkan PSAK 24: imbalan kerja. Oleh karena itu
multipemberi kerja melaporkan program tersebut seolah-olah program tersebut
merupakan program iuran pasti. Penilaian pendanaan yang tidak termasuk dalam PSAK
24 menunjukkan defisit dalam program sebesar Rp100 juta. Program telah menyetujui
berdasarkan kontrak jadwal kontribusi dengan
pemberi kerja yang berpartisipasi dalam program akan menghilangkan defisit
selama lima tahun kedepan. Total iuran entitas berdasarkan kontrak sebesar Rp8
juta.
Jika entitas masih memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif, maka
entitas memperlakukan program tersebut sebagai program imbalan pasti.
Ketika pekerja telah memberikan jasa kepada entitas selam suatu periode, entitas
mengakui iuran terutang kepada program iuran pasti atas jasa pekerja:
a) Sebagai liabilitas (beban akrual), setelah dikurangi dengan iuran yang
telah dibayar, jika iuran yang telah dibayar tersebut melebihi iuran
terutang untuk jasa sebelum akhir periode pelaporan, maka entitas
mengakui kelebihan tersebut sebagai aset (beban dibayar dimuka)
sepanjang kelebihan tersebut akan mengurangi pembayaran iuran masa
depan atau pembayaran kembali dalam bentuk kas.
b) Sebagai beban, kecuali PSAK lain mensyaratkan atau mengizinkan iuran
tersebut untuk dimasukan dalam biaya perolehan aset.
Ketika iuran pada program iuran pasti yang tidak diharapkan akan diselesaikan
seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan saat
pekerja memberikan jasanya, maka iuran tersebut didiskonto dengan
menggunakan tingkat diskonto yang diatur di paragraf 83.
Entitas mengungkapkan jumlah yang diakui sebagai beban untuk program iuran
pasti.
Entitas menentukan jumlah liabilitas (aset) imbalan pasti neto dengan keteraturan
yang memadai bahwa jumlah yang diakui dalam laporan keuangan tidak berbeda
secara material dengan jumlah yang akan ditentukan pada akhir periode
pelaporan.
Entitas mengakui liabilitas (aset) imbalan pasti neto dalam laporan posisi
keuangan.
Ketika entitas memiliki surplus dalam program imbalan pasti, maka entitas
mengukur aset imbalan pasti neto pada jumlah yang lebih rendah antara:
a) Surplus program imbalan pasti dan,
b) Batas atas aset, yang ditentukan dengan mennggunakan tingkat diskonto
yang dijelaskan dalam paragraf 83.
Entitas menggunakan metode projected unit credit untuk menentukan nilai kini
kewajiban imbalan pasti, biaya jasa kini terkait, dan biaya jasa lalu (jika dapat
diterapkan).
Metode projected unit credit (sering kali disebut sebagai metode imbalan yang
diakru secara prorata sesuai jasa atau sebagai metode imbalan atau tahun jasa)
menganggap setiap periode jasa akan menghasilkan satu unit tambahan hak atas
imbalan (lihat paragraf 70-74) dan mengukur setiap unit secara terpisah untuk
membentuk kewajiban akhir.
Contoh ilustrasi
Imbalan lump sum terutang saat pekerja berhenti bekerja yaitu sebesar 1% dari
gaji terakhir untuk setiap tahun jasa. Gaji pada tahun pertama adalah Rp 10.000
dan di asumsikan meningkat sebesar 7% (majemuk) setiap tahun. Tingkat
diskonto yang digunakan adalah 10% pertahun. Tabel berikut ini menunjukan
bagaimana kewajiban timbul dari pekerja yang akan pensiun pada akhir tahun ke-
5, dengan asumsi tidak ada perubahan dalam asumsi aktuarial. Untuk alasan
kemudahan, contoh ini mengabaikan penyesuaian tambahan yang dibutuhkan
untuk mencerminkan kemungkinan bahwa pekerja akan berhenti bekerja sebelum
atau sesudah tanggal yang diasumsikan (akhir tahun ke-5).
Tahun 1 2 3 4 5
Imbalan diatribusikan pada:
- Tahun-tahun sebelumnya 0 131 262 393 524
- Tahun berjalan (1% dari 131 131 131 131 131
gaji terakhir)
- Tahun berjalan dan 131 262 393 524 655
tahun-tahun sebelumnya
Kewajiban awal - 89 196 324 476
Bunga pada 10% - 9 20 33 48
Biaya jasa kini 89 98 108 119 131
Kewajiban akhir 89 196 324 476 655
Catatan:
1. Kewajiban awal adalah nilai kini imbalan yang diatribusikan pada tahun
sebelumnya.
2. Biaya jasa kini adalah nilai kini imbalan yang diatribusikan pada tahun
berjalan.
3. Kewajiban akhir adalah nilai kini imbalan yang diatribusikan pada tahun
berjalan dan tahun-tahun sebelumnya
Dalam menentukan nilai kini kewajiban imblan pasti dan biaya jasa kini terkait
dan biaya jasa lalu (jika dapat diterapkan ), entitas mengatribusikan imbalan pada
periode jasa berdasarkan formula imbalan yang dimiliki program. Akan tetapi,
jika jasa pekerja di tahun-tahun akhir meningkat secara material dibandingkan
dengan tahun-tahun awal, maka entitas mengatribusikan imbalan tersebut dengan
dasar garis lurus, sejak:
Contoh ilustrasi
Jika imbalan harus segera dibayar saat pekerja berhenti bekerja, maka
biaya jasa kini dan nilai kini dari kewajiban imblan pasti dihitung sampai
dengan tanggal saat pekerja diperkirakan akan berhenti bekerja. Dengan
demikian, karena dampak dari pendiskontoan, jumlah biaya dan
kewajiban tersebut lebih kecil dari jumlah yang akan diterima
seandainya pekerja pada akhir periode pelaporan.
Nilai kini kewajiban imbalan pensiun pasti adalah nilai kini semua
pembayaran bulanan yang besarnya 2,5% dikalikan dengan jumlah masa
kerja pekerja sampai dengan tanggal periode pelaporan.
Biaya jasa kini dan nilai kini dari kewajiban imblan pasti harus
didiskontokan karena pembayaran pensiun dimulai di masa depan yang
cukup jauh, yaitu sejak pekerja berusia 55 tahun.
Dalam program imbalan pasti jasa pekerja akan menimbulkan kewajiban, bahkan
jika imbalan tersebut tergantung pada status bekerjanya di masa depan (dengan
kata lain belum vested). Jasa pekerja sebelum tanggal vesting menimbulkan
kewajiban konstruktif karena, pada setiap akhir periode pelaporan yang
berurutan, jumlah jasa masa depan yang harus diberikan pekerja sebelum pekerja
berhak atas imbalan tersebut menjadi berkurang. Dalam mengakui kewajiban
imbalan pasti, entitas memperhitungkan kemungkinan bahwa beberapa pekerja
tidak akan memenuhi persyaratan vesting. Serupa dengan hal tersebut, walaupun
beberapa imbalan imbalan pascakerja sebagai contoh jaminan kesehatan
pascakerja, terutang hanya jika peristiwa tertentu terjadi pada saat pekerja tidak
lagi bekerja, namun kewajiban muncul pada saat pekerja memberikan jasa yang
menimbulkan hak atas imbalan jika peristiwa tertentu tersebut terjadi.
Kemungkinan bahwa peristiwa tertentu tersebut akan terjadi mempengaruhi
pengukuran kewajiban, namun tidak menentukan apakah kewajiban tersebut ada.
Contoh ilustrasi
Asumsi aktuarial
Asumsi aktuarial tidak boleh bias dan harus selaras satu dengan yang lain.
Asumsi keuangan didasarkan pada tingkat harapan pasar, pada akhir periode
pelaporan selama periode dimana kewajiban akan diselesaikan.
Entitas mengakui biaya jasa lalu sebagai beban pada tanggal yang lebih awal
antara:
Penggantian
Jika dan hanya jika terdapat kepastian bahwa pihak lain akan
mengganti sebagian atau seluruh pengeluaran yang dosyaratkan
untuk menyelesaikan kewajiban imbalan pasti maka entitas:
Penyajian
Saling hapus
Pengakuan
Entitas mengakui liabilitas dan beban pesangon pada tanggal yang lebih awal
diantara:
a) Ketika entitas tidak dapat lagi menarik tawaran atas imbalan tersebut dan
b) Ketika entitas mengakui biaya untuk restrukturisasi yang berada dalam
ruang lingkup PSAK 57
Pengukuran
Entitas mengukur pesangon pada saat pengakuan awal, dan mengukur dan
mengakui perubahan selanjutnya, sesuai dengan sifat imbalan kerja, dengan
ketentuan bahwa jika pesangon merupakan sebuah peningkatan pada imbalan
pascakerja, maka entitas menerapkan persyaratan imbalan pascakerja, sebaliknya:
1. Jika pesangon diharapkan akan diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas
bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan di mana pesangon diakui,
maka entitas menerapkan persyaratan untuk imbalan kerja jangka pendek.
2. Jika pesangon tidak diharapkan untuk diselesaikan seluruhnya sebelum
dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan, maka entitas
menerapkan persyaratan untuk imbalan kerja jangka panjang lain.
Pesangon
Tunjangan yang diberikan atas terminasi kontrak kerja adalah Rp10.000. ini
adalah jumlah yang harus dibayarkan oleh entitas untuk mengakhiri kontrak kerja
terlepas dari apakah pekerja tetap tinggal dan memberikan jasa sampai penutupan
pabrik atau mereka pergi sebelum penutupan. Meskipun pekerja dapat
meninggalkan pabrik sebelum penutupan, terminasi kontrak kerja seluruh pekerja
adalah hasil dari keputusan entitas untuk menutup pabrik dan menghentikan
pekerja mereka (yaitu seluruh pekerja akan meninggalkan pekerjaan ketika pabrik
tutup). Oleh karena itu, entitas mengakui kewajiban Rp 1.200.000 (yaitu 120 x
Rp10.000) untuk pesangon yang diberikan sesuai dengan program imbalan kerja
pada saat yang lebih awal antara ketika rencana terminasi diumumkan dan ketika
entitas mengakui restrukturisasi biaya terkait dengan penutupan pabrik. Imbalan
yang diberikan sebagai penggantian atas jasa
Imbalan tambahan yang akan diterima pekerja jika mereka memberikan jasa untuk
periode sepuluh bulan adalah sebagai imbal atas jasa yang diberikan selama
periode tersebut. Entitas mencatat sebagai imbalan kerja jangka pendek karena
entitas mengharapkan penyelesaian sebelum dua belas bulan setelah akhir periode
pelaporan tahunan. Dalam contoh ini diskonto tidak disyaratkan, sehingga beban
sebesar Rp200.000 (yaitu Rp2.000.000 : 10) diakui setiap bulan selama periode
pemberian jasa sepuluh bulan, dengan peningkatan yang sebanding dalam jumlah
liabilitas yang tercatat.
a. Pesangon
Bentuk imbalan kerja tidak menentukan apakah imbalan kerja disediakan dalam
pertukaran atas jasa atau dalam pertukaran atas terminasi kontrak kerja. Pesangon
biasanya merupakan pembayaran lump sum. Tapi kadang-kadang juga meliputi:
a) Peningkatan imbalan pascakerja, baik secara tidak langsung melalui
program imabalan kerja atau secara langsung.
b) Gaji sampai akhir periode yang ditentukan jika pekerja tidak memberikan
jasa lebih lanjut yang memberikan manfaat ekonomik bagi entitas.
2.2 Liabilitas
Menurut FASB kewajiban diartikan sebagai pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang
suatu kesatuan usaha untuk menstransfer aset atau menyediakan/menyerahkan
jasa kepada kesatuan lain datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Statement of Financial Concepts No. 3 mendefinisikan utang sebagai
pengorbanan manfaat ekonomis yang mungkin terjadi di masa yang akan datang
yang timbul dari kewajiban yang ada dari suatu entitas tertentu untuk mentransfer
aktiva atau memberikan jasa ke entitas lainnya di masa yang akan datang sebagai
akibat transaksi atau kejadian di masa lalu.
Sedangkan menurut Kerangka Dasar Pengukuran dan Pengungkapan
Laporan Keuangan (KDP2LK) liabilitas adalah utang entitas masa kini yang
timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
Terdapat beberapa pengertian lain selain dari FASB yaitu seperti pengertian
menurut IASC, AASB, dan APB No. 4, tetapi pada umumnya dijelaskan bahwa
kewajiban memiliki tiga karakteristik utama yang terdiri atas pengorbanan
manfaat ekonomik masa datang, keharusan sekarang untuk menstransfer aset, dan
timbul sebagai akibat transaksi masa lalu.
1. Menjadi pengorbanan sumber ekonomik yang cukup pasti di masa
depan (probable future sacrifices of economic benefits).
2. Menjadi kewajiban saat ini atau periode ini (present obligation) untuk
menyerahkan kas, barang, atau jasa di masa datang.
3. Terjadi karena transaksi masa lalu.
Liabilitas dapat diketahui nilainya dengan pasti, namun ada beberapa jenis
liabilitas yang nilainya diukur dengan estimasi, liabilitas jenis ini diistilahkan
sebagai provisi. Sejak PSAK 1 (revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan,
istilah kewajiban ini diganti dengan liabilitas.
Kewajiban dimasukkan dalam laporan neraca dengan saldo normal kredit,
dan biasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu liabilitas jangka pendek dan
liabilitas jangka panjang.
2.2.1.Liabilitas Jangka Pendek
PSAK 1 (revisi 2009) menjelaskan klasifikasi liabilitas jangka pendek jika
memenuhi kriteria:
1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus
operasi normalnya;
2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12
bulan setelah periode pelaporan; atau
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Berdasarkan ketentuan diatas, liabilitas jangka pendek dapat diartikan
sebagai liabilitas entitas kini, yang timbul akibat peristiwa masa lalu, yang
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas
yang akan diselesaikan dalam jangka waktu satu siklus operasi atau 12 bulan
mana yang lebih panjang dan untuk tujuan diperdagangkan. Kriteria khusus untuk
liabilitas jangka pendek adalah jangka waktu penyelesaian 12 bulan atau satu
siklus operasi. Siklus operasi adalah siklus dari pembelian bahan baku sampai
dengan diperolehnya kas dari hasil penjualan produk yang dihasilkan.
PSAK 1 (revisi 2009) menjelaskan item-item minimum dari liabilitas
jangka pendek yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan. Menurut
PSAK 1 (revisi 2009), jika entitas memiliki liabilitas tersebut dalam jumlah
material maka entitas harus menyajikan sebagai unsur yang terpisah. Item
minimum yang diharuskan menurut PSAK 1 (revisi 2009) untuk liabilitas jangka
pendek adalah:
1. Utang dagang dan terutang lainnya;
2. Provisi;
3. Liabilitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan
dalam provisi);
4. Liabilitas dan aset pajak kini; sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46
(revisi 2013) Akuntansi Pajak Penghasilan;
5. Liabilitas dan aset pajak tangguhan; sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 46 (revisi 2013);
6. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang
diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK
58 (revisi 2010) Aset Lancar yang Tersedia untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan.
Liabilitas jangka pendek lainnya dapat berupa liabilitas yang tidak
diselesaikan dalam siklus operasi normal, tetapi jatuh tempo dan diselesaikan
dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki untuk tujuan
diperdagangkan. Misalnya, liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk diperdagangkan sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2013), cerukan
bank, bagian jangka pendek dari liabilitas keuangan jangka panjang, dividen
terutang, pajak penghasilan terutang, dan utang nonusaha lainnya. Entitas
mengklasifikasikan liabilitas keuangan tersebut sebagai liabilitas jangka pendek
jika liabiliitas tersebut jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah
periode pelaporan.
Entitas dapat menyajikan komponen yang lebih rinci dari item tersebut.
Pertimbangan untuk menyajikan suatu komponen liabilitas jangka pendek dalam
satu line sendiri atau digabungkan diserahkan kepada manajemen dengan
mempertimbangkan kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan. Jika suatu
informasi detail diperlukan oleh pengguna laporan keuangan, maka entitas
sebaiknya menyajikan dalam komponen yang terpisah. Dapat juga entitas
menyajikan dalam kelompok minimal sesuai dengan PSAK 1 (revisi 2009) dan
melengkapinya dengan rincian dalam catatan atas laporan keuangan.
PSAK 1 (revisi 2009) hanya menjelaskan tentang bagaimana menyajikan
liabilitas dalam laporan keuangan. Pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang diatur lebih lanjut
dalam PSAK Instrumen Keuangan yaitu PSAK 50 (revisi 2013) Penyajian
Instrumen Keuangan; PSAK 55 (revisi 2013) Pengakuan dan Pengukuran
Instrumen Keuangan; dan PSAK 60 (revisi 2013) Pengungkapan Instrumen
Keuangan. Untuk liabilitas diestimasi atau sekarang dikenal dengan istilah provisi
diatur dalam PSAK 57 (revisi 2009) Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi.
2.2.2.Jenis dan Klasifikasi Liabilitas Jangka Pendek
PSAK 1 (revisi 2009) tidak membahas secara khusus klasifikasi dan jenis
liabilitas jangka pendek. Bentuk usaha entitas akan menentukan jenis dan
klasifikasi liabilitas yang dimiliki sebuah entitas. Klasifikasi dapat dilihat dalam
berbagai perspektif dan sudut pandang. PSAK 1 (revisi 2009) hanya memberikan
aturan umum dalam penyajian item dalam laporan keuangan didasarkan pada
relevansi informasi tersebut bagi pengguna laporan keuangan. Jika informasi
tersebut dianggap relevan maka sebaiknya diklasifikasikan secara terpisah.
Materialitas juga menjadi pertimbangan apakah suatu liabilitas perlu
diklasifikasikan tersendiri atau digabung.
Berdasarkan nilainya, liabilitas dapat dikategorikan menjadi liabilitas yang
nilainya pasti dan liabilitas yang nilainya tidak dapat ditentukan sehingga harus
diestimasi. Liabilitas yang nilainya pasti, merupakan bentuk liabilitas yang telah
jelas berapa jumlah dibayarkan kepada pihak lain. Liabilitas yang nilainya tidak
pasti, jumlahnya diestimasi oleh entitas berdasarkan informasi yang tersedia.
Menurut PSAK 57 (revisi 2009) disebut sebagai provisi.
Liabilitas juga dapat diklasifikasikan berdasarkan asal terjadinya. Liabilitas
dapat terjadi sebagai konsekuensi kegiatan operasi perusahaan dan liabilitas yang
berdasarkan kontrak formal. Liabilitas yang terjadi sebagai konsekuensi operasi
misalnya utang dagang, utang pajak, beban yang masih harus dibayar, pendapatan
diterima di muka. Liabilitas berdasarkan kontrak formal misalnya wesel bayar,
utang bank, atau liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam dua belas
bulan. Berikut beberapa jenis liabilitas jangka pendek:
• Utang usaha, adalah utang terkait dengan kegiatan utama entitas. Untuk
entitas yang bergerak di bidang perdagangan, utang usaha disebut sebagai
utang dagang. Utang dagang timbul saat entitas melakukan pembelian
kepada pemasok secara kredit.
• Wesel bayar, atau sering disebut sebagai notes payable atau promissory
notes merupakan janji dari pihak penarik wesel untuk membayarkan
sejumlah nilai tertentu di masa mendatang. Wesel bayar ditarik untuk
pelunasan utang dagang, pembayaran suatu transaksi atau ditarik untuk
mendapatkan uang tunai. Pihak penarik wesel akan menunjuk bank untuk
melakukan penyelesaian pembayaran yang akan diambil dari rekening
penarik / penerbit wesel. Akuntansi untuk wesel bayar tidak berbeda dengan
akuntansi untuk utang bank, perbedaan yang mendasarinya hanyalah
dokumen transaksinya. Dokumen transaksi wesel adalah surat wesel atau
promissory notes, sedangkan bukti transaksi utang bank adalah dokumen
kredit bank. Bunga atas wesel bayar biasanya dihitung berdasarkan nilai
nominal yang tertera dalam wesel. Jika dalam penerbitan wesel bayar, pihak
penerbit mengeluarkan biaya transaksi maka biaya transaksi tersebut akan
diperhitungkan menambah biaya bunga sehingga bunga efektif wesel akan
menurun.
• Utang bank jangka pendek, adalah utang suatu entitas kepada bank
dengan jangka waktu satu tahun atau kurang. Utang bank jangka pendek
ditarik oleh entitas untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan.
Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas pada saat membutuhkan
untuk jangka waktu tertentu dan akan dikembalikan sesuai dengan
perjanjian kredit. Utang bank jangka pendek ada bunganya, bunga dapat
dibayarkan pada saat jatuh tempo, selama periode tertentu, bunga dipotong
didepan dari jumlah utang yang ditarik atau kombinasi.
• Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo, liabilitas jangka
panjang yang akan dilunasi periode berikutnya diklasifikasikan menjadi
liabilitas jangka pendek, kecuali: 1). Dilunasi dengan akumulasi dana yang
tidak diklasifikasikan sebagai aset lancar; 2). Dibiayai kembali atau dilunasi
dengan penerbitan liabilitas jangka panjang yang baru; 3). Dikonversi
menjadi saham. Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam
jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan tetap
diklasifikasikan dalam jangka pendek.
• Liabilitas jangka pendek yang didanai kembali, liabilitas keuangan yang
dibiayai kembali yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan setelah periode
pelaporan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika entitas
tidak memiliki hak tanpa syarat untuk membiayai kembali. Pelanggaran
perjanjian utang yang mengakibatkan kreditur meminta percepatan
pembayaran, maka liabilitas tersebut disajikan sebagai liabilitas jangka
pendek, meskipun kreditur mengizinkan penundaan pembayaran selama 12
bulan setelah tanggal pelaporan tetapi persetujuan tersebut diperoleh setelah
tanggal pelaporan
• Utang dividen, adalah dividen yang telah diumumkan namun belum
dibayarkan.Utang dividen diakui pada saat pengumuman dividen dalam
Rapat Umum Pemegang Saham. Utang dividen yang diakui hanyalah
dividen tunai atau dividen yang diberikan dalam bentuk aset. Dividen
saham tidak dicatat oleh penerima dan tidak ada pengakuan utang. Dividen
saham akan dicatat dengan mereklasifikasikan saldo laba ke modal / agio
saham.
• Uang muka pelanggan (deposit), adalah uang yang dibayarkan pelanggan
sebagai deposit dan akan diberikan kembali kepada pelanggan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan.
• Pendapatan diterima dimuka, adalah pendapatan yang telah diterima
secara tunai namun pendapatannya belum diperoleh. Ini merupakan
liabilitas karena entitas sudah menerima kas atas barang yang belum
diserahkan atau jasa yang belum diselesaikan.
• Utang PPN / PPnBM, PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai yang diciptakan oleh perusahaan. Pajak ini dikenakan
atas setiap konsumsi barang atau jasa didaerah pabean. Menurut UU PPN,
saat terutang PPN adalah pada saat penyerahan barang atau jasa, kecuali
jika kas diterima terlebih dahulu sebelum penyerahan barang atau jasa,
maka saat terutang pajak adalah saat penerimaan kas. Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan atas penjualan
barang mewah. Pajak ini hanya dikenakan pada importer dan produsen
barang mewah, tidak dapat dikreditkan, serta dicatat oleh pembeli sebagai
penambah nilai persediaan.
• Utang pajak penghasilan, entitas pada saat membayar gaji karyawan, akan
memotong PPh 21 atau mencatat utang PPh 21.
• Utang gaji, adalah beban gaji yang telah terjadi namun belum dibayarkan.
• Utang pajak pihak ketiga, entitas diwajibkan dalam peraturan untuk
melakukan pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima oleh pihak
lain. Pajak yang dipotong diantaranya adalah PPh 21 atas gaji yang diterima
pekerja, PPh 26 atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri, PPh
23 atas jasa, sewa, bunga royalty.
2.Kewajiban Kontijensi
Liabilitas kontijensi yang tidak memenuhi kriteria sebagai provisi
diklasifikasikan sebagai liablitas kontijensi. Kontijensi adalah suatu keadaan
yang masih diliputi ketidakpastian mengenai kemungkinan diperolehnya laba
atau rugi oleh suatu perusahaan, yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau
tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang.
Kewajiban kontinjensi adalah:
Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa
atau lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali
pemerintah; atau
Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi
tidak diakui Karena:
Tidak terdapat kemungkinan besar (not probable ) pemerintah
mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk
menyelesaikan kewajibannya; atau
Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Liabilitas kontinjensi menurut PSAK 57 (revisi 2009) terdiri dari dua
kelompok, yaitu liabilitas potensial dan liabilitas kini. Keuntungan kontinjensi
(gain contingencies) adalah klaim atau hak untuk menerima aktiva (atau
memiliki kewajiban yang menurun) yang keberadaannya tidak pasti tetapi pada
akhirnya akan menjadi sah. Jenis keuntungan kontinjensi yang khas adalah:
Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, dan
lain sebagainya.
Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak
Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan
Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan
Kerugian kontingensi (loss contiengencies) adalah situasi yang melibatkan
ketidakpastian atas kemungkinan terjadinya kerugian.Kewajiban yang terjadi
sebagai akibat dari kerugian kontinjensi menurut defenisinya disebut sebagai
kewajiban kontinjen. Kewajiban kontijen (contiegencies liabilities) adalah
kewajiban yang bergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih
kejadian di masa depan untuk mengkonfirmasi jumlah hutang, pihak yang
dibayar, tangal pembayaran, atau keberadaannya. Apabila terdapat kerugian
kontinjensi, maka kemungkinan bahwa kejadian di masa depan akan menguatkan
terjadinya kewajiban dapat berkisar dari sangat mungkin hingga kurang
mungkin.
Banyak peristiwa masa lalu yang dapat menimbulkan kewajiban kini.
Walaupun demikian, dalam beberapa peristiwa yang jarang terjadi, misalnya
dalam tuntutan hukum, dapat timbul perbedaan pendapat mengenai apakah
peristiwa tertentu sudah terjadi atau apakah peristiwa tersebut menimbulkan
kewajiban kini. Jika demikian halnya, perusahaan menentukan apakah kewajiban
kini telah ada pada tanggal neraca dengan mempertimbangkan semua bukti yang
tersedia, termasuk misalnya pendapat ahli. Bukti yang dipertimbangkan
mencakup, antara lain, bukti tambahan yang diperoleh dari peristiwa setelah
tanggal neraca. Atas dasar bukti tersebut, apabila besar kemungkinan bahwa
kewajiban kini belum ada pada tanggal neraca, pemerintah mengungkapkan
adanya kewajiban kontingensi.
Pengungkapan tidak diperlukan jika kemungkinan arus keluar sumber daya
kecil. Kewajiban kontingensi dapat berkembang ke arah yang tidak diperkirakan
semula. Oleh karena itu, kewajiban kontingensi harus terus-menerus dikaji ulang
untuk menentukan apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya
bertambah besar (probable). Apabila kemungkinan itu terjadi, maka manajemen
akan mengakui kewajiban diestimasi dalam laporan keuangan periode saat
perubahan tingkat kemungkinan tersebut terjadi, kecuali nilainya tidak dapat
diestimasikan secara andal. Pengukuran besaran kewajiban kontingensi tidak
dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan pertimbangan profesional oleh
pihak yang berkompeten. Penyajian dan Pengungkapan Kewajiban kontingensi
tidak disajikan pada neraca , namun demikian perusahaan harus mengungkapkan
kewajiban kontingensi pada Catatan atas Laporan Keuangan untuk setiap jenis
kewajiban kontingensi pada tanggal neraca. Pengungkapan tersebut dapat
meliputi:
Karakteristik kewajiban kontingensi;
Estimasi dari dampak finansial yang diukur;
Indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu
arus keluar sumber daya;
Kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.
Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwamasa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa
atau lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
Berdasarkan PSAK 57 par 31, entitas tidak diperkenankan mengakui aset
kontinjensi
3.Restrukturisasi
Restrukturisasi adalah program yang direncanakan dan dikendalikan oleh
manajemen dan secara material mengubah:
Lingkup kegiatan usaha suatu entitas; atau ✓Cara mengelola usaha
tersebut.
Contoh:
Penjualan atau penghentian suatu lini usaha;
Penutupan lokasi usaha dalam suatu negara atau kawasan ke negara atau
kawasan lain;
Perubahan dalam struktur manajemen, misalnya menghilangkan satu lapis
manajemen; dan
Reorganisasi mendasar yang memiliki dampak signifi kan pada
karakteristik dan fokus operasi entitas.
Kewajiban konstruktif untuk melakukan restrukturisasi muncul hanya jika
entitas memiliki rencana formal yang rinci dan menciptakan ekpektasi yang valid
pada pihakpihak yang terkena dampak restrukturisasi (PSAK 57 par 72).
Provisi restrukturisasi hanya mencakup pengeluaran langsung yang timbul
dari restrukturisasi, yaitu yang memenuhi kedua persyaratan antara lain benar-
benar harus dikeluarkan dalam rangka restrukturisasi, dan tidak terkait dengan
aktivitas yang masih berlangsung pada entitas. Untuk setiap jenis provisi, entitas
harus mengungkapkan:
Nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk
peningkatan jumlah pada provisi yang ada;
Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada
provisi selama periode bersangkutan;
Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode
bersangkutan; dan
Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang
timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat
diskonto.
Entitas juga harus mengungkapkan pula:
Uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus
keluar sumber daya terjadi;
Indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar tersebut jika
diperlukan dalam rangka menyediakan informasi yang memadai, entitas harus
mengungkap kan asumsi utama yang mendasari prakiraan peristiwa masa depan;
Jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan
jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi penggantian tersebut.
2.3.Ekuitas
Istilah ekuitas berasal dari kata equity atau equity of ownership yang berarti
kekayaan bersih perusahaan. Secara sederhana, ia diformulasikan sebagai total aktiva
dikurangi total pasiva. Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu
selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan
ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi
pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya
penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan atau karena
kerugian.
Empat bentuk utama organisasi bisnis yaitu :
a. Perorangan
Entitas Perorangan bukan suatu badan hukum, dan modalnya tidak terbagi
atas saham. Harta kekayaan pribadi pemilik entitas terikat pada utang
piutang usaha perorangan.
b. Partnership atau persekutuan
Modal firma tidak terbagi atas saham dan para anggota Firma
bertanggung jawab renteng atas kewajiban Firma sebagai suatu
persekutuan perorangan.
Modal suatu persekutuan CV harus dipisahkan antara Modal Pesero
Aktif dan Modal Pesero Komanditer. Pesero aktif adalah pesero yang
bertindak aktif sebagai pengurus CV. Pesero Komanditer adalah
pesero tidak aktif sebagai pengurus CV dan hanya bertanggung jawab
sebatas modal CV yang menjadi bagiannya.
c. Corporation atau perseroan
Perseroan Terbatas (PT), Modal Perseroan Terbatas terdiri atas saham.
Tanggungjawab persero terbatas pada jumlah modal saham yang disetor
jika PT telah disahkan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
d. Koperasi
Koperasi adalah badan hukum. Modal pokok koperasi adalah simpanan
pokok anggota, mirip saham atas nama, tak dapat dipindah tangankan dan
dapat diambil kembali bila anggota keluar dari keanggotaan koperasi.
Ekuitas koperasi atau kekayaan bersih koperasi adalah simpanan pokok,
simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha termasuk
cadangan. Dari empat bentuk organisasi bisnis diatas, corporation atau
perseroan merupakan bentuk organisasi yang mampu menarik dan
mengumpulkan modal dalam jumlah besar.
Karakteristik khusus dari bentuk corporation yang mempengaruhi
akuntansi termasuk :
Pengaruh hukum perseroan atau hukum corporation
Siapapun yang ingin mendirikan perusahaan harus melengkapi
ketentuan-ketentuan ataupun aspek legalitas yang telah ditentukan oleh
pemerintah. Setiap pemerintahan memiliki undang-undang perseroan
yang berbeda. Akuntansi untuk permodalan perseroan mengikuti
ketentuan undang-undang yang ada.
Sistem saham
Modal perseroan umumnya terdiri atas sejumlah besar saham. Jumlah
saham yang dimiliki menentukan kepemilikan masing-masing pemilik.
Berbagai kepentingan pemilik.
Salah satu sumber modal perseroan adalah saham, saham biasa dan
saham preferen. Saham biasa melambangkan kepemilikan perusahaan.
Pemilik saham biasa memiliki hak untuk mengendalikan manajemen
perusahaan. Sedangkan saham preferen memiliki hak awal untuk
mengklaim bagian keuntungan perusahaan. Berbagai kepentingan ini
hanya terdapat di perseroan yang salah satu sumber modalnya adalah
saham.
B. Laba ditahan
Akumulasi perolehan laba ( rugi ) yang tidak dibagi sebagai deviden .
2.3.3 Pengakuan dan Pengukuran Ekuitas
Dasarpengukuran yang lazim digunakan perusahaan dalam penyusunan
laporan keuangan adalah biaya historis.
2.3.4 Penyajian dan Pengungkapan Ekuitas
Berdasarkan PSAK No.1 paragraf 77, disebutkan bahwa entitas harus
mengungkapkan hal-hal berikut dalam laporan posisi keuangan atau
laporan perubahan ekuitas, atau catatan atas laporan keuangan: