Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

PRINSIP AKUNTANSI MENGENAI LIABILITAS DAN EKUITAS TERMASUK


IMBALAN KERJA PSAK 1, 24 DAN 57
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Standar Akuntansi Keuangan

Disusun Oleh :

Afni Nurvita
Cindi Faujia Putri
Dhea Aulia F
Guswandani
Izqa Khikma M
Kurnia Dewi
Rizky Amalia Rosa
Warsiti

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Standar Akuntansi Keuangan.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dari kata sempurna,
namun demikian penulis senantiasa berusaha agar pembuatan tugas ini memenuhi tugas yang
ditentukan atas bantuan yang diberikan berbagai pihak.
Penyusun menyadari dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan, karenanya
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Tidak lupa pula penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan penulisan kata atau
kalimat. Semoga tugas ini bermanfaat bagi semua.

Karawang, 02 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Standar akuntansi merupakan pedoman umum penyusunan laporan keuangan yang
merupakan pernyataan resmi tentang masalah akuntansi tertentu yang dikeluarkan oleh
badan yang berwenang dan berlaku dalam lingkungan tertentu. Standar akuntansi menjadi
dasar dalam penyajian informasi laporan keuangan suatu kegiatan usaha. Salah satu standar
akuntansi yang ada di Indonesia adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK). SAK
merupakan suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi
keseragaman penyajian laporan keuangan dan digunakan dalam suatu badan yang memiliki
akuntabilitas publik, yaitu badan yang terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar
modal atau badan fidusia (badan usaha yang menggunakan dana masyarakat, seperti
asuransi, perbankan, dan danapensiun).

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam melakukan


praktek akuntansi dimana terdapat uraian materi di dalamnya yang mencakup hampir
semuaaspek yang berkaitan dengan akuntansi.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK 24, 2015) imbalan kerja adalah seluruh bentuk
imbalan yang diberikan entitas dalam peristiwa atau jasa yang diberikan oleh pekerja atau
untuk terminasi kontrak kerja. Imbalan kerja mencakup: imbalan kerja jangka pendek;
imbalan pasca kerja; imbalan kerja jangka Panjang lain; dan pesangon.

PSAK 24 penting diterapkan agar perusahaan mengakui imbalan kerja yang telah
diberikan. Apabila tidak terdapat akun imbalan kerja dalam laporan keuangan perusahaan
maka secara tidak langsung perusahaan sebenarnya menyembunyikan kewajiban untuk
imbalan kerja. Pengungkapan imbalan kerja yang kurang tepat dapat mendorong
ketidakpercayaan para investor yang akan menghambat kemajuan perusahaan dan
berdampak terhadap likuiditas perusahaan. Imbalan kerja juga dapat berdampak pada
efektifitas perusahaan dan kinerja pekerja jika tidak diterapkan dengan baik. Perlakuan yang
tidak tepat terhadap pekerja dapat berdampak negative untuk perusahaan dikarenakan dapat
mendorong pekerja melakukan pemogokan atau kecurangan seperti korupsi dan
penyelundupan yang dapat merugikan perusahaan.

Selain itu ada lagi yang perlu dipahami dan dipelajari dalam dunia akuntansi adalah
mengetahui PSAK No 57 secara lebih rinci yang memberikan dasar memilih danmenerapkan
kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang eksplisit. DimanaPSAK ini tidak wajib
diterapkan untuk unsur–unsur yang tidak material.PSAK ini bertujuan untuk mengatur
pengakuan dan pengukuran provisi, liabilitaskontinjensi, dan aset kontinjensi serta untuk
memastikan informasi memadai telahdiungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Dengan demikian, penggunaataupun para pemangku kepentingan dapat memahami sifat,
waktu, dan jumlah yangterkait dengan informasi tersebut. Sehingga berpengaruh terhadap
pengambilankeputusan mereka.PSAK ini wajib diterapkan oleh semua entitas dalam
akuntansi untuk provisi,liabilitas kontinjensi, dan aset kontinjensi, kecuali yang ditimbulkan
dari kontrakeksekutori dan hal–hal yang dicakup dalam PSAK lain. Dalam makalah ini,
akandibahas secara lebih mendalam mengenai definisi, istilah, serta praktek dari PSAK 57
yang dilakukan oleh seorang akuntan dalam kegiatan bisnis perusahaan. Oleh karenaitu,
penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai penerapan PSAK No 57dan
menyajikannya dalam bentuk sebuah makalah tentang Provisi, Liabilitas, danKontinjensi
pada PSAK No 57.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa isi dari PSAK no 24


2. Apa yang dimaksud dengan imbalan kerja?
3. Apa yang dibahas dalam PSAK 57?
4. Bagaimana hubungan antara provisi dan liabilitas kontinjensi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui isi dari PSAK No. 24


2. Untuk mengetahui mengenai imbalan kerja
3. Untuk mengetahui pembahasan dan penggunaan PSAK 57
4. Untuk mengetahui hubungan antara provisi dan liabilitas kontinjensi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Imbalan Kerja

PEGERTIAN
Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:
 Imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan entitas dalam
pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk terminasi
kontrak kerja.
 Imbalan kerja jangka panjang adalah seluruh imbalan kerja selain imbalan
kerja jangka pendek, imbalan pascakerja, dan pesangon.
 Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain dari pesangon)
yang diharapkan akan diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas bulan
setelah akhir periode pelaporan tahunan dimana pekerja memberikan jasa
terkait.
 Imbalan pasca kerja adalah imblan kerja (selain pesangon dan imbalan kerja
jangka pendek) yang terutang setelah pekerja menyelesaikan kontrak kerja.
 Pesangon adalah imblan yang diberikan dalam pertukaran atas terminasi
perjanjian kerja dengan pekerja sebagai akibat dari :
a) Keputusan entitas untuk memberhentikan pekerja sebelum usia
purnakarya normal atau
b) Keputusan pekerja menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran ats
terminasi perjanjian kerja.
 Program imbalan pascakerja adalah pengaturan formal atau infomal dimana
entitas memberikan imbalan pascakerja bagi satu atau lebih pekerja.
 Program imbalan pasti adalah program imbalan pasca kerja yang bukan
merupakan program iuran pasti.
 Program iuran pasti adalah program imbalan pascakerja dimana entitas
membayar iuran tetap kepada entitas terpisah (dana) dan tidak memiliki
kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif untuk membayar seluruh
imbalan kerja terkait dengan jasa yang diberikan oleh pekerja pada periode
berjalan adan periode sebelumnya.
 Program multipemberi kerja adalah program iuran pasti atau program
imbalan pasti (selain program jaminan sosial) yang:
a) Menyatukan aset yang dikontribusikan oleh beberapa entitas yang
tidak sepengendali dan
b) Menggunakan aset tersebut untuk memberikan imbalan kepada para
pekerja yang berasal lebih dari satu entitas, dengan dasar bahwa
tingkat iuran dan imbalan ditentukan tanpa memperhatikan identitas
entitas yang memperkerjakan pekerja tersebut.
 Aset program terdiri atas:
a) Aset yang dimiliki oleh dana imbalan kerja jangka panjang dan
b) Polis asuransi yang memenuhi syarat.
 Aset yang dimiliki oleh dana imbalan kerja jangka panjang adalah aset (selain
instrumen keuangan yang diterbitkan entitas pelapor yang tidak dapat
dialihkan) yang:
a) Dimiliki oleh entitas (dana) yang terpisah secara hukum dari entitas
pelapor dan didirikan semata-mata untuk membayar atau mendanai
imbalan kerja dan
b) Tersedia digunakan hanya untuk membayar atau mendanai imbalan
kerja, tidak dapat digunakan untuk membayar utang entitas pelapor
(walaupun dalam keadaan bangkrut), dan tidak dapat
dikembalikan kepada entitas pelapor, kecuali dalam keadaan:
i. Aset dana telah mencukupi untuk memenuhi seluruh
kewajiban imbalan kerja terkait program atau entitas pelapor
atau,
ii. Aset dikembalikan kepada entitas pelapor untuk pengganti
imbalan kerja yang telah dibayarkan oleh entitas.
 Batas atas aset adalah nilai kini dari manfaat ekonomik yang tersedia dalam
bentuk pengembalian dana dari program atau pengurangan iuran masa
depan untuk program tersebut.
 Defisit atau surplus adalah:
a) Nilai kini dari kewajiban imbalan pasti dikurangi
b) Nilai wajar dari aset program (jika ada)
 Liabilitas (aset) imbalan pasti neto adalah defisit atau surplus, yang
disesuaikan unruk setiap dampak terhadap pembatasan aset imbalan pasti
neto ke batas atas aset.
 Nilai kini kewajiban imbalan pasti adalah nilai kini dari pembayaran masa
depan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban atas jasa pekerja
periode berjalan dan periode-periode sebelumnya. Nilai kini dalam
perhitumgam tersebut tidak dikurangi dengan aset program.
 Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau
harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi
teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
 Polis asuransi yang memenuhi syarat adalah polis asuransi yang diterbitkan
oleh asuradur yang bukan merupakan pihak berelasi (sebagaimana
didefisinikan dalam PSAK 7, pengungkapan pihak-pihak berelasi) dengan
entitas pelapor, jika hasil polis tersebut:
a) Digunakan hanya untuk membayar atau mendanai imbalan kerja
dalam program imbalan pasti, dan
b) Tidak dapat digunakan untuk membayar utang entitas pelapor
(walaupun dalam keadaan bangkrut) dan tidak dapat dikembalikan
kepada entitas plapor, kecuali dalam keadaan:
i. Hasil polis mencerminkan surplus aset yang tidak dibutuhkan
polis untuk memenuhi seluruh kewajiban imbalan kerja, atau
ii. Hasil polis dikembalikan ke entitas pelapor untuk mengganti
imbalan kerja yang tidak dibayarkan oleh entitas.
 Biaya jasa terdiri atas:
a) Biaya jasa kini, yaitu kenaikan nilai kini kewajiban imblan pasti yang
bersal dari jasa pekerja dalam periode berjalan.
b) Biaya jasa lalu yaitu perubahan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas
jasa pekerja pada periode sebelumnya, sebagai akibat dari
amandemen program (pemberlakuan awal atau pembatalan atau
perubahan program imbalan pasti) atau kuartailmen (penurunan
signifikan yang dilakukan oleh entitas dalam hal jumlah pekerja yang
ditanggung oleh program) dan
c) Keuntungan atau kerugian atas penyelesaian.
 Bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto adalah perubahan selama
periode atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto yang timbul dari berlalunya
waktu
 Imbalan hasil aset program adalah bunga, dividen, dan penghasilan lain yang
berasal dari aset program, termasuk keuntungan atau kerugian aset program
yang telah atau belum direalisasi, dikurangi:
a) Penyesuaian pengalaman (dampak dari perbedaan antara asumsi
aktuarial awal dengan apa yang secara aktual terjadi) dan
b) Pengaruh perubahan asumsi aktuarial.
 Pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto terdiri atas :
a) Keuntungan dan kerugian aktuarial
b) Imbal hasil atas aset program, tidak termasuk jumlah yang
dimasukkan dalam bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto,
dan
c) Setiap perubahan atas dampak batas atas aset, tidak termasuk jumlah
yang dimasukkan dalam bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti
neto.
 Keuntungan dan kerugian aktuarial adalah perubahan atas nilai kini dari
kewajiban imbalan pasti sebagai akibat dari:
a) Penyesuaian pengalaman (dampak dari perbedaan antara asumsi
aktuarial awal dengan apa yang secara aktual terjadi) dan
b) Pengaruh perubahan asumsi aktuarial.
 Penyelesaian adalah transaksi yang menghilangkan seluruh kewajiban hukum
atau kewajiban konstruktif lebih lanjut untuk bagian atau seluruh imbalan
yang diberikan berdasarkan program imbalan pasti, selain pembayaran
imbalan kepada, atau atas nama, pekerja yang diatur dalam ketentuan
program dan termasuk dalam asumsi aktuarial.
2.1.1 Imbalan Kerja Jangka Pendek

a. Pengakuan dan pengukuran


Ketika pekerja telah memberikan jasanya kepada entitas dalam suatu periode
akuntansi, entitas mengakui jumlah tidak terdiskonto dari imbalan kerja jangka
pendek yang diharapkan akan dibayar sebagai imbalan atas jasa tersebut:
a) Sebagai liabilitas (beban akrual), setelah dikurangi jumlah yang telah
dibayar. Jika jumlah yang telah dibayar melebihi jumlah yang tidak
didiskonto dari imbalan tersebut, maka entitas mengakui kelebihan
tersebut sebagai aset (beban dibayar dimuka) selama pembayaran
tersebut akan menimbulkan, sebagai contoh pengurangan pembayaran di
masa depan atau pengembalian kas.
b) Sebagai beban, kecuali jika SAK mensyaratkan atau mengizinkan imbalan
tersebut termasuk dalam biaya perolehan aset.

b. Cuti berbayar jangka pendek

Entitas mengakui biaya yang diperkirakan atas imblan kerja jangka pendek dalam
bentuk cuti berbayar seperti yang diatur di paragraf 11 sebagai berikut:

a) Dalam hal cuti berbayar yang diakumulasi, pada saat pekerja


memberikan jasa yang menambah hak atas cuti berbayar di masa depan.
b) Dalam hal cuti berbayar tidak diakumulasi, pada saat cuti terjadi

Entitas mengukur biaya yang diperkirakan atas cuti berbayar yang diakumulasi
sebagai jumlah imblan yang telah terakumulasi pada akhir periode pelaporan

Contoh ilustrasi:

Entitas memiliki 100 pekerja, masing – masing memiliki hak cuti sakit berbayar
sebanyak lima hari setiap tahun. Cuti sakit yang belum digunakan hanya dapat
digunakan pada satu tahun berikutnya. Penggunaan cuti sakit pertama kali
diperhitungkan dari hak cuti tahun berjalan dan sisanya dari tahun sebelumnya
(berdasarkan LIFO). Pada 31 Desember 20X1, rata-rata hak cuti belum digunakan
dua hari per pekerja. Berdasarkan pengalaman, entitas memperkirakan 92 pekerja
mengambil cuti sakit berbayar tidak lebih dari lima hari pada tahun 20X2 dan
delapan pekerja lain masing-masing mengambil rata-rata 6,5 hari.

Entitas memperkirakan akan membayar imbalan tambahan untuk 12 hari cuti


sakit berbayar sebagai akumulasi hak yang belum di gunakan pada tanggal 31
desember 20X1 (sebanyak delapan pekerja masing-masing berhak rata-rata 1,5
hari). Oleh karena itu, entitas mengakui liabilitas sebesar 12 hari cuti sakit
berbayar.

c. Program bagi laba dan bonus


Entitas mengakui biaya yang diperkirakan atas pembayaran bagi laba dan bonus
yang diatur di paragraf 11 jika, dan hanya jika:

a) Entitas memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif kini atas


pembayaran beban tersebut sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan,
b) Kewajiban tersebut dapat di estimasi secara andal. Kewajiban kini timbul
jika, dan hanya jika, entitas tidak memiliki alternatif realistis lain kecuali
melakukan pembayaran
c) program multipemberi kerja
Entitas mengklasifikasikan program multipemberi kerja sebagai program
iuran pasti atau program imbalan pasti sesuai dengan persyartan program
tersebut (termasuk kewajiaban kontuktif apapun diluar ketentuan formal).
Jika entitas berpartisipasi dalam program imbalan pasti multipemberi
kerja, kecuali paragraf 34 diterapkan, maka entitas:
d) Melaporkan bagian proposionalnya atas kewajiban imbalan pasti, aset
program, dan biaya terkait dengan program tersebut dengan cara
yang sama dengan program imbalan pasti lain dan,
e) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh paragraf 135-148
(kecuali paragraf 148 d )

Ketika informasi memadai tidak tersedia dalam menerapkan akuntasi imbalan


pasti untuk program imbalan pasti multipemberi kerja, maka entitas:

a) Mencatat program sesuai dengan pengaturan di paragraf 51 dan 52


seolah- olah sebagai program iuran pasti dan
b) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh paragraf 148

Mungkin terdapat perjanjian kontraktual antara program multipemberi kerja dan


pesertanya yang menentukan bagaimana surplus program akan didistribusikan
kepada peserta (atau bagaimana defisit didanai). Peserta dalam program
multipemberi kerja dengan perjanjian yang demikian yang melaporkan program
sebagai program iuran pasti sesuai dengan paragraf 34 mengakui aset atau
liabilitas yang timbul dari perjanjian kontraktual dan hasil penghasilan atau beban
dalam beban laba rugi.

Contoh ilustrasi

Entitas berpartisipasi dalam program imblan pasti multipemberi kerja yang tidak
menyiapkan penilaian program berdasarkan PSAK 24: imbalan kerja. Oleh karena itu
multipemberi kerja melaporkan program tersebut seolah-olah program tersebut
merupakan program iuran pasti. Penilaian pendanaan yang tidak termasuk dalam PSAK
24 menunjukkan defisit dalam program sebesar Rp100 juta. Program telah menyetujui
berdasarkan kontrak jadwal kontribusi dengan
pemberi kerja yang berpartisipasi dalam program akan menghilangkan defisit
selama lima tahun kedepan. Total iuran entitas berdasarkan kontrak sebesar Rp8
juta.

Entitas mengakui liabilitas untuk iuran disesuaikan dengan nilai waktu


mata uang dan beban yang sama dalam laba rugi.

Dalam menentukan kapan mengakui, dan bagaimana mengukur, liabilitas terkait


dengan penyelesaian program imbalan pasti multipemberi kerja, atau keluarnya
entitas dari program imbalan pasti multipemberi kerja, entitas menerapkan PSAK
57: provisi, liabilitas kontinjensi, dan aset kontinjensi.

d. Program jaminan sosial


Entitas mencatat program jaminan sosial dengan cara yang sama seperti program
multipemberi kerja
e. Imbalan yang dijamin
Entitas dapat membayar premi asuransi untuk mendanai program imbalan
pascakerja. Entitas memperlakukan program tersebut sebagai program iuran pasti,
kecuali jika entitas akan memiliki kewajiban hukum atau kewajiban kontruktif
(baik secara langsung maupun tidak langsung melalui program):
a) Untuk membayar imbalan kerja secara langsung pada saat jatuh tempo
atau
b) Untuk membayar tambahan imbalan jika asuradur tidak membayar
seluruh imbalan kerja masa depan yang timbul dari jasa pekerja periode
berjalan dan periode sebelumnya.

Jika entitas masih memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif, maka
entitas memperlakukan program tersebut sebagai program imbalan pasti.

f. Program iuran pasti


Pengakuan dan pengukuran

Ketika pekerja telah memberikan jasa kepada entitas selam suatu periode, entitas
mengakui iuran terutang kepada program iuran pasti atas jasa pekerja:
a) Sebagai liabilitas (beban akrual), setelah dikurangi dengan iuran yang
telah dibayar, jika iuran yang telah dibayar tersebut melebihi iuran
terutang untuk jasa sebelum akhir periode pelaporan, maka entitas
mengakui kelebihan tersebut sebagai aset (beban dibayar dimuka)
sepanjang kelebihan tersebut akan mengurangi pembayaran iuran masa
depan atau pembayaran kembali dalam bentuk kas.
b) Sebagai beban, kecuali PSAK lain mensyaratkan atau mengizinkan iuran
tersebut untuk dimasukan dalam biaya perolehan aset.

Ketika iuran pada program iuran pasti yang tidak diharapkan akan diselesaikan
seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan saat
pekerja memberikan jasanya, maka iuran tersebut didiskonto dengan
menggunakan tingkat diskonto yang diatur di paragraf 83.
Entitas mengungkapkan jumlah yang diakui sebagai beban untuk program iuran
pasti.

g. Program imbalan pasti


Pengakuan dan pengukuran

Entitas menentukan jumlah liabilitas (aset) imbalan pasti neto dengan keteraturan
yang memadai bahwa jumlah yang diakui dalam laporan keuangan tidak berbeda
secara material dengan jumlah yang akan ditentukan pada akhir periode
pelaporan.

Akuntansi untuk kewajiban kontruktif

Entitas mencatat tidak hanya kewajiban hukum berdasarkan persyaratan format


program imbalan pasti, tetapi juga kewajiban konstruktif yang timbul dari praktik
informasi entitas. Praktik informal akan menimbulkan kewajiban konstruktif jika
entitas tidak memiliki pilihan realistis lain kecuali membayar imbalan kerja.
Contoh kewajiban konstruktif adalah ketika perubahan dalam praktik informasi
entitas menyebabkan memburuknya hubungan kerja antara entitas dan para
pekerjanya.
Laporan posisi keuangan

Entitas mengakui liabilitas (aset) imbalan pasti neto dalam laporan posisi
keuangan.
Ketika entitas memiliki surplus dalam program imbalan pasti, maka entitas
mengukur aset imbalan pasti neto pada jumlah yang lebih rendah antara:
a) Surplus program imbalan pasti dan,
b) Batas atas aset, yang ditentukan dengan mennggunakan tingkat diskonto
yang dijelaskan dalam paragraf 83.

Metode penilaian akuarial

Entitas menggunakan metode projected unit credit untuk menentukan nilai kini
kewajiban imbalan pasti, biaya jasa kini terkait, dan biaya jasa lalu (jika dapat
diterapkan).

Metode projected unit credit (sering kali disebut sebagai metode imbalan yang
diakru secara prorata sesuai jasa atau sebagai metode imbalan atau tahun jasa)
menganggap setiap periode jasa akan menghasilkan satu unit tambahan hak atas
imbalan (lihat paragraf 70-74) dan mengukur setiap unit secara terpisah untuk
membentuk kewajiban akhir.

Contoh ilustrasi

Imbalan lump sum terutang saat pekerja berhenti bekerja yaitu sebesar 1% dari
gaji terakhir untuk setiap tahun jasa. Gaji pada tahun pertama adalah Rp 10.000
dan di asumsikan meningkat sebesar 7% (majemuk) setiap tahun. Tingkat
diskonto yang digunakan adalah 10% pertahun. Tabel berikut ini menunjukan
bagaimana kewajiban timbul dari pekerja yang akan pensiun pada akhir tahun ke-
5, dengan asumsi tidak ada perubahan dalam asumsi aktuarial. Untuk alasan
kemudahan, contoh ini mengabaikan penyesuaian tambahan yang dibutuhkan
untuk mencerminkan kemungkinan bahwa pekerja akan berhenti bekerja sebelum
atau sesudah tanggal yang diasumsikan (akhir tahun ke-5).

Tahun 1 2 3 4 5
Imbalan diatribusikan pada:
- Tahun-tahun sebelumnya 0 131 262 393 524
- Tahun berjalan (1% dari 131 131 131 131 131
gaji terakhir)
- Tahun berjalan dan 131 262 393 524 655
tahun-tahun sebelumnya
Kewajiban awal - 89 196 324 476
Bunga pada 10% - 9 20 33 48
Biaya jasa kini 89 98 108 119 131
Kewajiban akhir 89 196 324 476 655

Catatan:

1. Kewajiban awal adalah nilai kini imbalan yang diatribusikan pada tahun
sebelumnya.
2. Biaya jasa kini adalah nilai kini imbalan yang diatribusikan pada tahun
berjalan.
3. Kewajiban akhir adalah nilai kini imbalan yang diatribusikan pada tahun
berjalan dan tahun-tahun sebelumnya

Pengatribusian imbalan pada periode jasa

Dalam menentukan nilai kini kewajiban imblan pasti dan biaya jasa kini terkait
dan biaya jasa lalu (jika dapat diterapkan ), entitas mengatribusikan imbalan pada
periode jasa berdasarkan formula imbalan yang dimiliki program. Akan tetapi,
jika jasa pekerja di tahun-tahun akhir meningkat secara material dibandingkan
dengan tahun-tahun awal, maka entitas mengatribusikan imbalan tersebut dengan
dasar garis lurus, sejak:

a) Saat jasa pekerja pertama kali menghasilkan imbalan dalam program


(apakah imbalan tersebut bergantung pada jasa selanjutnya atau tidak)
sampai dengan
b) Saat jasa pekerja selanjutnya tidak menghasilkan imbalan yang material
dalam program, selain dari kenaikan gaji berikutnya.

Metode projected unit credit mensyaratkan entitas untuk mengatribusikan


imbalan pada periode berjalan (untuk menentukan biaya jasa kini) dan periode
berjalan dan periode sebelumnya (untuk menentukan nilai kini kewajiban imbalan
pasti). Entitas mengatribusikan imbalan pada periode dimana kewajiban untuk
memberikan imbalan pascakerja timbul. Kewajiban tersebut timbul ketika pekerja
memberikan jasa yang akan dibalas dengan imbalan pascakerja yang akan dibayar
oleh entitas pada periode pelaporan masa depan. Teknik aktuarial memungkinkan
entitas untuk mengukur kewajiban tersebut dengan tingkat keandalan yang
memadai sehingga liabilitas dapat diakui.

Contoh ilustrasi

1. Berdasarkan program imbalan pasti, pekerja akan mendapatkan imbalan


hamp sum sebesar Rp100 untuk setiap tahun bekerja dan akan
dibayarkan saat pekerja tersebut pensiun.
Imbalan sebesar Rp100 diatribusikan ke setiap tahun. Biaya jasa kini
adalah nilai kini dari Rp100. Nilai kini dari kewajiban imbalan pasti
adalah nilai kini dari Rp100 dikalikan dengan jumlah tahun jasa sampai
dengan akhir periode pelaporan.

Jika imbalan harus segera dibayar saat pekerja berhenti bekerja, maka
biaya jasa kini dan nilai kini dari kewajiban imblan pasti dihitung sampai
dengan tanggal saat pekerja diperkirakan akan berhenti bekerja. Dengan
demikian, karena dampak dari pendiskontoan, jumlah biaya dan
kewajiban tersebut lebih kecil dari jumlah yang akan diterima
seandainya pekerja pada akhir periode pelaporan.

2. Berdasarkan program imbalan pasti, untuk setiap jasa, pekerja akan


menerima pensiun bulanan sebesar 2,5% dari gaji terakhir sebelum
pensiun. Imbalan pensiun mulai dibayar sejak pekerja berusia 55 tahun.
Cara menghitung biaya jasa kini adalah:
a) Untuk setiap tahun bekerja pekerja akan menerima pensiun
bulanan sebesar 2,5% dari estimasi gaji terakhir sebelum
pensiun (imbalan pensiun tersebut akan diterima pekerja sejak
tanggal berhenti bekerja sampai dengan berakhirnya hak
pensiun pekerja, misalnya karena meninggal);
b) Selanjutnya jumlah huruf (a) di atas dihitung nilai kininya pada
saat tanggal pekerja diperkirakan berhenti bekerja. Jumlah nilai
kini tersebut merupakan biaya jasa kini.

Nilai kini kewajiban imbalan pensiun pasti adalah nilai kini semua
pembayaran bulanan yang besarnya 2,5% dikalikan dengan jumlah masa
kerja pekerja sampai dengan tanggal periode pelaporan.

Biaya jasa kini dan nilai kini dari kewajiban imblan pasti harus
didiskontokan karena pembayaran pensiun dimulai di masa depan yang
cukup jauh, yaitu sejak pekerja berusia 55 tahun.

Dalam program imbalan pasti jasa pekerja akan menimbulkan kewajiban, bahkan
jika imbalan tersebut tergantung pada status bekerjanya di masa depan (dengan
kata lain belum vested). Jasa pekerja sebelum tanggal vesting menimbulkan
kewajiban konstruktif karena, pada setiap akhir periode pelaporan yang
berurutan, jumlah jasa masa depan yang harus diberikan pekerja sebelum pekerja
berhak atas imbalan tersebut menjadi berkurang. Dalam mengakui kewajiban
imbalan pasti, entitas memperhitungkan kemungkinan bahwa beberapa pekerja
tidak akan memenuhi persyaratan vesting. Serupa dengan hal tersebut, walaupun
beberapa imbalan imbalan pascakerja sebagai contoh jaminan kesehatan
pascakerja, terutang hanya jika peristiwa tertentu terjadi pada saat pekerja tidak
lagi bekerja, namun kewajiban muncul pada saat pekerja memberikan jasa yang
menimbulkan hak atas imbalan jika peristiwa tertentu tersebut terjadi.
Kemungkinan bahwa peristiwa tertentu tersebut akan terjadi mempengaruhi
pengukuran kewajiban, namun tidak menentukan apakah kewajiban tersebut ada.

Contoh ilustrasi

1. Program membayar imbalan sebesar Rp100 untuk jasa pekerja per


tahun. Imbalan tersebut vesting setelah jasa pekerja diberikan selama
sepuluh tahun. Imbalan sebesar Rp100 diatribusikan pada setiap tahun.
Dalam setiap tahun dari sepuluh tahun pertama, biaya jasa kini dan nilai
kini kewajiban mencerminkan probabilitas pekerja berhenti bekerja
sebelum sepuluh tahun bekerja.
2. Program membayar imbalan sebesar Rp100 untuk jasa pekerja pertahun,
diluar jasa yang diberikan pekerja sebelum pekerja berusia 25 tahun.
Imbalan tersebut langsung menjadi vesting untuk jasa pekerja yang diberikan
oleh pekerja yang telah berusia 25 tahun.
Tidak ada imbalan yang diatribusikan pada jasa sebelum pekerja berusia 25
tahun karena jasa sebelum usia tersebut tidak menimbulkan imbalan.
Setelah pekerja mencapai usia 25 tahun, imbalan sebesar Rp100
dialokasikan pada setiap tahun bekerja.

Asumsi aktuarial
Asumsi aktuarial tidak boleh bias dan harus selaras satu dengan yang lain.
Asumsi keuangan didasarkan pada tingkat harapan pasar, pada akhir periode
pelaporan selama periode dimana kewajiban akan diselesaikan.

Asumsi aktuarial: mortabilitas


Entitas menentukan asumsi mortabilitas dengan mengacu pada estimasi terbaik
dari mortabilitas peserta program baik selama dan setelah kontrak kerja.

Asumsi aktuarial: tingkat diskonto


Tingkat yang digunakan untuk mendiskonto kewajiban imbalan pascakerja (baik
yang didanai maupun tidak) ditentukan dengan mangacu pada imbal hasil pasar
atau bunga obligasi korporasi berkualitas tinggi pada akhir periode pelaporan. Di
negara dimana tidak terdapat pasar yang aktif dan stabil bagi obligasi tersebut,
maka digunakan imbal hasil pasar (pada akhir periode pelaporan) atas bunga
obligasi pemerintah. Mata uang dan jangka waktu dari obligasi korporasi maupun
obligasi pemerintah konsisten dengan mata uang dan estimasi jangka waktu
kewajiban imbalan pascakerja.

Asumsi aktuarial: gaji, imbalan, dan biaya kesehatan


Estimasi mengukur kewajiban imbalan pasti menggunakan dasar yang
mencerminkan:
a) Imbalan yang ditentukan dalam persyaratan program (atau yang timbul
dari kewajiban konstruktif yang jumlahnya melebihi ketentuan dalam
program tersebut) pada akhir periode pelaporan.
b) Estimasi kenaikan gaji masa depan yang diestimasi yang mempengaruhi
imbalan terutang
c) Dampak setiap pembatasan dari bagian pemberi kerja atas biaya imbalan
masa depan
d) Iuran dari pekerja atau pihak ketiga yang mengurangi biaya akhir entitas
untuk imbalan tersebut dan
e) Estimasi perubahan tingkat imbalan di masa depan yang di estimasi yang
mempengaruhi imbalan yang akan dibayarkan dari program imbalan
pasti, jika dan hanya jika:
i. Perubahan itu diperlukan sebelum akhir periode pelaporan; atau
ii. Data historis atau bukti lain yang andal, mengindikasikan bahwa
tingkat imbalan yang ditentukan akan berubah dan dapat
diprediksi, sebagai contoh sejalan dengan perubahan level harga
umum atau gaji secara umum.

Asumsi mengenai biaya kesehatan memperhitungkan estimasi perubahan biaya


jasa kesehatan masa depan, baik yang diakibatkan oleh inflasi maupun karena
adanya perubahan tertentu dalam biaya kesehatan.

Biaya jasa lalu serta keuntungan dan kerugian atas penyelesaian

Entitas mengakui biaya jasa lalu sebagai beban pada tanggal yang lebih awal
antara:

a) Ketika amandemen atau kurtailmen program terjadi; dan


b) Ketika entitas mengakui biaya restrukturisasi terkait PSAK 57 atau
pesangon.

Entitas mengakui keuntungan atau kerugian atas penyelesaian program imbalan


pasti pada saat penyelesaian terjadi.

Pengakuan dan pengukuran : aset program

Penggantian
Jika dan hanya jika terdapat kepastian bahwa pihak lain akan
mengganti sebagian atau seluruh pengeluaran yang dosyaratkan
untuk menyelesaikan kewajiban imbalan pasti maka entitas:

a) Mengakui haknya atas penggantian tersebut sebagai aset


yang terpisah. Entitas mengukur aset tersebut pada nilai
wajar.
b) Memisahkan dan mengakui perubahan nilai wajar atas
haknya untuk penggantian dengan cara yang sama seperti
untuk perubahan nilai wajar aset program. Komponen
biaya imbalan pasti diakui sesuai dengan paragraf 120
dapat diakui secara neto dengan jumlah yang berkaitan
dengan perubahan dalam nilai tercatat atas hak
penggantian.

Komponen biaya imbalan pasti

Entitas mengakui komponen biaya imbalan pasti, kecuali SAK


mensyaratkan atau mengizinkan komponen tersebut sebagai biaya
perolehan aset, sebagai berikut:

a) Biaya jasa (lihat paragraf 66-112) dalam laba rugi


b) Bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto (lihat
paragraf 123- 126) dalam laba rugi dan
c) Pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto
(lihat paragraf 127-130) dalam penghasilan komperhensif
lain.

Pengukuran kembali atas liabilitas (aset) imblan pasti neto yang


diakui dalam penghasilan komperhensif lain tidak direklasifikasi ke
laba rugi pada periode berikutnya. Akan tetapi, entitas dapat
menghasilkan jumlah yang diakui sebagai penghasilan
komperhensif lain tersebut pada pos lain dalam ekuitas.

Penyajian

Saling hapus

Entitas melakukan saling hapus antara aset terkait dengan satu


program dengan liabilitas terkait dengan program lain jika, dan
hanya jika entitas:
a) Memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk
menggunakan surplus pada satu program untuk
menyelesaikan kewajiban program lain,
b) Memiliki intensi untuk menyelesaikan kewajiban dengan
dasar neto, atau merealisasi surplus dalam satu program
dan menyelesaikan kewajiban program lain secara
simultan.
c) Menjelaskan bagaimana program imbalan pasti berdampak
terhadap jumlah, waktu, dan ketidak pastian arus kas
entitas di masa depan.

Karakteristik program imbalan pasti dan risiko yang terkait dengan


program tersebut

a) Informasi mengenai karakteristik program imbalan pasti,


termasuk:
i. Sifat dari imbalan yang diberikan oleh program
(contohnya program imbalan pasti dengan gaji
terakhir atau program berbasis iuran dengan
jaminan).
ii. Deskripsi kerangka peraturan dimana program
beroperasi, sebagai contoh level persyaratan
pendanaan minimum, dan setiap dampak dari
kerangka peraturan terhadap program, seperti
batas atas aset
iii. Deskripsi tanggung jawab lain dari entitas atas tata
kelola program, sebagai contoh tanggung jawab wali
amanat atau anggota dewan program.
b) Deskripsi risiko dimana program memberikan eksposur
terhadap entitas, terfokus pada setiap risiko yang tidak
biasa, risiko spesifik entitas, atau risiko spesifik program,
dan setiap konsentrasi risiko yang signifikan. Sebagai
contoh jika aset program diinvestasikan terutama dalam
satu kelas investasi, sebagai contoh seperti properti maka
program tersebut dapat memberikan eksposur kepada
entitas terhadap konsentrasi risiko pasar properti.
c) Deskripsi dari setiap amandemen, kuartailen, atau
penyelesaian program
2.1.2 Imbalan Kerja Jangka Panjang Lain
Pengakuan dan pengukuran
Dalam pengakuan dan pengukuran surplus atau defisit dalam program imbalan
kerja jangka panjang lain, entitas menerapkan paragraf 56-98 dan 113-115. Entitas
menerapkan paragraf 116-119 dalam mengakui dan mengukur hak penggantian.
Untuk imbalan kerja jangka panjang lain, entitas mengakui total nilai neto dari
jumlah berikut dalam laba rugi kecuali jika SAK mensyaratkan atau mengizinkan
jumlah tersebut untuk termasuk dalam biaya perolehan aset:
a) Biaya jasa
b) Biaya bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto
c) Pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto
2.1.3 Pesangon

Pengakuan
Entitas mengakui liabilitas dan beban pesangon pada tanggal yang lebih awal
diantara:
a) Ketika entitas tidak dapat lagi menarik tawaran atas imbalan tersebut dan
b) Ketika entitas mengakui biaya untuk restrukturisasi yang berada dalam
ruang lingkup PSAK 57
Pengukuran
Entitas mengukur pesangon pada saat pengakuan awal, dan mengukur dan
mengakui perubahan selanjutnya, sesuai dengan sifat imbalan kerja, dengan
ketentuan bahwa jika pesangon merupakan sebuah peningkatan pada imbalan
pascakerja, maka entitas menerapkan persyaratan imbalan pascakerja, sebaliknya:
1. Jika pesangon diharapkan akan diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas
bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan di mana pesangon diakui,
maka entitas menerapkan persyaratan untuk imbalan kerja jangka pendek.
2. Jika pesangon tidak diharapkan untuk diselesaikan seluruhnya sebelum
dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan, maka entitas
menerapkan persyaratan untuk imbalan kerja jangka panjang lain.

Contoh ilustrasi paragraf 159-170


Sebagai hasil dari akuisisi baru-baru ini, suatu entitas berencana untuk menutup
pabrik dalam waktu sepuluh bulan dan, pada waktu itu, melakukan terminasi
kontrak kerja dengan seluruh pekerja yang tersisa di pabrik. Karena entitas
menbutuhkan keahlian pekerja di pabrik untuk menyelesaikan beberapa kontrak,
diumumkan rencana terminasi sebagai berikut.
Setiap pekerja yang tinggal dan meberikan jasa sampai penutupan pabrik akan
menerima pembayaran kas sebesar Rp 30.000 pada tanggal terminasi. Pekerja
yang meninggalkan pabrik sebelum penutupan akan menerima Rp 10.000
Ada 120 pekerja di pabrik. Pada saat pengumuman entitas mengharapkan 20 dari
mereka untuk pergi sebelum penutupan. Oleh karena itu, total arus kas keluar
yang diharapkan berdasarkan rencana adalah Rp3.200.000 (yaitu 20 x Rp 10.000
+ (100 x Rp30.000)). Sebagaimana dipersyaratkan oleh pargraf 160, entitas
memperhitungkan imbalan yang diberikan dalam pertukaran atas terminasi
kontrak kerja sebagai pesangon dan memperhitungkan imbalan atas jasa yang
diberikan sebagai imbalan kerja jangka pendek.

Pesangon
Tunjangan yang diberikan atas terminasi kontrak kerja adalah Rp10.000. ini
adalah jumlah yang harus dibayarkan oleh entitas untuk mengakhiri kontrak kerja
terlepas dari apakah pekerja tetap tinggal dan memberikan jasa sampai penutupan
pabrik atau mereka pergi sebelum penutupan. Meskipun pekerja dapat
meninggalkan pabrik sebelum penutupan, terminasi kontrak kerja seluruh pekerja
adalah hasil dari keputusan entitas untuk menutup pabrik dan menghentikan
pekerja mereka (yaitu seluruh pekerja akan meninggalkan pekerjaan ketika pabrik
tutup). Oleh karena itu, entitas mengakui kewajiban Rp 1.200.000 (yaitu 120 x
Rp10.000) untuk pesangon yang diberikan sesuai dengan program imbalan kerja
pada saat yang lebih awal antara ketika rencana terminasi diumumkan dan ketika
entitas mengakui restrukturisasi biaya terkait dengan penutupan pabrik. Imbalan
yang diberikan sebagai penggantian atas jasa

Imbalan tambahan yang akan diterima pekerja jika mereka memberikan jasa untuk
periode sepuluh bulan adalah sebagai imbal atas jasa yang diberikan selama
periode tersebut. Entitas mencatat sebagai imbalan kerja jangka pendek karena
entitas mengharapkan penyelesaian sebelum dua belas bulan setelah akhir periode
pelaporan tahunan. Dalam contoh ini diskonto tidak disyaratkan, sehingga beban
sebesar Rp200.000 (yaitu Rp2.000.000 : 10) diakui setiap bulan selama periode
pemberian jasa sepuluh bulan, dengan peningkatan yang sebanding dalam jumlah
liabilitas yang tercatat.
a. Pesangon
Bentuk imbalan kerja tidak menentukan apakah imbalan kerja disediakan dalam
pertukaran atas jasa atau dalam pertukaran atas terminasi kontrak kerja. Pesangon
biasanya merupakan pembayaran lump sum. Tapi kadang-kadang juga meliputi:
a) Peningkatan imbalan pascakerja, baik secara tidak langsung melalui
program imabalan kerja atau secara langsung.
b) Gaji sampai akhir periode yang ditentukan jika pekerja tidak memberikan
jasa lebih lanjut yang memberikan manfaat ekonomik bagi entitas.
2.2 Liabilitas
Menurut FASB kewajiban diartikan sebagai pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang
suatu kesatuan usaha untuk menstransfer aset atau menyediakan/menyerahkan
jasa kepada kesatuan lain datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Statement of Financial Concepts No. 3 mendefinisikan utang sebagai
pengorbanan manfaat ekonomis yang mungkin terjadi di masa yang akan datang
yang timbul dari kewajiban yang ada dari suatu entitas tertentu untuk mentransfer
aktiva atau memberikan jasa ke entitas lainnya di masa yang akan datang sebagai
akibat transaksi atau kejadian di masa lalu.
Sedangkan menurut Kerangka Dasar Pengukuran dan Pengungkapan
Laporan Keuangan (KDP2LK) liabilitas adalah utang entitas masa kini yang
timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
Terdapat beberapa pengertian lain selain dari FASB yaitu seperti pengertian
menurut IASC, AASB, dan APB No. 4, tetapi pada umumnya dijelaskan bahwa
kewajiban memiliki tiga karakteristik utama yang terdiri atas pengorbanan
manfaat ekonomik masa datang, keharusan sekarang untuk menstransfer aset, dan
timbul sebagai akibat transaksi masa lalu.
1. Menjadi pengorbanan sumber ekonomik yang cukup pasti di masa
depan (probable future sacrifices of economic benefits).
2. Menjadi kewajiban saat ini atau periode ini (present obligation) untuk
menyerahkan kas, barang, atau jasa di masa datang.
3. Terjadi karena transaksi masa lalu.
Liabilitas dapat diketahui nilainya dengan pasti, namun ada beberapa jenis
liabilitas yang nilainya diukur dengan estimasi, liabilitas jenis ini diistilahkan
sebagai provisi. Sejak PSAK 1 (revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan,
istilah kewajiban ini diganti dengan liabilitas.
Kewajiban dimasukkan dalam laporan neraca dengan saldo normal kredit,
dan biasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu liabilitas jangka pendek dan
liabilitas jangka panjang.
2.2.1.Liabilitas Jangka Pendek
PSAK 1 (revisi 2009) menjelaskan klasifikasi liabilitas jangka pendek jika
memenuhi kriteria:
1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus
operasi normalnya;
2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12
bulan setelah periode pelaporan; atau
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Berdasarkan ketentuan diatas, liabilitas jangka pendek dapat diartikan
sebagai liabilitas entitas kini, yang timbul akibat peristiwa masa lalu, yang
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas
yang akan diselesaikan dalam jangka waktu satu siklus operasi atau 12 bulan
mana yang lebih panjang dan untuk tujuan diperdagangkan. Kriteria khusus untuk
liabilitas jangka pendek adalah jangka waktu penyelesaian 12 bulan atau satu
siklus operasi. Siklus operasi adalah siklus dari pembelian bahan baku sampai
dengan diperolehnya kas dari hasil penjualan produk yang dihasilkan.
PSAK 1 (revisi 2009) menjelaskan item-item minimum dari liabilitas
jangka pendek yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan. Menurut
PSAK 1 (revisi 2009), jika entitas memiliki liabilitas tersebut dalam jumlah
material maka entitas harus menyajikan sebagai unsur yang terpisah. Item
minimum yang diharuskan menurut PSAK 1 (revisi 2009) untuk liabilitas jangka
pendek adalah:
1. Utang dagang dan terutang lainnya;
2. Provisi;
3. Liabilitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan
dalam provisi);
4. Liabilitas dan aset pajak kini; sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46
(revisi 2013) Akuntansi Pajak Penghasilan;
5. Liabilitas dan aset pajak tangguhan; sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 46 (revisi 2013);
6. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang
diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK
58 (revisi 2010) Aset Lancar yang Tersedia untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan.
Liabilitas jangka pendek lainnya dapat berupa liabilitas yang tidak
diselesaikan dalam siklus operasi normal, tetapi jatuh tempo dan diselesaikan
dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki untuk tujuan
diperdagangkan. Misalnya, liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk diperdagangkan sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2013), cerukan
bank, bagian jangka pendek dari liabilitas keuangan jangka panjang, dividen
terutang, pajak penghasilan terutang, dan utang nonusaha lainnya. Entitas
mengklasifikasikan liabilitas keuangan tersebut sebagai liabilitas jangka pendek
jika liabiliitas tersebut jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah
periode pelaporan.
Entitas dapat menyajikan komponen yang lebih rinci dari item tersebut.
Pertimbangan untuk menyajikan suatu komponen liabilitas jangka pendek dalam
satu line sendiri atau digabungkan diserahkan kepada manajemen dengan
mempertimbangkan kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan. Jika suatu
informasi detail diperlukan oleh pengguna laporan keuangan, maka entitas
sebaiknya menyajikan dalam komponen yang terpisah. Dapat juga entitas
menyajikan dalam kelompok minimal sesuai dengan PSAK 1 (revisi 2009) dan
melengkapinya dengan rincian dalam catatan atas laporan keuangan.
PSAK 1 (revisi 2009) hanya menjelaskan tentang bagaimana menyajikan
liabilitas dalam laporan keuangan. Pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan liabilitas jangka pendek dan jangka panjang diatur lebih lanjut
dalam PSAK Instrumen Keuangan yaitu PSAK 50 (revisi 2013) Penyajian
Instrumen Keuangan; PSAK 55 (revisi 2013) Pengakuan dan Pengukuran
Instrumen Keuangan; dan PSAK 60 (revisi 2013) Pengungkapan Instrumen
Keuangan. Untuk liabilitas diestimasi atau sekarang dikenal dengan istilah provisi
diatur dalam PSAK 57 (revisi 2009) Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi.
2.2.2.Jenis dan Klasifikasi Liabilitas Jangka Pendek
PSAK 1 (revisi 2009) tidak membahas secara khusus klasifikasi dan jenis
liabilitas jangka pendek. Bentuk usaha entitas akan menentukan jenis dan
klasifikasi liabilitas yang dimiliki sebuah entitas. Klasifikasi dapat dilihat dalam
berbagai perspektif dan sudut pandang. PSAK 1 (revisi 2009) hanya memberikan
aturan umum dalam penyajian item dalam laporan keuangan didasarkan pada
relevansi informasi tersebut bagi pengguna laporan keuangan. Jika informasi
tersebut dianggap relevan maka sebaiknya diklasifikasikan secara terpisah.
Materialitas juga menjadi pertimbangan apakah suatu liabilitas perlu
diklasifikasikan tersendiri atau digabung.
Berdasarkan nilainya, liabilitas dapat dikategorikan menjadi liabilitas yang
nilainya pasti dan liabilitas yang nilainya tidak dapat ditentukan sehingga harus
diestimasi. Liabilitas yang nilainya pasti, merupakan bentuk liabilitas yang telah
jelas berapa jumlah dibayarkan kepada pihak lain. Liabilitas yang nilainya tidak
pasti, jumlahnya diestimasi oleh entitas berdasarkan informasi yang tersedia.
Menurut PSAK 57 (revisi 2009) disebut sebagai provisi.
Liabilitas juga dapat diklasifikasikan berdasarkan asal terjadinya. Liabilitas
dapat terjadi sebagai konsekuensi kegiatan operasi perusahaan dan liabilitas yang
berdasarkan kontrak formal. Liabilitas yang terjadi sebagai konsekuensi operasi
misalnya utang dagang, utang pajak, beban yang masih harus dibayar, pendapatan
diterima di muka. Liabilitas berdasarkan kontrak formal misalnya wesel bayar,
utang bank, atau liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam dua belas
bulan. Berikut beberapa jenis liabilitas jangka pendek:
• Utang usaha, adalah utang terkait dengan kegiatan utama entitas. Untuk
entitas yang bergerak di bidang perdagangan, utang usaha disebut sebagai
utang dagang. Utang dagang timbul saat entitas melakukan pembelian
kepada pemasok secara kredit.
• Wesel bayar, atau sering disebut sebagai notes payable atau promissory
notes merupakan janji dari pihak penarik wesel untuk membayarkan
sejumlah nilai tertentu di masa mendatang. Wesel bayar ditarik untuk
pelunasan utang dagang, pembayaran suatu transaksi atau ditarik untuk
mendapatkan uang tunai. Pihak penarik wesel akan menunjuk bank untuk
melakukan penyelesaian pembayaran yang akan diambil dari rekening
penarik / penerbit wesel. Akuntansi untuk wesel bayar tidak berbeda dengan
akuntansi untuk utang bank, perbedaan yang mendasarinya hanyalah
dokumen transaksinya. Dokumen transaksi wesel adalah surat wesel atau
promissory notes, sedangkan bukti transaksi utang bank adalah dokumen
kredit bank. Bunga atas wesel bayar biasanya dihitung berdasarkan nilai
nominal yang tertera dalam wesel. Jika dalam penerbitan wesel bayar, pihak
penerbit mengeluarkan biaya transaksi maka biaya transaksi tersebut akan
diperhitungkan menambah biaya bunga sehingga bunga efektif wesel akan
menurun.
• Utang bank jangka pendek, adalah utang suatu entitas kepada bank
dengan jangka waktu satu tahun atau kurang. Utang bank jangka pendek
ditarik oleh entitas untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan.
Utang bank jangka pendek ditarik oleh entitas pada saat membutuhkan
untuk jangka waktu tertentu dan akan dikembalikan sesuai dengan
perjanjian kredit. Utang bank jangka pendek ada bunganya, bunga dapat
dibayarkan pada saat jatuh tempo, selama periode tertentu, bunga dipotong
didepan dari jumlah utang yang ditarik atau kombinasi.
• Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo, liabilitas jangka
panjang yang akan dilunasi periode berikutnya diklasifikasikan menjadi
liabilitas jangka pendek, kecuali: 1). Dilunasi dengan akumulasi dana yang
tidak diklasifikasikan sebagai aset lancar; 2). Dibiayai kembali atau dilunasi
dengan penerbitan liabilitas jangka panjang yang baru; 3). Dikonversi
menjadi saham. Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam
jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan tetap
diklasifikasikan dalam jangka pendek.
• Liabilitas jangka pendek yang didanai kembali, liabilitas keuangan yang
dibiayai kembali yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan setelah periode
pelaporan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika entitas
tidak memiliki hak tanpa syarat untuk membiayai kembali. Pelanggaran
perjanjian utang yang mengakibatkan kreditur meminta percepatan
pembayaran, maka liabilitas tersebut disajikan sebagai liabilitas jangka
pendek, meskipun kreditur mengizinkan penundaan pembayaran selama 12
bulan setelah tanggal pelaporan tetapi persetujuan tersebut diperoleh setelah
tanggal pelaporan
• Utang dividen, adalah dividen yang telah diumumkan namun belum
dibayarkan.Utang dividen diakui pada saat pengumuman dividen dalam
Rapat Umum Pemegang Saham. Utang dividen yang diakui hanyalah
dividen tunai atau dividen yang diberikan dalam bentuk aset. Dividen
saham tidak dicatat oleh penerima dan tidak ada pengakuan utang. Dividen
saham akan dicatat dengan mereklasifikasikan saldo laba ke modal / agio
saham.
• Uang muka pelanggan (deposit), adalah uang yang dibayarkan pelanggan
sebagai deposit dan akan diberikan kembali kepada pelanggan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan.
• Pendapatan diterima dimuka, adalah pendapatan yang telah diterima
secara tunai namun pendapatannya belum diperoleh. Ini merupakan
liabilitas karena entitas sudah menerima kas atas barang yang belum
diserahkan atau jasa yang belum diselesaikan.
• Utang PPN / PPnBM, PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai yang diciptakan oleh perusahaan. Pajak ini dikenakan
atas setiap konsumsi barang atau jasa didaerah pabean. Menurut UU PPN,
saat terutang PPN adalah pada saat penyerahan barang atau jasa, kecuali
jika kas diterima terlebih dahulu sebelum penyerahan barang atau jasa,
maka saat terutang pajak adalah saat penerimaan kas. Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan atas penjualan
barang mewah. Pajak ini hanya dikenakan pada importer dan produsen
barang mewah, tidak dapat dikreditkan, serta dicatat oleh pembeli sebagai
penambah nilai persediaan.
• Utang pajak penghasilan, entitas pada saat membayar gaji karyawan, akan
memotong PPh 21 atau mencatat utang PPh 21.
• Utang gaji, adalah beban gaji yang telah terjadi namun belum dibayarkan.
• Utang pajak pihak ketiga, entitas diwajibkan dalam peraturan untuk
melakukan pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima oleh pihak
lain. Pajak yang dipotong diantaranya adalah PPh 21 atas gaji yang diterima
pekerja, PPh 26 atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri, PPh
23 atas jasa, sewa, bunga royalty.

a.Kewajiban Diestimasi (Provisi) Dan Kewajiban Kontijensi

1.Kewajiban diestimasi (Provisi)


PSAK 57 (revisi 2009) mendefinisikan kewajiban diestimasi (provisi) adalah
sebagai liabilitas kini yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Kewajiban
diestimasi (provisi) diakui dalam laporan keuangan, pengukurannya dengan cara
melakukan estimasi. Kewajiban diestimasi dapat dibedakan dari kewajiban lain,
seperti utang dagang dan akrual, karena pada kewajiban diestimasi terdapat
ketidakpastian mengenai waktu atau jumlah yang harus dikeluarkan pada masa
datang untuk menyelesaikan kewajiban diestimasi tersebut.Provisi diakui jika
memenuhi tiga syarat, yaitu:
 Perusahaan memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;
 Besar kemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebut
mengakibatkan arus keluar sumber daya; dan
 Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
Adapun pengukuran kewajiban diestimasi (provisi) adalah sebagai berikut:
 Estimasi terbaik, Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil
estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban
kini pada akhir periode pelaporan. (par 36)
 Risiko dan ketidakpastian, Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah
hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. (par 42)
 Nilai kini, Jika dampak nilai waktu uang cukup material, maka jumlah
provisi adalah nilai kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban. (par 45)
 Peristiwa masa depan, Peristiwa masa depan yang dapat mempengaruhi
jumlah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kewajiban harus tercermin
dalam jumlah provisi jika ada bukti obyektif bahwa peristiwa itu akan terjadi.
(PSAK 57 par 48)
 Rencana pelepasan aset, Keuntungan sehubungan dengan rencana
pelepasan aset tidak boleh dipertimbangkan dalam menghitung suatu provisi
(PSAK 57 par 51)Untuk setiap jenis kewajiban diestimasi, entitas harus
mengungkapkan:
 Nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
 Kewajiban diestimasi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan,
termasuk peningkatan jumlah pada kewajiban diestimasi yang ada;
 Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada
kewajiban diestimasi selama periode bersangkutan;
 Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode
bersangkutan; dan
 Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang
timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat
diskonto.ormasi komparatif tidak diharuskan.
Bentuk provisi yang terjadi dalam bisnis dan disajikan dalam laporan
keuangan antara lain, tuntutan hukum yang menimbulkan kerugian bagi entitas,
garansi produk atau premi produk kewajiban pengelolaan lingkungan, kontrak
yang memberatkan, dan restrukturisasi usaha yang menjanjikan suatu kewajiban
di masa mendatang.

2.Kewajiban Kontijensi
Liabilitas kontijensi yang tidak memenuhi kriteria sebagai provisi
diklasifikasikan sebagai liablitas kontijensi. Kontijensi adalah suatu keadaan
yang masih diliputi ketidakpastian mengenai kemungkinan diperolehnya laba
atau rugi oleh suatu perusahaan, yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau
tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang.
Kewajiban kontinjensi adalah:
 Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa
atau lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali
pemerintah; atau
 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi
tidak diakui Karena:
 Tidak terdapat kemungkinan besar (not probable ) pemerintah
mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk
menyelesaikan kewajibannya; atau
 Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Liabilitas kontinjensi menurut PSAK 57 (revisi 2009) terdiri dari dua
kelompok, yaitu liabilitas potensial dan liabilitas kini. Keuntungan kontinjensi
(gain contingencies) adalah klaim atau hak untuk menerima aktiva (atau
memiliki kewajiban yang menurun) yang keberadaannya tidak pasti tetapi pada
akhirnya akan menjadi sah. Jenis keuntungan kontinjensi yang khas adalah:
 Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, dan
lain sebagainya.
 Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak
 Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan
 Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan
Kerugian kontingensi (loss contiengencies) adalah situasi yang melibatkan
ketidakpastian atas kemungkinan terjadinya kerugian.Kewajiban yang terjadi
sebagai akibat dari kerugian kontinjensi menurut defenisinya disebut sebagai
kewajiban kontinjen. Kewajiban kontijen (contiegencies liabilities) adalah
kewajiban yang bergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih
kejadian di masa depan untuk mengkonfirmasi jumlah hutang, pihak yang
dibayar, tangal pembayaran, atau keberadaannya. Apabila terdapat kerugian
kontinjensi, maka kemungkinan bahwa kejadian di masa depan akan menguatkan
terjadinya kewajiban dapat berkisar dari sangat mungkin hingga kurang
mungkin.
Banyak peristiwa masa lalu yang dapat menimbulkan kewajiban kini.
Walaupun demikian, dalam beberapa peristiwa yang jarang terjadi, misalnya
dalam tuntutan hukum, dapat timbul perbedaan pendapat mengenai apakah
peristiwa tertentu sudah terjadi atau apakah peristiwa tersebut menimbulkan
kewajiban kini. Jika demikian halnya, perusahaan menentukan apakah kewajiban
kini telah ada pada tanggal neraca dengan mempertimbangkan semua bukti yang
tersedia, termasuk misalnya pendapat ahli. Bukti yang dipertimbangkan
mencakup, antara lain, bukti tambahan yang diperoleh dari peristiwa setelah
tanggal neraca. Atas dasar bukti tersebut, apabila besar kemungkinan bahwa
kewajiban kini belum ada pada tanggal neraca, pemerintah mengungkapkan
adanya kewajiban kontingensi.
Pengungkapan tidak diperlukan jika kemungkinan arus keluar sumber daya
kecil. Kewajiban kontingensi dapat berkembang ke arah yang tidak diperkirakan
semula. Oleh karena itu, kewajiban kontingensi harus terus-menerus dikaji ulang
untuk menentukan apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya
bertambah besar (probable). Apabila kemungkinan itu terjadi, maka manajemen
akan mengakui kewajiban diestimasi dalam laporan keuangan periode saat
perubahan tingkat kemungkinan tersebut terjadi, kecuali nilainya tidak dapat
diestimasikan secara andal. Pengukuran besaran kewajiban kontingensi tidak
dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan pertimbangan profesional oleh
pihak yang berkompeten. Penyajian dan Pengungkapan Kewajiban kontingensi
tidak disajikan pada neraca , namun demikian perusahaan harus mengungkapkan
kewajiban kontingensi pada Catatan atas Laporan Keuangan untuk setiap jenis
kewajiban kontingensi pada tanggal neraca. Pengungkapan tersebut dapat
meliputi:
 Karakteristik kewajiban kontingensi;
 Estimasi dari dampak finansial yang diukur;
 Indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu
arus keluar sumber daya;
 Kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.
Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwamasa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa
atau lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
Berdasarkan PSAK 57 par 31, entitas tidak diperkenankan mengakui aset
kontinjensi
3.Restrukturisasi
Restrukturisasi adalah program yang direncanakan dan dikendalikan oleh
manajemen dan secara material mengubah:
 Lingkup kegiatan usaha suatu entitas; atau ✓Cara mengelola usaha
tersebut.
Contoh:
 Penjualan atau penghentian suatu lini usaha;
 Penutupan lokasi usaha dalam suatu negara atau kawasan ke negara atau
kawasan lain;
 Perubahan dalam struktur manajemen, misalnya menghilangkan satu lapis
manajemen; dan
 Reorganisasi mendasar yang memiliki dampak signifi kan pada
karakteristik dan fokus operasi entitas.
Kewajiban konstruktif untuk melakukan restrukturisasi muncul hanya jika
entitas memiliki rencana formal yang rinci dan menciptakan ekpektasi yang valid
pada pihakpihak yang terkena dampak restrukturisasi (PSAK 57 par 72).
Provisi restrukturisasi hanya mencakup pengeluaran langsung yang timbul
dari restrukturisasi, yaitu yang memenuhi kedua persyaratan antara lain benar-
benar harus dikeluarkan dalam rangka restrukturisasi, dan tidak terkait dengan
aktivitas yang masih berlangsung pada entitas. Untuk setiap jenis provisi, entitas
harus mengungkapkan:
 Nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
 Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk
peningkatan jumlah pada provisi yang ada;
 Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada
provisi selama periode bersangkutan;
 Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode
bersangkutan; dan
 Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang
timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat
diskonto.
Entitas juga harus mengungkapkan pula:
 Uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan saat arus
keluar sumber daya terjadi;
 Indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar tersebut jika
diperlukan dalam rangka menyediakan informasi yang memadai, entitas harus
mengungkap kan asumsi utama yang mendasari prakiraan peristiwa masa depan;
 Jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan
jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi penggantian tersebut.

2.2.3.Liabilitas Jangka Panjang


Liabilitas jangka panjang terdiri atas perkiraan aliran sumber daya keluar
perusahaan akibat kewajiban yang tidak dapat diselesaikan dalam kurun waktu 1
tahun atau siklus operasi perusahaan. Utang obligasi, wesel bayar jangka
panjang, utang hipotek, kewajiban pensiun, dan kewajiban sewa adalah contoh
liabilitas jangka panjang.
a.Penerbitan Obligasi
Penerbitan obligasi ke publik emiten harus
• Menetapkan penjamin emisi.
• Mendapatkan persetujuan regulasi atas penerbitan obligasi, menjalani
proses audit, dan menerbitkan prospektus.
• Memiliki sertifikat obligasi tercetak.
Harga jual atas penerbitan obligasi ditetapkan oleh:
• Mekanisme permintaan dan penawaran
• Resiko relatif
• Kondisi pasar
• Keadaan ekonomi
Nilai obligasi pada present value dari arus kas masa depan yang diharapkan,
yang terdiri atas bunga dan nilai nominal /principal.
Jumlah bunga yang dibayarkan kepada pemegang obligasi setiap periode :
𝑺𝒖𝒌𝒖𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏𝒐𝒎𝒊𝒏𝒂𝒍×𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊𝒏𝒐𝒎𝒊𝒏𝒂𝒍𝒐𝒃𝒍𝒊𝒈𝒂𝒔𝒊

Jumlah bunga yang dicatat sebagai beban oleh emiten :


𝑺𝒖𝒌𝒖𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂𝒑𝒂𝒔𝒂𝒓×𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊𝒕𝒆𝒓𝒄𝒂𝒕𝒂𝒕 (𝒃𝒖𝒌𝒖) 𝒐𝒃𝒍𝒊𝒈𝒂𝒔𝒊
b.Metode Suku Bunga Efektif
Obligasi diterbitkan dengan diskon – jumlah yang dibayar saat jatuh tempo
lebih besar daripada harga penerbitan obligasi.
Obligasi diterbitkan dengan premium – perusahaan menjual obligasi dengan
harga lebih tinggi daripada nilai nominal yang dibayarkan saat jatuh tempo.
Penyesuaian terhadap beban bunga obligasi dicatat melalui proses yang
disebut amortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Dengan
menggunakan metode suku bunga efektif, beban bunga periodik dicatat pada
persentase konstan atas nilai buku obligasi.

1.Obligasi Dijual Di Antara Tanggal Pembayaran Bunga


Pembeli obligasi akan membayar kepada penjual obligasi bunga akrual sejak
tanggal terakhir pembayaran kupon sampai tanggal obligasi dijual. Pada tanggal
pembayaran kupon selanjutnya, pembeli obligasi akan mendapatkan pembayaran
kupon secara penuh.

c.Penerbitan Wesel Bayar


Perlakuan akuntansi untuk utang obligasi dan wesel bayar relatif sama, yaitu
wesel bayar dinilai sebesar nilai kini dari arus kas pembayaran di masa depan
(baik pokok maupun bunga).
1.Wesel Bayar Tidak Diterbitkan pada Nilai Nominal

• Wesel Tanpa Bunga (Zero-Interest-Bearing Notes)


Perusahaan penerbit mencatat perbedaan antara nilai nominal dengan present
value (harga jual) sebagai diskon yang diamortisasi sebagai beban bunga selama
umur wesel.•Wesel dengan Bunga (Interest-Bearing Notes)
Akuntansi pada wesel bayar dengan kupon/bunga serupa dengan akuntansi
pada obligasi. Jika terdapat diskon atau premium, maka jumlah tersebut
diamortisasi selama umur wesel bayar dengan menggunakan metode suku bunga
efektif.
2.Situasi Wesel Khusus
•Wesel Yang Diterbitkan Untuk Properti, Barang, Dan Jasa
Ketika melakukan penukaran instrumen liabilitas dengan properti, barang,
atau jasa di dalam transaksi tawar-menawar, maka suku bunga tercantum
dianggap wajar, kecuali:
 Tidak dicantumkan suku bunga, atau
 Suku bunga tercantum tidak masuk akal, atau
 Nilai nominal berbeda secara material dengan harga kas saat transaksi
untuk item serupa atau dari nilai wajar instrumen liabilitas saat transaksi.
•Pemilihan Suku Bunga
Jika perusahaan tidak dapat menentukan nilai wajar atas properti, barang, jasa,
atau hak lainnya, dan belum ada pasar tersedia untuk wesel tersebut, maka
perusahaan harus memperkirakan suku bunga yang dapat digunakan (imputation)
di dalam menggunakan metode suku bunga efektif.Pemilihan suku bunga
dipengaruhi oleh:
 Suku bunga berlaku untuk instrumen sejenis.
 Faktor seperti perjanjian pengikat, jaminan, jadwal pembayaran, dan suku
bunga utama.

3.Wesel Bayar Mortgage


Wesel bayar mortgage merupakan wesel dengan jaminan dokumen yang
menjanjikan hak untuk properti sebagai pengaman pinjaman. Bentuk paling
umum untuk wesel bayar.
e.Pelunasan Kewajiban Jangka Panjang

1.Pelunasan dengan Kas sebelum Jatuh Tempo


• Harga reakuisisi > Nilai buku bersih = Rugi
• Harga reakuisisi < Nilai buku bersih = Untung
• Pada saat reakuisisi, premium atau diskon harus diamortisasi sampai
tanggal rekuisisi.
2.Pelunasan dengan Pertukaran Aset atau Sekuritas
• Kreditur harus mencatat aset non-kas atau bunga ekuitas yang diterima
pada nilai wajar.
• Debitur mengakui keuntungan sebesar kelebihan nilai buku terutang
terhadap nilai wajar aset atau ekuitas yang ditransfer.

3.Pelunasan dengan Persyaratan Modifikasi


Kreditur dapat menawarkan satu atau kombinasi dari kombinasi berikut:
• Pengurangan suku bunga nominal.
• Perpanjangan jatuh tempo pembayaran nilai nominal utang.
• Pengurangan nilai nominal utang.
• Pengurangan atau penangguhan accrued interest.
f.Opsi Nilai Wajar
Perusahaan dapat memilih mencatat pada nilai wajar pada akun untuk
sebagian besar aset dan liabilitas keuangan, termasuk obligasi dan weset
bayar.IASB yakin bahwa pengukuran instrumen keuangan pada nilai wajar
memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat dipahami daripada biaya
amortisasi.Ketika perusahaan mencatat pada nilai wajar, maka laba/rugi yang
belum direalisasi dilaporkan sebagai bagian dari laba bersih.

g.Pembiayaan Di Luar Neraca


Pembiayaan di luar neraca merepresentasikan pinjaman yang tidak
dicatat.Tujuannya untuk meningkatkan rasio keuangan tertentu seperti rasio
hutang terhadap ekuitas.Jenis jenisnnya antara lain:
• Anak Perusahaan yang Tidak Terkonsolidasi
• Entitas dengan Tujuan Khusus
• Sewa Guna Usaha Operasi

2.2.4.Pengakuan dan Pengukuran Liabilitas


a.Pengakuan
Kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang
sebelumnya terjadi. Kewajiban dapat diakui atas dasar kriteria pengakuan yaitu
definisi, keterukuran, keterandalan, dan keberpautan. Kam (hlm 119-120)
mengajukan empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban
yaitu ketersediaan dasar hukum, keterterapan konsep dasar konservatisme,
ketertentuan substansi ekonomik transaksi, dan keterukuran nilai kewajiban.
Keempat kaidah tersebut dapat memberikan petunjuk tentang adanya bukti
teknis untuk mengakui kewajiban.
b.Pengukuran
Penentuan kos kewajiban pada saat terjadinya paralel dengan pengukuran
aset, dan pengukur yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada
saat terjadinya adalah dengan penghargaan sepakatan dalam transaksi-
transaksi dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang.
Penghargaan suau kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang
kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya
kewajiban dilunasi pada saat terjadinya.
Dasar pengukuran kewajiban yang paling objektif adalah kos tunai atau kos
tunai implisit. Karena kewajiban merupakan cerminan dari aset, maka
pengukurannya juga mengikuti pengukuran aset.
Nilai nominal atau jatuh tempo obligasi sering dianggap sebagai jumlah
rupiah kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun
bagi kreditor.Dasar pengukuran demikian tidak tepat.Utang obligasi diukur
dan diakui atas dasar jumlah rupiah yang diterima dalam penerbitan obligasi,
sedangkan diskun dan premium obligasi merupakan jumlah rupiah
penyesuaian bunga nominal untuk mendapatkan bunga efektif.
Kewajiban dapat bersifat moneter dan nonmeneter.Kewajiban moneter
adalah kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa datangnya berupa
kas dengan jumlah rupiah dan saat saat yang pasti.Kewajiban moneter ini
dikukur atas dasar nilai diskunan pembayaran kas masa datang (jangka
panjang) dan atas dasar nilai nominal (jangka pendek).Kewajiban nonmeneter
adalah keharusan untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah dan saat
yang cukup pasti yang biasanya timbul karena penerimaan pembayaran
dimuka untuk barang dan jasa tersebut.kewajiban nonmeneter diukur atas
dasar pembayaran tersebut yang menunjukkan harga yang disepakati untuk
barang dan jasa.
c.Penyajian dan pengungkapan
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan
kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset
lancar disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan
menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan
lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan.PSAK No. 1
menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai
kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
Kriteria tersebut adalah (a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu
siklus normal operasi perusahaan, atau (b) jatuh tempo dalam jangka waktu
dua belas bulan dari tanggal neraca.
Dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat dalam catatan akuntansi
dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh temponya.
Karena singkatnya periode waktu yang terlibat, yang sering kali kurang dari
satu tahun. Maka perbedaan antara nilai sekarang kewajiban lancar dan nilai
jatuh temponya biasanya tidak besar. Akun kewajiban lancar biasanya
disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas
pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu
dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun,
atau menurut prefensi likuiditasnya.
Perusahaan yang mempunyai banyak terbitan hutang jangka panjang dalam
jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu akun dalam neraca dan
mendukungnya dengan komentar serta skedul dalam catatan yang
menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya berisi dari kewajiban, tanggal
jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan yang dilakukan oleh
kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai jaminan.

2.3.Ekuitas
Istilah ekuitas berasal dari kata equity atau equity of ownership yang berarti
kekayaan bersih perusahaan. Secara sederhana, ia diformulasikan sebagai total aktiva
dikurangi total pasiva. Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu
selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan
ukuran nilai jual perusahaan tersebut. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi
pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya
penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan atau karena
kerugian.
Empat bentuk utama organisasi bisnis yaitu :
a. Perorangan
Entitas Perorangan bukan suatu badan hukum, dan modalnya tidak terbagi
atas saham. Harta kekayaan pribadi pemilik entitas terikat pada utang
piutang usaha perorangan.
b. Partnership atau persekutuan
 Modal firma tidak terbagi atas saham dan para anggota Firma
bertanggung jawab renteng atas kewajiban Firma sebagai suatu
persekutuan perorangan.
 Modal suatu persekutuan CV harus dipisahkan antara Modal Pesero
Aktif dan Modal Pesero Komanditer. Pesero aktif adalah pesero yang
bertindak aktif sebagai pengurus CV. Pesero Komanditer adalah
pesero tidak aktif sebagai pengurus CV dan hanya bertanggung jawab
sebatas modal CV yang menjadi bagiannya.
c. Corporation atau perseroan
Perseroan Terbatas (PT), Modal Perseroan Terbatas terdiri atas saham.
Tanggungjawab persero terbatas pada jumlah modal saham yang disetor
jika PT telah disahkan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
d. Koperasi
Koperasi adalah badan hukum. Modal pokok koperasi adalah simpanan
pokok anggota, mirip saham atas nama, tak dapat dipindah tangankan dan
dapat diambil kembali bila anggota keluar dari keanggotaan koperasi.
Ekuitas koperasi atau kekayaan bersih koperasi adalah simpanan pokok,
simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha termasuk
cadangan. Dari empat bentuk organisasi bisnis diatas, corporation atau
perseroan merupakan bentuk organisasi yang mampu menarik dan
mengumpulkan modal dalam jumlah besar.
Karakteristik khusus dari bentuk corporation yang mempengaruhi
akuntansi termasuk :
 Pengaruh hukum perseroan atau hukum corporation
Siapapun yang ingin mendirikan perusahaan harus melengkapi
ketentuan-ketentuan ataupun aspek legalitas yang telah ditentukan oleh
pemerintah. Setiap pemerintahan memiliki undang-undang perseroan
yang berbeda. Akuntansi untuk permodalan perseroan mengikuti
ketentuan undang-undang yang ada.
 Sistem saham
Modal perseroan umumnya terdiri atas sejumlah besar saham. Jumlah
saham yang dimiliki menentukan kepemilikan masing-masing pemilik.
 Berbagai kepentingan pemilik.
Salah satu sumber modal perseroan adalah saham, saham biasa dan
saham preferen. Saham biasa melambangkan kepemilikan perusahaan.
Pemilik saham biasa memiliki hak untuk mengendalikan manajemen
perusahaan. Sedangkan saham preferen memiliki hak awal untuk
mengklaim bagian keuntungan perusahaan. Berbagai kepentingan ini
hanya terdapat di perseroan yang salah satu sumber modalnya adalah
saham.

2.3.1 Pengertian Ekuitas


Menurut PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva
perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak
residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas
bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar
aset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana aset dan
kewajiban diukur.
2.3.2 Penggolongan Ekuitas
Ekuitas pemegang saham dipisahkan dalam dua komponen penting yaitu
modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal
saham sebagai modal yuridis dan modal setoran tambahan, dan komponen
lain yang merefleksi transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau
modal sumbangan). Modal perseroan dipisahkan antara modal setoran dan
laba ditahan.Modal setoran dapat digolongkan menjadi:
A. Modal Setoran
1. Share Capital
Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam urutan
yang paling akhir saat perusahaan dilikuidasi, sehingga resikonya
adalah yang paling besar.
2. Share Premium
Agio Saham merupakan selisih antara nilai nominal dengan nilai pasar.
3. Accumulated Other Comprehensive Income
Seluruh perubahan modal selama periode tertentu kecuali yang berasal
dari investasi pemilik dan distribusi ke pemilik.
4. Treasury Shares
Treasury Shares adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari
peredaran untuk sementara waktu.
5. Non-Controlling Interest
Hak non pengendali merupakan pemegang saham minoritas,
kepimilikannya tidak signifikan.

B. Laba ditahan
Akumulasi perolehan laba ( rugi ) yang tidak dibagi sebagai deviden .
2.3.3 Pengakuan dan Pengukuran Ekuitas
Dasarpengukuran yang lazim digunakan perusahaan dalam penyusunan
laporan keuangan adalah biaya historis.
2.3.4 Penyajian dan Pengungkapan Ekuitas
Berdasarkan PSAK No.1 paragraf 77, disebutkan bahwa entitas harus
mengungkapkan hal-hal berikut dalam laporan posisi keuangan atau
laporan perubahan ekuitas, atau catatan atas laporan keuangan:

a. Untuksetiap jenis saham:


(i) jumlah saham modal dasar;
(ii) jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang
diterbitkan tetapi tidak disetor penuh;
(iii) nilai nominal saham, atau nilai dari saham yang tidak memiliki
nilai nominal;
(iv) rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir periode;
(v) hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis
saham, termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali
atas modal;
(vi) saham entitas yang dikuasai oleh entitas itu sendiri atau oleh entitas
anak atau entitas asosiasi; dan
(vii) saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak opsi dan
kontrak penjualan saham, termasuk jumlah dan persyaratan;
b. Penjelasanmengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam
ekuitas.
Berdasarkan PSAK No.1 paragraf 78 bagi entitas yang modalnya tidak
terbagi dalam saham, seperti persekutuan atau trust, mengungkapkan
informasi yang setara sesuai dengan paragraf 77 (a), yang memperlihatkan
perubahan selama suatu periode dari setiap jenis penyertaan, hak,
keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis penyertaan.
Pada PSAK No.1 paragraf 104 mengenai laporan perubahan ekuitas
disebutkan bahwa entitas harus menyajikan laporan perubahan ekuitas
yang menunjukkan:
(a) total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang
menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non-
pengendali;
(b) untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau
penyajian kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan
PSAK 25;
(c) untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat
pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan
masing-masing perubahan yang timbul dari:
(i) laba rugi;
(ii) masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan
(iii) transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik, yang menunjukkan secara terpisah kontribusi dari
pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak
kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan
hilang pengendalian.
105. Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau
dalam catatan atas laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui
sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan nilai dividen
per saham.
106. Pada paragraf 104, komponen ekuitas termasuk, misalnya, masing-
masing jenis modal disetor, saldo akumulasi dari masing-masing
jenis pendapatan komprehensif lain dan saldo laba.
107. Perubahan ekuitas entitas di antara awal dan akhir periode
pelaporan mencerminkan naik turunnya aset neto entitas selama
periode. Kecuali untuk perubahan yang timbul dari transaksi
dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (seperti
kontribusi modal, akuisisi kembali instrumen ekuitas entitas dan
dividen) dan biaya transaksi yang secara langsung berkaitan
dengan tranksaksi tersebut, perubahan keseluruhan atas ekuitas
selama periode yang menggambarkan jumlah total pendapatan dan
beban (termasuk keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh
aktivitas entitas selama periode tersebut.

Anda mungkin juga menyukai