Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN

“PSAK 24 IMBALAN KERJA”

Disusun Oleh:

Brandhoss (2019310029)
Siti Noor Kumala Rizki (2019310029)
Hasna Afifah (2020310038)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


JURUSAN AKUNTANSI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dengan
tema “Imbalan Kerja ” yang dapat menjadi acuan, petunjuk, maupun pedoman
bagi pembaca dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan Terimakasih kepada
dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat membantu
menambah pengetahuan kita semua. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pem ikiran kepada
pem baca khususnya para mahasi swa Sekolah Ti nggi Ilm u
Ekonom i(STIEI) . Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta
masukannya d em i p er ba i k an pe m b ua t a n m a ka l a h i ni di m a sa y an g
a ka n d at an g da n mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Banjarmasin,
24 Juni 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua perusahaan di Indonesia wajib mematuhi Undang-undang Ketenagakerjaan
Nomor 13 Tahun 2003 (UUK).UUK mengatur secara umum mengenai tatacara pemberian
imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan istirahat panjang sampai dengan imbalan
pemutusan hubungan kerja (PHK).

Pencatatan beban imbalan kerja pada laporan keuangan harus dilakukan dengan mengacu
kepada prinsip akuntansi yang berlakuk umum di Indonesia.Imbalan-imbalan di UUK tersebut
dapat diatur lebih lanjut di Peraturan Perusahaan (PP) atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
antara Perusahaan dan Serikat Pekerja dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di UUK.

Beban imbalan kerja atau beban personil adalah suatu bagian dari beban perusahaan yang
harus diakui pada laporan laba rugi komprehensif. Beban imbalan kerja baik jangka panjang
maupun jangka pendek harus dicadangkan sebagai suatu kewajiban setiap bulannya sebagai
konsekuensi adanya jasa yang diberikan pekerja kepada perusahaan.Pencadangan dilakukan
karena laporan keuangan disusun dengan basis akrual dan jumlah imbalan kerja biasanya
material.Pencadangan ini dilakukan agar laporan keuangan menyajikan informasi yang relevan
bagi pengambilan keputusan.\

1.2 Rumusan Masalah :


1) Apa cakupan dari PSAK 24?
2) Apa yang dimaksud Imbalan Kerja?
3) Bagaimana perlakuan akuntansi imbalan jangka pendek dan jangka panjang?
4) Bagaimana akuntansi dan pelaporan keuangan imbalan pasca kerja?
5) Bagaimana dampak perubahan PSAK 24 revisi 2013 terhadap perusahaan?
1.3 Tujuan :
1) Untuk mengetahui cakupan dari PSAK 24,
2) Untuk mengetahui mengenai imbalan kerja dan jenis imbalan kerja,
3) Untuk mengetahui perlakuan akuntansi imbalan jangka pendek dan jangka panjang.
4) Untuk mengetahui bagaimana akuntansi dan pelaporan keuangan imbalan pasca kerja.
5) Untuk mengetahui dampak perubahan PSAK 24 revisi 2013 terhadap perusahaan.

BAB II
PEMBAHASAN
Semua perusahaan di Indonesia wajib mematuhi undang-undang ketenagakerjaan Nomor
13 Tahun 2003 (UUK)Imbalan-imbalan di UUK tersebut dapat diatur lebih lanjut di Peraturan
Perusahaan (PP) atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan dan Serikat Pekerja
dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di UUK.
Salah satu ketentuan di UUK adalah ketentuan mengenai imbalan pasca kerja, yaitu
imbalan yang harus diberikan perusahaan kepada karyawan ketika karyawan sudah berhenti
bekerja atau disebut pasca kerja (setelah kerja). Alasan karyawan untuk berhenti bekerja disini
mencakup beberapa alasan berikut diantaranya; karena karyawan terlibat tindak pidana, karena
karyawan melakukan kesalahan berat, karena karyawan memasuki usia pensiun, karena
karyawan meninggal dunia, karena karyawan sakit berkepanjangan, karena karyawan
mengundurkan diri, karena perusahaan pailit, karena perusahaan mengalami kerugian dan alasan
lainnya yang termasuk imbalan yang dibayarkan ketika karyawan sudah tidak aktif lagi bekerja.
Contohnya pada kasus berikut, PT Indosat Tbk (ISAT) mengakui jika pihaknya memang
telah melakukan rasionalisasi jumlah karyawannya dengan memberhentikan sekira 1.200
karyawannya. Pengurangan jumlah karyawan merupakan hal yang biasa dilakukan perusahaan-
perusahaan untuk memaksimalkan anggarannya dalam rangka mengurangi beban keuangan
perseroan. Pemberhentian karyawan yang dilakukannya ini mirip dengan program pensiun dini,
karyawan yang diberhentikan ini pun mendapatkan uang pensiun yang perusahaan sebut sifatnya
sebagai voluntary. Maka PT Indosat Tbk harus mematuhi UUK dan melaksanakan pencatatan
imbalan kerja sesuai PSAK 24. Landasan teori UU No. 13 thn 2003, tentang Ketenagakerjaan
Pasal 150 tentang  Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini
meliputi  pemutusan hubungan kerja yang terjadi  di badan usaha yang berbadan hukum atau
tidak,  milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta 
maupun milik negara, maupun usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai
pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain. Pasal 156 (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan
membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak
yang seharusnya diterima. 
Dewan Standar Akutansi Keuangan (DSAK), yang berada di bawah organisasi Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), merupakan dewan yang mengeluarkan standar akuntansi keuangan di
Indonesia. Mereka mengeluarkan buku panduan untuk penerapan standar akuntansi keuangan
yang disebut dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Penerapan PSAK Nomor 24 (PSAK 24) dirasa paling sulit penerapannya oleh orang-
orang yang bekerja di bagian accounting dan finance di satu perusahaan. PSAK 24 ini mengatur
pernyataan akuntansi tentang imbalan kerja di perusahaan. PSAK 24 revisi 2013 sudah
diterbitkan dan akan berlaku efektif mulai tahun 2015. Perubahan tersebut mempengaruhi
pengukuran, penyajian dan pengungkapan imbalan pascakerja. Perusahaan harus menghitung
ulang liabilitas imbalan pascakerja berdasarkan standar baru. Dampak perubahan ini akan
mempengaruhi penyajian nilai ekuitas dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan.
Ketentuan pengungkapan lebih banyak dan lebih lengkap sehingga pengguna dapat lebih
mudah menilai imbalan manfaat pasti.
PSAK 24 revisi 2013 telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
pada 1 Desember 2013. PSAK baru ini merivisi PSAK 24 revisi 2010. Sejak tahun 1994
dengan nama PSAK 24 Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun, PSAK ini telah berubah 3 kali
yaitu tahun 2006, 2010 dan terakhir 2013. Perubahan PSAK 24 dilakukan karena terjadi
perubahan dan revisi atas IAS 19 Employee Benefit. Sebagai konsekuensi, Indonesia
mengadopsi IFRS, maka setiap terjadi perubahan IFRS/IAS akan dilakukan perubahan
terhadap PSAK terkait. Terdapat dua perbedaan IAS 19 dengan PSAK 24 yaitu tentang
tanggal efektif dengan meniadakan penerapan dini dan tentang amandemen penghilangan
paragrap IAS19. Penghilangan penerapan dini dihilangkan untuk menjaga keselarasan
dengan PSAK lain yang terkena dampak. Untuk perbedaan kedua tidak diadopsi karena tidak
relevan dengan PSAK.

Cakupan dari PSAK 24


Secara umum PSAK 24 adalah mengatur pernyataan akuntansi tentang imbalan kerja di
perusahaan. Latar belakang Penerapan PSAK 24 tentang Imbalan Kerja adalah Undang-Undang
Ketenagakerjaan (UUK) Nomor 13 Tahun 2003 mengatur secara umum mengenai tatacara
pemberian imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan istirahat panjang sampai dengan
imbalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).Imbalan-imbalan di UUK tersebut dapat diatur lebih
lanjut di Peraturan Perusaaan (PP) atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan
dan Serikat Pekerja dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di UUK.
Pemberlakuan UUK ini mengakibatkan perusahaan akan dibebani dengan jumlah
pembayaran pesangon yang tinggi terutama untuk perusahaan yang memiliki jumlah karyawan
ribuan orang. Untuk mengantisipasi kemungkinan terganggunya cash flow perusahaan akibat
dari ketentuan dalam UU No. 13 tahun 2003 tersebut, maka PSAK No. 24 mengharuskan
perusahaan untuk membukukan pencadangan atas kewajiban pembayaran pesangon/imbalan
kerja dalam laporan keuangannya. Pernyataan ini mengharuskan pemberi kerja (entitas) untuk
mengakui:

 Liabilitas, jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalah kerja yang
akan dibayarkan di masa depan; dan
 Beban, jika entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh
pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.

 
Pengertian Imbalan Kerja
Imbalan kerja (employee benefits) adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan suatu
entitas dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk pemutusan kontrak
kerja.
Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk kedalam definisi imbalan kerja di
PSAK-24 adalah sebagai berikut:

1. Imbalan Kerja Jangka Pendek: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya kurang dari 12
bulan. Contoh dari Imbalan Kerja Jangka Pendek ini adalah; Gaji, iuran Jaminan Sosial,
cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba dan bonus (jika terutang dalam waktu 12 bulan pada
periode akhir pelaporan), dan imbalan yang tidak berbentuk uang (imbalan kesehatan,
rumah, mobil, barang dan jasa yang diberikan secara cuma-cuma atau memalui subsidi).
2. Imbalan Pasca Kerja: Yaitu imbalan kerja yang diterima pekerja setelah pekerja sudah
tidak aktif lagi bekerja. Contoh dari Imbalan Pasca Kerja ini adalah : Imbalan Pensiun,
Imbalan asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja. Jika dikaitkan dengan
penjelasan diawal tulisan ini, imbalan pasca kerja yang tercantum di perundangan
ketenagakerjaan adalah; Imbalan Pensiun, Meninggal Dunia, Disability/cacat/medical
unfit dan mengundurkan diri.

3. Imbalan Kerja Jangka Panjang: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya lebih dari 12
bulan. Contoh dari Imbalan Jangka Panjang ini adalah: Cuti besar/cuti panjang,
penghargaan masa kerja (jubilee) berupa sejumlah uang atau berupa pin/cincin terbuat
dari emas dan lain-lain.

4. Imbalan Pemutusan Kontrak Kerja (PKK): Yaitu imbalan kerja yang diberikan karena
perusahan berkomitmen untuk: (1) Memberhentikan seorang atau lebih pekerja sebelum
mencapai usia pensiun normal, atau (2) Menawarkan pesangon PHK untuk pekerja yang
menerima penawaran pengunduran diri secara sukarela (golden shake hand). Imbalan ini
dimasukan kedalam pernyataan PSAK-24, jika dan hanya jika perusahaan sudah
memiliki rencana secara jelas dan detail untuk melakukan PKK dan kecil kemungkinan
untuk membatalkannya.

Salah satu ketentuan di UUK adalah mengenai imbalan pasca kerja, yaitu imbalan yang
harus diberikan perusahaan kepada karyawan ketika karyawan sudah berhenti bekerja (pasca
kerja=setelah kerja). Imbalan-imbalan Pasca Kerja tersebut secara akuntansi harus di cadangkan
dari saat ini, karena imbalan-imbalan pasca kerja tersebut termasuk ke dalam salah satu konsep
akutansi yaitu accrual basis. Ada 4 (empat) imbalan pasca kerja yang dihitung untuk di
cadangkan dalam PSAK-24, yaitu:

1. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Pensiun;


2. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan/Cacat;

3. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Meninggal Dunia;

4. Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Mengundurkan Diri.


Keempat imbalan kerja di atas harus dihitung oleh perusahaan, karena ke-empat imbalan kerja
tersebut termasuk dalam prinsip akutansi imbalan kerja yaitu on going concern (berkelanjutan).
Alasan kenapa perusahaan harus menerapkan PSAK-24 adalah:

1. Adanya prinsip akutansi accrual basis. Penerapan PSAK-24 pada perusahaan adalah
sesuai prinsip akutansi accrual basis, yaitu perusahaan harus mempersiapkan
(mencadangkan/mengakui) utang (liability), untuk imbalan yang akan jatuh tempo nanti.
2. Tidak ada kewajiban yang tersembunyi. Artinya jika didalam laporan keuangan tidak ada
account untuk imbalan pasca kerja (melalui PSAK 24), maka secara tidak langsung
perusahaan sebenarnya “menyembunyikan” kewajiban untuk imbalan pasca kerja.

3. Berkaitan dengan arus kas, jika ada karyawan yang keluar karena pensiun dan perusahaan
memberikan manfaat pesangon pensiun kepada karyawan tersebut, maka pada periode
berjalan perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang mengurangi laba
perusahaan. Jika dari awal perusahaan sudah mencadangkan imbalan pensiun ini
(imbalan pasca kerja), maka imbalan pensiun yang dibayarkan tersebut tidak akan secara
langsung mengurangi laba, akan tetapi akan mengurangi pencadangan/accrual/kewajiban
atas imbalan pasca kerja yang telah di catatkan perusahaan di laporan keuangan.

Perkembangan PSAK-24 Imbalan Kerja.


PSAK-24 telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangannya. Pada awalnya
PSAK-24 mengatur mengenai akuntansi biaya manfaat pensiun.  PSAK-24 dengan ruang lingkup
ini di disahkan tanggal 7 September 1994. Jika dibandingkan dengan PSAK24 (Revisi 2004),
PSAK-24 versi tahun 1994 ini cakupannya lebih sempit, yaitu hanya mengatur mengenai
akuntansi dari akuntansi biaya manfaat pensiun.  Sebagai penekanan, PSAK-24 versi ini bukan
mengatur mengenai dana pensiun, karena PSAK yang mengatur mengenai akuntansi dana
pensiun diatur dalam PSAK tersendiri, yaitu PSAK-18 tentang akuntansi dana pensiun.
Didalam perkembangannya,  pada tanggal 24 Juni 2004 PSAK-24 telah berubah menjadi
PSAK-24 Revisi tahun 2004 (PSAK-24 R2004). Berbeda dari versi sebelumnya, PSAK-24
R2004 ini memiliki cakupan yang lebih luas, tidak hanya mengatur mengenai manfaat pensiun,
akan tetapi mengatur semua imbalan kerja yang berlaku di perusahaan.
Setelah 10 tahun berlalu, pada tahun 2010 DSAK-IAI mengeluarkan PSAK-24 versi
terbaru, yaitu PSAK-24 Revisi 2010 (PSAK-24 R2010). PSAK-24 terbaru ini mulai berlaku
untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012.
Pada tahun 2013 DSAK-IAI mengeluarkan PSAK-24 versi terbaru, yaitu PSAK-24
Revisi 2013. PSAK-24 terbaru ini mulai berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada
atau setelah tanggal 1 Januari 2015. Pemberlakuan dini tidak dianjurkan. 
Keterkaitan Profesi Auditor (Kantor Akuntan Publik) dengan PSAK 24
Pihak yang terkait dalam proses perhitungan beban imbalan kerja PSAK 24 adalah
auditor, terutama eksternal auditor (Kantor Akuntan Publik-KAP). Seperti yang telah diketahui
setiap perusahaan akan menyusun laporan keuangan di akhir tahun buku, maka pihak KAP akan
melakukan audit diperusahaan. Pada proses audit tersebut lah hasil laporan PSAK 24 yang telah
dihitung akan di cek validasi nya. Apakah sudah sesuai dengan PSAK 24 yang di keluarkan oleh
DSAK-IAI atau belum. Terkadang auditor juga melakukan cross check terhadap hasil
perhitungan dengan meminta contoh perhitungan.
Penerapan PSAK 24 dianjurkan kepada perusahaan, jika tidak diterapkan, maka auditor
akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian PSAK 24. Artinya, semua akun di
laporan keuangan adalah wajar, bebas dari salah saji material, kecuali salah satu akun
sehubungan dengan PSAK 24, karena perusahaan tidak mengikuti Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang berlaku di Indonesia. Apa yang dilakukan auditor sudah sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Penerapan dari PSAK-24 mengacu kepada keadaan on going concern, untuk mengukur
beban imbalan kerja secara on going concern, terdapat faktor-faktor yang tidak pasti
(uncertainty). Jika dikaitkan dengan imbalan pasca kerja ; Pensiun, meninggal dunia, disability
dan mengundurkan diri, maka dapat di contohkan faktor yang tidak pasti tersebut adalah:

 Apakah semua karyawan di satu perusahaan akan tetap bekerja sampai dengan usia
pensiun?
 Dalam rentang usia seorang pekerja, pasti ada kemungkinan-kemungkinan meninggal
dunia, sakit berkepanjangan atau cacat. Berapakah besarnya peluang dari kemungkinan-
kemungkinan tersebut?
 Dalam dunia kerja sudah menjadi hal yang lumrah pekerja mengundurkan diri, untuk
menghitung kemungkinan beban imbalan pasca kerja dari mengundurkan diri . Berapa
besar kemungkinan pekerja mengundurkan diri?

 Berapakah gaji seorang pekerja ketika memasuki usia pensiun?

 Dan faktor-faktor lainnya yang tidak pasti.

Dalam PSAK-24 telah diatur tata cara perhitungan beban imbalan kerja yang terdapat
unsur ketidakpastian yaitu dengan menggunakan ilmu pengetahuan bernama aktuaria. Aktuaria
adalah suatu ilmu pengetahuan yang merupakan kombinasi dari ilmu statistik, matematika dan
ekonomi yang digunakan untuk memperkirakan suatu nilai dengan data dan asumsi yang telah
ditentukan.
Di Indonesia, perngungkapan imbalan kerja PSAK-24 biasanya dihitung oleh seorang
aktuaris yang bekerja di konsultan aktuaria, yaitu konsultan yang melakukan konsultasi dalam
bidang aktuaria. Di PSAK-24 tidak disebutkan keharusan menggunakan jasa konsultan aktuaria
untuk menentukan beban imbalan kerja. Namun, akan lebih baik jika perusahaan meminta jasa
konsultan aktuaria untuk menghitung beban imbalan kerja, kerena:

1. Professionalisme: Konsultan aktuaria merupakan konsultan yang sudah ahli


dibidangnya, untuk itu mereka sudah pasti lebih berpengalaman dalam menghitungan
beban untuk imbalan kerja PSAK-24 ini.
2. Independensi: Konsultan aktuaria merupakan pihak diluar perusahaan, jadi mereka akan
lebih independen dalam menghitung beban imbalan kerja di perusahaan. Independensi ini
juga yang seringkali di minta oleh pihak auditor external ketika mereka melakukan audit
di satu perusahaan.

3. Efisiensi: dengan menyerahkan proses perhitungan beban imbalan kerja sesuai PSAK-24
maka proses audit keuangan akan lebih efisien, karena perusahaan tidak perlu dibuat
rumit dengan perhitungan-perhitungan yang kompleks.

Dampak Perubahan Psak 24 Revisi 2013 Terhadap Perusahaan


Terdapat tiga perubahan pokok dalam PSAK 24 revisi 2014 yaitu cara perhitungan
beban pensiun, pengakuan keuntungan dan kerugian aktuaria serta pengkungkapan.
Perubahan tersebut akan mempengaruhi secara signifikan nilai kewajiban imbalan pascakerja
yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Pengakuan keuntungan dan kerugian aktuaria
sebagai komponen pendapatan komprehensif secara signifikan akan mempengaruhi total
ekuitas perusahaan. Pengungkapan dibuat lebih komprehensif dengan menjelaskan
karakteristik, jumlah yang timbul dari program dalam laporan keuangan dan analisis
sensitifitas atas program imbalan pasti.
Beban pensiun yang akan diakui dalam laba rugi menurut PSAK 24 revisi 2013
dihitung dari beban jasa kini, jasa lalu, keuntungan dan kerugian penyelesaian dan bunga neto
atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto. Dalam PSAK revisi 2010 komponen beban pensiun
adalah biaya jasa kini, biaya jasa lalu, amortisasi keuntungan atau kerugian aktuaria (jika
melebihi koridor), bunga dan hasil yang diharapkan dari aset program, serta dampak dari
kurtailmen atau penyelesaian program. Ada dua hal yang hilang dari PSAK 24 revisi 2010
yaitu amortisasi keuntungan atau kerugian aktuaria dan hasil yang diharapkan dari aset program.
Bunga atas liabilitas manfaat pasti akan diimbangi dengan estimasi hasil investasi dari aset
program. Pada PSAK 24 revisi 2010 keduanya dihitung secara terpisah. Untuk bunga
menggunakan tingkat suku bunga surat utang berkualitas baik sedangkan untuk hasil investasi
menggunakan estimasi hasil investasi atas aset program. Pada PSAK 24 revisi 2013, bunga
neto dihitung dengan mengalikan liabilitas (aset) inbalan pasti neto dengan tingkat diskonto.
Hasil investasi dan beban bunga dihitung dengan menggunakan satu tingkat diskonto yaitu
suku bunga surat utang yang berkualitas baik. Sehingga beban bunga akan dihitung dari
tingkat diskonto dikalikan nilai liabilitas imbalan pasti. Hasil investasi dihitung dengan tingkat
diskonto dikalikan dengan aset imbalan pasti. Sehingga dampaknya terhadap beban pensiun
akan timbul beban bunga neto yaitu diskonto dikalikan dengan nilai neto liabilitas atau aset
imbalan pasti .
Penggunaan satu tingkat diskonto mengurangi ketidakpastian estimasi hasil invesasi.
Potensi penggunaan nilai estimasi yang bias untuk memenuhi tujuan pelaporan oleh
manajemen dapat dihindari dengan penggunaan satu tingkat diskonto. Untuk menghindari beban
imbalan kerja manajemen dapat meningkatkan nilai estimasi hasil investasi. Penggunaan bunga
neto akan menjadikan beban bunga dan hasil investasi dipandang sebagai satu kesatuan portfolio
investasi.
Perubahan kedua yang berdampak signifikan adalah pengakuan kerugian atau
keuntungan aktuarial sebagai komponen penghasilan komprehensif lainnya. Dalam PSAK
revisi 2010, keuntungan dan kerugian aktuarial sampai pada batas koridor akan diakui
menambah atau mengurangi liabilitas imbalan kerja. Nilai di atas koridor akan diamortisasi
selama rata-rata sisa masa kerja karyawan dan diakui sebagai komponen beban pensiun dalam
laporan laba rugi. Koridor yang digunakan adalah sepuluh persen dari nilai liabilitas atau aset
imbalan pasti mana yang lebih tinggi. Dampak dari perubahan tersebut akan mempengaruhi
beban pensiun dalam laba rugi karena dalam laba rugi, tidak ada komponen amortisasi
keuntungan dan kerugian aktuaria. Jika perusahaan memiliki keuntungan aktuaria amortisasi
keuntungan aktuaria akan berdampak mengurangi biaya pensiun. Cara perhitungan bunga
dengan menggunakan bunga netto juga mengurangi kompleksitas penghitungan beban pensiun.
Beban pensiun terdiri dari biaya jasa kini, biaya jasa lalu (jika ada) ditambah bunga netto
dan atas penyelesaian. Nilai liabilitas imbalan kerja akan berubah karena keuntungan dan
kerugian aktuaria yang semula disajikan sebagai komponen penentu nilai liabilitas imbalan
pasti sekarang disajikan sebagai komponen ekuitas. Sebagai contoh perusahaan memiliki
liabilitas imbalan pasti 30.000, aset program imbalan pasti 24.000 keuntungan aktuaria
sebesar 2.000. Dengan menggunakan PSAK 24 revisi 2010, liabilitas imbalan pasti akan
disajikan sebesar 30.000 – 24.000 + 2.000 = 8.000. Berdasarkan PSAK 24 revisi 2013, nilai
liabilitas imbalan pasti sebesar 6.000 dan penghasilan komprehensif lain – keuntungan
aktuaria sebesar 2.000. Terjadi pengurangan liabilitas manfaat pasti sebesar 2.000 dan
kenaikan ekuitas sebesar 2.000.
Secara total aset tidak berdampak namun akan mempengaruhi komposisi liabilitas
dan ekuitas. Dampak tersebut akan terbalik jika perusahaan memiliki kerugiaan aktuaria
yaitu terjadi peningkatan liabilitas dan pengurangan ekuitas. Untuk perusahaan yang memiliki
saldo keuntungan aktuaria, perubahan PSAK 24 akan meningkatkan ekuitas perusahaan dan
mengurangi liabilitas. Dampak ini akan meningkatkan solvabilitas perusahaan karena jumlah
utang yang semakin sedikit dan ekuitas yang semakin besar. Sebaliknya untuk perusahaan yang
memiliki saldo kerugian aktuaria PSAK 24 revisi 2013 akan berdampak pada peningkatan
liabilitas dan pengurangan ekuitas. Tingkat solvabilitas perusahaan akan semakin
menurun karena ekuitas yang semakin berkurang. Namun untuk rasio efisiensi return on
equity justru terlihat perusahaan semakin efisien karena ekuitas yang berkurang. Dampak
perubahan ini harus hati-hati dalam menganalisis laporan keuangan tahun 2015 nanti.
Perubahan ini dapat juga dilihat relevansinya terhadap pengambilan keputusan investor di
pasar modal. Perlu dilakukan kajian apakah investor terpengaruh dalam menentukan
keputusan investasi dengan perubahan PSAK 24 ini.
Perubahan signifikan juga terjadi pada pengungkapan, dengan menambahkan
informasi pengungkapan yang lebih banyak dan lengkap. Pengungkapan yang ditambahkan
adalah risiko yang timbul dari program imbalan pasti. Dalam pengungkapan dirinci
karakteristik progam imbalan pasti dan risiko terkait. Informasi yang diungkapkan meliputi
karakteristik imbalan pasti, eksposur risiko program terhadap entitas dan deskripsi lainnya.
Entitas juga harus mengungkapkan rekonsiliasi saldo awal dan sldo akhir dari liablitas (aset)
imbalan dengan menunjukkan rekonsiliasi terpisah atas aset program, nilai kini kewajiban
imbalan pasti, dampak batas atas aset serta hak penggantian. Entitas juga harus
melakukan pemisahan nilai wajar aset program berdasarkan sifat dan risiko sesuai dengan PSAK
68 : Nilai Wajar. Entitas juga harus menyajikan dampak atas jumlah, waktu dan ketidakpastian
arus kas masa dengan pengungkapan tersebut berisikan analisis sensitivitas atas asumsi
aktuaria, metode dan asumsi yang digunakan dalam analisis, perubahan dari periode
sebelumnya, deskripsi strategi untuk memadankan aset dan liabilitas, deskripsi setiap
pengaturan dan kebijakan pendanaan, iuran dan informasi mengenai porfil jatuh tempo
kewajiban.
Revisi lain juga dilakukan untuk definisi imbalan kerja jangka pendek. Sebelum
perubahan definisinya adalah imbalan kerja yang akan jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan
setelah akhir pelaporan, dirubah menjadi imbalan yang diharapkan akan diselesaikan
seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan. Dalam definisi
tersebut memasukan unsur intensi dengan menambahkan diharapkan. Perubahan lainnya juga
terjadi pada pesangon, definisi penyelesaian program, akuntansi untuk pajak terutang program
dan akuntansi untuk biaya administrasi.
Revisi PSAK 24 akan berdampak pada reklasifikasi dan penyajian sehingga perusahaan
harus menerapkannya secara retrospektif dengan menggunakan metode baru. Dalam
transisi disebutkan bahwa PSAK ini berlaku secara retrospektif, kecuali untuk penyesuaian nilai
asset dan analisis sensitivitas. Akibat perubahan ini perusahaan akan menyajikan laporan
posisi keuangan tiga tahun komparatif yaitu tahun 2015, komparasi tahun 2014 dan awal
periode 2014.
Contoh kasus pada PT PLN (PERSERO) akibat penerapan PSAK 24 revisi 2013 yang
diberlakukan mulai pada 1 Januari 2015 ini, laporan keuangan tahun 2013 dan 2014 disajikan
kembali, hal ini terkait dengan imbalan kerja yang menyebabkan perusahaan merubah kebijakan
pengakuan keuntungan atau kerugian aktuaria yang sebelumnya menggunakan pendekatan
koridor (corridor approach) menjadi pendekatan pendapatan komprehensif lain (OCI/Other
Comprehensive Income), dengan perubahan ini keuntungan atau kerugian aktuaria yang
sebelumnya diamortisasi (atas jumlah diatas koridor) menjadi diakui seluruhnya pada OCI tahun
berjalan.
Daftar Pustaka
http://keuanganlsm.com/psak-24-mengenai-imbalan-kerja/#sthash.n1Znv0Nn.dpuf diakses
tanggal 28November 2015
http://imbalankerja.com/index.php/2012/6fakta-yang-wajib-anda-ketahui-tentang-psak24-
imbalan-kerja/ diakses tanggal 10 November 2015
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2014/11/DAMPAK-PERUBAHAN-PSAK-24-REVISI-
2013-spa.pdf diakses tanggal 10 November 2015
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/PSAK-24-Imbalan-Kerja-IAS-19-Employee-
Benefit-240911.pdf diakses tanggal 10 November 2015
http://www.padmaaktuaria.com/uploads/downloadfiles/2014-09-16-50_1_Update-PSAK_24-
Imbalan%28paska%29Kerja-dampak.pdf diakses tanggal 10 November 2015
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED_PSAK_24_2013-2013-JULI-23.pdf diakses
tanggal 10 November 2015

http://keuanganlsm.com/psak-24-mengenai-imbalan-kerja/diakses pada tanggal 20 Oktober 2015


http://accounting.binus.ac.id/ diakses pada tanggal 20 Oktober 2015

http://www.slideshare.net/diakses pada tanggal 20 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai