Anda di halaman 1dari 7

PENYAJIAN KEMBALI ATAS LAPORAN KEUANGAN AKIBAT PERUBAHAN KEBIJAKAN

AKUNTANSI (PSAK 24: Pengatribusian Imbalan Periode Jasa)


(Kajian Empiris pada Perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2022)

(Tugas Akhir)
Nama : Faradina Dyah Wulansari, S.E
NIM : 126221027
Pembimbing : Elizabeth Sugiarto D. S.E., M.Si., Ak., CA.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2023
PENDAHULUAN
Perkembangan kondisi lingkungan bisnis akan selalu menguji kualitas atas informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan, menjadikan PSAK harus selalu disesuaikan. Penyesuaian tersebut bertujuan
untuk membuat laporan keuangan tetap andal, relevan, transparan dan memiliki daya banding yang baik
mengiringi perkembangan bisnis yang semakin luas.
Perubahan standar akuntansi tersebut dapat memengaruhi pengukuran, pengakuan, serta penyajian
laporan keuangan(Wulanditya, 2022). Manajemen harus mengungkapkan seberapa besar perubahan atas
standar akuntansi tersebut berdampak pada perusahaan, yaitu pertimbangan, selain dari yang
menggunakan estimasi, yang dibuat manajemen dalam proses penerapan kebijakan akuntansi dan yang
berdampak paling signifikan terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan (IAI, 2015), serta
menyajikan informasi tersebut tetap komparabel dengan periode-periode sebelumnya. PSAK 25 telah
mengatur bagaimana pemilihan kebijakan akuntansi diakui, diukur dan disajikan kembali dalam laporan
keuangan. Penyajian kembali laporan keuangan adalah penyajian kembali laporan keuangan, mengacu
pada penyajian laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya ketika perusahaan menemukan dan
mengoreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya (Mao, 2018). Dalam penelitiannya, Stanley
dan Todd DeZoort (2007) menyebutkan bahwa tidak semua penyajian kembali merupakan akibat dari
kesalahan atau kecurangan dalam laporan keuangan yang dilaporkan sebelumnya. PSAK 25 (2009)
menyebutkan bahwa ketika perubahan akuntansi diterapkan secara retrospektif maka kesalahan periode
lalu dikoreksi dengan penyajian kembali.
Pada tahun 2022, DSAK IAI mengeluarkan Siaran Pers mengenai PSAK 24 mengenai pengatribusian
imbalan pada periode jasa yang dilatarbelakangi oleh IFRIC Agenda Decision: IAS 19 Employee Benefits
– Attributing Benefit to Periods of Service pada Mei 2021, DSAK IAI menilai pola fakta program pensiun
berbasis peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini di Indonesia serupa dengan pola fakta
dalam IFRIC Agenda Decision tersebut, sehingga menerapkannya di Indonesia. Siaran Pers ini
merupakan salah satu perubahan akuntansi terbaru yang telah diterapkan oleh seluruh perusahaan di
Indonesia per Desember 2022 ini. Setelah sebelumnya terdapat PSAK 71 atas implementasi IAS 9, PSAK
73 atas implementasi IAS 16 dan PSAK 72 pada tahun 2020. DSAK juga menghimbau bahwa atas
penerapan Siaran Pers ini Perusahaan membuat pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan ebijakan
akuntansi sebagaimana dalam PSAK 25. Penerapan atas kebijakan akuntansi terbaru ini memotivasi
penulis untuk menganalisis penyajian kembali laporan keuangan atas penerapannya. Penelitian ini
mengacu pada penelitian Mao (2018) Financial Restatement Research Literature Review yang membahas
mengenai faktor yang menyebabkan penyajian kembali laporan keuangan dan konsekuensi nya bagi
perusahaan. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan terbuka yang terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia per 2022, Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Berapa jumlah perusahaan publik di Indonesia yang menyajikan kembali laporan keuangannya
akibat penerapan perubahan PSAK 24 tahun 2022 ?
2. Bagaimana penyajian kembali laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia akibat penerapan
perubahan PSAK 24 tahun 2022 ?
3. Bagaimana penerapan perubahan PSAK 24 tahun 2022 mempengaruhi struktur modal dan
profitabilitas laporan keuangan ?
.
TINJAUAN TEORITIS
Agency theory
Teori ini digunakan untk memahami hubungan dimana principal (pemegang saham) memperkerjakan
agent (Manajemen) untuk melaksanakan berbagai aktivitas Perusahaan dan mendelegasikan
kewenangan pengambilan keputusan kepada Manajemen (Godfrey, Hodgson dan Tarca, 2010 dalam
Wedari, 2021), kemudian Manajemen memiliki kewajiban untuk melaporkan segala usaha dan
keputusannya kepada principal. Bentuk pelaporan manajemen kepada principal adalah melalui laporan
keuangan maupun laporan terintegrasi. Kemudian principal akan menilai apakah kinerja Manajemen
sudah sesuai dengan tujuan perusahaan yang diharapkan oleh para principal.
Laporan keuangan yang dilaporkan oleh agent menjadi sangat penting karena akan menjadi alat
penyampaian hasil operasi suatu perusahaan maka digunakan standar yang disepakati bahkan secara
internasional agar suatu laporan dapat mencerminkan seluruh informasi yang dibutuhkan principal.
PSAK 1 (DSAK-IAI, 2015a) menguraikan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
IFRIC Agenda Decision atas PSAK 24 Pengatribusian Imbalan Pada Periode Jasa
IFRIC Agenda Decision adalah sebuah perubahan kebijakan dalam IFRS namun tidak merevisi atas
IFRS yang sudah ada (CMAAS PwC, 2022). Jika perubahan dalam kebijakan akuntansi diperlukan
sebagai akibat dari IFRIC AD tetapi perubahan itu masih belum dibuat, entitas harus
mempertimbangkan untuk menyediakan pengungkapan tentang standar yang akan datang sesuai dengan
IAS 8. Perusahaan perlu mempertimbangkan untuk menentukan penilaian khusus, apakah informasi
tambahan perlu dikumpulkan untuk implementasi kebijakan baru atau untuk memberikan
pengungkapan, atau apakah proses dan sistem perlu dimodifikasi.
IFRIC Agenda Decision mengatur mengenai kapan entitas mulai mengatribusikan imbalan pada periode
jasa berbasis pola fakta, khususnya dalam hal besaran imbalan pensiun dibatasi (capped) pada jumlah
tahun jasa tertentu, dan imbalan pensiun tersebut dihitung hanya dengan menggunakan jumlah tahun
kerja berturut-turut atas jasa pekerja kepada entitas segera sebelum usia pensiun (KKAGD, 2022).
Selama ini PSAK 24 mensyaratkan pengatribusian imbalan ke periode jasa berdasarkan formula saat
pekerja pertama kali menghasilkan imbalan saat pertama kali bekerja.
Pola Fakta IFRIC AD Pola Fakta Program Pensiun UU Cipta Kerja
Karyawan berhak atas manfaat pensiun hanya Pekerja berhak atas manfaat pensiun hanya
ketika mereka mencapai usia pensiun 62 tahun ketika mereka mencapai usia pensiun 56 tahun
asalkan mereka dipekerjakan oleh entitas ketika sepanjang mereka dipekerjakan oleh entitas
mereka mencapai usia pensiun tersebut. ketika mereka mencapai usia pensiun tersebut.

Besarnya manfaat pensiun dihitung sebagai satu imbalan pascakerja adalah jumlah kompensasi
bulan gaji terakhir untuk setiap tahun masa kerja yang timbul dari dua komponen imbalan yang
sebelum usia pensiun. Manfaat pensiun dibatasi masing. masing memiliki "batas kerja”
pada masa kerja 16 tahun. yang berbeda:
• pesangon - pekerja dengan masa kerja 8 tahun
atau lebih berhak mendapatkan 9 bulan gaji dan
• penghargaan masa kerja - pekerja dengan masa
kerja 24 tahun atau lebih berhak mendapatkan
10 bulan gaji

Manfaat dengan menggunakan jumlah tahun kerja Manfaat pensiun dihitung hanya dengan
berturut-turut tepat sebelum usia pension. menggunakan jumlah tahun kerja berturut-turut
tepat sebelum usia pensiun
(KKAGD, 2022)
DSAK IAI mempertimbangkan bahwa kewajiban konstruktif pemberian imbalan pasca kerja dari awal
mulainya bekerja menjadi diberikan pada umur 32 tahun. Rata-rata pension normal di Indonesia adalah
56 tahun maka maksimum imbalan yang dapat diberikan adalah 24 tahun dari usia 56tahun yaitu usia
32 tahun. Perubahan kebijakan akuntansi ini berdampak berbeda- beda bagi setiap perusahaan sehingga
berdampak pada validitas pengukuran jumlah imbalan pasca kerja yang diungkapkan dalam laporan
keuangan.
PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi dan Kesalahan
PSAK 25 mengatur bahwa suatu entitas dapat mengubah kebijakan akuntansinya hanya jika: (1)
diisyaratkan oleh suatu PSAK atau (2) menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi
yang andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi
keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas (Ade, 2019). Perubahan kebijakan akuntansi tersebut
dapat mempengaruhi pengakuan, pengukuran dan penyajiannya. Penerapan perubahan kebijakan
akuntansi sebagaimana dikutip dari Martani (2019) bergantung kepada:
- Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu PSAK
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, jika ada;
- Jika tidak ada ketentuan transisi atau perubahan kebijakan dilakukan secara sukarela maka entitas
menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.
Penerapan retrospektif suatu perubahan kebijkan akuntansi baru adalah koreksi pengakuan, pengukuran,
transaksi, peristiwa dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan. Penyajian kembali
retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan
keuangan seolah-olah kesalahan periode lalu tidak pernah terjadi. Penyajian kembali laporan keuangan
(restatement) umumnya dipandang sebagai koreksi yang dilakukan terhadap laporan keuangan karena
tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAO, 2006).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif untuk menganalisis penyajian kembali
laporan keuangan akibat perubahan kebijakan akuntansi. Metode deskriptif dapat dilakukan untuk
mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri
sendiri atau variabel bebas) tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan
dengan variabel lain (Sugiyono, 2017). Jenis data yang digunakan adalah data primer berupa laporan
keuangan perusahaan publik audited yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2022. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dengan table dan grafik korelasi dari jumlah
perusahaan public:
- yang melakukan penyajian kembali akibat perubahan kebijakan akuntansi dari IFRIC AD;
- tidak menyajikan kembali dampak perubahan kebijakan akuntansi dari IFRIC AD
DSAK-IAI. (2015a). PSAK No. 1: Penyajian Laporan Keuangan. In Standar Akuntansi Keuangan.
DSAK-IAI. (2015b). PSAK No. 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan.
In Standar Akuntansi Keuangan.
Martani, D. (2019). Overview PSAK. Retrieved from https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2019/07/
Perkembangan-Standar-Overview-10072019.pptx.
Mao, Y.Z. (2018). Financial Restatement Research Literature Review. Modern Economy, 9, 2092-2103.
https://doi.org/10.4236/me.2018.912130
Stanley, J. D. dan Todd DeZoort, F. (2007). Audit Firm Tenure and Financial Restatements: an Analysis
of Industry Specialization and Fee Effects. Journal of Accounting and Public Policy, 26(2), 131–159.
Novira, Jessy (2020) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyajian Kembali Laporan Keuangan.
Undergraduate thesis, Universitas Internasional Batam.
Wulanditya, P. (2022). Kajian Empiris Financial Restatements Akibat Perubahan Standar Akuntansi
Keuangan Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan (JIAKu), 1(3), 313–325.
https://doi.org/10.24034/jiaku.v1i3.5603
IAI (2022) Siaran Pers DSAK. PSAK 24 Pengatribusian imbalan pada periode jasa
https://web.iaiglobal.or.id/assets/files/file_berita/SIARAN%20PERS%20DSAK%20IAI_PSAK
%2024_PENGATRIBUSIAN%20IMBALAN%20PADA%20PERIODE%20JASA_APRIL%202022.pdf
Wedari, Linda Kusumaning, 2021. Agency Theory dan Agency Problem. Retrieved from
https://binus.ac.id/bekasi/accounting-technology/2021/12/10/agency-theory-dan-agency-problem/
Capital Markets & Accounting Advisory Services (CMAAS) of PwC. 2022. Snapshot : The Importance
of IFRIC Agenda decision in Financial Reporting.
Kantor Konsultan Aktuaria I Gde Eka Sarmaja, FSAI dan Rekan. 2022. IFRIC Agenda Decision -
Pengatribusian Imbalan pada Periode Jasa. Retrieve from https://www.kkagd.com/post/ifric-agenda-
decision-pengatribusian-imbalan-pada-periode-jasa
F. Ade. 2019. Kebijakan Akuntansi Piutang, Persediaan dan Aset Tetap pada Perusahaan Industri Dasar
dan Kimia yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Universitas Andalas. Retrieved from
http://scholar.unand.ac.id/
U.S. Government Accountability Office (GAO). 2006. Financial Restatements: Update of Public
Company Trends, Market Impacts, and Regulatory Enforcement Activities. Report 06-678. Washington,
DC: Government Printing Office.

Putri, Ni & Rustiarini, Ni Wayan & Dewi, Ni. (2021). Board Characteristic and Financial Restatement.
Jurnal Keuangan dan Perbankan. 25. 492-507. 10.26905/jkdp.v25i3.5883.
Chandra, Budi. (2020). Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyajian Kembali Laporan
Keuangan. Akuntansi dan Manajemen. 15. 1-16. 10.30630/jam.v15i2.17.

Anda mungkin juga menyukai