(Tugas Akhir)
Nama : Faradina Dyah Wulansari, S.E
NIM : 126221027
Pembimbing : Elizabeth Sugiarto D. S.E., M.Si., Ak., CA.
Besarnya manfaat pensiun dihitung sebagai satu imbalan pascakerja adalah jumlah kompensasi
bulan gaji terakhir untuk setiap tahun masa kerja yang timbul dari dua komponen imbalan yang
sebelum usia pensiun. Manfaat pensiun dibatasi masing. masing memiliki "batas kerja”
pada masa kerja 16 tahun. yang berbeda:
• pesangon - pekerja dengan masa kerja 8 tahun
atau lebih berhak mendapatkan 9 bulan gaji dan
• penghargaan masa kerja - pekerja dengan masa
kerja 24 tahun atau lebih berhak mendapatkan
10 bulan gaji
Manfaat dengan menggunakan jumlah tahun kerja Manfaat pensiun dihitung hanya dengan
berturut-turut tepat sebelum usia pension. menggunakan jumlah tahun kerja berturut-turut
tepat sebelum usia pensiun
(KKAGD, 2022)
DSAK IAI mempertimbangkan bahwa kewajiban konstruktif pemberian imbalan pasca kerja dari awal
mulainya bekerja menjadi diberikan pada umur 32 tahun. Rata-rata pension normal di Indonesia adalah
56 tahun maka maksimum imbalan yang dapat diberikan adalah 24 tahun dari usia 56tahun yaitu usia 32
tahun. Perubahan kebijakan akuntansi ini berdampak berbeda- beda bagi setiap perusahaan sehingga
berdampak pada validitas pengukuran jumlah imbalan pasca kerja yang diungkapkan dalam laporan
keuangan.
PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi dan Kesalahan
PSAK 25 mengatur bahwa suatu entitas dapat mengubah kebijakan akuntansinya hanya jika: (1)
diisyaratkan oleh suatu PSAK atau (2) menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang
andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi
keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas (Ade, 2019). Perubahan kebijakan akuntansi tersebut
dapat mempengaruhi pengakuan, pengukuran dan penyajiannya. Penerapan perubahan kebijakan
akuntansi sebagaimana dikutip dari Martani (2019) bergantung kepada:
- Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu PSAK
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, jika ada;
- Jika tidak ada ketentuan transisi atau perubahan kebijakan dilakukan secara sukarela maka entitas
menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.
Penerapan retrospektif suatu perubahan kebijkan akuntansi baru adalah koreksi pengakuan, pengukuran,
transaksi, peristiwa dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan. Penyajian kembali
retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan
keuangan seolah-olah kesalahan periode lalu tidak pernah terjadi. Penyajian kembali laporan keuangan
(restatement) umumnya dipandang sebagai koreksi yang dilakukan terhadap laporan keuangan karena
tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAO, 2006).
Rasio Solvabilitas
Harahap (2013) memberikan pengertian rasio solvabilitas yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila
perusahaan dilikuidasi. Adapun yang termasuk dalam rasio solvabilitas menurut Kasmir (2013) yaitu:
1. Debt to Assets Ratio
Debt to assets ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan antara total utang dan total aktiva. Standar
rasio industri untuk debt to assets ratio adalah 35%.
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan .ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.
Standar rasio industri untuk debt to equity ratio yaitu 66%.