Anda di halaman 1dari 7

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI (PSAK 24: Pengatribusian Imbalan Periode Jasa)

TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PERIODE 2022


(Kajian Empiris pada Perusahaan Sektor Keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun
2022)

(Tugas Akhir)
Nama : Faradina Dyah Wulansari, S.E
NIM : 126221027
Pembimbing : Elizabeth Sugiarto D. S.E., M.Si., Ak., CA.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2023
PENDAHULUAN
Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) bank raksasa global masih terus terjadi. Setelah bank sentral
Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), memprakarsai kenaikan suku bunga untuk memerangi
rekor tingkat inflasi yang tak terkendali, Hal ini memicu meningkatnya biaya operasional yang harus
dibayarkan terkait dengan pembiayaan, sehingga banyak sektor perbankan harus melakukan penyesuaian
atas biaya operasionalnya termasuk biaya dan jumlah karyawan. Hingga 2023 tecatat beberapa sektor
pembiayaan global telah memangkas karyawannya seperti Credit Suisse mengumumkan akan memangkas
5000 karyawan, Goldman Sachs mengumumkan akan memangkas 3200 karyawan, Morgan Stanley juga
mengungkapkan akan memangkas 2% karyawannya atau sekitar 1600 karyawan (CNBC Indonesia, 2023).
Kenaikan suku bunga global juga berdampak pada perbankan Indonesia dengan meningkatnya suku bunga
acuan Bank Indonesia. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda
mengatakan, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 5,25%
pada November 2022, akan berdampak pada pengurangan tenaga kerja di Tanah Air (infobanknews.com,
2023). Namun, sampai saat ini perbankan di Indonesia masih tetap mempertahankan stabilitas kinerjanya
untuk menghindari kollaps yang dapat berdampak pada pengurangan karyawan. Stabilitas kinerja keuangan
perbankan ditunjukan melalui laporan keuangan yang dilaporkan kepada para pemegang saham.
Perkembangan kondisi lingkungan bisnis akan selalu menguji kualitas atas informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan, menjadikan PSAK harus selalu disesuaikan. Penyesuaian tersebut bertujuan untuk
membuat laporan keuangan tetap andal, relevan, transparan dan memiliki daya banding yang baik
mengiringi perkembangan bisnis yang semakin luas. Perubahan standar akuntansi tersebut dapat
memengaruhi pengukuran, pengakuan, serta penyajian laporan keuangan (Wulanditya, 2022). Manajemen
harus mengungkapkan seberapa besar perubahan atas standar akuntansi tersebut berdampak pada
perusahaan, yaitu pertimbangan, selain dari yang menggunakan estimasi, yang dibuat manajemen dalam
proses penerapan kebijakan akuntansi dan yang berdampak paling signifikan terhadap jumlah yang diakui
dalam laporan keuangan (IAI, 2015), serta menyajikan informasi tersebut tetap komparabel dengan periode-
periode sebelumnya. PSAK 25 telah mengatur bagaimana pemilihan kebijakan akuntansi diakui, diukur
dan disajikan kembali dalam laporan keuangan. Penyajian kembali laporan keuangan adalah penyajian
kembali laporan keuangan, mengacu pada penyajian laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya ketika
perusahaan menemukan dan mengoreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya (Mao, 2018).
Dalam penelitiannya, Stanley dan Todd DeZoort (2007) menyebutkan bahwa tidak semua penyajian
kembali merupakan akibat dari kesalahan atau kecurangan dalam laporan keuangan yang dilaporkan
sebelumnya. PSAK 25 (2009) menyebutkan bahwa ketika perubahan akuntansi diterapkan secara
retrospektif maka kesalahan periode lalu dikoreksi dengan penyajian kembali.
Pada April 2022, DSAK IAI mengeluarkan Siaran Pers mengenai PSAK 24 mengenai pengatribusian
imbalan pada periode jasa yang dilatarbelakangi oleh IFRIC Agenda Decision: IAS 19 Employee Benefits
– Attributing Benefit to Periods of Service pada Mei 2021, DSAK IAI menilai pola fakta program pensiun
berbasis peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini di Indonesia serupa dengan pola fakta dalam
IFRIC Agenda Decision tersebut, sehingga menerapkannya di Indonesia. Siaran Pers ini merupakan salah
satu perubahan akuntansi terbaru yang telah diterapkan oleh seluruh perusahaan di Indonesia per Desember
2022 ini. DSAK juga menghimbau bahwa atas penerapan Siaran Pers ini Perusahaan membuat
pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi sebagaimana dalam PSAK 25. Dengan
demikian, terdapat pengungkapan yang harus dilaporkan perusahaan kepada pemegang saham atas
penerapan kebijakan akuntansi, dan bagaimana pengaruhnya pada kinerja perusahaan dimana PSAK 24 ini
mempengaruhi jumlah liabiliatas jangka panjang serta jumlah beban imbalan kerja.
Pada umumnya, kinerja perusahaan dianalisis menggunakan rasio-rasio keuangan, perubahan kebijakan
akuntansi terkait PSAK 24 dapat mempengaruhi jumlah total liabilitas perusahaan karena bentuk
pengakuan imbalan pasca kerja yang berbeda. Jika terdapat perubahan yang signifikan terhadap jumlah
imbalan pasca kerja dan mempengaruhi total liabilitasnya, maka perusahaan harus mengungkapkan apakah
jumlah modal yang dimiliki telah mampu menjamin setiap liabilitas untuk memenuhi kewajibannya. Rasio
solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas terdiri atas Debt to Equity
Ratio dan Long term Debt to Equity Ratio. Menurut Meutia Dewi (2017) rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata
lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan liabilitasnya.
Berbagai penelitian serupa telah dilakukan seperti, Dalcı and Ozyapıcı (2017) mengeksplorasi dampak
adopsi IFRS pertama kali pada beberapa rasio keuangan di Turki. Mereka memilih likuiditas, rasio
solvabilitas dan profitabilitas dan menemukan bahwa transisi ke IFRS tidak mempengaruhi rasio keuangan
perusahaan yang terdaftar di Turki. Nwaogwugwu (2020) Effects of IFRS Adoption on the Financial
Performance and Value of Listed Banks in Nigeria yang memeriksa dampak adopsi IFRS pada kinerja
keuangan perusahaan di Nigeria dan menyimpulkan bahwa penerapan IFRS tidak menghasilkan kinerja
yang lebih tinggi, dan penelitian dari Ibrahim el Sayed (2021) IFRS adoption and accounting-based
performance measures: evidence from an emerging capital market berkesimpulan penerapan IFRS baru
tidak berpengaruh secara signifikan pada kinerja laporan keuangan. Dari berbagai penelitian tersebut
penulis tertarik untuk meeksplorasi dampak perubahan kebijakan DSAK atas PSAK 24 pada tahun 2022
terhadap kinerja solvabilitas perusahaan
TINJAUAN TEORITIS
Agency theory
Teori ini digunakan untk memahami hubungan dimana principal (pemegang saham) memperkerjakan
agent (Manajemen) untuk melaksanakan berbagai aktivitas Perusahaan dan mendelegasikan kewenangan
pengambilan keputusan kepada Manajemen (Godfrey, Hodgson dan Tarca, 2010 dalam Wedari, 2021),
kemudian Manajemen memiliki kewajiban untuk melaporkan segala usaha dan keputusannya kepada
principal. Bentuk pelaporan manajemen kepada principal adalah melalui laporan keuangan maupun
laporan terintegrasi. Kemudian principal akan menilai apakah kinerja Manajemen sudah sesuai dengan
tujuan perusahaan yang diharapkan oleh para principal.
Laporan keuangan yang dilaporkan oleh agent menjadi sangat penting karena akan menjadi alat
penyampaian hasil operasi suatu perusahaan maka digunakan standar yang disepakati bahkan secara
internasional agar suatu laporan dapat mencerminkan seluruh informasi yang dibutuhkan principal.
PSAK 1 (DSAK-IAI, 2015a) menguraikan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Signalling theory
Teori sinyal dikemukakan oleh Michel Spence. Spence (1973) menyatakan bahwa terciptanya teori
sinyal dapat digunakan oleh dua pihak, diantaranya adalah pihak sumber informasi dan pihak penerima
informasi. Pihak sumber informasi berperan untuk menyampaikan informasi yang akan dimanfaatkan
oleh penerima informasi. Penerima informasi selanjutnya akan mempertimbangkan tindakan timbal
balik sesuai dengan sinyal informasi yang telah diterimanya.
IFRIC Agenda Decision atas PSAK 24 Pengatribusian Imbalan Pada Periode Jasa
IFRIC Agenda Decision adalah sebuah perubahan kebijakan dalam IFRS namun tidak merevisi atas IFRS
yang sudah ada (CMAAS PwC, 2022). Jika perubahan dalam kebijakan akuntansi diperlukan sebagai
akibat dari IFRIC AD tetapi perubahan itu masih belum dibuat, entitas harus mempertimbangkan untuk
menyediakan pengungkapan tentang standar yang akan datang sesuai dengan IAS 8. Perusahaan perlu
mempertimbangkan untuk menentukan penilaian khusus, apakah informasi tambahan perlu dikumpulkan
untuk implementasi kebijakan baru atau untuk memberikan pengungkapan, atau apakah proses dan sistem
perlu dimodifikasi.
IFRIC Agenda Decision mengatur mengenai kapan entitas mulai mengatribusikan imbalan pada periode
jasa berbasis pola fakta, khususnya dalam hal besaran imbalan pensiun dibatasi (capped) pada jumlah
tahun jasa tertentu, dan imbalan pensiun tersebut dihitung hanya dengan menggunakan jumlah tahun kerja
berturut-turut atas jasa pekerja kepada entitas segera sebelum usia pensiun (KKAGD, 2022). Selama ini
PSAK 24 mensyaratkan pengatribusian imbalan ke periode jasa berdasarkan formula saat pekerja pertama
kali menghasilkan imbalan saat pertama kali bekerja.
Pola Fakta IFRIC AD Pola Fakta Program Pensiun UU Cipta Kerja
Karyawan berhak atas manfaat pensiun hanya Pekerja berhak atas manfaat pensiun hanya
ketika mereka mencapai usia pensiun 62 tahun ketika mereka mencapai usia pensiun 56 tahun
asalkan mereka dipekerjakan oleh entitas ketika sepanjang mereka dipekerjakan oleh entitas
mereka mencapai usia pensiun tersebut. ketika mereka mencapai usia pensiun tersebut.

Besarnya manfaat pensiun dihitung sebagai satu imbalan pascakerja adalah jumlah kompensasi
bulan gaji terakhir untuk setiap tahun masa kerja yang timbul dari dua komponen imbalan yang
sebelum usia pensiun. Manfaat pensiun dibatasi masing. masing memiliki "batas kerja”
pada masa kerja 16 tahun. yang berbeda:
• pesangon - pekerja dengan masa kerja 8 tahun
atau lebih berhak mendapatkan 9 bulan gaji dan
• penghargaan masa kerja - pekerja dengan masa
kerja 24 tahun atau lebih berhak mendapatkan
10 bulan gaji

Manfaat dengan menggunakan jumlah tahun kerja Manfaat pensiun dihitung hanya dengan
berturut-turut tepat sebelum usia pension. menggunakan jumlah tahun kerja berturut-turut
tepat sebelum usia pensiun
(KKAGD, 2022)
DSAK IAI mempertimbangkan bahwa kewajiban konstruktif pemberian imbalan pasca kerja dari awal
mulainya bekerja menjadi diberikan pada umur 32 tahun. Rata-rata pension normal di Indonesia adalah
56 tahun maka maksimum imbalan yang dapat diberikan adalah 24 tahun dari usia 56tahun yaitu usia 32
tahun. Perubahan kebijakan akuntansi ini berdampak berbeda- beda bagi setiap perusahaan sehingga
berdampak pada validitas pengukuran jumlah imbalan pasca kerja yang diungkapkan dalam laporan
keuangan.
PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi dan Kesalahan
PSAK 25 mengatur bahwa suatu entitas dapat mengubah kebijakan akuntansinya hanya jika: (1)
diisyaratkan oleh suatu PSAK atau (2) menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang
andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi
keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas (Ade, 2019). Perubahan kebijakan akuntansi tersebut
dapat mempengaruhi pengakuan, pengukuran dan penyajiannya. Penerapan perubahan kebijakan
akuntansi sebagaimana dikutip dari Martani (2019) bergantung kepada:
- Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu PSAK
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, jika ada;
- Jika tidak ada ketentuan transisi atau perubahan kebijakan dilakukan secara sukarela maka entitas
menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.
Penerapan retrospektif suatu perubahan kebijkan akuntansi baru adalah koreksi pengakuan, pengukuran,
transaksi, peristiwa dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan. Penyajian kembali
retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan
keuangan seolah-olah kesalahan periode lalu tidak pernah terjadi. Penyajian kembali laporan keuangan
(restatement) umumnya dipandang sebagai koreksi yang dilakukan terhadap laporan keuangan karena
tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAO, 2006).
Rasio Solvabilitas
Harahap (2013) memberikan pengertian rasio solvabilitas yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila
perusahaan dilikuidasi. Adapun yang termasuk dalam rasio solvabilitas menurut Kasmir (2013) yaitu:
1. Debt to Assets Ratio
Debt to assets ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan antara total utang dan total aktiva. Standar
rasio industri untuk debt to assets ratio adalah 35%.
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan .ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.
Standar rasio industri untuk debt to equity ratio yaitu 66%.

3. Long Term Debt to Equity Ratio


Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.
Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan
utang jangka panjang. Standar rasio industri untuk long term debt to equity ratio adalah 10%.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode penelitian analisis data, yaitu metode yang menggunakan dan
mengumpulkan data-data yang telah tersedia sesuai dengan pokok permasalahannya. Kemudian untuk
selanjutnya akan diolah kembali dan diuji kebenarannya. Pengujian menggunakan uji beda t-test. Uji beda
t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan. memiliki nilai rata-rata
yang berbeda. Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata
dengan standar eror dari perbedaan rata-rata dua sample (Ardi, 2015). Analisis deskriptif juga digunakan
dalam penelitian ini untuk menguji bagaimana pengaruh perubahan kebijakan akuntansi pada penyajian
kembali laporan keuangan. Teknik analisis data deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini disajikan
dengan table dan grafik korelasi dari jumlah perusahaan public yang melakukan penyajian kembali laporan
keuangannya akibat perubahan PSAK 24.
Jenis data yang digunakan adalah data primer berupa laporan keuangan perusahaan perbankan (IDX
Finance) publik audited yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2022. Adapun metode pengambilan
sampel adalah dengan kriteria khusus (purposive sampling) dimana sampel di ambil bersasarkan kriteria
sebagai berikut (1) Perusahaan perbankan yang sudah dan terus terdaftar di BEI selama periode
penelitian(2) Perusahaan perbankan yang memiliki tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2022 (3)
Perusahaan perbankan yang melaporkan laporan keuangannya secara lengkap selama periode penelitian.
Variabel yang digunakan untuk mengukur deskripsi penyajian kembali yaitu perbandingan banyaknya
perusahaan perbankan yang melakukan penyajian kembali laporan keuangan 2021 akibat perubahan PSAK
24 dan yang tidak melakukan penyajian kembali. Variabel lain yaitu perbandingan antara DER dan Long
Term DER perusahaan perbankan sebelum dan setelah perubahan PSAK 24, maka penulis menyusun
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Perubahan PSAK 24 berpengaruh tidak signifikan terhadap penyajian kembali laporan keuangan
H2 : Perubahan PSAK 24 berpengaruh tidak signifikan terhadap perubahan rasio solvabilitas

Anda mungkin juga menyukai