Anda di halaman 1dari 4

From: (http://makalahjurnal.com/dir/http://seminarakuntansi.warsidi.

com/)

Perbedaan PSAK 50 dan IFRS 32 "Penyajian : Kewajiban dan Ekuitas"

Perbedaan PSAK 50 DAN IFRS 32

"Penyajian : Kewajiban dan Ekuitas"

Anisa Eko Riani C1C007082

Ade Siti Harisnani C1C007087

Asri Wulandari Daryoko C1C007086

PENDAHULUAN

Dengan berkembang pesatnya instrumen keuangan, berkembang pula standar akuntansi


kompleks dan perusahaan-perusahaan di Indonesia dituntut untuk segera mengimplementasikan,
bank diwajibkan untuk mulai mengimplementasikannya dari 1 Januari 2010, sedangkan non-
bank diwajibkan untuk mulai mengimplementasikannya dari tahun 2012.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 50 revisi 2006 mengenai Instrumen Keuangan “ Penyajian dan Pengungkapan” dan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 55 revisi 2006 mengenai Instrumen
Keuangan “Pengakuan dan Pengukuran” dimana PSAK 50 dan PSAK 55 tersebut akan berlaku
efektif mulai 1 Januari 2010. PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi mengacu pada
International Accounting Standard (IAS) 39 mengenai Recognition and Measurement of
Financial Instruments dan IAS 32 mengenai Presentation and Disclosures of Financial
Instruments. PSAK 50 dan 55 diharapkan dapat mendorong proses harmonisasi penyusunan dan
analisis laporan keuangan. Itu juga akan mendorong terciptanya market discipline.

International Financial Reporting Standard (IFRS) adalah Standar, Interpretasi dan Kerangka
yang diadopsi oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar IFRS lebih dulu
dikenal dengan nama International Accounting Standard (IAS). IAS diterbitkan antara tahun
1973 dan 2001 oleh International Accounting Standard Comittee (IASC). Pada tanggal 1 April
2001, yang baru mengambil alih IASB dari IASC yang bertanggung jawab untuk menetapkan
Standar Akuntansi Internasional. IFRS dianggap sebagai "berdasarkan prinsip" dalam standar
tersebut mereka menetapkan aturan-aturan yang luas. Standar Pelaporan Keuangan Internasional
terdiri dari:

Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) - standar yang dikeluarkan setelah tahun 2001

Standar Akuntansi Internasional (IAS) - standar yang dikeluarkan sebelum 2001

Interpretasi berasal dari International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) -


yang dikeluarkan setelah 2001

Standing Interpretations Committee (SIC) - yang dikeluarkan sebelum 2001

PEMBAHASAN

Dengan diterbitkannya PSAK baru tahun 2007, jurang pemisah terdalam PSAK dengan IFRS
(International Financial Reporting Standards) telah teratasi yaitu dengan diperbolehkannya
penggunaan nilai wajar (fair value) dalam PSAK. Namun peraturan perpajakan belum
mendukung hal ini dengan masih dikenakannya PPh final 10% atas keuntungan dari revaluasi
aset. Ditambah lagi dengan kurangnya tenaga penilai di Indonesia yang jumlahnya cuma 2000an
orang (anggota MAPI - Masyarakat Penilai Indonesia). Lalu penerapan audit berbasis resiko di
Indonesia juga belum mencakup BUMN. PAdahal IFRS (international Accounting Standard
Board) berkiblat pada COSO dalamstandar auditnya.

Untuk itu dalam paper ini akan dibahas mengenai perbedaan antara PSAK 50 (revisi 2006)
dengan IFRS 32 tentang penyajian kewajiban dan ekuitas menggunakan pendekatan studi
komparatif untuk mengetahui apakah yang telah dilakukan Indonesia dalam usahanya
menkonversi IFRS sebagai standar. Dalam istilah akuntansi, kewajiban adalah utang yang harus
dilunasi atau pelayanan yang harus dilakukan pada masa datang pada pihak lain. Kewajiban
adalah kebalikan dari aktiva yang merupakan sesuatu yang dimiliki. Contoh kewajiban adalah
uang yang dipinjam dari pihak lain, giro atau cek yang belum dibayarkan, dan pajak penjualan
yang belum dibayarkan ke negara.

Kewajiban dimasukkan dalam laporan neraca dengan saldo normal kredit, dan biasanya dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu:

1.Kewajiban Lancar - kewajiban yang dapat diharapkan untuk dilunasi dalam jangka pendek
(biasanya satu tahun). Biasanya terdiri dari hutang pembayaran (hutang dagang, gaji, pajak, dll),
pendapatan ditangguhkan, bagian dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo tahun ini,
obligasi jangka pendek (misalnya dari pembelian peralatan), dll.

2.Kewajiban Jangka Panjang - kewajiban yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun. Biasanya
terdiri dari hutang jangka panjang, obligasi pensiun, dll.

Sedangkan ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban.

Dari perbandingan yang kami lakukan antara PSAK 50 dengan IFRS 32 tidak terdapat terlalu
banyak perbedaan. Pada PSAK 50 paragraf 12 hanya menggambarkan dua kondisi instrumen
ekuitas, yaitu :

Ketika penerbit menerapkan definisi dalam paragraf 7 untuk menentukan apakah instrumen
keuangan merupakan instrumen ekuitas dan bukan kewajiban keuangan maka instrumen tersebut
merupakan instrumen ekuitas jika, dan hanya jika, kedua kondisi (a) dan (b) berikut terpenuhi :
(a)Instrumen tersebut tidak memiliki kewajiban kontraktual :

(i)Untuk menyerahkan kas atau asset keuangan lain kepada entitas lain; atau

(ii)Untuk mempertukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas lain dengan
kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan penerbit;

(b)Jika instrumen tersebut akan atau mungkin di selesaikan dengan instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas, instrumen tersebut merupakan :

(i)Non-derivatif yang tidak memiliki kewajiban kontraktual bagi penerbitnya untuk menyerahkan
suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau

(ii)Derivatif yang akan diselesaikan hanya dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau
asset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. Untuk
tujuan ini, instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas tersebut tidak termasuk instrumen yang
merupakan kontrak untuk menerima atau menyerahkan instrumen ekuitas yang diterbitkan
entitas tersebut di masa depan.

Kewajiban kontraktual, termasuk kewajiban yang berasal dari instrumen keuangan derivatif,
yang akan atau dapat menyebabkan adanya penerimaan atau penyerahan instrumen ekuitas milik
penerbit di masa depan, namun tidak memenuhi kondisi (a) dan (b) diatas, bukan merupakan
instrumen ekuitas.

Namun pada IFRS 32 paragraf 16 instrumen ekuitas digambarkan dalam 6 poin penjabaran yang
lebih rinci. Sedangkan pada paragraf yang lain tidak ditemukan perbedaan.

PENUTUP

Kesimpulan

Technology informasi yang berkembang pesat telah mengubah lingkungan pelaporan keuangan
secara dramatis, mengurangi batasan jarak fisik dan mampu membuat informasi menjadi tersedia
di seluruh dunia hanya dengan sekali pencet tombol (enter) dari sebuah computer di tengah
perkebunan di desa terpencil. Kemajuan ini membawa jutaan investor (jika tidak milyaran) ke
lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia. Antusiasnya para investor tidak terhalangi oleh
batasan negara, misalnya: Investor dari Amerika bisa dengan mudah ber-investasi di Eropa atau
di Singapore atau bahkan di Indonesia, and vice versa.

Ke-efektif-an pasar dunia ini tergantung pada ke—tepat waktu—an dari informasi keuangan
yang transparan, dapat dibandingkan dan relevan. Bukan hanya investor dan analyst yang
membutuhkan informasi seperti ini, melainkan juga dibutuhkan oleh stakeholder lainnya
(pekerja, suppliers, customers, institusi penyedia credit, bahkan pemerintah). Mereka
(stakeholders) di jaman globalisasi ini bukan hanya sekedar ingin mengetahui informasi
keuangan dari satu perusahaan saja, melainkan dari banyak perusahaan (jika bisa mungkin dari
semua perusahaan) dari seluruh belahan dunia, untuk tujuan benchmarking, membandingkan
antar industry vertical maupun horizontal. Benchmarking adalah sangat crucial jika mau
competitive dalam global business di masa sekarang ini. Jika tidak, maka akan tergilas.

Upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang
terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan, membuat International Accounting
Standard Boards - IASB melakukan percepatan harmonisasi standar Akuntansi internasional
khususnya IFRS. IFRS (International Financial Reporting Standards) ini dibuat oleh IASB dan
Financial Accounting Standard Boards (Badan Pembuat Standar Akuntansi di Amerika Serikat).

Bagi pengusaha pada umumnya, yang menjadi bahan pertimbangan apakah akan beralih ke IFRS
atau tidak adalah “Apakah implementasi IFRS akan menghasilan incremental benefit atau
tidak?”. Tetapi bagi perusahaan-perusahaan yang sudah go international, atau yang memiliki
partner dari Uni Eropa, Australia dan Russia dan beberapa Middle East countries, tentu sudah
tidak punya pilihan lain selain “mau tidak mau harus mulai berusaha menerapkan IFRS” dalam
pelaporan keuangannya jika masih mau berpartner dengan mereka. Perubahan tata cara
pelaporan keuangan dari GAAP (atau PSAK atau lainnya) ke IFRS berdampak sangat luas. IFRS
akan menjadi “kompetensi wajib-baru” bagi para pekerja accounting.

Indonesia merupakan salah satu negara yang akan mengadopsi IFRS sebagai standar pelaporan
keuangan. Hingga saat ini Indonesia telah melakukan perubahan-perubahan, salah satunya pada
PSAK 50. Menurut kelompok kami, antara PSAK 50 dengan IFRS 32 tidak terdapat perbedaan
yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia secara bertahap telah mengadaptasi dan
mengharmonisasikan IFRS dalam penyusunan standar. Sehingga diharapkan nantinya Indonesia
dapat menyajikan laporan keuangan yang berstandar internasional dan ikut berperan serta dalam
persaingan bisnis global.

REFERENSI

www.managamentfile.com

www.iaiglobal.com

IFRS 2009

PSAK 2009

www.vibizmanagement.com

http://mulfasli.multiply.com/journal/item/64/PSAK_menuju_IFRS

Anda mungkin juga menyukai