Anda di halaman 1dari 4

5.

Produk IFRS

Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat


organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa
(EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC). Badan
Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional
(AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki
tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi,
dapat dipahami dan dapat diperbandingkan.

Pada tahun 2012, pencatatan keuangan di Indonesia akan berdasarkan pada International Finance
Reporting Standard (IFRS). IFRS merupakan standar pencatatan dan pelaporan akuntansi yang berlaku
secara internasional yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Boards (IASB), sebuah
lembaga internasional yang bertujuan untuk mengembangkan suatu standar akuntansi yang tinggi,
dapat dimengerti, diterapkan, dan diterima secara internasional.

Dampak penerapan IFRS di Indonesia dalam bisnis

Berbagai dampak dapat terjadi dengan adanya penerapan IFRS ini, sehingga IFRS juga menimbulkan
dampak positif dan negatif terhadap dunia bisnis. Berikut ini adalah berbagai dampak dalam penerapan
IFRS :

Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah
dikomunikasikan ke investor global.

Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar.

Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif.

Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance sheet approach dan fair value
Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit menurun
yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba
(earning management).

Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.

Fleksibilitas dalam standar IFRS yang bersifat principles-based akan berdampak pada tipe dan jumlah
skill professional yang seharusnya dimiliki oleh akuntan dan auditor. Pengadopsian IFRS mensyaratkan
akuntan maupun auditor untuk memiliki pemahaman mengenai kerangka konseptual informasi
keuangan agar dapat mengaplikasikan secara tepat dalam pembuatan keputusan. Pengadopsian IFRS
mensyaratkan akuntan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kejadian maupun transaksi bisnis
dan ekonomi perusahaan secara fundamental sebelum membuat judgment. Selain keahlian teknis,
akuntan juga perlu memahami implikasi etis dan legal dalam implementasi standar (Carmona &
Trombetta, 2008). Pengadopsian IFRS juga menciptakan pasar yang luas bagi jasa audit. Berbagai
estimasi yang dibuat oleh manajemen perlu dinilai kelayakannya oleh auditor sehingga auditor juga
dituntut memiliki kemampuan menginterpretasi tujuan dari suatu standar. AAA Financial Accounting
Standard Committee (2003) bahkan meyakini kemungkinan meningkatnya konflik antara auditor dan
klien.

Dampak positive penerapan IFRS di Indonesia

Meskipun masih muncul pro dan kontra, sesungguhnya penerapan IFRS ini akan berdampak
positif. Bagi para emiten di Bursa Efek Jakarta (BEI), dengan menggunakan standar pelaporan
internasional itu, para stakeholder akan lebih mudah untuk mengambil keputusan.

Pertama, laporan keuangan Perusahaan akan semakin mudah dipahami lantaran mengungkapkan detail
informasi secara jelas dan transparan.

Kedua, dengan adanya transparansi tingkat akuntabilitas dan kepercayaan kepada manajemen akan
meningkat.

Ketiga, laporan keuangan yang disampaikan perusahaan mencerminkan nilai wajarnya.


Di tengah interaksi pelaku ekonomi global yang nyaris tanpa batas, penerapan IFRS juga akan
memperbanyak peluang kepada para emiten untuk menarik investor global. Dengan standar akuntansi
yang sama, investor asing tentunya akan lebih mudah untuk membandingkan perusahaan di Indonesia
dengan perusahaan sejenis di belahan dunia lain.

Dampak negatif penerapan IFRS di Indonesia

Seperti yang diketahui perekonomian Indonesia adalah berasaskan kekeluargaan. Akan

tetapi semakin ke depan perekonomian Indonesia akan mengarah pada Kapitalis. Tidak bisa dipungkiri
lagi kebudayaan negara barat (negara capital) dapat mempengaruhi seluruh pola hidup dan pola pikir
masyarakat Indonesia dari kehidupan sehari-hari hingga permasalahan ekonomi.

Padahal dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi, “ Perekonomian disusun atas usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Disini secara jelas nampak bahwa Indonesia menjadikan asas
kekeluargaan sebagai pondasi dasar perekonomiannya. Kemudian dalam pasal 33 ayat 2 yang berbunyi,
“Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara”, dan dilanjutkan pada pasal 33 ayat 3 yang berbunyi, “Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan di pergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat,”

Akan tetapi dengan kemunculan IFRS tersebut dapat menyebabkan publik menginginkan keterbukaan
yang amat sangat di dalam dunia investasi. Terutama keterbukaan investor asing untuk berinvestasi di
Indonesia. Hal tersebut tentu berseberangan dengan UUD 1945 pasal 33. Terlebih lagi dengan adanya
Undang-Undang Penanaman modal di tahun 2007 lalu maka semakin terlihat jelas bahwa ada indikasi
untuk mengalihkan tanggung jawab pemerintah ke penguasa modal (kapitalis).

Hubungannya dengan IFRS adalah, keseragaman global menjadikan masyarakat mudah berburuk
sangka bahwa pemegang kebijakan akuntansi di Indonesia adalah kapitalisme dan mengesampingkan
asas perekonomian Indonesia yang terlihat jelas di Undang-Undang Dasar. Sehingga pada akhirnya akan
memunculkan indikasi miring bahwa Indonesia semakin dekat dengan sistem kapitalisme dan
memudahkan investor asing untuk mengeruk kekayaan di Indonesia.
Dampak penerapan IFRS bagi perusahaan sangat beragam tergantung jenis industri, jenis
transaksi, elemen laporan keuangan yang dimiliki, dan juga pilihan kebijakan akuntansi. Adanya
perubahan besar sampai harus melakukan perubahan sistem operasi dan bisnis perusahaan, namun ada
juga perubahan tersebut hanya terkait dengan prosedur akuntansi. Perusahaan perbankan, termasuk
yang memiliki dampak perubahan cukup banyak. Tetapi di balik semua perubahan dan dampak yang
mungkin terjadi, tidak dapat dipungkiri dengan adanya IFRS maka dapat memajukan perekonomian
global di Indonesia sehingga mampu bersaing dengan dunia luar.

Serta dengan adanya IFRS, PSAK akan bersifat principle-based dan memerlukan professional
judgment dari auditor, sehingga auditor juga dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan
integritasnya.

Anda mungkin juga menyukai