Disusun Oleh :
Nurhaliza ( 1702110117 )
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Riau
Statement of Authorship
Statement of Authorship Saya/kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa RMK/
makalah/ tugas terlampir murni hasil pekerjaan sayalkami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang saya/kami gunakan tanpa menyehutkan sumbernya.
Makalah ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami
menggunakannya.
Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Nurhaliza
(1702110117)
PEMBAHASAN
Para akuntan telah disarankan melalui SAS No. 53 agar memperhatikan "bendera merah"
(gejala-gejala kecurangan/ red flags) seperti:
a. Faktor Generik
Factor ini berada dalam pengendalian organisasi (perusahaan) yang mencakup :
Kesempatan atau adanya peluang bagi pelaku kecurangan (opportunity) :
Kesempatan melakukan kecurangan tergantung pada kedudukan pelaku terhadap
obyek kecurangan. Kesempatan untuk melakukan kecurangan tidak dapat dihilangkan
secara keseluruhan atau seratus persen. Usaha untuk menghilangkan kesempatan
terjadinya kecurangan secara keseluruhan menjadi tidak ekonomis dan tidak produktif
selama perusahaan tersebut masih memiliki asset, dimana asset tersebut
diperdagangkan, mengalir, dan ada dalam pengendalian pihak lain seperti karyawan,
pembeli, dan penjual.
Kemungkinan bahwa kecurangan akan dapat diketahui dan diungkapkan (exposure) :
Kondisi saat ini ada kecenderungan makin tipisnya kepekaan seseorang/sekelompok
orang terhadap kecurangan yang terjadi di sekelilingnya. Hal ini mungkin saja dipicu
oleh kekhawatiran mereka khususnya berkaitan dengan perlindungan terhadap pihak-
pihak yang mengungkapkan terjadinya kecurangan tersebut. Apabila kondisi ini terus
terjadi, maka secara logika kecurangan makin merajalela, karena para pelaku
kecurangan tersebut merasa bahwa kecurangan apapun yang mereka lakukan tidak
ada pihak lain yang berani mengungkapkannya.
Sanksi yang dikenakan kepada pelaku jika tertangkap dan perbuatannya terungkap
(exposure) :
Terungkapnya kecurangan belum cukup untuk mencegah terulang kembalinya
kejadian tersebut dimasa yang akan datang. Oleh karena itu harus ada saksi atas
perbuatan tersebut yang jelas, tegas, dan diterapkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Suatu perusahaan yang ingin melindungi assetnya harus memiliki kebijakan
(policy) yang jelas mengenai sifat dan besarnya sanksi terhadap pelaku kecurangan,
seperti :
siapapun yang terlibat kecurangan akan dipecat
semua kecurangan akan dilaporkan kepada pihak yang berwenang
b. Faktor Individu
Factor ini melekat pada diri seseorang yang melakukan kecurangan. Secara umum, factor
ini dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :
moral yang berhubungan dengan keserakahan (greed). Keserakahan berhubungan
dengan atribut seseorang. Bagaimana dengan atribut lainnya yang ada dalam diri
manusia seperti kejujuran, integritas, loyalitas dan sebagainya, adalah sulit untuk
mengetahui apakah seseorang memiliki atribut serakah ini atau tidak.
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan (need). Salah satu yang menjadi
penyebab seseorang atau sekelompok orang melakukan kecurangan adalah
berhubungan dengan kebutuhan ekonomi. Disamping itu juga dapat disebabkan oleh
adanya perasaan ketidakpuasan atas kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen, balas
dendam, dan tantangan.
Tujuan utama dari pendeteksian kecurangan adalah dalam rangka membantu perusahaan
menciptakan suasana sehat dan menguntungkan di dalam lingkungan perusahaan dengan
mencegah terjadinya kerugian akibat kecurangan.
Dampak atas kecurangan yang didasarkan atas analisis rasio dan kinerja adalah
hal yang penting untuk diamati lebih lanjut. Seorang pelaku kecurangan tidak
dapat menjamin bahwa tindakannya dapat dilakukan erus menerus secara teratur.
Pelaku tersebut mungkin cukup agresif, namun jika pengawasan ditingkatkan atau
jika prosedur ataupun pengendalian yang efektif diterapkan, kecurangan akan
dapat dideteksi. Para pelaku kecurangan tersebut membutuhkan waktu dan usaha
untuk menciptakan kesempatan yang baru. Dengan adanya ketidakteraturan dalam
kesempatan untuk melakukan kecurangan, maka memberi dampak tehadap
ketidakkonsistenan pelaku kecurangan dalam melakukan kecurangan tersebut
akan nampak dalam pembukuan perusahaan.
a. Pembelian
Kecurangan pembelian umumnya dilakukan dengan cara meninggikan nilai
yang terdapat dalam faktur. Dalam setiap kecurangan pembelian, hamper
selalu terdapat pengkreditan yang salah pada rekening kreditur. Cara lain yang
dilakukan adalah dengan melakukan pembelian fiktif. Hutang yang timbul
kemudian dilunasi oleh perusahaan, bukan kepada pemasok, namun kepada
pelaku kecurangan. Walaupun rekening dapat dibukukan, namun pelaku
kecurangan tidak mampu menyiapkan bukti pendukung yang lengkap. Oleh
karena itu, pengujian pertama yang sangat penting adalah untuk meyakinkan
keabsahan pemasok. Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk
meykinkan keabsahan tersebut adalah :
Membandingkan data pemasok dengan data karyawan perusahaan, tentang
alamat dan nomor teleponnya.
Teliti nama perusahaan tempat karyawan bekerja sebelumnya. Bandingkan
data perusahaan tersebut denagan data rekanan perusahaan.
Periksa beberapa rekanan yang mengajukan penawaran kepada
perusahaan, dan teiti hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Teliti faktur pembelian
Verifikasi buku besar
d. Analisis Hubungan
Teliti debitur yang volume pembeliannya menurun dibandingkan dengan
tren normal, terutama yang disebabkan oleh pembatalan pesanan maupun
retur penjualan
Teliti jumlah pembelian yang dilakukan oleh pedagang besar dan
dibandingkan dengan jumlah kartu garansi yang dikembalikan oleh
konsumen akhir
Teliti rasio penerimaan terhadap penjualan kredit, piutang ragu-ragu
terhadap penjualan
Dapatkan anggaran biaya untuk setiap pusat biaya, dan lakukan penelitian
atas biaya-biaya yang realisasinya masih dibawah 50% pada awal triwulan
III namun mencapai lebih dari 90% mendekati akhir tahun.
Tuanakotta, Thcodorus M. 2007. "Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif", Edisi Kedua.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Zimbelman, Mark F., dkk. 2014. "Akuntansi Forensik", Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat
Tunggal, Drs. Amin Widjaja, Ak., MBA.1992. "Pemeriksaan Keeurangan (Fraud Auditing)".
Jakarta: Rineka Cipta
Tommi W. Singleton, Aaron J. Singleton, G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist. 2006. Fraud
Auditing and Forensic Accounting. Third Edition, John Wiley &: Sons, Inc.