Anda di halaman 1dari 8

NAMA : RISMA NANDANI

NIM : 1930203030368
KELAS : D AKUNTANSI
MATKUL : AKUNTANSI INTERNASIONAL
HARI/TGL : SELASA 22 MARET 2022

Ujian Tengah Semester

1. Apa tantangan bagi profesi akuntansi terhadap muncul topik baru di akuntansi internasional?
Jelaskan!
2. Kenapa standar akuntansi diperlukan dan sebutkan minimal 3 contoh sumber-sumber perbedaan
dalam standar akuntansi? Jelaskan!
3. Mengapa diperlukan pengungkapan khusus dan jelaskan dua (2) pengungkapan khusus?
Jelaskan!
4. Dapatkah perusahaan mengurangi resiko akibat perubahan nilai tukar? Jelaskan!
5. Mengapa akuntansi internasional diperlukan? Jelaskan!

Jawaban:

1. Setelah mengkaitkan nilai sosial pada nilai akuntansi internasional, seperti perkataan Gray,
ternyata memungkinkan untuk membedakan antara kekuasaan sistem akuntansi, yaitu sejauh
mana sistem tersebut dipengaruhi oleh kontrol perundang-undangan atau profesionalisme,
dengan pengukuran dan pengungkapan karakteristik sistem akuntansi. Dengan cara ini, nilai
akuntansi dapat dihubungkan dengan karakteristik sistem akuntansi. Tekanan Internasional untuk
Perubahan Akuntansi Sebuah model yang dibuat oleh Gray (1988) untuk meneliti proses
perubahan akuntansi. Diagram dalam model tersebut mengidentifikasikan beberapa faktor
penting mengenai tekanan internasional yang mempengaruhi perubahan akuntansi seperti:
a. Perkembangan ekonomi dan politik internasional
b. Kecenderungan baru dalam Foreign Direct Investment
c. Perubahan dalam strategi perusahaan Multinasional
d. Pengaruh teknologi baru
e. Perkembangan pasar keuangan internasional
f. Bisnis ekspansi
g. Aktivitas organisasi regulator internasional
Ada delapan faktor yang memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan dunia akuntansi:
1) Sumber pendanaan
2) Sistem hukum
3) Perpajakan
4) Ikatan politik dan ekonomi
5) Inflasi
6) Tingkat perkembangan ekonomi
7) Tingkat pendidikan
8) Budaya
Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dalam dua cara yaitu: dengan pertimbangan
dan secara empiris. Klasifikasi dengan pertimbangan bergantung pada pengetahuan, intuisi dan
pengalaman. Klasifikasi secara empiris menggunakan metode statistik untuk mengumpulkan
basis data prinsip dan prektik akuntansi seluruh dunia. Proses klasifikasi membantu kita
menjelaskan dan membandingkan sistem akuntansi internasional dalam cara yang akan
meningkatkan pemahaman realitas yang kompleks dari praktek akuntansi. Skema klasifikasi
harus memberikan kontribusi untuk peningkatan pemahaman sejauh mana sistem nasional mirip
atau berbeda satu sama lain, pola pengembangan sistem nasional individu dengan menghormati
satu sama lain dan potensi mereka untuk berubah, dan alasan beberapa sistem nasional memiliki
pengaruh yang dominan sedangkan lainnya tidak. Dewasa ini teknologi semakin berkembang
pesat. Perkembangan ini di satu sisi sangat memudahkan dunia industri dan pekerjaan manusia.
Contohnya saja, semakin banyak bermunculan produk-produk hasil pengembangan teknologi.
Mulai dari hadirnya super computer, robot pintar, mobil tanpa pengemudi, dan lain-lain. Namun
di sisi lain, sebuah pandangan menyatakan bahwa era industrialisasi digital menghilangkan 1-1,5
miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena peran manusia telah banyak tergantikan oleh
mesin. Artinya, peran teknologi mulai menggeser kendali atas pekerjaan yang biasanya dilakukan
oleh manusia. Kehadiran Revolusi Industri 4.0 pada akhirnya akan mendorong penyesuaian kerja
manusia. Mau tidak mau, semua profesi harus beradaptasi dengan teknologi yang berkembang
pada bidangnya masing-masing, termasuk profesi akuntan. Dalam lima tahun ke depan, perangkat
telekomunikasi, teknologi internet, perangkat keras dan manusia akan terhubung satu sama lain.
Saat itu peran akuntan akan tergantikan oleh Teknologi AI (Artificial Intelligence) dan robotika
dalam menjalankan pekerjaan dasar akuntan. Mulai dari pencatatan transaksi, pemrosesan
transaksi, pemilahan transaksi, otomatisasi penyusunan laporan keuangan serta analisis laporan
keuangan. Semuanya dapat dikerjakan secara mandiri oleh mesin tanpa campur tangan manusia.
Dengan bantuan mesin, pengelolaan fungsi dasar akuntan ini tentunya akan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas kerja serta hasilnya pun dapat langsung diketahui secara real time. Agar
dapat terus menjalankan profesi di tengah kemajuan teknologi, kamu yang berprofesi sebagai
akuntan tidak bisa hanya bertumpu pada kemampuan penghitungan dan pelaporan akuntansi.
Lebih dari itu, seorang akuntan perlu fasih menghadapi teknologi, agar mampu bertahan dalam
persaingan. Sebagai dampak dari perkembangan era digital, akuntan dan kantor akuntan akan
“dipaksa” mengembangkan aplikasi mobile untuk dapat mengakses data langsung dari ponsel,
tablet, dan perangkat teknologi lainnya. Akuntan bertugas menyiapkan aplikasi mobile untuk
kliennya agar dapat mengakses data bisnis melalui gawai mereka.

2. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah format dan prosedur pembuatan laporan keuangan
yang menjadi aturan baku penyajian informasi keuangan suatu kegiatan usaha atau perusahaan.
SAK berisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi
Keuangan (ISAK), yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI)
dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI), serta peraturan regulator
pasar modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya. Standar akuntansi di Indonesia
mengacu pada teori skala global, yakni International Financial Reporting Standards (IFRS). SAK
berbasis IFRS berlaku efektif sejak 2014. DSAK IAI menyebutkan, minimalisasi perbedaan
kedua standar ini merupakan komitmen Indonesia sebagai satu-satunya anggota G20 di kawasan
Asia Tenggara. Konvergensi SAK dan IFRS diharapkan dapat banyak mengurangi perbedaan dua
standar akuntansi skala lokal dan global ini. Sehingga bermanfaat bagi perusahaan yang memiliki
akuntabilitas publik untuk bertransaksi di pasar modal karena informasi dalam laporan
keuangannya berkualitas internasional. Ada 4 macam standar akuntansi yang berkembang di
Indonesia, yang disusun mengikuti perkembangan bisnis di dalam negeri. Keempat standar
akuntansi ini digunakan sesuai entitas usaha dan organisasi yang dijalankan, baik itu perusahaan
swasta maupun lembaga negara.
1) PSAK-IFRS
PSAK-IFRS (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan – International Financial Reporting
Standards) adalah SAK yang telah mengadopsi IFRS dan berlaku di Indonesia. Bisa dibilang,
PSAK adalah nama lain dari SAK yang diterbitakan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan yang dibentuk Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) pada tahun 2012. Standar ini
adalah patokan penyusunan, pencatatan, penyajian, dan perlakuan laporan keuangan, agar
informasi keuangan yang dihasilkan, relevan bagi pengguna laporan. PSAK digunakan oleh
perusahaan (entitas) yang memiliki akuntabilitas publik, baik yang sudah terdaftar di pasar
modal, maupun yang masih dalam proses pendaftaran pasar modal. Alasan IFRS dijadikan
pedoman SAK karena Indonesia merupakan anggota International Federation of Accountants
(IFAC) yang menjadikan IFRS sebagai standar akuntansinya.
2) SAK-ETAP
SAK-ETAP adalah Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
Standar ini dipakai oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan,
sehingga entitas (perusahaan) dimaksud menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum
bagi penggunaan ekstrernal. ETAP merupakan hasil penyederhanaan standar akuntansi IFRS
yang meliputi tidak adanya penilaian untuk aset tetap, aset tidak berwujud, dan laporan
laba/rugi yang komprehensif. Standar akuntansi IFRS yang disederhanakan juga meliputi
tidak adanya pilihan menggunakan nilai revaluasi (wajar), serta tidak ada pengakuan liabilitas
dan aset pajak tangguhan karena beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan
pajak.
3) PSAK Syariah
Dari namanya saja sudah bisa diketahui bahwa standar akuntansi keuangan ini adalah standar
yang berpatok pada prinsip hukum agama (syariat) Islam. PSAK Syariah digunakan oleh
entitas yang melakukan transaksi syariah, baik itu lembaga syariah maupun lembaga non-
syariah. Standar akuntansi ini dikembangkan mengikuti model SAK umum namun berbasis
syariah dengan mengacu pada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). PSAK Syariah
mengatur mulai dari kerangka konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, penyajian
laporan keuangan secara syariah, serta standar khusus transaksi syariah seperti muharabahah,
musyarakah, mudharabah, salam dan istishna.
4) SAP
SAP (Standar Akuntansi Pemerintah) diterbitkan sebagai peraturan pemerintah (PP) yang
diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Laporan keuangan pokok
menurut Standar Akuntansi Pemerintah adalah Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. SAP dibuat untuk menjadmin transparansi,
partisipasi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara demi terwujudnya pemerintahan
yang baik dan bersih.
Fungsi Standar Akuntansi Keuangan yaiu:
1) Untuk keseragaman laporan keuangan.
2) Memudahkan penyusunan laporan keuangan.
3) Mempermudah auditor dan pembaca laporan keuangan untuk memahami dan
membandingkan laporan keuangan entitas berbeda-beda.
Itulah ragam SAK yang diterapkan di Indonesia. Tak hanya menjalankan proses akuntansi sesuai
standar yang berlaku, seorang akuntan juga harus memahami perbedaan standar-standar yang
berlaku tersebut. Dengan menggunakan standar akuntansi, Anda dapat meningkatkan kualitas
informasi yang ada pada laporan keuangan perusahaan. Dalam proses akuntansi, seorang akuntan
harus menjalankannya sesuai standar yang berlaku. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah
metode dan format baku dalam penyajian informasi laporan keuangan suatu kegiatan bisnis.

3. Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara
teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian
informasi dalam bentuk seperangkat penuh laporan keuangan. Keberadaan dari pengungkapan
dalam perusahaan sangat penting karena pada kondisi ketidakpastian pasar, nilai informasi yang
relevan dan reliable tercermin di dalam pengungkapan laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan merupakan media untuk pengungkapan yang diharuskan dalam standar akuntansi dan
yang tidak dapat disajikan dalam neraca, laporan laba rugi atau laporan arus kas. Sedangkan
transparansi dalam suatu perusahaan digunakan untuk membantu investor dalam pasar modal.
Pengungkapan laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian (release) informasi.
Sedangkan menurut para akuntan pengungkapan laporan keuangan adalah penyampaian
informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan biasanya laporan
tahunan. pengungkapan yang dilakukan perusahaan pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan informasi para pemangku kepentingan (stakeholders). Pengungkapan informasi dapat
disajikan dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain pos laporan keuangan, catatan atas
laporan keuangan, penggunaan istilah teknis (terminologi), penjelasan dalam kurung, lampiran,
penjelasan auditor dalam laporan auditor, dan komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau
pernyataan resmi. Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan hal yang perlu
diperhatikan oleh penilaian (judgment) manajer. Tingkat pengungkapan yang makin mendekati
pengungkapan penuh (full disclosure) akan mengurangi asimetri informasi yang merupakan
kondisi yang dibutuhkan (necessary condition) untuk dilakukannya manajemen laba (Trueman
and Titman, 1998). Selanjutnya pengertian pengungkapan laporan keuangan menurut Stice
(2010), pengungkapan dalam laporan keuangan adalah pelaporan rinci sebuah transaksi dalam
catatan pada laporan keuangan. Hendriksen mengatakan secara sederhana, pengungkapan dapat
diartikan sebagai pengeluaran informasi (the release of information). Hendriksen dan Evans
membagi tingkat pengungkapan menjadi tiga konsep pengungkapan yang bergantung pada
peraturan yang dianggap paling diinginkan. Tiga konsep pengungkapan tersebut adalah:
Adequate disclosure (Pengungkapan cukup). Konsep yang sering digunakan adalah
Adequate Disclosure, yaitu pengungkapan minimum yang dinyatakan oleh peraturan yang
berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh
investor.
Fair disclosure (Pengungkapan wajar). Fair disclosure adalah pengungkapan yang secara
tidak langsung merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama kepada
semua pemakai laporan dengan menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca
potensial.
Full disclosure (Pengungkapan penuh). Full disclosure adalah pengungkapan yang
mengimplikasikan penyajian dari seluruh informasi yang relevan. Pengungkapan ini
sering dianggap berlebihan. Hendriksen berpendapat terlalu banyak informasi akan
membahayakan, karena penyajian atas informasi tidak penting yang rinci akan
mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat laporan sulit untuk
diinterpretasikan.
Sifat atau jenis pengungkapan yang digunakan perusahaan untuk memberikan informasi kepada
pemakai laporan keuangan terbagi menjadi dua, yakni pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure) dan pengungkapan wajib (discretionary disclosure).
Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure). Pengungkapan sukarela adalah
pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa
diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan melebihi yang diwajibkan.
Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure). Pengungkapan wajib adalah
pengungkapan yang dilakukan perusahaan atas apa yang diwajibkan oleh standar
akuntansi atau peraturan badan pengawas.
Pengungkapan diwajibkan untuk tujuan melindungi, informatif, atau melayani kebutuhan khusus
(differential). Perusahaan akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan
minimal jika mereka merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau
jika mereka tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif. Sebaliknya,
perusahaan-perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit apabila mereka merasa pengungkapan
keuangan akan menampakkan rahasia kepada pesaing atau menampakkan sisi buruk perusahaan
di depan berbagai pihak.

4. Nilai tukar rupiah kembali bergerak melemah terhadap dollar AS akhir-akhir ini. Pada pekan
ketiga Juni 2014, nilai tukar rupiah jatuh pada level Rp12.000/USD. Nilai tukar ini merupakan
nilai tukar terendah selama 4 bulan terakhir. Pelemahan nilai tukar rupiah mempunyai efek positif
dan negatif. Efek positif dirasakan oleh eksportir yang akan menerima dollar lebih besar apabila
ditukarkan dengan rupiah. Namun, efek negatif juga dirasakan importir karena harus membayar
kenaikan nilai kurs. Selain importir, terjadinya depresiasi rupiah juga membuat Pemerintah
khawatir, mengingat utang luar negeri Indonesia berdenominasi dollar AS semakin meningkat,
dari Rp1.981 triliun pada 2012 menjadi Rp2.275 triliun pada 2013. Berdasarkan hasil
pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2013, kenaikan utang sebesar
Rp163,24 triliun tersebut disebabkan akibat selisih kurs. Hal ini berarti terjadi kenaikan utang
namun tidak ada tambahan manfaatnya. Menghadapi pelemahan nilai rupiah, sejumlah Menteri,
Gubernur Bank Indonesia, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan, Polri, Komisi Pemberantasan
Korupsi merapatkan diri dalam rapat koordinasi untuk menyepakati alternatif hedging (lindung
nilai) sebagai upaya untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar. Dengan transaksi hedging,
maka fluktuasi nilai tukar rupiah akan lebih terkendali. Menurut Menteri Keuangan M. Chatib
Basri, selama ini kebutuhan pembayaran utang luar negeri diambil dari pasar spot yang riskan
terhadap fluktuasi. Apabila dilakukan hedging, valas yang dibutuhkan untuk hedging akan
menurunkan permintaan valas di pasar spot Indonesia yang saat ini rata-rata sekitar US$5 miliar
per hari. Turunnya permintaan valas di pasar spot akan membuat nilai tukar rupiah lebih stabil.
Aturan hegding bagi pemerintah sendiri sebenarnya telah diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 12.PMK.08/2013 tentang Transaksi Lindung Nilai dalam Pengelolaan Utang
Pemerintah. Aturan yang ditandatangani Menteri Keuangan era Agus D.W. Martowardojo
tersebut mengatur pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi hedging pemerintah, proses
pelaksanaan, penatausahaan, penganggaran dan monitoring hedging. PMK tersebut ditetapkan
menyusul melemahnya rupiah sebagai mata uang terlemah di Asia pada awal 2013 karena
kekhawatiran defisit anggaran Indonesia akan melebar. Pada awal 2013, rupiah melemah 6%
terhadap dolar AS menjadi Rp9.800/dolar AS di pasar antar bank. Dalam PMK tersebut telah
diatur bahwa pemerintah dapat melakukan hedging untuk memitigasi risiko atau melindungi
posisi nilai suatu aset atau kewajiban yang mendasarinya (underlying asset atau kewajiban)
terhadap risiko fluktuasi tingkat bunga dan nilai mata uang di masa yang akan datang. Selain
utang luar negari, aturan ini juga memungkinkan hedging untuk obligasi mata uang asing yang
diterbitkan dan pinjaman internasional yang diambil pemerintah. PMK ini dapat diterbitkan
karena dalam Undang-Undang APBN 2013 mendukung bahwa transaksi hedging yang dilakukan
pemerintah tidak akan dianggap sebagai kerugian negara. Selain aturan hedging utang
pemerintah, Kementerian BUMN juga mengatur hedging untuk BUMN dengan Peraturan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-09/MBU/2013 Tahun 2013 tentang Kebijakan
Umum Transaksi Lindung Nilai Badan Usaha Milik Negara. Dalam ketentuan tersebut, BUMN
dapat melakukan hedging dengan terlebih dahulu membuat kebijakan hedging dan Standard
Operating Procedure (SOP) untuk pelaksanaannya. Khusus untuk perbankan, Bank Indonesia
juga telah menerbitkan aturan terkait hedging dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
15/8/PBI/2013 tentang Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank. Dalam aturan tersebut ditegaskan
bahwa keuntungan yang timbul dari dilakukannya transaksi hedging yang memenuhi kriteria
akuntansi lindung nilai sebagaimana diatur dalam standar akuntansi keuangan yang berlaku,
dianggap sebagai pendapatan dalam rangka lindung nilai. Sebaliknya, jika terjadi kerugian dalam
transaksi hedging, hal tersebut dianggap sebagai sebuah biaya atau premi dari transaksi lindung
nilai. Meski demikian, dalam praktiknya beberapa BUMN masih enggan menggunakan fasilitas
yang diberikan karena dikhawatirkan menyebabkan kerugian negara. Aktivitas Perusahaan
menghadapi berbagai macam risiko keuangan, terutama: risiko nilai tukar mata uang asing dan
risiko fluktuasi harga plastik. Sebagian besar bisnis Perusahaan bergantung pada kondisi pasar
komoditas biji plastik dan minyak untuk mendukung stabilitas keuangan operasional. Perusahaan
mengambil kebijakan yang sedapat mungkin meminimalisasi dampak risiko keuangan.
Pengelolaan risiko likuiditas dilakukan antara lain dengan memonitor profil jatuh tempo
pinjaman dan sumber pendanaan. Menjaga saldo kecukupan kas dan setara kas serta memastikan
tersedianya pendanaan dari sejumlah fasilitas kredit yang ada dan kesiapan untuk menghadapi
perubahan pasar. Nilai eksposur maksimal risiko kredit tercermin pada setiap aset keuangan yang
tercatat pada laporan posisi keuangan konsolidasian. Seluruh piutang dilakukan evaluasi secara
periodik sehingga dapat diantisipasi kolektibilitasnya. Risiko nilai tukar adalah risiko dimana
nilai wajar atau arus kas kontraktual masa datang dari suatu instrumen keuangan akan terpengaruh
akibat perubahan nilai tukar. Eksposur Perusahaan yang terpengaruh risiko suku bunga terutama
terkait dengan pinjaman bank. Untuk mengelola risiko nilai tukar mata uang asing perusahaan
melakukan konversi utang mata uang asing ke Rupiah. Perusahaan memiliki eksposur dalam mata
uang asing yang timbul dari transaksi operasionalnya. Eksposur tersebut timbul karena transaksi
yang bersangkutan dilakukan dalam mata uang selain mata uang fungsional unit operasional atau
pihak lawan. Eksposur dalam mata uang asing Perusahaan tersebut jumlahnya tidak material.
Pada tanggal 31 Desember 2018, berdasarkan simulasi yang rasional, jika nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS melemah/menguat sebesar 1% (31 Desember 2017: melemah/menguat sebesar
1%), dengan seluruh variabel-variabel lain tidak berubah, maka laba sebelum pajak penghasilan
untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 akan lebih rendah/lebih tinggi sebesar
Rp 22,59 miliar, (tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017: lebih rendah/lebih tinggi
sebesar Rp 14,72 miliar) terutama sebagai akibat dari kerugian/keuntungan selisih kurs atas
pembelian dalam Dolar AS. Beberapa cara yang mungkin bias diterapkan untuk mencegah
(setidaknya terjadi) risiko rugi selisih kurs, yaitu: mengupayakan agar mata uang yang digunakan
untuk bertransaksi di sisi liabilitas (belanja) sama dengan mata uang yang digunakan untuk
bertransaksi di sisi aset (jualan). Jika impor barang dalam harga USD, maka diupayakan agar
penjualan barang tersebut di dalam negeri juga dalam USD. Jika ekspor barang dalam harga USD,
maka dicarilah biaya terbesar yang timbul untuk membuat barang tersebut juga dalam USD. Jika
tak bisa, maka buat cadangan kas (cadangan tunai) dalam mata uang yang sama dengan lawan
transaksi.

5. Terdapat banyak sekali pengertian dari para ahli tentang akuntansi internasional. Para ahli
akuntansi, seperti Iqbal, Melcher dan Elmallah mempunyai kesepakatan dalam menjelaskan
akuntansi internasional ini. Jadi, akuntansi internasional menurut para ahli tersebut adalah
akuntansi yang digunakan untuk transaksi antar negara yang berguna sebagai alat pembanding
pada setiap prinsip akuntansi pada negara yang berbeda dan harmonisasi standar akuntansi pada
seluruh negara. Sebuah perusahaan akan mulai terlibat dengan akuntansi internasional saat
mereka memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan transaksi impor atau ekspor barang.
Keterlibatan sebuah perusahaan dalam melakukan akuntansi internasional juga akan selalu lekat
dengan membuka operasi di luar negeri. Di dalamnya terdapat hal penting yang harus dilakukan
terkait dengan pemberian lisensi produksi pada perusahaan milik pihak lain yang berada di luar
negeri atau mendirikan cabang perusahaan di luar negeri. Dalam memberikan lisensi tersebut,
maka perusahaan harus mampu mengembangkan sistem akuntansi internasional yang akan sangat
berguna untuk melakukan pengawasan atas pelaksanaan suatu perjanjian kerja. Selain itu,
pemberian lisensi ini juga sangat berguna untuk membayar lisensi, pajak, bimbingan teknis dan
juga melakukan pencatatan pemasukan yang berasal dari luar negeri. Secara umum, manfaat
utama dari akuntansi internasional adalah guna mengantisipasi setiap kebutuhan masyarakat
secara global dan mencerminkan situasi ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan juga politik yang
ada di dalam operasional perusahaan pada suatu negara. Selain itu, beberapa manfaat lainnya dari
akuntansi internasional adalah untuk:
Memperkenalkan setiap perbedaan kondisi yang terdapat di dalam negeri dengan
akuntansi yang terdapat di seluruh negara.
Memangkas evolusi bisnis yang ada di zaman modern.
Membahas adanya dimensi akuntansi yang sangat berguna untuk perdagangan
internasional.
Membahas berbagai topik penting yang ada di dalam sistem perdagangan internasional.
Klasifikasi akuntansi internasional adalah suatu cara pandang dalam membedakan perbandingan
ataupun sistem akuntansi keuangan secara nasional maupun regional. Klasifikasi ini menjadi hal
yang paling dasar untuk digunakan dalam memahami dan menganalisa cara serta alasan sistem
akuntansi pada setiap negara yang berbeda. Sehingga, nantinya perusahaan akan bisa menilai dan
melihat adanya kemungkinan sistem akuntansi yang digunakan akan cenderung lebih menyatu
atau berbeda dengan negara lainnya. Klasifikasi bertujuan untuk bisa mengkategorikan setiap
sistem yang ada di dalam akuntansi keuangan berdasarkan suatu karakteristik khusus. Kategori
ini nantinya harus bisa menyatakan bahwa struktur dasar mampu memberikan perbedaan ataupun
persamaan. Untuk bisa menentukan klasifikasi, terdapat dua cara yang bisa dilakukan perusahaan,
yakni dengan membuat pertimbangan yang bergantung pada tingkat pengetahuan, pengalaman
dan juga intuisi serta membuat berbagai pertimbangan secara lebih empiris. Saat ini, akuntansi
internasional sangatlah diperlukan oleh semua perusahaan yang bergerak dalam bidang
perdagangan internasional. Terlebih lagi, perkembangan akuntansi internasional terus mengalami
peningkatan yang sangat cepat dari waktu ke waktu, yang pastinya hal tersebut akan memberikan
keuntungan untuk para pebisnis. Setidaknya ada 8 faktor yang mempengaruhi perkembangan
akuntansi internasional, yaitu:
1) Sumber Dana
2) Sistem Hukum
3) Perpajakan
4) Ikatan Politik dan Ekonomi
5) Inflasi
6) Perkembangan Ekonomi
7) Tingkat Pendidikan
8) Budaya
Setidaknya ada lima perbedaan akuntansi internasional dengan akuntansi lainnya. Pertama, yang
dilaporkan adalah perusahaan multinasional. Kedua, kegiatan transaksi dilakukan melintasi batas
negara, atau antar negara. Ketiga, laporan ditujukan pada para pengguna yang berada di negara
lain. Keempat, adanya perpajakan internasional. Kelima, adanya transaksi internasional. Namun,
perbedaan ini membawa beberapa permasalahan dari kacamata para analis keuangan. Pertama,
sebagai suatu bisnis untuk menilai perusahaan asing yang berada di luar negeri, terdapat beberapa
kecenderungan untuk bisa melihat pendapatan dan juga data finansial dari sudut pandang di
negara asalnya. Kedua, adanya kesadaran dari perbedaan internasional. Hal ini sangat diperlukan
agar bisa menjadi familiar dengan prinsip akuntansi yang ada pada negara asing dengan tujuan
untuk lebih mengenal secara lebih baik dari data pendapatan dan juga dalam hal penilaian. Ketiga,
masalah yang sifatnya mampu membandingkan dan harmonisasi yang lalu diulas dalam konteks
dari kesempatan pilihan investasi. Berdasarkan penjelasan lengkap di atas, maka bisa kita
simpulkan bahwa akuntansi internasional adalah akuntansi yang digunakan untuk transaksi antar
negara yang berguna sebagai alat pembanding pada setiap prinsip akuntansi pada negara yang
berbeda dan harmonisasi standar akuntansi pada seluruh negara. Pemahaman tentang hal ini
sangatlah dibutuhkan untuk para akuntan dan para pebisnis yang memiliki kegiatan impor ekspor
produk. Namun, bila hal tersebut menyulitkan pekerjaan akuntansi Anda, maka permudahlah
dengan menggunakan software akuntansi dari Accurate Online. Aplikasi ini akan membuat setiap
kegiatan akuntansi Anda bisa dilakukan dengan mudah, cepat dan tepat. Berbagai fitur di
dalamnya yang lengkap, seperti fitur penjualan, pembelian, persediaan, perbankan, perpajakan,
dll. pun akan memudahkan Anda dalam melakukan bisnis. Sehingga, sisa waktu yang Anda miliki
bisa Anda lakukan untuk mengembangkan perusahaan atau hal lainnya yang penting.

Anda mungkin juga menyukai