Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI

Disusun Oleh:

1. Saptarini Fajar P (142180065)


2. Balqis (142180066)
3. Hernanda Putra A (142180099)
4. Lizaldi Candra (142180070)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Yogyakarta
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu dasar yang menjadi pedoman
pembuatan dan penyusunan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam
penyajiannya. Di dalam standar ini dijelaskan transaksi apa saja yang harus dicatat;
bagaimana cara mencatatnya dan bagaimana penyajiannya.
Standar akuntansi ini adalah permasalahan utama akuntan dan semua pengguna
laporan yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu, metode dan format
penyusunan standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Standar
akuntansi ini akan berubah dan berkembang sesuai tuntutan di masyarakat.
Standar Akuntansi yang berkembang di Indonesia di kelompokkan menjadi 4
kelompok utama, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Standar Akuntansi Keuangan
Badan Usaha Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP), Standar Akuntansi Syariah (SAS)
dan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Koperasi sektor riil yang tidak memiliki akuntabilitas publik, maka dipersyaratkan
laporan keuangannya mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Koperasi sektor riil yang memiliki akuntabilitas
publik, laporan keuangannya wajib menggunakan Standar Akuntansi Keuangan Umum
(SAK-Umum).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Standar Akuntansi Keuangan?
2. Bagaimana perumusan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia?
3. Bagaimana Standar Akuntansi Keuangan pada koperasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud Standar Akuntansi Keuangan.
2. Memahami proses perumusan Standar Akuntansi di Indonesia.
3. Memahami Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di koperasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA


Standar akuntansi adalah suatu metode dan format baku dalam penyajian informasi
laporan keuangan suatu kegiatan usaha. Standar akuntansi dibuat, disusun dan disahkan
oleh lembaga resmi (Standard Setting Body). Di dalam standar ini dijelaskan transaksi apa
saja yang harus dicatat; bagaimana cara mencatatnya dan bagaimana penyajiannya.
Standar akuntansi ini adalah permasalah utama akuntan dan semua pengguna laporan
yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu, metode dan format penyusunan
standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepuasan
kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Standar akuntansi
ini akan berubah dan berkembang sesuai tuntutan di masyarakat.
Standar akuntansi di Indonesia saat ini berkembang menjadi 4 (empat) yang dikenal
dengan 4 Pilar Standar Akuntansi. Keempat pilar standar tersebut disusun dengan
mengikuti perkembangan dunia usaha. Empat pilar standar itu adalah:

1. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) IFRS


SAK digunakan untuk suatu badan yang memiliki akuntanbilitas publik, yaitu
badan yang terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar modal .Sejak tahun
2012, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengadopsi standar dari International
Financial Report Standard (IFRS) untuk standar akuntansi keuangan yang berlaku di
seluruh perusahaan terdaftar yang ada di Indonesia.

2. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BADAN USAHA TANPA


AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK-ETAP)
SAK ETAP digunakan untuk suatu badan yang tidak memiliki akuntabilitas
publik signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum. SAK-ETAP
juga mengikuti standar yang ditetapkan oleh IFRS khususnya bidang Small Medium
Enterprise (Usaha Kecil Menengah). SAK-ETAP ini dikeluarkan sejak tahun 2009
dan berlaku efektif pada tahun 2011.
SAK-ETAP pada dasarnya adalah penyederhanaan SAK IFRS. Beberapa
penyederhanaan yang terdapat dalam SAK-ETAP adalah:

 Tidak ada Laporan Laba / Rugi Komprehensif.


 Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud dan propersi investasi setelah tanggal
perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan
nilai revaluasi atau nilai wajar.
 Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan. Beban pajak diakui
sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.

Badan usaha yang menggunakan SAK-ETAP dalam laporan auditnya


menyebutkan laporan keuangan badan usaha telah sesuai dengan SAK-ETAP. SAK-
ETAP memiliki manfaat, yaitu apabila diterapkan dengan tepat, diharapkan unit usaha
kecil dan menengah mampu membuat laporan tanpa harus dibantu oleh pihak lain dan
dapat dilakukan audit terhadap laporannya tersebut.

Sasaran SAK-ETAP ini memang ditujukan untuk jenis Usaha Kecil dan
Menengah, namun tidak banyak pengusaha UKM yang memahami hal ini. Perlu
adanya sosialisasi dan pelatihan untuk SAK-ETAP ini agar UKM dapat berkembang
dan dipercaya oleh investor.

3. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH (SAK SYARIAH)


Standar ini digunakan untuk badan usaha yang memiliki transaksi syariah atau
berbasis syariah. Standar ini terdiri atas kerangka konseptual penyusunan dan
pengungkapan laporan, standar penyajian laporan keuangan, dan standar khusus
transaksi syariah seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan istishna.
Bank syariah menggunakan dua standar dalam menyusun laporan keuangan.
Sebagai badan usaha yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, bank syariah
menggunakan PSAK, sedangkan untuk transaksi syariahnya menggunakan PSAK
Syariah.
4. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)
SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP), dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun
mengacu kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Standar ini
digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan, baik pusat
ataupun daerah. SAP disusun dan disahkan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintah (KSAP SAP).

B. PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


1. Definisi
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh lembaga Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) selalu mengacu pada teori-teori yang berlaku daan memberikan tafsiran
dan penalaran yang telah mendalam dalam hal praktek terutama dalam pembuatan
laporan keuangan dalam memperolah informasi yang akurat sehubungan data ekonomi.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) mengacu pada penafsiran dan penalaran teori-teori yang
“berlaku” dalam hal praktek “pembuatan laporan keuangan” guna memperoleh
inforamsi tentang kondisi ekonomi.
Hal ini menyebabkan tidak menutup kemungkinan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) dapat mengalami perubahan/penyesuaian dari waktu ke waktu
sejalan dengan perubahan kebutuhan informasi ekonomi.
Dari keseluruhan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku petunjuk dari prosedur akuntansi
yang berisi peraturan tentang perlakuan, pencatatan, penyusunan dan penyajian laporan
keuangan yang disusun oleh lembaga IAI yang didasarkan pada kondisi yang sedang
berlangsung dan telah disepakati (konvensi) serta telah disahkan oleh lembaga atau
institut resmi.
Sebagai suatu pedoman, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bukan
merupakan suatu kemutlakan bagi setiap perusahaan dalam membuat laporann
keuangan. Namun paling tidak dapat memastikan bahwa penempatan unsur-unsur atau
elemen data ekonomi harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar semua data
ekonomi dapat tersaji dengan baik, sehingga dapat memudahkan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam menginterpretasikan dan megevaluasi suatu laporan keuangan
guna mengambil keputusan ekonomi yang baik bagi tiap-tiap pihak.

2. Sejarah Perumusan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)


Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh
negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala
bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana
penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Oleh karena itu, pengembangan standar
akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa
sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi
akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya
dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat
dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada
tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan
standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada
tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi
prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI)”. Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984.
Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan
untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.
Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI
1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1
Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan
harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi,
kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai
konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke
depan.
Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar
baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1
Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1
September 2007. Buku ”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di
dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK
Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2
KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan.
Awalnya, cikal bakal badan penyusun. Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan
Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974
dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan
mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat
periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang
terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama
Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta,
Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain
itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif
Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK).
Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk
menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan
akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang
anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para
pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK
di Indonesia.
3. Due Process Prosedur penyusunan SAK:
a. Due Process Prosedur penyusunan SAK sebagai berikut ;
1) Identifikasi issue untuk dikembangkan menjadi standar;
2) Konsultasikan issue dengan DKSAK;
3) Membentuk tim kecil dalam DSAK;
4) Melakukan riset terbatas;
5) Melakukan penulisan awal draft;
6) Pembahasan dalam komite khusus pengembangan standar yang dibentuk
DSAK;
7) Pembahasan dalam DSAK;
8) Penyampaian Exposure Draft kepada DKSAK untuk meminta pendapat
dan pertimbangan dampak penerapan standar;
9) Peluncuran draft sebagai Exposure Draft dan pendistribusiannya;
10) Public hearing;
11)  Pembahasan tanggapan atas Exposure Draft dan masukan Public Hearing;
12) Limited hearing
13) Persetujuan Exposure Draft PSAK menjadi PSAK;
14) Pengecekan akhir;
15) Sosialisasi standar.
b. Due Process Procedure penyusunan Interpretasi SAK, Panduan Implementasi
SAK dan Buletin Teknis tidak wajib mengikuti keseluruhan tahapan due
process yang diatur dalam ayat 1 diatas, misalnya proses public hearing.
c. Due Process Procedure untuk pencabutan standar atau interpretasi standar
yang sudah tidak relevan adalah sama dengan due process procedures
penyusunan standar yang diatur dalam ayat 1 diatas tanpa perlu mengikuti
tahapan due proses e, f, i, j, dan k sedangkan tahapan m dalam ayat 1 diatas
diganti menjadi: Persetujuan pencabutan standar atau interpretasi.

4. Badan Penyusun Standar Akuntansi :

a. 1973 : Panitia Penghimpun Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS
b. 1974 – 1994 : Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (4 periode kepengurusan
IAI)
c. 1994 : Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan
(Komite SAK)
d. 1998 : Komite SAK diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK).
5. Kebijakan DSAK :
a. Mendukung program harmonisasi dan konvergensi yang diprakarsai oleh
International Financial Reporting Standards (IFRS)
b. Dalam menyusun SAK, mengacu pada IFRS dengan mempertimbangkan pula
faktor lingkungan usaha di Indonesia

C. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI

1. Perlakuan Khusus Akuntansi Koperasi


Tujuan laporan keuangan koperasi adalah menyediakan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja dan informasi yang bermanfaat bagi pengelola, anggota koperasi dan
pengguna lainnya dalam pengambilan keputusan.
Penyajian informasi laporan keuangan koperasi harus memperhatikan ketentuan
SAK ETAP yang merupakan informasi kualitatif antara lain:
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
kemudahan untuk dipahami oleh pengguna;
b. Relevan
Informasi keuangan harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses
pengambilan keputusan dan membantu dalam melakukan evaluasi;
c. Materialitas
Informasi yang disampaikan dalam jumlah yang cukup material.
Pos-pos yang jumlahnya material disajikan tersendiri dalam laporan keuangan.
Sedangkan yang jumlahnya tidak material dapat digabungkan sepanjang memiliki
sifat atau fungsi yang sejenis. Informasi dianggap material jika kelalaian untuk
mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement)
mempengaruhi keputusan yang diambil;
d. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias (jika
dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk
tujuan mencapai suatu hasil tertentu;
e. Substansi mengungguli bentuk
Transaksi dan peristiwa dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi;
f. Pertimbangan Sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau
penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan
lebih rendah.
Penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan asset atau
penghasilan lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi;
g. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan, karena itu tidak
dapat diandalkan dan kurang mencukupi jika ditinjau dari segi relevansi;
h. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan koperasi antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga
harus dapat membandingkan laporan keuangan antar koperasi atau koperasi dengan
badan usaha lain, untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan secara relatif;
i. Tepat Waktu
Informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan
dalam jangka waktu pengambilan keputusan;
j. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial.
Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat
informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal.

2. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan


Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk
mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses ini
termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu.
Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar:
a. Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima atau sebesar nilai wajar
dari aset non kas yang diterima sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya
kewajiban.
Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan.
b. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau
untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan dan
memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.

3. Akuntansi Koperasi
Jenis Transaksi Pada Koperasi.
a.Transaksi antara koperasi dengan anggotanya terdiri dari:
1)Transaksi setoran, dapat berbentuk:
a)Setoran modal yang menentukan kepemilikan (simpanan pokok, simpanan
wajib);
b)Setoran lain yang tidak menentukan kepemilikan (misalnya: simpanan sukarela,
tabungan, simpanan berjangka dan simpanan lainnya).
2)Transaksi pelayanan, dapat berbentuk:
a)Pelayanan dalam bentuk kegiatan penyaluran dan pengadaan barang/jasa untuk
memenuhi kebutuhan anggota;
b)Menyediakan dan menyalurkan kebutuhan input bagi kegiatan proses produksi
usaha anggota;
c)Pelayanan penyaluran barang/jasa yang dihasilkan anggota untuk dipasarkan;
d)Pengelolaan kegiatan simpan pinjam anggota.
b.Transaksi antara koperasi dengan non anggota, dapat berbentuk:
1)Penjualan barang/jasa kepada non anggota atau masyarakat umum/perusahaan;
2)Pembelian barang/jasa dari non anggota.
c.Transaksi khusus pada koperasi, dapat berbentuk:
1)Penerimaan dan pengembalian modal penyertaan untuk kegiatan usaha/proyek dari
anggota atau pihak lain.
2)Penerimaan modal sumbangan (hibah/donasi) dari anggota atau pihak lain;
3)Pengalokasian "beban perkoperasian";
4)Pembentukan cadangan.
4. Pencatatn Koperasi
Pencatatan akuntansi koperasi meliputi unsur-unsur pos/akun (perkiraan) dalam
Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Catatan atas Laporan Keuangan, Laporan Arus Kas
dan Laporan Perubahan Ekuitas.
Perlakuan akuntansinya diatur sbb :
 a. Aktiva
Paragraf 63 “aktiva yang diperoleh dari sumbangan yang terkait penggunaannya
dan tidak dapat dijual untuk menutup kerugian diakui sebagai aktiva lain-pain. Sifat
keterikatan penggunaan tersebut dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan”.
Aktiva yang dicadangkan untuk kepentingan bersam para anggota merupakan
aktiva yang bukan milik koperasi. Oleh karena itu pengurus harus
mempertanggujawabkan penggunaan aktiva ini dan dalam pencatatannya tidak boleh
diakui sebagai aktiva koperasi. 

Paragraf 65 “aktiva-aktiva yang dikelola oleh koperasi, tetapi bukan milik


koperasi, tidak diakui sebagai aktiva, dan harus dijelaskan dalam catatan atas
laporan keuangan”. 

b.      Kewajiban
Untuk kewajiban yang diatur dalam PSAK No. 27 adalah simpanan sukarela.
Simpanan pokok dan simpanan wajib merupakan modal koperasi karena simpanan ini
tidak dapat diambil sewaktu-waktu. Simpanan anggota yang sifatnya sukarela
(simpanan sukarela) tidak dapat dianggap sebagai modal karena simpanan ini dapat
diambil sewaktu-waktu. Oleh karena itu simpanan sukarela dianggap sebagai hutang
sebagaimana dijelaskan dalam paragraf berikut :

Paragraf 61 “simpanan anggota yang tidak berkarakteristik sebagai ekuitas diakui


sebagai kewajiban jangka pendek atau jangka panjang sesuai dengan tanggal jatuh
temponya dan dicatat nilai nominalnya”.

c.       Ekuitas
Koperasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang memenuhi syarat sebagai
anggota. Oleh karena itu ekuitas koperasi  merupakan kumpulan dari setoran para
anggota baik berupa simpanan pokok maupun simpanan wajib yang tidak dapat
diambil selama yang bersangkutan masih tercatat sebagai anggota. Selain itu ekuitas
koperasi berasal dari modal sumbangan, modal penyertaan, cadangan dan SHU yang
belum dibagi.

d.      Pendapatan
Paragraf 67 “ pendapatan yang timbul dari transaksi koperasi dengan anggota
diakui sebesar pendapatan bruto”.

Paragraf 69 “ pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi dengan non


anggota diakui sebagai pendapatan (penjualan) yang dilaporkan terpisah dari
partisipasi anggota dalam laporan perhitungan hasil usaha sebesar nilai transaksi.
Selisih antara pendapatan dan beban pokok transaksi dengan non anggota diakui
sebagai laba atau rugi kotor dengan non anggota”.

e.       Beban
Paragraf 72 “ beban usaha dan beban-beban perkoperasian harus disajikan
terpisah dalam laporan perhitungan hasil usaha”.

5. Hasil akhir akuntansi koperasi adalah laporan keuangan, yang terdiri dari :
a. Neraca
Menyajikan mengenai aktiva, kewajiban dan ekuitas koperasi pada waktu tertentu.
Modal koperasi terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan koperasi, dan
hibah/donasi. Simpanan sukarela dimasukkan dalam utang lancar. Hal ini disebabkan
simpanansukarela merupakan simpanan yang dapat diambil setiap saat. Aktiva
disajikan menurut tingkat likuiditas dan hutang disusun berdasarkan jatuh temponya.
b. Perhitungan Hasil Usaha
Laporan perhitunga hasil usaha atau laporan SHU memuat hasil usaha dengan
anggota dan laba/rugi kotor dengan non anggota. Pada dasarnya, harus diadakan
pemisahan antara penggunaan pendapatan yang diperoleh dari pelayanan terhadap
anggota sendiri dan terhadap pihak ketiga atau non anggota. Demikian pula harus
dibedakan terhadap pihak ketiga atau non anggota. Jadi bagian SHU yang diperoleh
dari pelayanan terhadap pihak ketiga, termask bukan anggota, tidak boleh dibagikan
pada anggota karena bagian pendapatan ini bukan diperoleh dari jasa anggota sehingga
lebih baik digunakan untu biaya cadangan.
c. Laporan Arus kAs
Adalah laporan yang menyajikan informasi perubahan kas pada periode tertntu
yang tersiri dari saldo awal, sumber penerimaan, pengeluaran kas pada periode
tertentu.
d. Laporan promosi ekonomi anggota
Adalah laporan yang mengikhtisarkan manfaat ekonomi yang didapat anggota
selama periode tertentu. Laporan ini mengikhtisarkan :
1.      Manfaat ekonomi dari pembelian atau pengadaan barang;
2.      Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama;
3.      Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat ko[erasi;
4.      Manfaat ekonomi dari pembagian SHU
e.  Catatan atas Laporan Keuangan
Menyajikan pengungkapan (disclousure) yang memuat :
1. Yang berhubungan dengan perlakuan akuntansi antara lain mengenai :
- Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi koperasi baik
dengan anggota maupun dengan nonanggota;
-  Kebijakan akuntansi tentang aktiva tetap, penilaian persediaan, piutang dll;
- Dasar penetapan harga pelayanan baik kepada anggota maupun kepada
nonanggota.

Pengungkapan informasi lain, diantaranya :


- Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang tercantum di
AD/ART (anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga) maupun dalam praktik yang
dilakukan koperasi;
- Aktivitas koperasi dalam pembangunan sumber daya dan mempromosikan usaha
ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan perkoperasian usaha manajemen yang
diselenggarakan untuk anggota dan penciptaan lapangan usaha baru untuk
anggota;
- Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dari transaksi koperasi dengan
anggota dan nonanggota.
- Pengklasifikasian piutang dan utang yang timbul dari transaksi koperasi dengan
anggota dan nnanggota.
- Pembatasan penggunaan dan resiko atas aktiva tetap yang diperoleh dari hibah atau
sumbangan;
- Aktiva yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi;
- Aktiva yang diperoleh dari hibah dalam bentuk pengalihan sahan dari perusahaan
swasta;
- Pembagian SHU dan penggunaan cadangan;
- Hal dan tanggungan pemodal yang modalnya berupa modal penyertaan;
- Penyelenggaraan Rapat Anggota dan keputusan-keputusan penting yang
berpengaruh pada perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan;
- Penyelenggaraan Rapat Anggota dan keputusan-keputusan penting yang
berpengaruh pada perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan.

6. Bukti-Bukti Transaksi Koperasi


Bukti transaksi merupakan dokumen dasar untuk memebuat jurnal dan merupakan
bukti bahwa telah terjadi transaksi di koperasi. Bukti-bukti tersebut harus dianalisa
kebenarannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyelewengan-penyelewengan.
a. Bukti Penerimaan Kas
Adalah bukti transaksi yang membuktikan bahwa koperasi telah menerima sejumlah
uang tunai atau alat pembayaran yang sama dengan uang tunai (cek).
Sumbernya antara lain dari :
a. Penerimaan simpanan dari anggota koperasi;
b. Penerimaan dari penjualan tunai;
c. Penerimaan tagihan dari debitur;
d. Penerimaan uang dari pihak lain yang merupakan realisasi hak koperasi;
e. Penerimaan bunga;
f. Penerimaan berupa uang jasa seperti komisi;
g. Penerimaan kembali hutang karyawan koperasi;
h. Penerimaan lainnya yang dapat menambah uang tunai koperasi.

b. Bukti pengeluaran Kas


Adalah bukti transaksi yang membuktikan bahwa koperasi telah membayar sejumlah
uang tunai atau alat pembayaran lainnya yang disamakan dengan uang tunai.
Bentuknya antara lain :
1. Pembayaran kembali simpanan sukarela;
2. Pengembalian simpanan pokok dan wajib kepada anggota koperasi yang keluar;
3. Pembelian barang secara tunai;
4. Pemberian pinjaman kepad anggota koperasi;
5. Pembayaran gaji karyawan dan manajer;
6. Pengeluaran-pengeluaran lainnya.

c. Bukti penjualan/faktur penjualan


Adlah bukti pembukuan yang membuktikan koperasi melakukan transaksi penjualan
barang secara kredit.

d. Bukti pembelian/faktur pembelian


Adalah bukti pembukuan yang membuktikan koperasi telah membeli barang secara
kredit.

e. Bukti Umum/Bukti Serba-serbi


Adlah bukti pembukuan yang digunakan untuk mencatat transaksi yang tidak dicatat
dalam bukti penerimaan kas, bukti pengeluaran kas, faktur penjualan, faktur
pembelian.
Transaksi yang dicatat pada abukti ini adalah :
1. Retur pembelian
2. Retur penjualan’
3. penghapusan piutang
4. Penghapusan aktiva tetap;

BAB III
SIMPULAN

Penyajian laporan keuangan di setiap perusahaan berbeda-beda tergantun jenis kegiatan


dari perusahaan tersebut. Perbedaan penyajian pelaporan keuangan tersebut tentunya akan
membingungkan bagi pengguna jika ia mencoba membandingkan kondisi dua perusahaan.
Standarisasi format laporan keuangan diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Dengan
adanya standarisasi ini, tidak hanya akuntan profesional akan mudah membaca kondisi
perusahaan tetapi juga orang awam yang ingin mengetahui kondisi perusahaan tersebut juga.

DAFTAR PUSTAKA
https://ngada.org/bn755-2012lmp.htm

https://akuntan-si.blogspot.com/2013/11/psak-no-27-pernyataan-standar-akuntansi.html

http://kikilmu.blogspot.com/2017/11/sejarah-terbentuknya-standar-akuntansi.html

http://www.iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/tentang-2-proses-penyusunan-sak

http://mohariefmasulili.blogspot.com/2013/12/standar-perumusan-standar-akuntansi.html

Anda mungkin juga menyukai