Anda di halaman 1dari 24

KELOMPOK 3

TATA KELOLA
PERUSAHAAN
NAMA ANGGOTA :
1. Lizaldi Candra Pratama (142180105)
2. Fiesta Cindra Permata (142190034)
3. Laily Azmi Adila (142190172)
01 Direksi dan
Komisaris
One-tier Board
— Fungsi pengelolaan dan pengawasan gabungan
— Direktur eksekutif dan non-eksekutif
Sistem One-tier Board
— Dianut oleh USA, Inggris, Kanada, Australia
dan Two-tier Board
(OECD Pricipal, Prinsip 6) Kelebihan :
― Komunikasi yang baik antar dewan
― Keputusan lebih cepat
― Akses informasi perusahaan cepat

Kekurangan :
― Fungsi pengawasan kurang jelas
― Sangat terpusat, begantung kepada CEO
Two-tier Board
— Fungsi pengelola dan pengawasan dipisah
— Dewan direksi dan dewan komisaris
Sistem One-tier Board
— Dianut oleh sebagian besar Eropa dan Asia
dan Two-tier Board
(OECD Pricipal, Prinsip 6) Kelebihan :
― Tiap fungsi dijalankan secara maksimal
― Fungsi pengawasan maksimal
― Independensi

Kekurangan :
― Komunikasi komisaris dan direksi lemah
― Info perusahaan tdk langsung, komisaris dapat info dari direksi
― Komisaris bersifat pasif
Direktur dan Komisaris
(PBI 8/4/2006), (UU No 40 tahun 2007)

Direksi Komisaris

Dewan yang mengelola dan Dewan yang mengawasi jalannya


mengurus opersional GCG dan sebagai penasihat direksi
Definisi perusahaan

Direktur keuangan, operasioanal, Dewan komisaris termasuk komisaris


teknologi,umum dll independen
Organ
Sekretaris perusahaan Komite Audit, Komite Remunerasi &
Nominasi dll

Dibantu oleh Bertanggung Jawab dan berlaku Bertanggung Jawab dan berlaku
secara tanggung renteng secara tanggung renteng

Apabila terjadi kerugian


RUPS RUPS
dan lalai dalam tugas

Minimal 3 orang dipimpin oleh Minimal 3 orang dipimpin oleh


Jumlah presidir/dirut presiden komisaris/korut
Persyaratan
• Persyaratan Anggota Direksi dan Komisaris
― mempunyai akhlak dan moral yang baik
― mampu melaksanakan perbuatan hukum
Persyaratan Anggota
― tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi atau
Direksi dan Komisaris
(Peraturan Bapepam-lk komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perusahaan
Nomor Ix.I.6 ) dinyatakan pailit dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan
― tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana di bidang
keuangan dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan

• Anggota direksi dan atau komisaris dilarang baik langsung maupun tidak
langsung membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau
tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan Emiten atau Perusahaan Publik yang terjadi
pada saat pernyataan dibuat
Tugas dan Kewajiban Direksi
(UU No. 40 Tahun 2007)
Kewajiban Direksi :
Tugas Direksi :
• Bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan
• Bertanggung jawab menjalankan tugas kepengurusan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan serta mewakili
dengan memperhatikan keseimbangan kepentingan Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
seluruh pihak • Membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham,
• Wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang- Risalah RUPS dan Risalah Rapat Direksi, dan
undangan yang berlaku menyelenggarakan pembukuan Perseroan.
• Menjunjung tinggi kepentingan dan tujuan Perseroan • Menyiapkan laporan tahunan (termasuk pertanggung
dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan jawaban tahunan) untuk RUPS.
efektivitas Perseroan • Memberikan keterangan kepada RUPS mengenai segala
• Memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan perseroan.
secara amanah dan transparan • Menyelenggarakan RUPS tahunan atau RUPS lain yang
• Menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan dianggap perlu (termasuk melakukan pemanggilan dan
Perseroan berbenturan dengan kepentingan pribadi lain-lain).
• Meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau
menjadikan jaminan sebagian besar atau seluruh
kekayaan Perseroan.
• Menyiapkan rencana penggabungan, peleburan atau
pengambilalihan untuk diajukan kepada RUPS.
Tugas dan Kewajiban Dewan Komisaris
(UU No. 40 Tahun 2007)
Tugas Dewan Komisaris : Kewajiban Dewan Komisaris :
• Pelaksanaan rapat secara berkala satu bulan sekali • Mengawasi kebijakan Direksi dalam menjalankan
• Pemberian nasihat, tanggapan dan/atau persetujuan Perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi
secara tepat waktu dan berdasarkan pertimbangan • Menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha
yang memadai Perseroan
• Pemberdayaan komite-komite yang dimiliki Komisaris. • Melapor kepada Perseroan tentang kepemilikan
Contohnya Komite Audit, Komite Nominasi dll. sahamnya beserta keluarganya.
• Mendorong terlaksananya implementasi good
corporate governance
Adalah anggota dewan komisaris
Komisaris
yang tidak terafiliasi dengan Direksi,
anggota dewan komisaris lainnya
dan pemegang saham pengendali,
Independen
serta bebas dari hubungan bisnis (Bapepam-LK IX.1.5)
atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya
untuk bertindak independen atau
bertindak semata-mata demi
kepentingan perusahaan.
Persyaratan

• Berasal dari luar emiten


• Tidak punya saham langsung/tidak langsung di


emiten
Tidak punya hubungan afiliasi dgn emiten dan
Komisaris
internalnya Independen
• Tidak punya hubungan usaha langsung/tidak
langsung
(Bapepam-LK IX.1.5)
• Jumlah paling kurang 30% dari dewan komisaris
• Dipilih melalui RUPS
Peran

• Menciptakan iklim usaha yang objektif dan


fairness untuk semua kepentingan
• Menciptakan fungsi pengawasan yang lebih efektif
untuk mendorong peran komisaris lainnya
Komisaris
Independen
(Bapepam-LK IX.1.5)
komite yang melakukan
pemantauan dan evaluasi atas
Komite Audit perencanaan dan pelaksanaan
audit serta pemantauan atas
(PBI 8/4/2006) tindak lanjut hasil audit dalam
rangka menilai kecukupan
pengendalian intern termasuk
kecukupan proses pelaporan
keuangan.
Tugas

Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap :


• pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern
• kesesuaian pelaksanaan audit oleh Kantor
Akuntan Publik dengan standar audit yang

Komite Audit • berlaku


• kesesuaian laporan keuangan dengan standar
(PBI 8/4/2006) akuntansi yang berlaku
• pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil
temuan Satuan Kerja Audit Intern, akuntan publik,
dan hasil pengawasan Bank Indonesia, guna
memberikan rekomendasi kepada dewan
Komisaris
Tugas
• menyusun dan memberikan rekomendasi mengenai
sistem serta prosedur pemilihan dan/atau penggantian
anggota dewan Komisaris dan Direksi kepada dewan
Komisaris untuk disampaikan kepada RUPS
Komite Nominasi
(PBI 8/4/2006) • memberikan rekomendasi mengenai calon anggota
dewan Komisaris dan/atau Direksi kepada dewan
Komisaris untuk disampaikan kepada RUPS

• memberikan rekomendasi mengenai Pihak Independen


yang akan menjadi anggota Komite kepada dewan
Komisaris
02
Kasus PT. KAI

(2006)
Kronologi Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT. KAI

Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN
itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp, 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci,
perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp. 63 Miliar. Komisaris PT KAI Hekinus Manao
yang juga sebagai Direktur Informasi dan Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara
Departemen Keuangan mengatakan, laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S.
Manan.  Audit terhadap laporan keuangan PT KAI untuk tahun 2003 dan tahun-tahun sebelumnya
dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), untuk tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan
publik.

Hasil audit tersebut kemudian diserahkan direksi PT KAI untuk disetujui sebelum disampaikan
dalam rapat umum pemegang saham, dan komisaris PT KAI yaitu Hekinus Manao menolak menyetujui
laporan keuangan PT KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan publik. Karena ditemukan adanya
kejanggalan dari laporan keuangan PT KAI tahun 2005.
Kronologi Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT. KAI
Kejanggalan itu antara lain :
• Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu
dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005.
• Kewajiban PT KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN)
sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003
disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang
seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standart Akuntansi, pajak pihak
ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT KAI ada kekeliruan
direksi dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.
Kronologi Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT. KAI
Kejanggalan itu antara lain :
• Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24 Miliar yang diketahui
pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai kerugian secara
bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum
dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam
tahun 2005.
• Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai komulatif sebesar Rp
674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp 70 Miliar oleh manajemen PT KAI disajikan
dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang. Akan tetapi menurut Hekinus
bantuan pemerintah dan penyertaan modal harus disajikan sebagai bagian dari modal perseroan.
• Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya
kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat jasa angkutannya
diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.
03 Analisis
Kasus
Analysis

Legal Fair
Profitable
o Pihak yang diuntungkan adalah
o PT KAI melanggar Pasal 90 Perbuatan Manajemen PT KAI
manajemen PT KAI karena
No. 8 Tahun 1995 tentang merugikan public (investor) dan
kinerja keuangan perusahan
Pasar Modal Dalam kegiatan pemerintah :
seolah baik (laba
o Rp 6,9M), Meskipun pada perdagangan efek setiap o Publik (Investor) dirugikan
pihak dilarang secara karena memperoleh
kenyataannya menderita
langsung maupun tidak informasi yang menyesatkan
sebesar Rp 63M. Tidak tertutup
langsung. sehingga keputusan yang
kemungkinan, pihak manajemen o PT KAI dapat dikenakan diambil berdasarkan
mendapat bonus dari laba semu
sanksi sesuai Pasal 7 No. informasi keuangan PT KAI
tersebut.
o pihak lain yang diuntungkan Tahun 1995 tidak akurat/salah.
o KAP  S. Manan dan Rekan o Pemerintah dirugikan karena
adalah KAP S. Manan dan
melanggar Standar Profesi dengan rekayasa keuangan
Rekan, dimana dimungkinkan
Akuntan Publik (SPAP) tersebut maka pajak yang
memperoleh fee khusus karena
didapat oleh pemerintah
memberikan opini wajar tanpa
lebih kecil dari yang
Pengecualian
seharusnya
Analysis

Suistainable
Right
Development
o Hak-hak publik dirugikan Rekayasa yang dilakukan
karena investor memperoleh manajemen PT KAI bersifat
informasi yang menyesatkan, jangka pendek dan buka jangka
sehingga keputusan yang panjang. Karena hanya
diambil menjadi salah atau menginginkan keuntungan/laba
tidak akurat untuk kepentingan
o Pemerintah dirugikan karena pribadi/manajemen (motivasi
pajak yang diterima menjadi bonus
lebih kecil.
Cara agar kasus tidak kembali
terulang

1. 2. 3.

Komite Audit tidak berbicara kepada publik, Manajemen Komite Audit dan Dewan Komisaris
karena esensinya Komite Audit adalah organ menyusun laporan sebaiknya melakukan inisiatif untuk
Dewan Komisaris sehingga pendapat dan keuangan secara membangun budaya pengawasan
masukan Komite Audit harus disampaikan tepat waktu, akurat dalam perusahaan melalui proses
kepada Dewan Komisaris. Apabila Dewan dan full disclosure. internalisasi, sehingga pengawasan
Komisaris tidak setuju dengan Komite Audit merupakan bagian tidak
namun Komite Audit tetap pada pendiriannya, terpisahkan dari setiap organ dan
Komite Audit dapat mencantumkan individu dalam organisasi.
pendapatnya pada laporan komite audit yang  
terdapat dalam laporan tahunan perusahaan.
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai