Kelompok 2
Pengertian dari komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi
dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas
dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan perseroan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka pelaksanaan prinsip Good Corporate
Governance (GCG), maka dunia usaha sekarang ini,memerlukan komisaris independen yang
duduk dalam jajaran pengurus perseroan.
Status independen terfokus kepada tanggung jawab untuk melindungi pemegang saham,
khususnya pemegang saham independen dari praktik curang atau melakukan tindak kejahatan
pasar modal. Dalam Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT ) Nomor 40 tahun2007, telah
mengatur dan mewajibkan bahwa dalam Anggaran Dasar Perseroan untuk menempatkan
minimal satu orang komisaris independendan satu orang komisaris utusan.
Dalam persepektif hukum acuan yang menjadi landasan komisaris independen adalah :
yaitu tanggung jawab atas informasi yang tidak benar dan menyesatkan, dimana komisaris
termasuk pihak yang diancam oleh pasal tersebut bila ikut menandatangani setiap dokumen
yang berhubungan dengan penyampaian informasi kepada publik, di dalam rangka pernyataan
pendaftaran.
3. adanya pedoman yang dikeluarkan Komite Nasional Good Corporate Governance (2006).
Kelompok 3
Komite audit merupakan organ pendukung yang berada dibawah dewan komisaris yang
dibentuk dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dengan tujuan membantu dewan
komisaris dalam rangka mendukung efektivitas Pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan atas
hal-hal yang terkait dengan laporan keuangan, sistem pengendalian internal dan eksternal.
a. komite audit bekerja secara kolektif dalam melaksanakan tugasnya membantu dewan
komisaris
b. komite audit memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris mengenai penunjukan
kantor akuntan publik yang didasarkan pada indent pendency, ruang lingkup penugasan
dan untuk disampaikan kepada RUPS
c. Komite audit menelaah dan memberikan saran kepada dewan komisaris terkait adanya
potensi benturan kepentingan perseroan
d. komite audit melakukan pemantauan atas implementasi GCG yang efektif dan
berkelanjutan
e. menjalankan tugas-tugas lain yang relevan dan fungsi komite audit atas permintaan
dewan komisaris
1. Sebagian besar anggota komite audit ternyata tidak memiliki background pendidikan
akuntansi atau keuangan, sehingga fungsi seperti disebutkan diatas belum terpenuhi.
2. Dari beberapa anggota komite audit yang ada pun, tidak semua anggota memiliki waktu
dalam rangka memberikan fokus pengawasan terhadap kinerja manajerial. Hal ini terlihat dari
proporsi kehadiran rapat komite audit, dimana anggota komite audit tidak secara keseluruhan
menghadiri rapat komite audit.
3. Komite audit juga masih mengalami kendala-kendala seperti masalah komunikasi dengan
dewan komisaris, dewan direksi, auditor internal dan eksternal serta pihak lain sebagai aspek
yang penting dalam keberhasilan komite audit
Kelompok 4
kasus enron terjadi di di USA tahun 2001 telah mendorong dibuatnya komite audit di Indonesia.
kasus bermula dari laporan keuangan enron yang menyuarakan bahwa enron telah untung
USA$600, Walaupun realitanya enron mengalami kerugian. kerugian ini terjadi karena enron
memanipulasi laporan keuangannya. Berdasarkan kasus enron kita mengetahui fungsi
pengawasan internal perusahaan publik masih lemah, sehingga Bapepam- UK mewajibkan
emiten membentuk Komite audit dan komisaris independen di lingkungan internalnya agar
kemudian dapat mencegah kecurangan (fraud).
keanggotaan komite audit paling sedikit terdiri dari 3 anggota (komisaris independen dan pihak
eksternal emiten). Komite audit diketuai oleh komisaris independen.
mengawasi hasil temuan dan melaporkan Pada emiten, membuat rapat secara berkala
yang mendapat keputusan rapat komite audit berdasarkan musyawarah atau mufakat.
komite audit wajib membuat laporan dewan komisaris dan laporan tahunan tentang
pelaksanaan komite audit yang diungkapkan dalam laporan tahunan emiten
Kelompok 5
Untuk menjadi Komisaris Independen, maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Kelompok 6
Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan
anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. Meski demikian, dengan syarat dan kondisi
tertentu, RUPS dapat mendelegasikan kewenangan yang dimilikinya kepada Dewan Komisaris.
Kewenangan tersebut di antaranya sebagai berikut:
Menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS tentang pembelian kembali saham PT. Dewan komisaris dapat
memberi persetujuan mengenai penentuan saat, cara pembelian kembali saham, dan jumlah saham
yang akan dibeli kembali, tetapi tidak termasuk hal-hal yang menjadi tugas Direksi dalam pembelian
kembali saham, seperti melakukan pembayaran, menyimpan surat saham, dan mencatatkan dalam
daftar pemegang saham. Perlu dicatat, kewenangan ini hanya dapat didelegasikan untuk jangka waktu
paling lama 1 tahun dan dapat diperpanjang untuk durasi yang sama. Namun perlu diingat, penyerahan
kewenangan ini dapat ditarik sewaktu-waktu oleh RUPS.
Menyetujui pelaksanaan keputusan RUPS tentang penambahan modal PT. Dewan Komisaris dapat
memberi persetujuan mengenai penentuan saat, cara, dan jumlah penambahan modal yang tidak
melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan oleh RUPS, tetapi tidak termasuk hal-hal yang menjadi
tugas Direksi dalam penambahan modal, seperti menerima setoran saham dan mencatatnya dalam
daftar pemegang saham. Penyerahan kewenangan dalam hal ini berlaku untuk jangka waktu paling lama
1 tahun. Sama seperti sebelumnya, penyerahan kewenangan ini juga dapat ditarik sewaktu-waktu oleh
RUPS.
Menetapkan besarnya gaji dan tunjangan anggota Direksi PT. Dewan komisaris, melalui keputusan rapat
dapat menetapkan besarnya gaji dan tunjangan bagi setiap anggota Direksi PT, apabila RUPS
melimpahkan kewenangan ini kepada Dewan Komisaris.
Kelompok 7
Sedikitnya ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami dan mengembangkan peran
leadership Komisaris Independen. Pertama, kita dapat mengembangkannya berdasarkan 5 Perspective
of Leadership (McShane, St. and Von Glinow, MA, 2000).
2. Behavior perspective mengidentifikasi dua kelompok perilaku pemimpin yaitu: people oriented dan
task oriented.
3. Contingency perspective memandang bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
melakukan diagnosis situasi dan mengadaptasi gaya atau style kepemimpinan mereka dengan situasi
tersebut.
5. Romance perspective mengidentifikasi tipe kepemimpinan yang sangat menekankan arti penting
kepemimpinan melalui atribusi, stereotyping, dan keinginan kuat untuk mengendalikan orang lain.
Berdasarkan leadership perspectives di atas, Komisaris Independen diharapkan mampu memberi bobot
kepemimpinan Dewan Komisaria melalui kompetensi yang dimilikinya, perilaku yang tepat, berperan
sebagai agent of trasformation, dan senantiasa menjalankan pengaruhnya secara efektif sesuai yang
diharapkan dari seorang Komisaris.
Kedua, kita dapat melihat peran kepemimpinan Komisaris Independen berdasarkan bentuk atau model
corporate board. Model-model ini memberi gambaran mengenai tanggung jawab dan efektivitas Dewan
Komisaris dalam hubungannya dengan Direksi/Manajemen yang terdiri atas 3 jenis yakni: rub ber stamp,
watchdog, dan leadership
Dewan Komisaris yang terlalu pasif (rubber stamp) menyebabkan pengawasan menjadi tidak efektif, dan
sebaliknya mereka yang terlalu jauh mencampuri urusan manajemen akan menyebabkan Direksi tidak
leluasa menjalankan tugasnya. Idealnya, Dewan Komisaris yang efektif adalah mereka yang berperan
seperti dalam tipe Leadership Board. Dalam hal inilah peran Komisaris Independen diharapkan, yakni
melalui pendekatan yang independen dan profesional terhadap Direksi, mampu memberikan alternatif-
alternatif kebijakan terhadap usulan kebijakan Direksi, terutama dari sudut pandang yang independen,
sehingga model leadership board dapat tercipta.