Anda di halaman 1dari 19

Prinsip-Prinsip Penting Tata Kelola

Kelompok 4 :

Alexander Y. Sanjaya 126221072


Desty Dwi Puspa 126221075
Prinsip perlindungan terhadap hak pemegang
saham
Pemegang saham adalah penyedia modal bagi perusahaan.
Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang
saham (dengan tetap memperhatikan kepentingan pemangku kepentingan),
sehingga peranan dari tata kelola perusahaan adalah memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham dan untuk menyelaraskan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham.
Prinsip hak-hak dasar pemegang saham diperlukan untuk mencegah terjadinya
konflik antara pemegang saham dengan manajemen yang berdampak negatif
terhadap kinerja perusahaan.
Menurut OECD (2004), beberapa hak dasar pemegang saham harus
termasuk hak untuk:

1. Metode yang aman untuk registrasi kepemilikan.


2. Transfer saham
3. Mendapatkan informasi yang relevan dan material mengenai
perusahaan tepat waktu dan secara reguler.
4. Berpartisipasi dan memberikan suara di RUPS.
5. Memilih dan mengganti anggota dewan IAI
6. Memperoleh bagian atas laba perusahaan.
1. Metode yang aman untuk registrasi kepemilikan:
Dalam UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 (UU PT) disebutkan
bahwa direksi perusahaan wajib mengadakan dan menyimpan daftar
pemegang saham.

2. Hak untuk transfer saham:


Tidak terdapat aturan yang melarang pemegang saham untuk
mentransfer sahamnya ke pihak lain.
3. Mendapatkan informasi yang relevan dan 4. Berpartisipasi dan
memberikan suara di RUPS.
Terdapat beberapa peraturan Bapepam-LK yang mengharuskan
perusahaan memberikan informasi material kepada pemegang saham,
seperti peraturan X.K.6 yang mengharuskan perusahaan untuk
menyediakan laporan tahunan kepada pemegang saham pada saat
RUPS.

4. Berpartisipasi dan memberikan suara di RUPS.


Pasal 52 UU PT menyebutkan pemegang saham berhak menghadiri
dan mengeluarkan suara dalam RUPS.
5. Memilih dan mengganti anggota dewan IAI
Pasal 94 dan 111 UU PT menyebutkan bahwa pemegang saham
mempunyai hak untuk melakukan pengangkatan, penggantian, dan
pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris.

6. Hak untuk Memperoleh Bagian Atas Laba Perusahaan


Pasal 52 UU PT juga menyebutkan pemegang saham berhak menerima
pembayaran dividen dan sisa
kekayaan hasil likuidasi.
prinsip perlakuan setara terhadap pemegang
saham
Pada Prinsip Perlakuan Setara Kepada Pemegang Saham (EQUITABLE TREATMENT
OF SHAREHOLDERS) terdiri atas 5 (lima) parameter kunci sebagai berikut:
1. Kepemilikan Saham dan Hak Suara.
2. Panggilan RUPST.
3. Perdagangan orang dalam dan self-dealing abusif (penyalah-gunaan wewenang)
seharusnya dilarang.
4. Transaksi pihak berelasi yang dilakukan oleh anggota dewan komisaris &
Direksi.
5. Perlindungan kepada para pemegang saham minoritas dari tindakan-tindakan
abusif.
Prinsip Tanggung Jawab Dewan Komisaris:
• Memonitor kinerja manajemen perusahaan dan berusaha mencapai
tingkat imbal balik (return) yang memadai bagi pemegang saham.
• Selain itu, dewan komisaris juga harus mencegah timbulnya
benturan kepentingan dan menyeimbangkan berbagai kepentingan
di dalam perusahaan.
• Memastikan bahwa perusahaan selalu mematuhi ketentuan
peraturan hukum yang berlaku.
Tugas dan fungsi komite dibawah dewan:
• Untuk mempertahankan objektivitas Dewan Komisaris dalam
mengawasi jalannya perusahaan, prinsip tata kelola perusahaan
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
poin VI.E 1 dan 2 menetapkan bahwa Dewan Komisaris dapat
mempertimbangkan untuk membentuk komite khusus untuk
membantu Dewan Komisaris menjalankan fungsi audit, remunerasi,
dan manajemen risiko.
Komite Audit:
• Setiap perusahaan publik diwajibkan untuk memiliki Komite Audit, sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal 2 Peraturan OJK No. 55 Tahun 2015. Tugas pokok Komite Audit adalah melakukan
review atas sistem pengendalian internal perusahaan, memastikan kualitas laporan keuangan,
dan meningkatkan efektivitas fungsi audit. Selain itu, jika sebuah perusahaan tidak memiliki
Komite Pemantau Risiko, maka Komite Audit juga berhak menjalankan fungsi manajemen risiko
perusahaan.
• Jumlah anggota Komite Audit adalah minimal 3 orang, dengan satu orang di antaranya wajib
memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan. Anggota
Komite Audit harus merupakan seorang Komisaris Independen atau pihak eksternal perusahaan
untuk menjaga objektivitas audit. Walau demikian, apabila seseorang merupakan orang dalam
Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Hukum, Kantor Jasa Penilai Publik ataupun pihak lain
yang memberikan jasa asurans/non-asurans/penilai/konsultasi lain kepada perusahaan publik
dalam waktu 6 bulan terakhir, orang tersebut tidak boleh menjadi bagian dari Komite Audit.
• Dalam menjalankan tugasnya, Komite Audit diketuai oleh seorang Komisaris Independen dan
melapor langsung kepada Dewan Komisaris.
Komite Nominasi dan Remunerasi:
• Peraturan OJK No. 34 Tahun 2014 mewajibkan perusahaan publik untuk memiliki fungsi
nominasi dan remunerasi yang dilaksanakan oleh Dewan Komisaris. Untuk menjalankan
fungsi ini, Dewan Komisaris dapat membentuk Komite Nominasi dan Remunerasi, yang bisa
pula dipisah menjadi 2 komite (Komite Nominasi dan Komite Remunerasi).
• Komite Nominasi dan Remunerasi setidaknya wajib terdiri dari 3 anggota, dengan satu di
antaranya merupakan seorang Komisaris Independen yang merangkap menjadi ketua
komite. Anggota komite lainnya dapat merupakan seorang anggota Dewan Komisaris, pihak
eksternal, maupun pihak manajerial perusahaan dari bidang sumber daya manusia (SDM).
Anggota direksi perusahaan tidak boleh menjadi bagian dari komite ini.
• Komite ini menjalankan 2 fungsi utama:
• Fungsi nominasi (mengajukan calon anggota Dewan Direksi dan Dewan Komisaris beserta komposisi,
kriteria, pengembangan kemampuan, dan evaluasi)
• Fungsi remunerasi (mengatur struktur, kebijakan, dan besaran remunerasi anggota Dewan Direksi
dan Dewan Komisaris). Apabila komite ini tidak objektif, independensi dan pelaksanaan tugas Dewan
Direksi dan Dewan Komisaris dapat terganggu.
Komite Pemantau Risiko:

• Sampai saat ini, hanya perusahaan yang bergerak dalam bidang


efek/keuangan/pembiayaan dengan total aset lebih dari 200 miliar rupiah yang
diwajibkan untuk memiliki Komite Pemantau Risiko, sesuai dengan Peraturan
OJK No. 29 Tahun 2020.
• Fungsi komite ini adalah melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara
kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaannya, dan juga memantau serta
mengevaluasi tugas komite manajemen risiko dan satuan kerja manajemen
risiko perusahaan.
• Komite ini wajib setidaknya beranggotakan 2 orang, yaitu 1 Komisaris
Independen sebagai ketua dan 1 pihak independen yang ahli dalam bidang
keuangan dan/atau manajemen risiko sebagai anggota. Apabila tidak ada
Komite Pemantau Risiko dalam perusahaan, fungsi manajemen risiko
perusahaan dapat dijalankan oleh Komite Audit.
Komite-Komite Lainnya:
• Selain ketiga komite di atas, Dewan Komisaris juga dapat membentuk komite-
komite lain seperti Komite Kebijakan Corporate Governance dan Komite
Pengembangan Usaha.
• Komite Kebijakan Corporate Governance:
• Bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji kebijakan good
corporate governance (GCG) yang disusun oleh Dewan Direksi serta
mengevaluasi penerapannya, termasuk untuk bidang etika bisnis dan tanggung
jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility).
• Komite Pengembangan Usaha:
• Bertugas untuk melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap realisasi
rencana bisnis dan pengembangan bisnis perusahaan. Komite ini umum
ditemukan dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No.
PER-10/MBU/2012.
Pengungkapan dan transparansi pengendalian internal:
• Prinsip transparansi mengharuskan informasi tersedia dan dapat langsung diakses oleh pihak-
pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Prinsip pengungkapan dan transparansi
menyatakan bahwa perusahaan harus mengungkapkan semua informasi material mengenai
perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Beberapa informasi material tersebut antara lain:
 Kondisi keuangan perusahaan
 struktur kepemilikan
 Transaksi dengan pihak berelasi
 Tata kelola perusahaan
• Prinsip ini terutama berguna bagi pihak pengguna informasi eksternal karena pihak eksternal
mempunyai keterbatasan akses informasi sebagaimana yang dimiliki pihak internal (manajemen
atau pemegang saham pengendali).
• Adanya pengungkapan yang transparan akan mengurangi ketidak-seimbangan informasi,
sehingga kemungkinan terjadinya tindakan yang dapat merugikan pihak di luar perusahaan.
Pengungkapan yang transparan juga sangat penting untuk pengawasan perusahaan dan bagi
pemegang saham untuk melaksanakan hak-hak pemegang sahamnya berdasarkan informasi yang
memadai.
Adobe Acrobat
Document

Anda mungkin juga menyukai