Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAt

“BAB XII : KOMITE-KOMITE DIBAWAH DEWAN KOMISARIS”

DISUSUN OLEH:

Kelompok 3
Audi Ghea Nabilla (12030121220072)
Janu Anestiyo (12030121220052)
Sri Lestari (12030121220058)

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAK)


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut prinsip CG OECD VI.E 1 dan 2, Dewan dapat mempertimbangkan untuk
membentuk komite khusus untuk membantu dewan dalam melaksanakan tugas-tugas dimana
terdapat potensi benturan kepentingan. Contoh dari tanggungjawab tersebut adalah
memastikan integritas laporan keuangan dan non keuangan, penelaahan transaksi dengan
pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, nominasi anggota dewan dan eksekutif
kunci, serta remunerasi dewan. Apabila komite-komite di bawah dewan komisaris tersebut
telah terbentuk, mandat, komposisi dan prosedur kerja mereka harus ditentukan dengan baik
dan diungkapkan oleh Dewan.
Pada dasarnya dewan komisari memengang peranan penting dalam menentukan
strategi yang telah dibuat, selain itu dewan komisari juga memiliki peranan penting dalam
mengelolah perusahaan, memastika semua prosedur yang ada diperusahaan telah dijalankan
sepenuhnya dan memastikan bahwa laporan keuangan ataupun akuntanbilitas telah
dilaksanakan degan baik.
Pada penerapannya terjadi anggota Dewan Komisaris tidak dapat atau bahkan tidak
menjalankan peran pengawasannya yang sangat mendasar terhadap Dewan Direksi. Dewan
Komisaris seringkali dianggap tidak memiliki manfaat, hal ini dapat dilihat dalam fakta,
bahwa banyak anggota Dewan Komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat
menunjukkan independensinya. Dalam banyak kasus, Dewan Komisaris juga gagal untuk
mewakili kepentinganpara pemegang saham independen.
Oleh karena itu, diperlukan pengawasan yang lebih detail mengenai peran dari dewan
komisaris. Sehingga pemisahan terhadap kinerj, wewenang dewan komisaris dapat digunakan
sepenuhnya untuk kepentingan perusahaan, bukan kepentingan peribadi. keberadaan komite
audit dalam meningkatkan kinerja perusahaan, terutama dari aspek pengendalian, maka
komite audit perlu mendapatkan perhatian dari manajemen dan dewan komisaris serta pihak-
pihak terkait yang bertindak sebagai regulator.
1.2 Manfaat Keberadaan Komite Audit
Dalam lampiran surat keputusan dewan direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. Kep-
315/BEJ/06/200 poin 2f disebutkan bahwa “komite audit adalah komite yang dibentuk oleh
dewan komisaris perusahaan tercatat yang anggotanya diangkat dandiberhentikan oleh dewan
komisaris perusahaan tercatat untuk membantu dewan komisaris perusahaan tercatat
melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi
direksi dalam pengelolaan perusahaan tercatat. Said, et al (2008) mengungkapkan bahwa
tujuan utama dari pembentukan komite audit dalam perusahaanadalah untuk meningkatkan
efektifitas, akuntabilitas, transparansi dan obyektititas dewankomisaris dan dewan direksi.
Komite audit banyak memberikan manfaat lain bagi perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Memperbaiki kualitas pelaporan keuangan.
2. Memungkinkan dewan komisaris untuk memberikan penilaian yang independen atas
kinerjakeuangan perusahaan.
3. Memperkuat posisi auditor eksternal dalam memberikan rekomendasi perbaikan.
4. Memperkuat independensi dan obyektititas auditor internal.
5. Meningkatkan keyakinan public khususnya investor terhadap perusahaan.
6. Mengurangi peluang terjadinya kecurangan (fraud) dalam perusahaan.
Manfaat komite audit juga dikaji berdasarkan tugas dan tanggung jawab dewan
komisaris sangat besar dan berat. Maka dalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris
dapat membentuk komite untuk membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang
dikeluarkan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menyatakan bahwa ada
beberapa komite yang dapat dibentuk antara lain Komite Audit, Komite Nominasi dan
Remunerasi, Komite Kebijakan Risiko, dan Komite Kebijakan Corporate governance.
Komite ini bertugas memberikan usulan dan masukan kepada Dewan Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER 01/MBU/2011, yang menyatakan bahwa
organ pendukung dewan komisaris terdiri dari Komite Audit, sekretariat Dewan
Komisaris d Komite lainnya (Komite Pemantau Manajemen Risiko, Komite Nominasi
dan Remunerasi, dan Komite Pengembangan Usaha). Sekretariat Dewan Komisaris dan
Komite lainnya tidak wajib ada, hanya jika diperlukan. Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum
menetapkan aturan yang lebih dimana Dewan Komisaris wajib ketat membentuk paling
kurang Komite Audit, Komite Pemantau Risiko serta Komite Remunerasi dan Nominasi
(Komite Remunerasi dan Komite Nominasi dapat terpisah ataupun tidak terpisah). Menurut
UU PT Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Dewan Komisaris dapat
membentuk komite untuk membantu menjalankan tugas pengawasan. Seorang atau lebih
anggota komite ini adalah anggota Dewan Komisaris Komite ini dipilih dan bertanggung
jawab kepada Dewan Komisaris. Yang dimaksud dengan "komite dalam UU PT ini antara
lain Komite Audit, Komite Remunerasi, dan Komite Nominasi. Komite Audit Komite
Audit adalah Komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu Dewan
Komisari dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap kinerja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dewan Komisaris


2.1.1 Pengertian Dewan Komisaris
Dewan Komisaris ditunjuk oleh RUPS dan di dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas dijabarkan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dari dewan komisaris.
Dewan Komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan secara
umum dan/ atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberikan nasihat kepada
Direksi.

2.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris


Tugas utama Dewan Komisaris adalah Komisaris wajib melakukan pengawasan
terhadap kebijakan Direksi dalam menjalankan perseroan serta memberi nasihat keapada
Direksi. Fungsi pengawasan dapat dilakukan oleh masing-masing Anggota Dewan Komisaris
namun keputusan pemberian nasihat dilakukan atas nama Komisaris secara Kolektif (sebagai
Board). Fungsi pengawasan adalah proses yang berkelanjutan. Oleh karena itu, Komisaris
wajib berkomitmen tinggi untuk menyediakan waktu dan melaksanakan seluruh tugas
komisaris secara bertanggungjawab berdasarkan kepada kepentingan Perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan. Pelaksanaan tugas tersebut diantaranya adalah :
a) Pelaksanaan rapat secara berkala satu bulan sekali.
b) Pemberian nasihat, tanggapan dan/atau persetujuan secara tepat waktu dan
berdasarkan pertimbangan yang memadai.
c) Pemberdayaan komite-komite yang dimiliki Komisaris.
d) Mendorong terlaksananya implementasi Good Corporate Governance.

2.1.3 Pertanggungjawaban Dewan Komisaris


Dalam menjalankan tugasnya Dewan Komisaris memiliki pertanggung jawaban yang
harus dilaksanakannya, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menjadi sebuah alat penelaahan. Tanpa adanya alat tersebut, manajemen
puncak tidak memiliki cara untuk mengontrol dirinya sendiri.
2. Untuk mengganti manajemen puncak ketika ia gagal menunjukan kinerjanya. Sebuah
dewan yang memiliki kemampuan untuk mengganti manajemen puncak yang tidak
mampu menunjukan kinerja berarti benar-benar berkuasa.
3. Untuk menjadi alat hubungan kemasyarakatan dan hubungan umum. Dewan
membutuhkan akses yang langsung dan mudah ke masyarakat umum dan pihak yang
berkepentingan.
4. Untuk mengembangkan kebijakan dan mengimplementasikan prosedur-prosedur yang
diperlukan untuk membatasi konflik kepentingan dan untuk memastikan kepatuhan
terhadap hokum maupun prinsip-prinsip etika di seluruh tingkatan di dalam
perusahaan.
5. Untuk memastikan tesedianya program-program kepatuhan perusahaan.
6. Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris dalam
melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh Direksi dan
kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat
kepailitan tersebut, setiap anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut
bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi.
7. Tanggung jawab berlaku juga bagi anggota Dewan Komisaris yang sudah tidak
menjabat 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
8. Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas kepailitan
Perseroan apabila dapat membuktikan:
a) Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya.
b) Telah melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian
untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
c) Tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung
atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan kepailitan.
d) Telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya pailit.

2.1.4 Kewajiban Dewan Komisaris


Kewajiban-kewajiban Dewan Komisaris yang harus dilaksanakan, yaitu :
1. Dewan Komisaris berkewajiban mengawasi kebijakan Direksi dalam menjalankan
Perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi.
2. Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan
tugas untuk kepentingan dan usaha Perseroan.
3. Komisaris wajib melapor kepada Perseroan tentang kepemilikan sahamnya dan/ atau
beserta keluarga atas sama Perseroan dan saham di Perseroan lainnya.
4. Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinan rapat.
5. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan.
2.2 Komite Audit
2.1.1 Pengertian Komite Audit
Berdasarkan kerangka dasar hukum di Indonesia perusahaan-perusahaan publik
diwajibkan untuk membentuk Komite Audit. Komite audit tersebut dibentuk oleh dewan
komisaris. Oleh karena itu, semua perusahaan manufaktur publik merupakan perusahaan
milik masyarakat luas. Bahkan, perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam aktivitas sehari-
hari di luar Bursa Efek juga terkena kewajiban untuk membentuk komite audit yang salah
satu tugasnya berkaitan dengan audit eksternal berhubungan dengan audit internal dan
pengendalian internal. Ketentuan dan peraturan mengenai Komite Audit diantaranya :
1. Surat Edaran Bapepam No.SE-03/PM/2000, tentang pelaksanaan pembentukan
Komite Audit bagi perusahaan yang go public.
2. Keputusan Direksi BEJ No.Kep-339/BEJ/07-2001, mengatur mengenai Komite Audit
dalam jumlah dan kualifikasi keanggotaan.
3. Surat Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-412/PM/2003, tentang pedoman
Pembentukan Komite Audit.
4. Kep-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan BUMN mempunyai Komite Audit.
5. Peraturan No.IX.1.5 tentang pembentukan dan pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No.29/PM/2004 dan No. Kep-
643/BL/2012 tentang Komite Audit dan keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.
Kep-305/BEJ/07-2004.
Menurut buku Modul Etika Profesi dan Tata Korporat, IAI (2015) pengertian Komite
Audit adalah: komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu Dewan
Komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap kinerja Direksi Dan Tim
Manajemen sesuai dengan prinsip GCG. Sedangkan Menurut Hiro Tugiman (1995),
pengertian Komite Audit adalah: “Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh
kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan
tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan Komisaris perusahaan klien yang
bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari
manajemen.”
Fungsi utama dari keberadaan komite audit dalam perusahaan adalah membantu
dewan komisaris dalam melaksanakan tanggung jawab untuk mereview informasi keuangan
yang disediakan untuk pemegang saham maupun pihak lain, menilai sistem pengendalian
internal serta proses audit eksternal. Berkaitan dengan fungsi komite audit tersebut ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu (SET, 1999):
(1) Komite audit ditugaskan dan disetujui oleh dewan komisaris. Fungsinya harus
sesuai dengan ukuran bisnis, kompleksitas bisnis, jenis industri dan struktur
organisasi.
(2) Fungsi komite audit dinyatakan secara jelas dalam term of reference dan
diungkapkan kepada seluruh pemegang saham.
(3) Fungsi komite audit di-review dan di-update secara periodik.
(4) Komite audit harus melaporkan setiap perubahan fungsi komite audit.
(5) Komite audit mempunyai lingkup aktivitas antara lain:
 Meninjau kecukupan, kredibilitas dan obyektivitas laporan keuangan
dengan berkoordinasi dengan auditor eksternal, sedangkan manajemen
bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan keuangan baik secara
kuartal maupun tahunan.
 Meninjau kesesuaian dan efektivitas struktur pengendalian internal
perusahaan dan fungsi audit internal.
 Meninjau kepatuhan perusahaan terhadap segala undang-undang yang
berlaku.
 Memberikan saran dan pertimbangan untuk menentukan auditor eksternal
termasuk dalam menentukan audit fee berdasarkan kemampuan
professional auditor eksternal tersebut.
 Menilai kesesuaian semua transaksi yang berhubungan atau
pengungkapan dari permasalahan kepentingan.
 Melaksanakan penugasan-penugasan lain yang telah ditetapkan.
 Melaporkan aktivitas komite audit dalam laporan tahunan perusahaan dan
harus disetujui oleh ketua komite audit.
Laporan aktivitas komite audit tersebut berisi informasi tentang:
 Pendapat atas proses pelaporan keuangan perusahaan dan pengungkapan informasi
keuangan yang harus benar, lengkap dan kredible.
 Pendapat tentang kecukupan struktur pengendalian intern perusahaan.
 Pernyataan akan kesesuaian auditor perusahaan yang akan ditunjuk kembali.
 Pendapat atas kepatuhan perusahaan dengan undang-undang yang berlaku.
 Informasi lain yang kemungkinan menjadi bahan pertimbangan pemegang saham
maupun investor secara umum.
Pada umumnya komite audit terdiri atas tiga orang dan sebanyakbanyaknya lima
orang anggota yang merupakan pihak independen (IICG 2000). Jumlah anggota komite audit
ini pada dasarnya dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan berkaitan dengan ukuran
perusahaan serta fungsi dan tanggungjawab yang dibebankan kepada komite audit. Berkaitan
dengan masalah ini terdapat beberapa hal yang merupakan ciri-ciri dari komite audit, yaitu
(Sheridan dan Kendall, undated: 191):
(a) Mereka adalah komite-komite dari majelis penyelia dan bertanggung jawab
terhadapnya.
(b) Pekerjaan mereka adalah meninjau laporan keuangan dan keefektifan kontrol
internal, termasuk kontrol terhadap operasional perbendaharaan.
(c) Mereka dapat memiliki pengaruh penting pada penyajian laporan keuangan
kepada dunia luar dan memastikan adanya pelaporan yang berkualitas.
(d) Mereka dapat memperoleh pokok informasi apapun yang mereka butuhkan dari
bagian manapun dalam perusahaan.
(e) Jumlah rapat yang diadakan selama setahun beragam menurut keadaan.
(f) Komite ini melapor kepada majelis penyelia
(a) Komite audit memegang peranan penting dalam meningkatkan akuntabilitas
perusahaan kepada pemegang saham serta dalam menyeimbangkan hubungan
auditor dengan manajemen.
Namun, Kirk (2000) mengungkapkan bahwa komite audit tidak akan dapat berfungsi
secara efektif tanpa anggota yang kompeten, independen dan aktif. Efektivitas komite audit
juga ditentukan oleh kejelasan tentang komposisi, kualifikasi, tugas, maupun fungsi dan
tanggung jawabnya. Dan kualifikasi anggota komite audit faktor yang sangat penting dalam
pelaksanaan fungsi komite audit adalah independensi. Independensi merupakan faktor kritis
yang menentukan terlaksananya keseluruhan peran komite audit secara obyektif serta
pencapaian manajemen yang accountable bagi pemegang saham. Dari beberapa penelitian
sebelumnya ditemukan bahwa dengan tingkat independensi yang tinggi maka akan
memberikan dua manfaat penting, yaitu tingkat pengawasan yang tinggi dan rendahnya
tingkat kecurangan laporan keuangan (NYSE, 2001). Di samping itu, independensi komite
audit pun harus didukung dengan kemampuan lain,yang akan bermanfaat dalam proses
pelaksanaan fungsi komite audit. Hal ini mendukung apa yang diungkapkan oleh Said et.al.
(2000) bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan keanggotaan
komite audit, yaitu:
a) Independensi, untuk menjaga agar komite audit tetap independen terhadap
manaiemen dan memiliki kredibilitas di rnata publik dan pemegang saham.
b) Koinpetensi, yaitu berkaitan dengan adanya pemahaman yang memadai yang
harus dimiliki oleh anggota komite audit termasuk atribut-atribut yang
mendukung pelaksanaan tugasnya, yaitu sifat tidak mudah percaya (suspicious
mind), memiliki rasa ingin tahu (inquisite mind), dapat berpikir logis (logical
mind) dan memiliki kemampuan untuk menganalisis masalah (analitical ability.
c) Komitmen, yaitu kesadaran akan tanggung jawab legal dan professional
mereka sarna dengan manajer yang mengelola tugas-tugas eksekutif dalarn
perusahaan.
d) Kompensasi. Anggota komite audit harus didukung dengan paket kompensasi
yang memadai untuk menjaga independensi, obyektivitas dan mutu pekerjaan
mereka.
Dalam pelaksanaan aktivitasnya, komite audit harus berdasarkan pada tugas-tugas
yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas-tugas komite audit, dapat dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu (Tugiman 1995): Terhadap proses pemeriksaan yang merupakan tanggung
jawab tertinggi dan komite audit, antara lain:
a) Meyakini bahwa semua temuan atau rekomendasi dari auditor telah ditanggapi dan
ditindaklanjuti oleh manajemen dengan persetujuan/ pemberitahuan kepada auditor.
b) Melakukan penelaahan dan pengujian bersama-sama dengan auditor terhadap hasil
pemeriksaan.
c) Melakukan penelaahan terhadap audit program dari auditor eksternal.
d) Membahas ruang lingkup pemeriksaan setelah berkonsultasi dengan auditor.
e) Melakukan penelaahan atas efektivitas dari external auditor.

2.2.2 Pembentukan Komite Audit


Perusahaan publik maupun BUMN membentuk Komite Audit karena ingin
membangun perusahaan yang Akuntabilitas dan Transparan. Berdasarkan Surat Keputusan
Ketua Bapepam Nomor: KEP-41/PM/2003, menyatakan:
1. Emiten atau perusahaan publik wajib memiliki komite audit.
2. Emiten atau perusahaan publik wajib memiliki pedoman kerja komite audit (audit
committee charter).
3. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris.
4. Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan
sekurang-kurangnya 2 orang anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan
publik.
Berdasarkan keputusan tersebut komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara
independen, independensin komite audit tidak dapat dipisahkan moralitas yang melandasi
integritasnya. Hal ini perlu disadari karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani
antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi
pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor.

2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit


Tugas pokok dari Komite Audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan Komisaris
dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama
berkaitan review pengendalian internal memastikan laporan keuangan, dan meningkatkan
efektivitas Laporan keuangan merupakan kualitas diverifikasi oleh eksternal auditor. Dalam
pola hubungan produk dari manajemen yang kemudian sebagai tersebut, dapat dikatakan
bahwa Komite berfungsi jembatan penghubung antara perusahaan dengan eksternal auditor.
Tugas komite audit juga erat kaitannya dengan penelaahan terhadap risiko yang dihadapi
perusahaan, dan juga ketaatan terhadap peraturan. Menurut lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor Kep-643/BLI2012 halaman 3, tugas dan tanggung jawab Komite Audit
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Emiten atau
Perusahaan Publik kepada publik dan/ atau pihak otoritas antara lain laporan
keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan Emiten
atau Perusahaan Publik.
2. Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik.
3. Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara
manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya.
4. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai penunjukan Akuntan
yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan fee.
5. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan
mengawasi pelaksaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor internal.
6. Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen risiko yang
dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi
pemantau risiko di bawah Dewan Komisaris.
7. Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan
keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
8. Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait dengan adanya
potensi benturan kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik, dan
9. Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Emiten atau Perusahaan Publik.
Menurut Razaee (2009) Tanggung Jawab Komite Audit dapat dikelompokkan menjadi
8 hal yaitu fungsi Tata Kelola, Pengendalian Internal, Pelaporan Keuangan, Aktivitas Audit,
Penegakan Kode Etik. Program Whistle Blower, Manajemen Risiko Dan Fraud Laporan
Keuangan. Perbedaannya dengan aturan OJK adalah bahwa menurut Razaee (2009) dan
section 201 dan 201 SOx Komite Audit memiliki tanggung jawab untuk menunjuk akuntan
publik, sementara menurut aturan OJK Komite Audit hanya bertanggung jawab memberi
rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai penunjukan Akuntan Publik. Komite
Audit juga bertanggung jawab dalam mengawasi penegakan kode etik di perusahaan untuk
memastikan bahwa kebijakan "tone at the top" yang tepat telah diimplementasikan di
perusahaan, mengawasi pembentukan dan penegakan whistle blower program yang sesuai
dengan SOX dan memantau agar tidak terjadi fraud pada laporan keuangan. Tugas tersebut
tidak disebutkan dalam aturan OJK (Razaee, 2009).

2.2.4 Kualifikasi Komite Audit


Menurut lampiran keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-643/BL/2012 halaman 2,
persyaratan sebagai:
1. Wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
2. Wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya yang terkait
dengan layanan jasa atau kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik, proses audit,
manajemen risiko, dan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal serta
peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
3. Wajib memiliki kode etik Komite Audit yang ditetapkan oleh Emiten atau perusahaan
Publik.
4. Bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus melalui pendidikan dan
pelatihan.
5. Wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakang pendidikan dan
keahlian di bidang akuntansi dan / atau keuangan.
6. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Hukum,
Kantor Jasa Penilai Publik atau pihak lain yang memberi jasa assurance, jasa non-
assurance, jasa penilai dan/ atau jasa konsultasi lain kepada Emiten atau Perusahaan
Publik yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir.
7. Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan
Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir kecuali
Komisaris Independen.
8. Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau
Perusahaan Publik; i. Dalam hal anggota Komite Audit memperoleh saham Emiten
atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung akibat suatu peristiwa
hukum, maka saham tersebut wajib dialihkan kepada pihak lain dalam jangka waktu
paling lama 6 (enam) bulan setelah diperolehnya saham tersebut.
9. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Dewan Komisaris, anggota
Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik tersebut, dan
10. Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tersebut.
Dalam Razaee (2009), juga dikatakan bahwa minimal harus ada satu anggota Komite
Audit yang memiliki financial expert, dan selanjutnya Razaee (2009) menjelaskan kriteria
financial expert yaitu: seorang yang memahami standar akuntansi yang berlaku, memahami
mengenai estimasi, akrual dan cadangan, berpengalaman dalam membuat, mengaudit
menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan yang memiliki isu akuntansi yang dalam
dan kompleks dan memahami pengendalian internal serta prosedur pelaporan keuangan dan
memahami fungsi Komite Audit. Dalam aturan OJK tidak mendefinisikan bagaimana
karakteristik dari komite audit yang memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian di
bidang akuntansi dan/atau keuangan. Berdasarkan aturan SEC, seseorang harus memperoleh
atribut financial expert melalui pendidikan dan atau pengalaman sebagai principal financial
officer principal accounting officer controller public accountant, auditor atau pengalaman
lain dalam fungsi yangsama. Komisaris perusahaan harus menerapkan definisi SEC tersebut
dan mempertimbangkan pengalaman dan pengetahuan anggota Komite Audit untuk
menentukan mana komite audit yang memenuhi persyaratan sebagai financial expert. Jika
tidak ada yang memenuhi kriteria, Dewan Komisaris harus merekrut paling tidak satu orang
yang memenuhi kualifikasi tersebut. Perusahaan juga harus mengungkapkan nama Komite
Audit yang memiliki financial expert dan apakah yang bersangkutan independen dari
manajemen. Jika tidak independen, perusahaan harus mengungkapkan bahwa di perusahaan
tidak memiliki financial expert yang independen dan jelaskan alasannya.
Aturan OJK menyatakan bahwa minimal satu anggota Komite Audit memiliki latar
belakang pendidikan dan keahlian dibidang akuntansi dan/ keuangan.

2.2.5 Komposisi Komite Audit


Komposisi Komite Audit Menurut Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-643/Bl/2012 Tentang Pembentukan dan Pedoman
Pelaksanaan Kerja Komite Audit,komite audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang
anggota yang terdiri dari Komisaris Independen dan pihak dari luar Emiten atau Perusahaan
Publik. Minimal satu anggota komite audit harus memiliki latar belakang pendidikan dan
keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan. Ketentuan ini hampir sama dengan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance untuk Bank Umum, dimana Anggota Komite Audit paling sedikit terdiri dari 3
orang, namun dalam Peraturan Bank Indonesia disebutkan bahwa 3 itu terdiri dari seorang
komisaris independen, seorang dari pihak independen yang memiliki keahlian di bidang
keuangan atau akuntansi dan seorang dari pihak independen yang memiliki keahlian di
bidang hukum atau perbankan. Ketua Komite Audit harus berasal dari komisaris independen
karena Komite Audit harus bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan
Komisaris. Masa tugas anggota Komite Audit tidak boleh lebih lama dari masa jabatan
Dewan Komisaris dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu periode berikutnya. Menurut
(2009), reformasi CG setelah SOX telah meningkatkan persyaratan komposisi Komite Audit
secara signifikan dimana seluruh anggota Komite Audit independen dan financial literate,
minimal satu orang anggota adalah financial expert dan memiliki daya yang sumber dan
otoritas memadai. Ukuran Komite Audit berkisar antara 3 sampai 6 orang dan harus yang
dapat dilihat dari
1. Independen tidak menerima kompensasi selain yang sudah ditentukan
2. Tidak memberikan jasa penasehat dan konsultasi kepada perusahaan dimana dia
menjadi komite audit atau afiliasinya atau bisnis terkait.
3. Tidak menjadi pegawai perusahaan atau afiliasinya dalam 5 tahun terakhir, dst.

2.2.6 Wewenang Komite


Audit
Wewenang Komite Audit Menurut Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-
643/BL/2012, dalam melaksanakan tugasnya Komite Audit mempunvai wewenang sebagai
berikut:
1. Mengakses dokumen, data, dan informasi Emiten atau Perusahaan Publik tentang
karyawan, dana, asset, dan sumber daya perusahaan yang diperlukan.
2. Berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk Direksi dan pihak yang
menjalankan fungsi audit internal, manajemen risiko, dan Akuntan terkait tugas dan
tanggung jawab Komite Audit.
3. Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit yang diperlukan untuk
membantu pelaksanaan tugasnya (jika diperlukan); dan
4. Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris.
Wewenang komite audit dapat lebih luas lagi karena meningkatnya tanggung jawab
yang diberikan kepada Komite Audit. Jika diperlukan, Komite Audit dapat melibatkan
penasehat luar dan perusahaan harus menyediakan dana yang dibutuhkan untuk membayar
penasihat tersebut. Dalam kondisi tertentu dimana ada kemungkinan fraud atas laporan
keuangan yang melibatkan manajemen atau auditor, Komite Audit dapat meminta
accounting advisor atau forensic investigator (Razaee, 2009).

2.2.7 Akuntabilitas Komite Audit


Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-643/BL/2012 menyatakan
bahwa:
1. Komite Audit harus mengadakan rapat secara berkala paling kurang satu kali dalam 3
(tiga) bulan (4 kali dalam setahun).
2. Rapat Komite Audit hanya dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2
(satu per dua) jumlah anggota.
3. Keputusan diambil dalam rapat harus berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
4. Komite Audit harus mengadakan pertemuan paling tidak 4 kali dalam setahun untuk
mereviu laporan keuangan kuartalan perusahaan dan untuk membahas masalah
penting.
Frekuensi rapat Komite Audit dan bagaimana partisipasi anggota Komite
Audit dalam rapat tersebut tergantung pada sejauh mana keterlibatan Komite Audit
dalam fungsi pengawasan lainnya. Kualitas dan kuantitas rapat memiliki dampak
signifikan terhadap efektifitas komite audit dalam melaksanakan tugas pemantauan.
Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-643/BL/2012 menyatakan bahwa:
Rapat Komite Audit dituangkan dalam risalah rapat, termasuk apabila terdapat
perbedaan pendapat (dissenting opinions), yang ditandatangani oleh seluruh anggota
Komite Audit yang hadir dan disampaikan kepada Dewan Komisaris Komite Audit
wajib membuat laporan kepada Dewan Komisaris atas setiap penugasan yang
diberikan Komite Audit wajib membuat laporan tahunan pelaksanaan kegiatan
Komite Audit yang diungkapkan dalam Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan
Publik.
Komite Audit harus membuat agenda tertulis dengan baik atas setiap rapat
yang dilakukannya yang berisi:
1. Hasil rapat sebelumnya.
2. Telaah atas laporan keuangan dan laporan audit pada periode tersebut.
3. Telaah atas manajemen periode tersebut, identifikasi kelemahan internal control,
respon manajemen atas kelemahan material tersebut,
4. Telaah atas program whistle blower.
5. Telaah atas program manajemen resiko perusahaan.
6. Telaah atas internal auditor, eksternal auditor, rencana audit, ruang lingkup dan
temuan audit.
Ada tiga jenis laporan komite audit yaitu: 1). Laporan reguler (minutes of
meetings) kepada dewan komisaris yang berisi agenda, aktivitas, hasil musyawarah
dan rekomendasi komite audit; 2). Laporan tahunan resmi kepada dewan komisaris
yang berisi ringkasan wewenang, tugas, tanggung jawab pemantauan, sumber
pendanaan, kinerja, rekomendasi, dan hasil musyawarah tahun lalu dan agenda untuk
tahun depan; 3). Laporan tahunan resmi kepada pemegang saham yang menyatakan
disajikan bahwa laporan keuangan telah sesuai standar akuntansi, Komite Audit telah
mengadopsi piagam, Komite Audit telah meninjau laporan keuangan yang telah
diaudit bersama dengan manajemen, Komite Audit telah berdiskusi dengan eksternal
audit mengenai masalah yang perlu mendapat perhatian.
Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-643/ 2 juga diatur bahwa emiten atau
Perusahaan Publik wajib menyampaikan kepada Bapepam dan LK informasi
mengenai:
1. Pengangkatan dan pemberhentian Komite Audit dalam jangka waktu paling
lama 2 (dua) hari kerja setelah pengangkatan atau pemberhentian. Informasi
mengenai pengangkatan dan pemberhentian tersebut wajib dimuat dalam
laman bursa dan/atau laman (website) Emiten atau Perusahaan Publik.
2. Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki piagam Komite Audit (audit
committee chart yang memuat paling tidak mengenai tugas dan tanggung
jawab serta wewenang, komposisi, struktur, dan persyaratan keanggotaan, tata
cara dan prosedur kerja, kebijakan penyelenggaraan rapat, sistem pelaporan
kegiatan, ketentuan mengenai penanganan pengaduan atau pelaporan
sehubungan dugaan pelanggaran terkait pelaporan keuangan dan masa tugas
Komite Audit Piagam Komite Audit (audit committee charter) ini wajib
dimuat dalam laman (website) Emiten atau Perusahaan Publik.

2.2.8 Komite Lainya


Komite yang dapat dibentuk oleh Dewan Komisaris, antara lain Komite Kompensasi
(remunerasi), Komite Nominasi, Komite Kebijakan Corporate Governance. Komite
Kompensasi (Remunerasi) dibentuk dengan tujuan untuk membuat rencana kompensasi dan
manfaat bagi para komisaris, direktur, dan eksekutif senior perusahaan. Komite ini perlu
dibuat agar ada pihak yang independen dan kompeten dalam membuat sistem remunerasi
yang dapat memotifasi kinerja optimal dari anggota Dewan Komisaris Direksi dan eksekutif
perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai pemegang saham.
Komite Corporate Governance dibentuk untuk mengembangkan dan memonitor
prinsip tata kelola perusahaan, termasuk peran dan tanggung jawab Direksi, Dewan
Komisaris dan pegawai perusahaan. Komite ini harus menjamin adanya pembagian
kekuasaan yang tepat antara pemegang saham, Dewan Komisaris dan Direksi. Komite ini
bertugas membuat deskripsi tugas dari masing masing pihak. Komite Nominasi dibentuk
untuk melakukan evaluasi dan nominasi atas anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang
baru. Komite ini juga memfasilitasi proses pemilihan Komisaris dan Direktur oleh pemegang
saham. Proses nominasi yang efektif dapat menghasilkan Komisaris dan Direktur yang
memiliki kualifikasi untuk menjalankan tugasnya dan mengurangi kemungkinan terpilihnya
anggota dewan yang dida yang pada aspek lainnya selain kualifikasi. Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia dikeluarkan Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG), 2006, menyatakan bahwa ada beberapa komite yang dapat dibentuk yaitu Komite
Audit, Komite Nominasi dan Remunerasi, Komite Kebijakan Risiko, Komite Kebijakan
Corporate Governance.

2.2.9 Komite Nominasi dan Remunerasi


Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris dalam
menetapkan kriteria pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta sistem
remunerasinya. Komite Nominasi dan Remunerasi juga bertugas membantu Dewan
Komisaris mempersiapkan calon anggota Dewan dan Direksi dan mengusulkan besaran
remunerasinya. Dewan Komisaris dapat mengajukan calon tersebut dan remunerasinya untuk
memperoleh keputusan RUPS dengan cara sesuai ketentuan Anggaran Dasar. Bagi
perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah,
perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau
jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas
terhadap kelestarian lingkungan, Komite Nominasi dan Remunerasi diketuai oleh Komisaris
Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar
perusahaan. Keberadaan Komite Nominasi dan Remunerasi serta tata kerjanya dilaporkan
dalam RUPS.
a) Komite Remunerasi
Komite remunerasi atau di Amerika Serikat disebut compensation committee,
bertugas untuk menentukan besaran kompensasi atau gaji dan bonus bagi direksi dan
komisaris. Agar dapat bekerja secara efektif dan objektif, maka komite ini harus hanya
beranggotakan direktur independen. Selain itu, komite ini harus mempekerjakan
penasihat/advisor dari pihak eksternal yang langsung melapor kepada komite kompensasi.
Penasihat ini digaji langsung oleh komite remunerasi untuk menjaga objektivitas dan
independeninya dari pihak manajemen.
Untuk memastikan efektvitas komite remunerasi, Council of Institutional Investor
(CII) merekomendasikan beberapa prinsip. Prinsip tersebut terkait dengan struktur, tanggung
jawab dan proksi pengungkapan. Struktur komite remunerasi harus terdiri dari komisaris
independen untuk menjaga objektivitas dan independensinya. Dalam hal pengungkapan,
komite remunerasi harus mengungkapkan seluruh aspek dalam kompensasi manajemen
secara menyeluruh dan wajar dalam bahasa yang mudah dipahami agar pemegang saham
dapat memahami bagaimana dan berapa banyak manajemen digaji.
Secara umum tanggung jawab komite remunerasi adalah menentukan besaran gaji atau
kompensasi yang diterima direksi maupun komisaris. Tanggung jawab komite remunerasi
yang lebih rinci diuraikan oleh CII sebagai berikut:
1) Mengembangkan, menyetujui, memantau, dan mengungkapkan gaji eksekutif
perusahaan, mempertimbangkan berbagai komponen pembayaran, bauran dari kas dan
penghargaan ekuitas, dan hubungan eksekutif untuk membayar kompensasi karyawan
lain.
2) Mengawasi semua aspek kompensasi eksekutif bagi para eksekutif puncak, untuk
memastikan adil, tidak diskriminatif, bermanfaat, dan memandang ke depan.
3) Pelaksana pembayaran untuk kinerja kompensasi eksekutif didorong terutama oleh
kinerja dan penghargaan atas kinerja yang superior.
4) Meninjau kinerja individu setiap tahunnya dalam kelompok pengawasan (komisaris)
dan menyetujui bonus mereka, pesangon, penghargaan berbasis ekuitas,
kematian/kecelakaan, pensiun, pemecatan dengan atau tanpa sebab, perubahan
kontrol, dan pengunduran diri.
5) Dengan asumsi akuntabilitas untuk operasi komite, termasuk menghadiri semua
pertemuan pemegang saham tahunan dan khusus, yang tersedia untuk merespon
langsung ke pertanyaan mengenai kompensasi eksekutif, melaporkan kegiatannya
kepada direksi independen dari dewan perusahaan, dan mempersiapkan dan
bertanggung jawab atas laporan komite kompensasi termasuk dalam bahan proksi
tahunan.
6) Bertanggung jawab untuk mempekerjakan, mempertahankan, dan memecat ahli
independen termasuk penasihat hukum, penasihat keuangan, dan konsultan sumber
daya manusia saat negosiasi kontrak dengan para eksekutif.
Peran komite remunerasi sangat penting dalam tata kelola perusahaan. Aturan SEC
mewajibkan perusahaan publik untuk menjelaskan proses dan prosedur komite remunerasi.
Perusahaan harus menjelaskan ruang lingkup dan kewenangan komite remunerasi, sifat dan
tingkat kewenagan yang didelegasikan komite remunerasi kepada pihak lain, serta berbagai
aspek di mana konsultan dan komite bekerja sama untuk merekomendasikan besaran
kompensasi direksi dan komisaris. Apabila perusahaan mempekerjakan akuntan, maka harus
diungkapkan nama masing-masing konsultan, keterlibatan dengan komite nominasi dan sifat,
dan ruang lingkup tugas konsultan.
Untuk memenuhi tugasnya, komite remunerasi harus menyusun prosedur kebijakan
pembayaran dan penghargaan atas kinerja manajemen yang unggul. Terdapat 10 aspek utama
dalam laporan komite remunerasi:
1) Komposisi komite remunerasi, termasuk jumlah anggota, nama anggota, kualifikasi
anggota, dan independensi anggota.
2. Tujuan dan pelaksanaan program kompensasi direktur dan eksekutif, termasuk
kebijakan “say on pay” dari pemegang saham.
3. Kebijakan dan prosedur komite remunerasi.
4. Rincian kompensasi direksi individu dan pegawai lain, termasuk gaji, bonus, saham,
dan opsi saham.
5. Persetujuan oleh pemegang saham atas rencana kompensasi berbasis saham dan biaya
rencana tersebut.
6. Kebijakan dan praktik akuntansi untuk pengakuan atau pengungkapan biaya yang
terkait dengan kompensasi berbasis saham.
7. Sarana menghubungi dewan komisaris perusahaan, terutama anggota komite
remunerasi.
8. Informasi yang relevan tentang konsultan kompensasi independen.
9. Kebijakan perusahaan dalam menarik kembali bonus eksekutif yang disebabkan oleh
laporan keuangan yang menyesatkan yang kemudian disajikan kembali.
10. Prosedur untuk persetujuan rencana opsi saham karyawan dan eksekutif kunci, baik
oleh pemegang saham atau dewan perwakilan komisaris, administrasi rencana
tersebut dan penentuan tanggal hibah mereka oleh komite remunerasi.
Terdapat 12 faktor penentu komite remunerasi yang efektif:
1) Semua perusahaan publik harus memiliki komite remunerasi dewan komisaris
mereka, yang secara langsung bertanggung jawab untuk menentukan tingkat
dan struktur rencana kompensasi yang sesuai untuk eksekutif utama
perusahaan Komite juga dapat mempertimbangkan kompensasi bagi komisaris
perusahaan.
2) Komite remunerasi harus terdiri hanya dari direktur independen yang tidak
berafiliasi dengan dan tidak menerima kompensasi apapun selain fee
pertemuan dewan komisaris dan yang terkait dengan komite.
3) Komite remunerasi harus memiliki sebuah piagam yang menyatakan peran,
tanggung jawab, dan fungsi komite. Piagam tersebut harus disetujui oleh
dewan komisaris dan seluruh sepenuhnya diungkapkan kepada pemegang
saham.
4) Komite remunerasi harus memiliki wewenang dan sumber daya anggaran
untuk menyewa ahli, penasihat, dan konsultan yang dianggap diperlukan
untuk merancang dan menerapkan pengaturan kompensasi eksekutif.
Manajemen tidak harus mengontrol sumber daya anggaran perusahaan, dan
konsultan yang sama tidak harus disewa oleh manajemen.
5) Komite remunerasi harus mengembangkan kompensasi berbass kinerja untuk
eksekutif perusahaan, menetapkan kompensasi eksekutif rencana untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mengevaluasi kinerja eksekutif, dan
merevisi rencana kompensasi yang diperlukan untuk memberikan insentif bagi
kinerja eksekutif tinggi.
6) Komite remunerasi harus memastikan pengungkapan kompensasi eksekutif
yang cukup dan sesuai dengan persyaratan pengungkapan SEC.
7) Komite remunerasi harus memastikan bahwa eksekutif mengembalikan
kompensasi mereka apabila terjadi penyajian kembali hasil keuangan
perusahaan.
8) Komite menetapkan kebijakan kompensasi harus memberikan bauran yang
tepat dari bonus gaji dan kompensasi insentif jangka panjang, termasuk
pengaturan pesangon dan pensiun, yang sepenuhnya diungkapkan kepada dan
disetujui oleh para pemegang saham.
9) Komite harus menetapkan metrik kompensasi berbasis kinerja berdasarkan
tolok ukur kinerja yang tepat seperti nilai tambah ekonomi (EVA), nilai
tambah pemegang saham (SVA), return on equity (ROE), return on assets
(ROA), sisa pendapatan (RI), pendapatan, dan uang tunai pertumbuhan arus
(EKG).
10) Komite remunerasi harus mendorong kepemilikan saham eksekutif dan
mempromosikan kesetaraan berbasis kompensasi (opsi saham, saham
terbatas).
11) Komite remunerasi harus memiliki sebuah piagam yang menyatakan
kebijakan, prosedur, komposisi, otoritas, sumber daya, dan tanggung jawab
serta persyaratan untuk memproduksi laporan tahunan tentang kompensasi
eksekutif untuk dimasukkan dalam proksi pernyataan perusahaan.
12) Komite remunerasi harus memberikan kompensasi dan pengungkapan analisis
dan meminta untuk dimasukkan dalam laporan tahunan perusahaan.
b) Komite Nominasi
Komite nominasi bertugas untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
menominasikan direktur baru pada dewan, dan juga memfasilitasi pemilihan direksi baru oleh
pemegang saham. Komite dapat menggunakan dukungan staf yang diberikan oleh CEO
dalam mengidentifikasi dan merekrut anggota baru dewan direksi perusahaan. Sebuah komite
nominasi yang efektif secara substansial dapat mengurangi peran tradisional dimainkan oleh
direktur utama dalam memilih komisaris baru yang tidak mungkin independen dari
manajemen. Sedangkan di Indonesia menurut Pedoman Umum GCG (KNKG) tahun 2006
menyatakan bahwa komite nominasi dan remunerasi bertugas membantu dewan komisaris
dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota dewan komisaris dan direksi serta sistem
remunerasinya.
Menurut Sarbanes-Oxley Act (SOX), komite nominasi bertanggung jawab untuk:
1. Meninjau kinerja komisaris saat ini.
2. Menilai kebutuhan untuk komisaris baru.
3. Mengidentifikasi dan mengevaluasi keterampilan, latar belakang, keragaman
(jenis kelamin, latar belakang etnis, dan pengalaman), dan pengetahuan calon
komisaris.
4. Memiliki proses nominasi kandidat yang memenuhi syarat objektif.
5. Membantu dalam pemilihan komisaris baru yang berkualitas.
6. Menetapkan kebijakan tata kelola perusahaan (misalnya, kebijakan suara
mayoritas).
7. Berkomunikasi dengan pemegang saham mengenai calon dewan dan
pemegang saham lainnya kekhawatiran dan masalah.
8. Menentukan apakah seluruh dewan komisaris memenuhi persyaratan
independensi yang ditetapkan oleh standar pencatatan dalam hal sebagian
besar direktur (setidaknya dua pertiga) yang independen.

Menurut KNKG di Indonesia, komite nominasi dan remunerasi bertanggung jawab


membantu dewan komisaris mempersiapkan calon anggota dewan komisaris dan direksi dan
mengusulkan besaran remunerasinya. Dewan komisaris dapat mengajukan calon tersebut dan
remunerasinya untuk memperoleh keputusan RUPS dengan cara sesuai ketentuan anggaran
dasar.
Komite nominasi harus memimpin proses penilaian direktur dan pemilihan. Isu-isu
berikut harus dipertimbangkan dalam proses evaluasi termasuk (tetapi tidak terbatas pada hal-
hal berikut):
 Jenis kelamin dan keragaman etnis dalam menciptakan keseimbangan yang tepat
untuk memungkinkan komisaris untuk menghadapi tantangan bisnis saat ini dan masa
depan dan mencerminkan basis pelanggan perusahaan sebagai keunggulan kompetitif.
 Pengalaman diperlukan untuk secara efektif mengoperasikan komite dewan.
 Keahlian yang dibutuhkan di masa depan. Sebagai contoh, jika perusahaan
mengharapkan masa depan merger dan akuisisi, memiliki komisaris dengan
pengetahuan dan latar belakang dalam model penilaian akan sangat membantu.
Tantangan bagi perusahaan di masa depan terkait manajemen risiko perusahaan dan
tanggung jawab sosial dan lingkungan juga memerlukan pertimbangan direksi
berpengetahuan di daerah tersebut.
 Kebijakan dua termin keanggotaan dewan komisaris bagi komisaris non-eksekutif
untuk menjaga independensinya.
 Kombinasi yang tepat atas kualifikasi komisaris dan karakteristik perilaku.
Setelah komite nominasi menyeleksi beberapa kandidat komisaris, kandidat-kandidat
tersebut harus diseleksi lebih lanjut berdasarkan latar belakang, pengetahuan, keahlian,
keragaman, nilai-nilai etika, dan karakter kandidat yang bersangkutan. Kandidat yang lolos
itu kemudian harus memperoleh persetujuan seluruh komisaris sebelum diajukan dalam
pemilihan oleh pemegang saham. Komite nominasi juga harus melakukan wawancara untuk
memastikan bahwa kandidat yang dipilih tidak hanya memiliki kualitas yang baik, tetapi juga
memiliki waktu dan perhatian untuk menjadi anggota dewan komisaris yang efektif dan
kandidat tersebut tidak menjabat terlalu banyak di dewan lain. Apabila kandidat tersebut telah
terpilih dalam RUPS, maka ia akan menjabat selama masa jabatannya kecuali dipecat atau
dipaksa mengundurkan diri, sesuatu yang jarang terjadi.
Pada masa lalu, tidak terdapat batasan masa jabatan dewan komisaris. Dengan demikian,
komisaris incumbent akan selalu terpilih kembali kecuali dipecat atau pensiun, suatu hal yang
jarang terjadi. Namun, pada saat ini, telah diberikan saran untuk memastikan bahwa kandidat
incumbent memadai untuk dipilih kembali:
a) Menetapkan usia pensiun wajib bagi semua komisaris independen, komisaris interal
dan incumbent. Saat ini tidak ada hukum, standar pencatatan, atau persyaratan
eksternal lainnya mandat usia pensiun standar untuk direksi. Dengan demikian,
perusahaan publik, dalam mengikuti praktek tata kelola perusahaan terbaik (misalnya,
pernyataan kebijakan CII), harus memutuskan usia pensiun terbaik bagi komisaris
mereka (mungkin di kisaran 70 sampai 75 tahun).
b) Gunakan evaluasi tahunan dewan sebagai sarana untuk menilai kualifikasi,
pengetahuan, kepercayaan, dan perubahan dalam status komisaris yang ada dan
kelayakan mereka untuk dinominasikan untuk pemilihan kembali.
c) Gunakan batas maksimal untuk pemilihan kembali komisaris incumbent.
d) Perlu sertifikasi tahunan dari komisaris untuk mengungkapkan setiap perubahan
keadaan kerja utama mereka, potensi konflik kepentingan, dan keterlibatan dalam
tindakan ilegal atau perilaku tidak etis yang dapat memalukan bagi perusahaan.
e) Memberikan insentif dan kesempatan bagi direksi untuk mengundurkan diri dari
dewan sebelum pencalonan kembali dan dipilih kembali dalam keadaan ketika mereka
tidak efektif, telah terlibat dalam perilaku tidak etis atau tindakan ilegal, atau terkait
dengan konflik kepentingan.
f) Mendorong pemegang saham, investor institusional khususnya, untuk memasukkan
nominator dewan mereka pada surat suara resmi perusahaan.
g) Mendorong pendidikan tahunan melanjutkan direktur untuk memastikan bahwa
pengetahuan mengenai corporate governance dan finansial tetap diperbarui.

2.2.10 Komite Kebijakan Risiko


Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji
sistem manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat
diambil oleh perusahaan. Anggota Komite Kebijakan Risiko terdiri dari anggota Dewan
Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan.

2.2.11 Komite Kebijakan Corporate Governance


Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu Dewan Komisaris dalam
mengkaji kebijak GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi menilai konsistensi
penerapannya, termasuk yang bertalian dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility). Anggota Komite Kebijakan Corporate
Governance dari anggota Dewan Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk
pelaku profesi dari terdiri Komite Kebijakan luar perusahaan. Bila dipandang Corporate
Governance dapat digabung dengan Komite Nominasi dan Remunerasi.

2.2.11 Komite Komite Menurut Peraturan Mentri BUMN dan Bank Indonesia
Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nonor PER 01
/MBU/2011, organisasi pendukung Dewan Komisaris Dewan Pengawas, terdiri dari Komite
Audit, sekretariat Dewan Komisaris. Dewan Pengawas (jika diperlukan), dan k lainnya (jika
diperlukan). Komite lainnya antara lain Komite Pemantau Manajemen Risiko, Komite
Nominasi dan Remunerasi, dan Komite Pengembangan Usaha. Seorang atau lebih anggota
dari komite tersebut harus berasal dari anggota Dewan Komisaris Dewan Pengawas.
Ketentuan lehih lanjut mengenai sekretariat, komite audit dan komite laimnya diatur dalam
peraturan menteri tersendiri. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Urnum, dalam rangka mendukung
efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk
paling kurang Komite Audit, Komite Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi dan
Nominasi. Dewan Komisaris dapat membentuk Remunerasi dan Komite Nominasi secara
terpisah Komite Pengangkatan anggota komite dilakukan oleh Direksi berdasarkan keputusan
rapat dewan. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa komite yang telah dibentuk
menjalankan tugasnya secara efektif.Komite tersebut wajib menyusun pedoman dan tata
tertib kerja komite.
Komite Audit bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan
pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai
kecukupan pengendalian internal termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan. Dalam
rangka melaksanakan tugas Komite Audit paling kurang melakukan penantauan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Internal: kesesuaian pelaksanaan audit oleh
Kantor Akuntan publik dengan standar audit yang berlaku.kesesuaian laporan keuangan
dengan standar akuntansi yang berlaku pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil
temuan Satuan Kerja Audit Internal, akuntan publik, dan hasil pengawasan Bank Indonesia,
guna memberikam rekomendasi kepada dewan Komisaris, Komite Audit wajib memberikan
rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada
Dewan Komisaris untuk disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang saham.
Komite Pemantau Risiko paling kurang melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara
kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut dan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko,
guna memberikan rekomendasi kepada dewan Komisaris. Komite Remunerasi dan Nominasi
mempunyai tugas dan tanggung jawab paling kurang terkait kebijakan remunerasi dan terkait
dengan komite remuninasi dan nominasi. Terkait dengan kebijakan remunerasi komite
bertugas:
1. Melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi dan
2. Memberikan rekomendasi kepada dewan Komisaris mengenai:
a) Kebijakan remunerasi bagi dewan Komisaris dan Direksi untuk
disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
b) Kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dari pegawai secara
keseluruhan untuk disampaikan kepada Direksi
Terkait dengan kebijakan nominasi, komite ini bertugas:
a) Menyusun dan memberikan rekomendasi mengenai sistem serta
prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota Dewan Komisaris
dan Direksi kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada
Rapat Umum Pemegang Saham: dewan Komisaris untuk disampaikan
kepada Rapat Umum Pemegang Saham Komite
b) Memberikan rekomendasi mengenai pihak Independen yang akan
menjadi anggota kepada Dewan Komisaris. Komite Remunerasi dan
Nominasi wajib memastikan kebijakan nerasi paling kurang sesuai
dengan kinerja keuangan dan pemenuhan cadangan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang undangan yang berlaku; prestasi kerja
individual: kewajaran dengan peer group; dan pertimbangan sasaran
dan strategi jangka panjang Bank.

2.2.13 Peran Profesi Akuntan Profesional dalam Memfasilitasi Tanggung Jawab


Komite
Akuntan profesional akan sangat membantu dalam memfasilitasi tanggung jawab
Komite Audit dan komite lainnya antara lain adalah: efektif tidaknya Komite:
1. Sebagian anggota Komite Audit adalah akuntan profesional, dengan akuntan
profesional Audit antara lain bergantung pada komitmen, independensi dan
kemampuan dalam menjalankan tugas sebagai anggota Komite Audit.
2. Auditor eksternal berkomunikasi secara reguler dan terbuka dengan Komite Audit.
3. Akuntan profesional yang bekerja di unit audit internal memastikan bahwa kerja sama
unit audit internal dengan Komite Audit dilaksanakan dengan standar berlaku dan
praktik terbaik.
4. internal dapat membantu pelaksanaan berbagai tugas Komite Audit seperti dalam
melakukan penelaahan atas laporan keuangan, proyeksi dan laporan lainnya terkait
dengan informasi keuangan.
5. Perusahaan. indikator (keuangan dan non-keuangan) Akuntan profesional
memfasilitasi pengembangan kinerja yang sesuai bagi Dewan Komisaris, Direksi,
Komite-Komite, dan anggota Dewan. yang berdasarkan.
6. Akuntan profesional memfasilitasi pengembangan sistem remunerasi anggota Dewan
indikator kinerja dan mencerminkan kepentingan jangka panjang perusahaan.

2.2.14 Pelaksanaan Peran Komite di Indonesia menurut Hasil penilaian Bank Dunia
(Rosc) dan ASEAN CG Scorecard
Penilaian Bank Dunia pada tahun 2010 menyebutkan bahwa UU PT di Indonesia
tidak menentukan siapa yang memilih atau memberhentikan auditor eksternal. dan peraturan
Bapepam-LK sehubungan komite audit tidak menyebutkan tugas Komite Audit dalam
menunjuk auditor eksternal serta dalam menilai potensi benturan kepentingan. Namun dalam
peraturan Bapepam-LK tahun 2012 sudah menyebutkan tentang tugas Komite Audit
sehubungan dengan proses penunjukan audit eksternal yaitu Komite Audit mengajukan nama
eksternal auditor kepada Dewan Komisaris. Aturan tersebut juga menyatakan tugas Komite
Audit untuk menganalisis potensi benturan kepentingan dan menyampaikan hasilnya ke
Dewan Komisaris Berdasarkan penilaian ASEAN Scorecad tahun 2012-2013, beberapa
praktik yang baik yang telah dilakukan perusahaan terbuka di Indonesia adalah bahwa
anggota Komite audit sepenuhnya independen dan pada umumnya sudah ada pengungkapan
mengenai tugas, komposisi, jumlah pertemuan, dan kehadiran komite audit. Sedangkan
kelemahannya adalah kurang memadainya pengungkapan mengenai penilaian kinerja komite,
termasuk komite audit.

2.2.15 Menggunakan ASEAN CG scorecard untuk Menilai Komite-Komite di


Perusahaan Terbuka
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian mengenai komite yang
berada di bawah Dewan Komisaris di perusahaan terbuka dengan menggunakan ASEAN CG
Scorecard:
1. Komite Nominasi. Keberadaan Komite Nominasi, mayoritas anggota Komite
Nominasi adalah pihak independen, ketua Komite Nominasi adalah komisaris
independen, pengungkapkan tugas/kerangka acuan piagam Komite Nominasi,
pengungkapan jumlah pertemuan Komite Nominasi, Komite Nominasi bertemu
setidaknya dua kali selama tahun, tingkat kehadiran anggota pada rapat Komite
Nominasi diungkapkan. Jika perusahaan tidak memiliki Komite Nominasi, maka
jawaban untuk item ke dua hingga terakhir adalah Not Applicable.
2. Komite Remunerasi: Keberadaan Komite Remunerasi, mayoritas anggota Komite
Remunerasi adalah pihak independen, ketua Komite Remunerasi adalah komisaris
independen, pengungkapkan tugas/ kerangka acuan piagam Komite Remunerasi,
pengungkapan jumlah pertemuan Komite Remunerasi, Komite Remunerasi bertemu
setidaknya dua kali selama tahun, tingkat kehadiran anggota pada rapat Komite
Remunerasi diungkapkan, lika perusahaan tidak memiliki Komite Remunerasi, maka
jawaban untuk item ke dua hingga terakhir adalah Not Applicable.
3. Komite Audit. Keberadaan Komite Audit, anggota Komite Audit mayoritas adalah
pihak independen, ketua Komite Audit adalah seorang Komisaris Independen,
perusahaan piagam Komite Audi. Laporan Tahunan mengungkapkan profil atau
kualifikasi anggota Komite Audit, setidaknya salah satu anggota Komite Audit
memiliki keahlian akuntansi. Laporan Tahunan mengungkapkan jumlah pertemuan
Komite Audit, Komite Audit bertemu setidaknya empat kali sepanjang tahun,
kehadiran anggota pada rapat Komite Audit diungkapkan. Komite Audit memiliki
tanggung jawab tama untuk memberi rekomendasi tentang penunjukan, pengangkatan
kembali dan pemberhentian auditor eksternal.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari materi yang telah disampaikan diatas, maka dapat ditsimpulkan
bahwa:
1. Komite Audit dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris untuk mengawasi kinerja
kegiatan pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit internal dan eksternal di dalam
perusahaan. Dan karenanya, untuk mempertahankan independensi, Komite Audit
beranggotakan Komisaris Independen dan terlepas dari kegiatan manajemen sehari-hari dan
mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu Dewan Komisaris dalam
menjalankan tanggung jawabnya terutama dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan
kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal dan sistem pelaporan keuangan.
2. Diperlukan pengawasan dari dewan komisaris untuk membangun komite audit yang tepat
dan dapat menjalakan tugasnya dengan efektif.
3. Komite audit harus mengidentifikasi hal-hal yang perlu menjadi perhatian dewan
komisaris. Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris untuk mengawasi:
Integritas dari Laporan Keuangan perusahaan, Kualifikasi dan Kemandirian Auditor
independen atau Auditor Eksternal, Kinerja dari Auditor Internal perusahaan dan Auditor
Eksternal; dan Kepatuhan Perusahaan terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku.

3.2 Saran
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, maka penulis membeikan beberapa saran, sebagai
berikut:

1. Diperlukan pencarian referensi yang lebih luas bagi penulis selanjutnya agar dapat
mengembangkan permasalah mengenai materi ini.

2. Pada materi ini, terdapat beberapa hubungan antara komite audit dan dewan
komisaris. Diperlukan referensi yang memadai untuk menyelesaikan mater ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aya, W. H., Ayu. Scribd.com. https://www.scribd.com/doc/199801905/Dewan-


Komisaris- Dan-Komite-Audit. Diakses pada Tanggal 9 Februari 2018.

Cool, Ferry. 2016. Blogspot.com. http://fekool.blogspot.co.id/2016/05/corporate-governance-


komite-audit.html. Diakses pada Tanggal 9 Februari 2018

Respotory,Widyatama.https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/
3282/BAB%202.pdf?sequence=3. Universitas Widyatama. Diakses pada Tanggal
9
Februari 2018.

Wiratama, Astrawan. Scribd.com.


https://www.scribd.com/doc/179275606/Pengertian- Komite-Audit-doc. Diakses pada
Tanggal 9 Februari 2018.
Zigert51. Scribd.com. https://www.scribd.com/document/261414178/AUDIT. Diakses pada
Tanggal 9 Februari 2018.

Anda mungkin juga menyukai