INSTRUMEN KEUANGAN
DISUSUN OLEH:
Yulianti Fajrin
C1C019102
DOSEN PENGAMPU:
Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.
Widya Sari Wendry, S.E., M.Si.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah swt. karena atas segala rahmat,
petunjuk, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas Akuntansi Keuangan Menengah 1. Makalah ini dibuat sedemikian
rupa agar pembaca dapat dengan mudah mempelajari dan memahami tentang
Instrumen Keuangan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.
dan ibu Widya Sari Wendry, S.E., M.Si. selaku dosen yang telah membimbing saya
dalam menyelesaikan makalah ini. Segala upaya telah dilakukan untuk
menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila dalam makalah ini masih
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang Instrumen Keuangan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian instrumen keuangan.
2. Menjelaskan bentuk instrumen keuangan.
3. Menjelaskan konsep pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan.
4. Menjelaskan penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
selama ini dibolehkan menggunakan metode garis lurus, dengan IFRS harus
menggunakan metode bunga. Perhitungan bunga harus didasarkan pada tingkat bunga
efektif bukan tingkat bunga nominal.
Bunga efektif adalah bunga yang menyamakan antara nilai wajar aset keuangan
dengan nilai kini dari pembayaran/penerimaan aset keuangan di masa depan. Perubahan
tidak hanya berdampak pada laporan keuangan, baik kinerja keuangan perusahaan dan
posisi keuangan, namun juga memengaruhi proses bisnis dan sistem yang digunakan
oleh entitas. Entitas harus menyiapkan sistem yang memungkinkan pencatatan transaksi
sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan sesuai dengan PSAK.
Semua entitas tanpa terkecuali memiliki aset dan liabilitas keuangan. Untuk
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan seperti perbankan, asuransi dan
pembiayaan, aset dan liabilitas keuangan merupakan komponen terbesar dalam laporan
posisi keuangan. Dampak perubahan besar PSAK instrumen keuangan sangat dirasakan
oleh entitas yang bergerak di industri keuangan.
IASB mengeluarkan IFRS 9 Financial Instrument: Recognition and
Valuation tahun 2011 untuk menggantikan IAS 39: Financial Instrument: Recognition
and Valuation. Beberapa bagian dari IFRS tersebut telah selesai didiskusikan namun
ada beberapa bagian yang belum selesai dibahas sehingga IFRS tersebut belum berlaku
secara keseluruhan. DSAK menerbitkan PSAK 55 (Revisi 2010) dengan mendasarkan
pada perubahan IIFRS 9 yang telah selesai dibahas. Beberapa perubahan yang dilakukan
dalam IFRS 9 di antaranya adalah klasifikasi aset keuangan tersedia dijual dan dipegang
hingga jatuh tempo, reklasifikasi aset keuangan,dan metode penghitungan penurunan
nilai aset keuangan.
PSAK 50,55 dan 60 kembali diubah pada tahun 2013 disesuaikan dengan
penerapan PSAK 68: Nilai Wajar. Tidak banyak perubahan signifikan dalam perubahan
tersebut. Namun IASB telah menyelesaikan seluruh standar dalam IFRS 9 pada
mengeluarkan standar tersebut pada 14 Juni 2015. Namun standar tersebut baru efektif
berlaku pada tahun 2018. Dampaknya PSAK akan kembali direvisi mengikitu
perubahan terakhir dalam IFRS 9. Menurut IFRS 9 yang aset keuangan dikelompokkan
menjadi tiga yaitu aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, aset
keuangan diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif dan aset keuangan
3
diukur dengan nilai amortisasi. Klasifikasi piutang dan pinjaman tidak ada lagi karena
piutang, pinjaman dan aset dimiliki hingga jatuh tempo diukur sebesar nilai amortisasi.
merupakan bentuk investasi dalam saham. Investasi dalam saham yang termasuk
dalam investasi keuangan adalah investasi yang akan di jual dalam jangka waktu
dekat dan tidak ditujukan untuk penyertaan saham dalam jangka panjang seperti
diatur dalam PSAK 15: Investasi Asosiasi atau PSAK 12: Bagian Partisipasi
dalam Ventura Bersama atau investasi di anak perusahaan yang diatur dalam
PSAK 4: Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri.
3) Hak kontraktual
a. Untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain.
Bentuk hak kontraktual ini dapat berbentuk klaim entitas terhadap entitas
lain untuk mendapatkan kas atau aset keuangan, contohnya piutang, investasi
dalam obligasi, dan pemberian pinjaman. Kontraktual tersebut dapat berbentuk
perjanjian formal seperti perjanjian kredit yang dikeluarkan oleh perbankan
dan perjanjian kredit pembelian aset tetap. Namun dapat juga tanpa perjanjian
formal dan hanya didasarkan pada bukti pengiriman barang dan faktur
penagihan. Contohnya piutang dagang jarang menggunakan bentuk perjanjian
formal dan hanya didasarkan pada faktur atau bukti pengiriman barang atau
penyelesaian jasa.
b. Untuk pertukaran aset keuangan dengan entitas lain dengan kondisi berpotensi
untung.
Contoh bentuk kontrak ini dapat berupa forward, future, atau bentuk opsi
untuk mempertukarkan aset keuangan, misalnya entitas memiliki kontrak untuk
4
menukarkan piutang dalam mata uang USD sebesar USD 100.000 ke dalam
mata uang Rupiah pada lima bulan yang akan datang dengan kurs yang
ditetapkan sebesar Rp. 9.000 untuk tiap USD. Jika ternyata dalam perjalanan
sebelum tiga bulan tersebut kurs berubah menjadi lebih tinggi dari Rp 9.000
per USD maka entitas berpotansi untung. Misalnya kontrak tersebut di buat
pada 1 Oktober 20X1 maka entitas akan mengakui potensi keuntungan sebesar
300 x USD 100.000 potensi untung tersebut akan dicatat sebagai aset keuangan
dan diakui sebagai keuntungan.
4) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen
5
b. Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas
lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas.
Entitas dapat membuat kontrak untuk mempertukarkan aset keuangan,
jika dalam kontrak tersebut berpotensi tidak menguntungkan, maka potensi tidak
menguntungkan tersebut akan diakui sebagai liabilitas keuangan dan kerugian
pada sisi lain.
2) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:
a. Nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menyerahkan
sejumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau
b. Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mepertukarkan kas
dalam jumlah tertentu atau aset keuangan lain dengan jumlah tertentu dengan
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas.
Contoh (1) kontrak untuk menyerahkan instrumen ekuitas senilai 10 ons emas,
karena jumlah instrumen ekuitas yang diterbitkan tergantung harga emas dan
harga saham. (2) kontrak untuk menyerahkan instrumen ekuitas senilai 100
lembar instrumen ekuitas sebagai pengganti kas yang setara dengan 100 ons
emas, karena nilai instrumen ekuitasnya tergantung dari harga emas, sehingga
jumlahnya bervariasi.
Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset
suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Kontrak yang akan
diselesaikan oleh entitas dengan penyerahan (atau penerimaan) instrumen ekuitas
miliknya dalam jumlah yang ditetapkan sebagai pengganti kas atau aset keuangan
lainnya yang nilainya telah ditetapkan adalah instrumen ekuitas.
6
Pengukuran aset atau liabilitas keuangan dibedakan menjadi dua yaitu
pengukuran pada saat pengakuan awal dan pengukuran setelah pengakuan awal. Secara
umum pengukuran menggunakan dasar nilai wajar, namun saat nilai wajar tidak dapat
diperoleh maka dapat menggunakan nilai perolehan atau nilai tercatat.
Pengakuan awal aset dan liabilitas keuangan menggunakan nilai wajar pada
tanggal perolehan atau transaksi. Pada saat perolehan ini ada kalanya entitas harus
membayar biaya transaksi untuk memperoleh aset atau mengeluarkan liabilitas
keuangan transaksi. Biaya transaksi tersebut perlakuannya beda untuk aset dan liabilitas
keuangan yang berbeda. Untuk aset dan liabilitas keuangan yang dalam pengukuran
setelah pengakuan awal menggunakan nilai wajar, biaya transaksi tersebut
diklasifikasikan sebagai beban pada periode berjalan. Biaya transaksi untuk aset atau
liabilitas yang pengukuran setelah pengakuan awal tidak menggunakan nilai wajar,
dikapitalisasi menambah nilai aset atau liabilitas keuangan.
Sebagai ilustrasi, jika entitas A mengeluarkan obligasi, maka obligasi tersebut
tidak dimaksudkan untuk dilunasi sesuai dengan kontrak pelunasannya sehingga
dikategorikan sebagai kewajiban lainnya. Obligasi tersebut bagi entitas penerbit tidak
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi tetapi diukur berdasarkan nilai amortisasinya
(amortized cost). Konsekuensinya biaya yang dikeluarkan untuk menjual obligasi
tersebut akan dikapitalisasi mengurangi nilai perolehan penjualan obligasi. Hasil yang
diperoleh perusahaan sebesar harga jual dikurangi biaya transaksi akan digunakan untuk
menentukan nilai bunga efektif obligasi tersebut. Bunga efektif adalah bunga yang
menyamakan nilai kini obligasi (uang yang diterima dikurangi biaya transaksi) dan nilai
kini dari pembayaran yang dilakukan di masa mendatang yaitu bunga berdasarkan
tingkat bunga nominal yang ditetapkan dan nilai pokok obligasi.
Bagi entitas B yang membeli 1.000 lembar obligasi tersebut dan dimaksudkan
sebagai investasi sementara jangka pendek, akan mengategorikan investasi tersebut
sebagai investasi yang diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi. Entitas B akan
mengakui biaya transaksi yang timbul dari transaksi pembelian obligasi tersebut sebagai
biaya pada periode berjalan dan tidak menambahkannya ke dalam nilai investasi dan
obligasi.
7
Klasifikasi Penilaian Biaya Perubahan Bunga Penurunan Pembalikan
Transaksi Nilai wajar Dan Nilai Penurunan
Dividen Nilai
FVTPL Nilai wajar Dibebankan Laba atau Laba atau Otomatis Otomatis (by
rugi rugi (by default) default)
HTM Biaya Dikapitalisasi - Laba rugi Laba rugi Laba rugi
diamortisasi
Pinjaman Biaya Dikapitalisasi - Laba rugi Laba rugi Laba rugi
diberikan diamortisasi
dan piutang
AFS: Utang Nilai wajar Dikapitalisasi Pendapatan Laba rugi Laba rugi Laba rugi
komprehensif
lain.
AFS: Nilai wajar Dikapitalisasi Pendapatan Laba rugi Laba rugi Pendapatan
Ekuitas komprehensif komprehensif
lain. lain
AFS: Harga Dikapitalisasi - Laba rugi Laba rugi -
Ekuitas perolehan
(tidak dapat
diukur
dengan
handal)
Setelah pengakuan awal instrumen keuangan akan diukur dengan berbagai cara
sesuai dengan jenisnya. Definisi dan klasifikasi masing-masing instrumen keuangan
sangat penting untuk yang terjadi dapat serupa, misalnya membeli obligasi PT.PLN,
namun entitas A dapat mengklasifikasikannya sebagai investasi yang diukur pada nilai
wajar melalui laba rugi, tersedia untuk dijual atau dipegang hingga jatuh tempo.
Instrumen keuangan seperti halnya aset lain juga harus di-review pada setiap
pelaporan untuk melihat adanya indikasi penurunan nilai (impairment). Penurunan nilai
aset keuangan tidak diatur mengikuti PSAK 48: Penurunan Nilai Aset,namun diatur
secara khusus dalam PSAK 55. Aset keuangan mengalami penurunan nilai jika nilai
tercatat aset lebih tinggi dibandingkan nilai yang dapat diperoleh kembali. Jika terdapat
bukti objektif penurunan nilai maka harus dilakukan estimasi nilai yang dapat diperoleh
8
kembali dan mengakui kerugian penurunan nilai. Pembalikan atas penurunan atas
piutang, investasi held to maturity (HTM) dan instrumen utang available for sale (AFS)
dapat dilakukan jika memenuhi kriteria.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kas dan piutang merupakan contoh dari aset keuangan. Aset keuangan
merupakan bagian dari instrumen keuangan. Instrumen keuangan adalah suatu keuangan
yang menambah nilai aset atau liabilitas keuangan. Berikut adalah standar akuntansi
yang mengatur instrumen keuangan.
PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian (Revisi 2010) adopsi dari IAS
32: Financial Instrument : Presentation
PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Penilaian (Revisi 2013) adopsi
dari IAS 39 : Financial Instrument: Recognition and Valuation
PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan (Revisi 2013) adopsi dari IFRS
7: Financial Instrument: Disclosure.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca maupun penulis mampu
memahami tentang Instrumen Keuangan. Selain itu, jika terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini penulis memohon maaf yang sebesarnya. Kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan agar penulis dapat menyempurnakan makalah
selanjutnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/341722871_Pelaporan_Korporat_Instrumen_
Keuangan
Martani, Dwi dkk. 2018. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
11