PERUSAHAAN ?
Januari 2015
Abstract
Business activities that develop in Indonesia, will trigger a very tight
competition going and sometimes lead to business person justifies all means to
achieve the goal, so that frequent competition in business. This competition can
harm many people but also in the long term can be detrimental to the business itself.
Not only does this ethic problems existed at small businesses, but the big scale
business have the same problem, the problems of ethics in business. Business ethics
is the ethics pertaining to the guidelines in the business activities in which the
business ethics is to apply the General rules regarding ethical business behaviour.
Business ethics concerns the moral, social contacts, rights and obligations, the
principles and rules. Business ethics became important to companies because in
such a tight business competition as it is now, only companies that visionary who
understands that the company can continue to survive if he uses the ethics in
business, today a co-worker including customers demanding the quality of goods
and services, so by performing actions based on ethic can produce a trust for the
company, and that belief can grow the company's survival for the medium or long
term.
Pendahuluan
Semakin terbukanya pasar nasional sebagai dampak dari proses globalisasi
ekonomi semakin menumbuhkan minat untuk melakukan kegiatan bisnis. Kegiatan
bisnis yang tengah berkembang di Indonesia, akan memicu terjadi persaingan yang
sangat ketat dan kadang kala akibat dari ketatnya persaingan dapat menyebabkan
pelaku bisnis menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, akibatnya
terjadilah persaingan yang tidak sehat dalam bisnis. Persaingan yang tidak sehat ini
dapat merugikan orang banyak, selain itu juga dalam jangka panjang dapat
merugikan pelaku bisnis itu sendiri. Permasalahan etika ini tidak hanya ada pada
bisnis skala kecil, namun tidak jarang bisnis dalam skala besarpun mengahadapi
permasalahan yang sama yaitu permasalah etika dalam bisnis. Tina Dacin (2011:1)
mengatakatan bahwa penipuan tetap merupakan masalah yang sulit dipecahkan dan
mahal dalam organisasi saat ini. Sebuah survey menemukan bahwa sekitar sepertiga
dari organisasi di seluruh dunia adalah korban dari kejahatan ekonomi.
Dalam bisnis aspek hukum dan aspek etika bisnis sangat mempengaruhi
terwujudnya persaingan yang sehat. Munculnya persaingan yang tidak sehat
menunjukkan bahwa peranan hukum dan etika bisnis dalam persaingan bisnis
ekonomi belum berjalan sebagaimana semestinya. Dengan munculnya berbagai
masalah pelanggaran etika dalam bisnis menyebabkan banyaknya tuntutan untuk
menerapkan etika kegiatan bisnis, dengan diterapkannya etika dalam bisnis akan
meminimalisir hal-hal negatif yang tidak diinginkan, dan secara tidak lansung dapat
membantu tatanan perkonomian.
Bisnis merupakan suatu hal yang tidak dapat terlepas dari masyarakat,
dalam kata lain masyarakat merupakan bagian dalam bisnis dan sebaliknya. Karena
bisnis tidak dapat terlepas dari masyarakat maka bisnis seharusnya patuh pada
norma-norma yang ada di masyarakat. Tata hubungan bisnis dengan masyarakat
yang tidak dapat dipisahkan tersebut telah menciptakan etika-etika tertentu dalam
kegiatan bisnis, baik etika bisnis antar sesama pelaku bisnis ataupun etika bisnis
terhadap masyarakat, baik dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dalam beberapa dekade kebelakang, etika bisnis telah menjadi isu yang
begitu hangat dan penting dalam sebuah perusahaan. Dalam menjalankan kegiatan
bisnis tentunya perusahaan harus berusaha untuk menghindari efek negatif kepada
masyarakat yang berada diseklilingnya. Masyarakat yang dimaksud di sini adalah
para pekerja, perusahaan lain, pelanggan, pemasok, investor dan masyakarat atau
penduduk disekitarnya. Begitu hangatnya isu mengenai etika bisnis, maka dalam
kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai Apakah etika bisnis itu
penting bagi perusahaan ?
Pembahasan
Apa itu Etika Bisnis ?
Sebelum kita mengetahui apa yang dimaksud dengan etika bisnis,
seyogyanya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan etika dan
etiket.
Secara etimologi (asal kata) etika berasal dari kata ethicus (Bahasa Latin)
dan eticos (Bahasa Yunani) yang memiliki makna kebiasaan. Menurut
Harmon Chaniago (2013:237) etika adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat, didasarkan pada kebiasaan mereka. Hal ini dipertegas oleh Barten
dalam Gustina (2008:138) etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai dan normanorma moral dalam suatu masyarakat. Di sini terkandung arti moral atau moralitas
seperti apa yang boleh dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan yang pantas atau
tidak, dan sebagainya.
Dari beberapa definisi di atas mengenai etika, dapat kita tarik kesimpulan
bahwa etika adalah hal yang penuh dengan pandangan atau nilai yang dianut oleh
masyarakat, di mana dasar nilai itu dibangun dari kebiasaan yang mereka lakukan.
Membahas mengenai etika, maka kita akan masuk pada ranah kebiasaan yang
terjadi pada suatu masyarakat, etika akan berbicara mengenai benar atau salah.
Kebiasaan yang berlaku disuatu tempat biasanya mengacu pada adat istiadat,
norma, peraturan, budaya dan lainnya. Semakin seseorang sesuai dengan kebiasaan
setempat, maka dapat dikatakan ia semakin beretika di tempat yang bersangkutan.
Bila kita lihat lebih jauh, ada perbedaan yang nyata antara etika dan etiket.
Etiket berasal dari Bahasa Prancis Etiquette yang berarti kartu undangan yang
dipakai oleh raja-raja prancis dalam mengadakan acara formal. Pada kartu
undangan tersebut tertera aturan yang harus diikuti bila akan menghadiri undangan
seperti: pakaian, dasi, tempat duduk dan sebagainya. Dalam perkembangannya
etiket lebih menitik beratkan pada sikap dan perbuatan yang lebih real
(applicative), ia berbicara apa yang seharusnya dilakukan sesuai aturan yang ada.
Dalam wujudnya etiket dapat dilihat dari tata karma, sopan santun, norma,
perbuatan, kelakuan dan tindak tanduk. (Wursanto dalam Harmon, 2013:238).
Bisnis adalah kegiatan-kegiatan teratur melayani dalam suatu kebutuhan
yang bersifat umum (artinya: non personal) sambil memperoleh pendapatan
(income) (Pandji:113). Hal ini dipertegas Skinner dalam Pandji (2007:6) bisnis
adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau
memberikan manfaat. Sedangkan menurut arti dasarnya, bisnis memiliki makna
sebagai the buying and selling of goods and services. Sedangkan perusahaan bisnis
adalah organisasi yang terlibat dalam pertukaran barang, jasa, atau uang untuk
menghasilkan keuntungan.
Dahulu bisnis dilakukan dengan cara barter yaitu kegiatan tukar-menukar
barang atau jasa yang terjadi tanpa menggunakan uang sebagai perantara,
selanjutnya manusia dihadapkan pada kenyataan bahwa apa yang mereka hasilkan
sendiri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memperoleh barangbarang yang tidak dapat dihasilkan sendiri mereka mencari dari orang yang mau
menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang lain yang dibutuhkannya. Jadi
barter adalah kegiatan tukar menukar barang.
Menurut Wikipedia Indonesia (2013) kesulitan yang ditemui pada tahap
barter adalah kesulitan untuk mempertemukan orang-orang yang saling
membutuhkan dalam waktu bersamaan. Kesulitan itu telah mendorong manusia
untuk menciptakan kemudahan dalam hal pertukaran, dengan menetapkan bendabenda tertentu sebagai alat tukar. Sampai sekarang barter masih dipergunakaan
pada saat terjadi krisis ekonomi di mana nilai mata uang mengalami devaluasi
akibat hiperinflasi.
Prinsip Otonomi
Prisip Kejujuran
Prisip Keadilan
Prinsip Saling Menguntungkan, dan
Prinsip Integritas Moral.
6. Lakukan audit etika secara periodic, audit merupakan cara yang terbaik
untuk mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan
memberikan suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekedar
iseng.
7. Pertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku, jangan hapus aturan.
Tidak ada seorangpun yang dapat mengatur etika dan moral. Akan tetapi
manajer bisa saja membolehkan orang untuk mengetahui tingkat
penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat penting
untuk menekankan bahwa betapa pentignya etika dalam organisasi. Setiap
karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegoisasi atau ditawartawar.
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat. Etika diawali dari atasan,
atasan harus memberi contoh dan menaruh kepercayaan kepada
bawahannya.
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Komunikasi dua
arah sangat penting, yaitu untuk menginformasikan barang dan jasa yang
kita hasilkan dan untuk menerima aspirasi untuk perbaikan perusahaan.
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Para karyawan
diberi kesempatan untuk memebrikan umpan balik tentang bagaimana
standar etika dipertahankan.
(3) Hak untuk didengar, komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk
menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk
menyampaikan berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.
(4) Hak atas pendidikan, pelanggan berhak atas pendidikan. Misalnya
pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk.
Perusahaan harus menyediakan program pendidikan agar mereka tahu
informasi barang dan jasa yang akan dibelinya.
(5) Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberi
hak untuk memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung
jawab sosial perusahaan adalah tidak mengganggu persaingan dan
mengabaikan undang-undang antitrust.
Hak-hak pelangganpun diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, di mana hak
konsumen adalah :
a. Hak atas kenyamanan, kemanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/ atau jasa;
b. Hak untu memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/ atau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian,
apabila barang dan/ atau jasa ang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya;
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan-undangan
lainnya.
4. Tanggung jawab terhadap investor
Tanggung jawab perusahaan terhadap investor adalah menyediakan
pengembalian (return) investasi yang menarik di antaranya dengan
memamksimuman laba. Selain itu perusahaan juga bertanggung jawab
untuk melaporkan kinerja keuangannya kepada investor seakurat dan
setepat mungkin.
5. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitaranya.
Misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan dan
menyediakan berbagai kontribusi terhadap masyarakat yang berada dilokasi
tersebut.
Ronald J Ebert dan Ricky M dalam Pandji (2007:128) mengatakan bahwa etika
sangat berpengaruh pada tingkah laku individual. Tanggung jawab sosial yang
mencoba menjembatani komitmen individu dan kelompok dalam suatu lingkungan
sosial menyeimbangkan komitmen-komitmen yang berbeda-beda.
10
11
perusahaan bisnis? Sonny Keraf dalam Sorta (2008:16) menyatakan bahwa etika
bisnis justru hanya memiliki relevansi bagi para pelaku bisnis yang menginginkan
bisnisnya sukses dan bertahan lama. Etika bisnis sulit memiliki relevansi bagi para
pelaku bisnis yang hanya berpikir tentang bisnis hari ini dan keuntungan sesaat.
Bisnis modern saat ini adalah bisnis yang diwarnai oleh persaingan ketat. Dalam
konteks bisnis yang kompetitif, setiap perusahaan berusaha untuk unggul
berdasarkan kekuatan manajemen dan profesionalisme suatu perusahaan.
Kesimpulan
Jadi, etika bisnis merupakan suatu pedoman yang sangat penting dalam
kegiatan bisnis, pelaku bisnis harus mampu memahami dan mengintrepretasikan
apa yang dimaksud dengan etika bisnis. Etika bisnis menjadi sangat penting bagi
kelangsungan hidup suatu perusahaan, maksudnya adalah keberlangsungan hidup
suatu perusahaan bergantung pada bagaimana cara penerapan etika bisnis oleh
pelaku bisnis.
Dengan terapkannya etika dalam bisnis, maka secara tidak langsung dapat
menumbuhkan kepercayaan dari rekan kerja, masyarakat, dan pelanggan, di mana
kepercayaan merupakan sebuah modal yang sangat penting agar kelangsungan
hidup perusahaan tetap terjamin. Maka dari itu, perusahaan memiliki tanggung
jawab untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan standar etika.
Dengan terciptanya kesadaran akan pentingnya etika bisnis, maka akan ada
banyak pihak yang mendapat keuntungan, diantaranya adalah pelaku bisnis itu
sendiri, pelanggan, serta masyarakat serta pemerintah. Dengan menerapkan etika
bisnis, dapat membantu tatanan ekonomi menjadi lebih baik dan dapat
mengingkatkan tanggung jawab sosial perusahaan.
Daftar Pustaka
Anogara, Pandji. 2007. Pengantar Bisnis Pengelolaan Bisnis Dalam Era
Globalisasi. Jakarta: Rineka Cipta
Chaniago, Harmon. 2013. Manajemen Kantor Kontemporer. Bandung: Akbar
Limas Perkasa CV.
Dacin, Tina. dkk. 2011. Artikel Unethical Conduct Within Organizations:
Understanding and Preventing Fraudulent Behavior dalam Journal of
Business Ethics. Tersedia: http://aaahq.org/calls/JBE_Fraud_Issue.pdf (19
Desember 2014)
Google. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan
Konsumen.
Tersedia
http://www.esdm.go.id/prokum/uu/1999/uu-8-1999.pdf. (29 Desember
2014)
12
Gupta, Seema. 2010. A Multidimensional Ethics Scale for Indian Managers' Moral
Decision Making dalam Electronic Journal of Business Ethics and
Organization
Studies
Vol.15,
No.1.
Tersedia:
http://ejbo.jyu.fi/pdf/ejbo_vol15_no1.pdf. (19 Desember 2014)
Gustina. 2008. Artikel Etika Bisnis Suatu Kajian Nilai dan Moral dalam Bisnis
dalam jurnal Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume 3 No 8.
Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen. Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perushaan YKKL.
Riana,
Sorta.
2008.
Artikel
Etika
Bisnis.
Tersedia:
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126015-RB06P31e-Etika%20bisnisLiteratur.pdf (29 Desember 2014)
13