Anda di halaman 1dari 20

Makalah Akuntansi Intermediate 1

“INSTRUMEN KEUANGAN, KAS DAN PERSEDIAAN BARANG”

DOSEN PENGAMPU:

NANSI RIANINDITA, SE, M.AK

Disusun Oleh :

1. GUSTI AYU PRASETIA


2. RISKA AJARIA BINTI HONDO
3. AZRAN KHOLIK
4. RINDI WINANDA
5. FIKTO ILWAIS

KELAS 2C ADMINISTRASI BISNIS


TAHUN AJARAN 2022
STIA KOTA BENGKULU
KATA PENGHANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kuasa-Nya yang selalu
memberikan kesehatan, kemudahan, dan kesabaran kepada kami sehinnga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kami persembahkan ke pangkuan Nabi
Muhammad SAW, yang telah mebawa umat manusia ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan. Penulisan makalah yang berjudul “Instrumen keuangan, Kas dan Persediaan
Barang” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan
Intermediate 1. Segala upaya telah dilakukan untuk menyampaikan penulisan ini. Namun, tidak
mustahil dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, Mohon saran dan komentar yang dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan
makalah ini. Dan harapannya, semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bengkulu, 6 Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi sangat berperan penting dalam semua kegiatan baik didalam perusahaan
maupun semua kegiatan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk Instrumen Keuangan,
Kas, dan Persediaan Barang dalam pembahasan materi kali ini. Tidak semua perusahaan bisa
melewati naik turunnya posisi keuangan dalam kegiatannya.

          Jadi, perlu banyak kriteria untuk melewati kegiatan financial perusahaan salah satunya
dengan memahami atau paham teori-teori tentang Instrumen Keuangan, Kas dan Persediaan
Barang.

          Didalam materi ini akan dibahas lebih lanjut tentang Instrumen Keuangan, Kas dan
Persediaan Barang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan bentuk Instrumen Keuangan?


2. Apa Konsep Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan?
3. Apa penjelasan dari Kas?
4. Apa penjelasan dari Persediaan Barang?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan bentuk Instrumen Keuangan?


2. Untuk mengetahui Konsep Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan?
3. Untuk mengetahui penjelasan dari Kas?
4. Untuk mengetahui penjelasan dari Persediaan Barang?
BAB II

PEMBAHASAN

A. INSTRUMEN KEUANGAN

1. Pengertian Instrumen Keuangan

Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset entitas dan
menimbulkan liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas yang lain. Aset yang timbul
dari kontrak tersebut dinamakan aset keuangan (financial asset), sedangkan liabilitas yang timbul
disebut liabilitas keuangan serta ekuitas yang diterbitkan sudah sering diketahui umum sebagai
instrumen ekuitas. Kas dan piutang merupakan contoh dari aset keuangan. Aset keuangan
merupakan bagian dari instrumen keuangan. Berikut adalah standar akuntansi yang mengatur
instrumen keuangan.

1. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian (Revisi 2010) adopsi dari IAS


32: Financial Instrument : Presentation
2. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Penilaian (Revisi 2013) adopsi dari
IAS 39 :  Financial Instrument: Recognition and Valuation
3. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan (Revisi 2013) adopsi dari IFRS 7:
Financial Instrument: Disclosure.

            Konvergensi PSAK dengan IFRS menyebabkan semua standar yang berkaitan dengan
instrumen keuangan dicabut dan diganti dengan tiga standar diatas. Beberapa standar terkait
instrumen keuangan yang dicabut diantaranya berikut ini.

1. PSAK 41: Akuntansi Waran       


2. PSAK 43: Akuntansi Anjak Piutang
3. PSAK 54: Rekturisasi Utang Piutang Bermasalah
4. PSAK 30: Akuntansi Perbankan
5. PSAK 42: Akuntansi Perusahaan Efek
6. PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana

            Pencabutan tersebut menyebabkan tidak ada pengaturan untuk industri tertentu, karena
standar lebih menekankan pada substansi transaksi dan komponen yang dilaporkan bukan pada
jenis industri entitas. Pengaturan akuntasi yang ada dalam standar lama diubah mengikuti aturan
dalam PSAK baru.

Standar akuntansi berdasarkan IFRS banyak menggunakan dasar penilaian nilai wajar,
hal ini membawa dampak perubahan besar dalam penerapan standar akuntansi dalam praktik.
Sebagai contoh, perhitungan amortisasi premium atau diskon yang selama ini dibolehkan
menggunakan metode garis lurus, dengan IFRS harus menggunakan metode bunga. Perhitungan
bunga harus didasarkan pada tingkat bunga efektif bukan tingkat bunga nominal.

Bunga efektif adalah bunga yang menyamakan antara nilai wajar aset keuangan dengan
nilai kini dari pembayaran/penerimaan aset keuangan di masa depan. Perubahan tidak hanya
berdampak pada laporan keuangan, baik kinerja keuangan perusahaan dan posisi keuangan,
namun juga memengaruhi proses bisnis dan sistem yang digunakan oleh entitas. Entitas harus
menyiapkan sistem yang memungkinkan pencatatan transaksi sehingga dapat menghasilkan
laporan keuangan sesuai dengan PSAK.

           Semua entitas tanpa terkecuali memiliki aset dan liabilitas keuangan. Untuk perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan seperti perbankan, asuransi dan pembiayaan, aset dan
liabilitas keuangan merupakan komponen terbesar dalam laporan posisi keuangan. Dampak
perubahan besar PSAK instrumen keuangan sangat dirasakan oleh entitas yang bergerak di
industri keuangan.

           IASB mengeluarkan IFRS 9 Financial Instrument: Recognition and Valuation tahun 2011


untuk menggantikan IAS 39: Financial Instrument: Recognition and Valuation. Beberapa bagian
dari IFRS tersebut telah selesai didiskusikan namun ada beberapa bagian yang belum selesai
dibahas sehingga IFRS tersebut belum berlaku secara keseluruhan. DSAK menerbitkan PSAK 55
(Revisi 2010) dengan mendasarkan pada perubahan IIFRS 9 yang telah selesai dibahas.
Beberapa perubahan yang dilakukan dalam IFRS 9 di antaranya adalah klasifikasi aset keuangan
tersedia dijual dan dipegang hingga jatuh tempo, reklasifikasi aset keuangan,dan metode
penghitungan penurunan nilai aset keuangan.

            PSAK 50,55 dan 60 kembali diubah pada tahun 2013 disesuaikan dengan penerapan
PSAK 68: Nilai Wajar. Tidak banyak perubahan signifikan dalam perubahan tersebut. Namun
IASB telah menyelesaikan seluruh standar dalam IFRS 9 pada mengeluarkan standar tersebut
pada 14 Juni 2015. Namun standar tersebut baru efektif berlaku pada tahun 2018. Dampaknya
PSAK akan kembali direvisi mengikitu perubahan terakhir dalam IFRS 9. Menurut IFRS 9 yang
aset keuangan dikelompokkan menjadi tiga yaitu aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi, aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif dan aset
keuangan diukur dengan nilai amortisasi. Klasifikasi piutang dan pinjaman tidak ada lagi karena
piutang, pinjaman dan aset dimiliki hingga jatuh tempo diukur sebesar nilai amortisasi.

2. Bentuk Instrumen Keuangan

Instrumen keuangan berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2013) berbentuk aset keuangan,


liabilitas keuangan, dan instrumen ekuitas. PSAK 55 (Revisi 2013) menjelaskan lebih rinci
berdasarkan jenis pengukurannya.

Aset keuangan terdiri atas :            

1. Kas baik dalam bentuk kas di dalam perusahaan dalam bentuk uang tunai maupun kas yang
di simpan di dalam bank.
2. Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain. Dalam sebuah entitas, aset ini merupakan
bentuk investasi dalam saham. Investasi dalam saham yang termasuk dalam investasi
keuangan adalah investasi yang akan di jual dalam jangka waktu dekat dan tidak ditujukan
untuk penyertaan saham dalam jangka panjang seperti diatur dalam PSAK 15: Investasi
Asosiasi atau PSAK 12: Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama atau investasi di anak
perusahaan yang diatur dalam PSAK 4: Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan
Keuangan Tersendiri.
3. Hak kontraktual
a. Untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain.

Bentuk hak kontraktual ini dapat berbentuk klaim entitas terhadap entitas lain untuk
mendapatkan kas atau aset keuangan, contohnya piutang, investasi dalam obligasi, dan
pemberian pinjaman. Kontraktual tersebut dapat berbentuk perjanjian formal seperti
perjanjian kredit yang dikeluarkan oleh perbankan dan perjanjian kredit pembelian aset tetap.
Namun dapat juga tanpa perjanjian formal dan hanya didasarkan pada bukti pengiriman
barang dan faktur penagihan. Contohnya piutang dagang jarang menggunakan bentuk
perjanjian formal dan hanya didasarkan pada faktur atau bukti pengiriman barang atau
penyelesaian jasa.

b. Untuk pertukaran aset keuangan dengan entitas lain dengan kondisi berpotensi untung.

Contoh bentuk kontrak ini dapat berupa forward, future, atau bentuk opsi untuk
mempertukarkan aset keuangan, misalnya entitas memiliki kontrak untuk menukarkan
piutang dalam mata uang USD sebesar USD 100.000 ke dalam mata uang Rupiah pada lima
bulan yang akan datang dengan kurs yang ditetapkan sebesar Rp. 9.000 untuk tiap USD. Jika
ternyata dalam perjalanan sebelum tiga bulan tersebut kurs berubah menjadi lebih tinggi dari
Rp 9.000 per USD maka entitas berpotansi untung. Misalnya kontrak tersebut di buat pada 1
Oktober 20X1 maka entitas akan mengakui potensi keuntungan sebesar 300 x USD 100.000
potensi untung tersebut akan dicatat sebagai aset keuangan dan diakui sebagai keuntungan.

4. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas
yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan:
a. Nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima sejumlah
yang bervariasi dari instrumen yang diterbitkan entitas atau
b. Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain mempertukarkan sejumlah
tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas. Tidak termasuk instrumen keuangan yang mempunyai opsi jual
(puttable financial instruments).

Kontrak bukan instrumen ekuitas walaupun diselesaikan dengan penerimaan instrumen


ekuitas yang diterbitkan karena nilai ekuitasnya bervariasi. Contoh kontrak untuk
menerima sejumlah bervariasi dari instrumen ekuitas diterbitkan senilai Rp100 miliar.
Jumlah instrumen ekuitas yang akan diterima tergantung Rp100 miliar dibagi dengan harga
saham tanggal kontrak. Opsi saham atau warrant yang memberikan hak untuk membeli
saham dalam jumlah yang ditetapkan merupakan instrumen ekuitas.
Liabilitas keuangan terdiri atas:

1. Liabilitas kontraktual
a. Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan biasanya mencul dalam bentuk utang
entitas pada pihak lain. Utang dapat berupa kontrak formal seperti utang bank atau
utang obligasi. Namun utang dapat juga muncul tanpa kontrak formal, hanya
didasarkan faktur pembelian atau dokumen pengiriman/ penerimaan barang.
b. Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain
dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas.

Entitas dapat membuat kontrak untuk mempertukarkan aset keuangan, jika dalam kontrak
tersebut berpotensi tidak menguntungkan, maka potensi tidak menguntungkan tersebut
akan diakui sebagai liabilitas keuangan dan kerugian pada sisi lain.

2. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas
yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:
1. Nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menyerahkan
sejumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas atau
2. Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mepertukarkan kas
dalam jumlah tertentu atau aset keuangan lain dengan jumlah tertentu dengan
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas.

Contoh (1) kontrak untuk menyerahkan instrumen ekuitas senilai 10 ons emas, karena
jumlah instrumen ekuitas yang diterbitkan tergantung harga emas dan harga saham. (2) kontrak
untuk menyerahkan instrumen ekuitas senilai 100 lembar instrumen ekuitas sebagai pengganti
kas yang setara dengan 100 ons emas, karena nilai instrumen ekuitasnya tergantung dari harga
emas, sehingga jumlahnya bervariasi.

Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas
setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Kontrak yang akan diselesaikan oleh entitas
dengan penyerahan (atau penerimaan) instrumen ekuitas miliknya dalam jumlah yang ditetapkan
sebagai pengganti kas atau aset keuangan lainnya yang nilainya telah ditetapkan adalah
instrumen ekuitas.
3. Konsep Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan

              Entitas mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan
jika dan hanya jika entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam ketentuan dalam kontrak
instrumen tersebut. Jika menurut definisi instrumen keuangan, maka saat kontrak tersebut
mengindikasikan adanya suatu aliran manfaat ekonomi diterima atau diserahkan di masa
mendatang dan diukur dengan andal, maka kontrak tersebut akan dicatat sebagai aset atau
liabilitas keuangan.

             Pengukuran aset atau liabilitas keuangan dibedakan menjadi dua yaitu pengukuran pada
saat pengakuan awal dan pengukuran setelah pengakuan awal. Secara umum pengukuran
menggunakan dasar nilai wajar, namun saat nilai wajar tidak dapat diperoleh maka dapat
menggunakan nilai perolehan atau nilai tercatat.

              Pengakuan awal aset dan liabilitas keuangan menggunakan nilai wajar pada tanggal
perolehan atau transaksi. Pada saat perolehan ini ada kalanya entitas harus membayar biaya
transaksi untuk memperoleh aset atau mengeluarkan liabilitas keuangan transaksi. Biaya
transaksi tersebut perlakuannya beda untuk aset dan liabilitas keuangan yang berbeda. Untuk aset
dan liabilitas keuangan yang dalam pengukuran setelah pengakuan awal menggunakan nilai
wajar, biaya transaksi tersebut diklasifikasikan sebagai beban pada periode berjalan. Biaya
transaksi untuk aset atau liabilitas yang pengukuran setelah pengakuan awal tidak menggunakan
nilai wajar, dikapitalisasi menambah nilai aset atau liabilitas keuangan

             Sebagai ilustrasi, jika entitas A mengeluarkan obligasi, maka obligasi tersebut tidak
dimaksudkan untuk dilunasi sesuai dengan kontrak pelunasannya sehingga dikategorikan sebagai
kewajiban lainnya. Obligasi tersebut bagi entitas penerbit tidak diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi tetapi diukur berdasarkan nilai amortisasinya (amortized cost). Konsekuensinya biaya
yang dikeluarkan untuk menjual obligasi tersebut akan dikapitalisasi mengurangi nilai perolehan
penjualan obligasi. Hasil yang diperoleh perusahaan sebesar harga jual dikurangi biaya transaksi
akan digunakan untuk menentukan nilai bunga efektif obligasi tersebut. Bunga efektif adalah
bunga yang menyamakan nilai kini obligasi (uang yang diterima dikurangi biaya transaksi) dan
nilai kini dari pembayaran yang dilakukan di masa mendatang yaitu bunga berdasarkan tingkat
bunga nominal yang ditetapkan dan nilai pokok obligasi.
             Bagi entitas B yang membeli 1.000 lembar obligasi tersebut dan dimaksudkan sebagai
investasi sementara jangka pendek, akan mengategorikan investasi tersebut sebagai investasi
yang diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi. Entitas B akan mengakui biaya transaksi

Tabel 5.1 Pengukuran Instrumen Keuangan setelah Pengakuan Awal

Klasifikas Penilaian Biaya Perubahan Bunga Penuruna Pembalikan


i n
Transaksi Nilai wajar Dan Penurunan
Nilai
Dividen Nilai

FVTPL Nilai wajar Dibebankan Laba atau Laba atau Otomatis Otomatis (by
rugi rugi (by default) default)

HTM Biaya Dikapitalisas - Laba rugi Laba rugi Laba rugi


diamortisasi i

Pinjaman Biaya Dikapitalisas - Laba rugi Laba rugi Laba rugi


diberikan diamortisasi i
dan
piutang

AFS: Nilai wajar Dikapitalisas Pendapatan Laba rugi Laba rugi Laba rugi
Utang i komprehensif
lain*

AFS: Nilai wajar Dikapitalisas Pendapatan Laba rugi Laba rugi Pendapatan
Ekuitas i komprehensif komprehensif
lain* lain

AFS: Harga Dikapitalisas - Laba rugi Laba rugi -


Ekuitas perolehan i
(tidak
dapat
diukur
dengan
handal)

Yang timbul dari transaksi pembelian obligasi tersebut sebagai biaya pada periode berjalan dan
tidak menambahkannya ke dalam nilai investasi dan obligasi.

            Setelah pengakuan awal instrumen keuangan akan diukur dengan berbagai cara sesuai
dengan jenisnya. Definisi dan klasifikasi masing-masing instrumen keuangan sangat penting
untuk yang terjadi dapat serupa, misalnya membeli obligasi PT.PLN, namun entitas A dapat
mengklasifikasikannya sebagai investasi yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, tersedia
untuk dijual atau dipegang hingga jatuh tempo. 

           Instrumen keuangan seperti halnya aset lain juga harus di-review pada setiap pelaporan
untuk melihat adanya indikasi penurunan nilai (impairment). Penurunan nilai aset keuangan tidak
diatur mengikuti PSAK 48: Penurunan Nilai Aset,namun diatur secara khusus dalam PSAK 55.
Aset keuangan mengalami penurunan nilai jika nilai tercatat aset lebih tinggi dibandingkan nilai
yang dapat diperoleh kembali. Jika terdapat bukti objektif penurunan nilai maka harus dilakukan
estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dan mengakui kerugian penurunan nilai. Pembalikan
atas penurunan atas piutang, investasi held to maturity (HTM) dan instrumen utang available for
sale (AFS) dapat dilakukan jika memenuhi kriteria.

4. Penyajian dan Pengungkapan

Penyajian aset keuangan dalam laporan keuangan diatur khusus dalam PSAK 50 (Revisi
2010): Instrumen Keuangan:Penyajian. Pernyataan ini menjelaskan secara umum prinsip
penyajian instrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus aset keuangan dan
liabilitas keuangan. Prinsip penyajian ini berlaku terhadap kategori instrumen keuangan dari
perspektif penerbit, dalam aset keuangan, liabilitas keuangan, dan instrumen ekuitas
pengategorian yang terkait dengan suku bunga, dividen, kerugian dan keuntungan, serta keadaan
aset keuangan dan liabilitas keuangan akan saling hapus.

           Pengungkapan aset keuangan diatur dalam PSAK 60 : Instrumen


Keuangan: Pengungkapan. Pernyataan ini mengatur pengungkapan dalam laporan keuangan
yang memungkinkan pengguna mengevaluasi signifikan instrumen keuangan atas posisi dan
kinerja keuangan entitas serta jenis dan besarnya risiko yang timbul dan bagaimana entitas
mengelola risiko tersebut.
B. ASET KEUANGAN

1. Klasifikasi Aset Keuangan

Berdasarkan PSAK 55, berikut klasifikasi aset keuangan yang dibagi menjadi empat.

1. Aset keuangan diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi (fair value to profit and loss-
FVTPL)
2. Investasi dipegang hingga jatuh tempo (held to maturities-HTM)
3. Pinjaman yang diberikan atau piutang (loans or receivable-LR)
4. 4.Aset keuangan tersedia untuk dijual (available for sale-AFS)

       Pengklasifikasian aset keuangan ini memiliki makna strategis karena setiap klasifikasi
memiliki metode penilaian yang berbeda baik dalam pengakuan awal maupun setelah pengakuan
awal. Perbedaan klasifikasi didasarkan pada intensi manajemen terkait dan jenis aset keuangan.

2. Reklasifikasi Aset Keuangan

Pada saat pengakuan awal, AFS diakui sebesar nilai wajar. Biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung untuk perolehan investasi AFS dikapitalisasi menambah nilai AFS.
Untuk AFS dengan pembayaran tetap atau yang telah ditentukan, biaya transaksi di amortisasi ke
laba rugi dengan menggunakan suku bunga efektif.

            Setelah pengakuan awal, AFS dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan diukur
pada biaya perolehan setelah diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
Selisih nilai wajar dengan nilai tercatat akan diakui sebagai keuntungan dan kerugian dalam
ekuitas dan dilaporkan sebagai pendapatan komprehensif. Untuk investasi AFS dalam bentuk
instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga pasar aktif dan nilai wajarnya tidak dapat
diukur dengan andal, diukur pada biaya perolehan

3. Penurunan Nilai

Aset keuangan yang diukur dengan harga perolehan diamortisasi serta aset keuangan
tersedia untuk dijual dapat mengalami penurunan nilai. Sedangkan untuk aset keuangan yang
dinilai dengan nilai wajar melalui laba rugi secara otomatis akan menurun nilainya mengikuti
harga pasarnya, sehingga tidak perlu ada evaluasi penurunan nilai.
Aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai apabila nilai
tercatat atau biaya perolehan diamortisasi lebih tinggi daripada nilai yang dapat diperoleh
kembali. Evaluasi atas apakah terdapat bukti objektif penurunan nilai harus dilakukan pada
setiap tanggal laporan posisi keuangan. Bila terdapat bukti objektif penurunan nilai,maka harus
dilakukan estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dan mengakui kerugian penurunan nilai,
sebesar selisih nilai tercatat dan nilai yang dapat diperoleh kembali.

Bukti objektif dapat dilihat dari beberapa indikasi berikut :

1. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau peminjam.


2. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok
atau bunga.
3. Restrukturisasi atau keringanan (konsesi) akibat pihak peminjam mengalami kesulitan.
4. Peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya.
5. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan.
6. Kemungkinan besar bangkrut.

            Kerugian yang diperkirakan timbul akibat peristiwa masa depan tidak diakui. Pengaruh
penurunan nilai dapat diidentifikasikan terhadap aset keuangan secara individu maupun secara
kelompok aset. Misalnya, kondisi perekonomian yang memburuk dapat mempengaruhi potensi
tertagihnya piutang kartu kredit yang diberikan oleh perbankan.

Jumlah kerugaian penurunan diakui sebesar selisih nilai tercata dengan nilai diperoleh
kembali. Nilai diperoleh kembali aset keuangan diukur dari nilai kini estimasi arus kas masa
depan yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keungan tersebut. Nilai
tercatat aset keuangan dikurangi. Baik secara langsung (direct write off) maupun menggunakan
pos cadangan (allowance method). Jumlah kerugian penurunan nilai diakui pada laporan laba
rugi komprehensif.

Evaluasi penurunan nilai dilakukan dengan prosedur berikut :

1. Aset keungan yang secara individu signifikan dilakukan pengujian penurunan nilai
secara individu.
2. Jika aset keuangan yang secara individu signifikan, pada saat pengujian indvidual tidak
mengalami penurunan nilai, maka harus dinilai dalam kelompok aset keuangan yang
memiliki karakteristik risiko kredit yang sama.
3. Penilian kelompok dilakukan untuk aset yang secara individu tidak signifikan dan aset
keungan yang secara individu signifikan tetapi tidak mengalami penurunan nilai.

Untuk aset keungan yang dinilai berdasarkan nilai amortisasi, jika, pada periode berikutnya,
jumlah kerugian penurunan  nilai berkurang, maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya
diakui harus dipulihkan. Pemulihan tersebut tidak boleh mengakibatkan bilai tercatat aset
keuangan melebihi biaya perolehan diamortiasi sebelum adanya pengakuan penurunan nilai pada
tanggal pemulihan dilakukan. Jumlah pemulihan aset keungan diakui pada laporan laba rugi.

Untuk aset keuangan yang dinilai dengan harga perolehan jumlah kerugian penurunan nilai
diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus
kas masa depan yang didiskontoakn pada tingkat penembalian yang berlaku di pasar untuk aset
keuangan serupa.  Kerugian penurunan nilai untuk aset keuangan yang dinilai dengan harga
perolehan tidak dapat dipulihkan.

Untuk aset keuangan tersedia untuk dijual penurunan nilai telah diakui secara langsung
dalam ekuitas. Jika terdapat bukti objektif bahwa aset tersebut mengalami penurunan nilai, maka
kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui secara langsung dalam ekuitas harus dikeluarkan
dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi. Kerugian penurunan nilai yang diakui pada
laporan laba rugi atas investasi instrumen ekuitas tidak boleh dipulihkan melalui laporan laba
rugi. Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen utang yang diklasifikasikan dalam
kelompok tersedia untuk dijual meningkat, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus
dipulihkan melalui laporan laba rugi.

4. Penghentian Pengakuan

Pada saat kontrak berakhir, aset keuangan tidak lagi diakui dalam laporan posisi keungan.
Namun entitas dapat mentransfer aset keungan pada pihak lain sebelum kontrak berakhir.
Standar menjelaskan bahwa entitas menghentikan pengakuan aset keungan, jika dan hanya jika;

1. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keungan tersebut berakhir; atau
2. Entitas mentransfer aset keuangan yang memenuhi kriteria penghentian pengakuan.

Pada saat terjadinya transfer aset keungan, penghentian pengakuan terjadi  jika entitas telah
mentrasnfer hak untuk menerima arus kas serta secara substansi telah memindahkan semua risiko
dan reward kepada pihak lain. Entitas akan menghentikan pengakuan jika tidak lagi menahan
risiko dan reward serta tidak memiliki pengendalian  terhadap aset keuangan tersebut. Jika
kriteria penghapusbukuan (derecognition) terpenuhi maka aset keuangan akan dihapus dari
pencatatan entitas.
C.  Kas

1.    Definisi Kas

Kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk
pelunasan piutang, dapat diterima sebagai setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya,
juga simpanan dalam bank atau tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu. Kas terdiri dari
uang kertas, uang logam, cek yang belum disetorkan, simpanan dalam bentuk giro atau bilyet,
traveller check, cashier check, bank draf dan money order.

2.    Pengendalian

a.    Pengendalian kas ada dua yaitu:

-  Pengendalian untuk Penerimaan Kas

 Semua penerimaan kas harus segera dicatat


 Hendaknya semua penerimaan kas pada hari itu juga harus disetor ke bank
 Adanya pemisahan fungsi antara petugas yang menangani penerimaan kas dilakukan
dengan mesin cash register

-  Pengendalian untuk Pengeluaran Kas

 Semua pengeluaran kas harus dilalakukan dengan menggunakan cek, kecuali pengeluaran
yang jumlahnya kecil yang tidak efisien jika dilakukan menggunakan cek dapat
dilakukan dengan menggunakan dana kas kecil.
 Cek harus ditandatangani minimal 2 orang pejabat
 Cek yang batal digunakan/salah tulis harus diarsir dengan rapi
 Hendaknya diberikan cap lunas untuk bukti dan cek yang sudah dikeluarkan
D. PERSEDIAAN BARANG
Persediaan adalah barang yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual kembali atau
diproseskembali. Persediaan merupakan aset dan merupaka n unsur aktiva lancar dalam neraca.
Terdapat macam-macam persediaan barang:

1. Barang yang tersedia untuk dijual ( barang dagang/barang jadi)


2. Barang yang masih dalam proses produksi untuk diselesaikan, kemudian dijual
(barangdalam proses/pengolahan)
3. Barang yang akan digunakan untuk produksi barang barang jadi yang akan dijual
( bahan baku dan bahan pembantu) dalam kegiatan normal perusahaan

Sifat-sifat persediaan diantaranya; biasanya merupakan aktiva lancar dengan perputaran


<1tahun, merupakan jumlah yang besar dan memiliki pengaruh besar terhadap perubahan neraca
dan laporan laba rugi. Memperhatikan sifat persediaan maka pada akhir periode akuntansi selalu
dilakukan pemeriksaan persedian dengan tujuan mencocokkan pencatatan dengan jumlah barang
digudang, kegiatan ini kita kenal dengan istilah STOCK OPNAME.

Persediaan barang dagang adalah barang-barang yang disediakan untuk dijual kepada
para konsumen selama periode normal kegiatan perusahaan. Persediaan yang dimiliki
perusahaan pada awal periode akuntansi, disebut persediaan awal. Persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan pada akhir periode akuntansi disebut dengan persediaan akhir dan akan dilaporkan
dalam neraca sebagai aktiva lancar yaitu pada rekening persediaan dan dipihak lain dicantumkan
dalam laporan rugi-laba sebagai salah satu elemen yang akan berpengaruh pada penentuan laba
bersih perusahaan. Ada dua sistem pencatatan persediaan yakni metode persediaan periodik dan
metode persediaan perpetual.

Dalam metode periodik, adanya transaksi pembelian tidak didebit pada rekening
persediaan tapi didebit pada rekening pembelian begitu juga dengan transaksi penjualan tidak
dikredit pada rekening persediaan tapi pada rekening penjualan. Informasi mengenai persediaan
yang ada pada suatu saat tertentu, tidak didapat dari rekening persediaan tapi melalui perhitungan
fisik atas persediaan yang ada digudang. Perhitungan fisik biasa dilakukan pada saat perusahaan
akan menyusun laporan keuangan. Dalam metode ini perhitungan fisik mempunyai peranan
penting, karena tanpa perhitungan fisik laporan keuangan tidak dapat disusun. Dalam
pembahasan ini kita akan menggunakan metode pisik atau periodik.

Dalam metode perpetual, baik jumlah penjualan maupun harga pokok penjualan dan
dicatat pada setiap saat barang dijual. Dengan cara ini catatan akuntansi akan secara terus
menerus mengungkapkan besarnya persediaan yang ada.
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

 FIFO (First in First Out)

Mencatat barang yang dibeli duluan, yang dijual duluan

 LIFO (Last In First Out)

Mencatat barang yang dibeli belakangan, yang dijual duluan

 AVARAGE (Rata-rata)

Tidak membedakan barang yang dibeli duluan atau yang dibeli belakangan

CONTOH SOAL (METODE PHISIK)

1/3 Persediaanawal100 unit @ 1500 8/3 Pembelian200 unit @ Rp. 1600

2/3 Pembelian200 unit @ Rp. 1750 9/3 Pembelian600 unit @ Rp. 1550

4/3 Pembelian300 unit @ Rp. 1400 12/3 Pembelian50 unit @ Rp. 1650

5/3 Pembelian200 unit @ Rp. 1500 16/3 Pembelian100 unit @ Rp. 1750

 Persediaan akhir (melalui perhitungan) diketahui sebanyak 700 unit


 DIMINTA : Berapa Nilai Persediaan diatas dengan metode (FIFO ; LIFO ; AVARAGE)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan         

Instrumen keuangan adalah suatu keuangan yang menambah nilai aset atau liabilitas
keuangan. Kas dan piutang merupakan contoh dari aset keuangan. Aset keuangan merupakan
bagian dari instrumen keuangan.

Berdasarkan PSAK 55, berikut klasifikasi aset keuangan yang dibagi menjadi empat.

1. Aset keuangan diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi (fair value to profit and loss-
FVTPL)
2. Investasi dipegang hingga jatuh tempo (held to maturities-HTM)
3. Pinjaman yang diberikan atau piutang (loans or receivable-LR)
4. 4.Aset keuangan tersedia untuk dijual (available for sale-AFS)

       Pengklasifikasian aset keuangan ini memiliki makna strategis karena setiap klasifikasi
memiliki metode penilaian yang berbeda baik dalam pengakuan awal maupun setelah pengakuan
awal. Perbedaan klasifikasi didasarkan pada intensi manajemen terkait dan jenis aset keuangan.

Kas termasuk instrumen keuangan dalam klasifikasi aset keuangan. Kas merupakan alat
pembayaran yang siap dan bebas. Sedangkan Piutang merupakan klaim (hak untuk
mendapatkan) uang dari entitas lain. Piutang juga disebut tagihan atau receivable. Menurut bukti
pendukungnyapiutang dapat dikelompokkan menjadi:

 Piutang Wesel/ Notes Receivable atau Wesel Tagih, yaitu tagihan yangdidukung oleh
instrument kredit resmi seperti Promes. Promes adalah janji tertulis untuk membayar
uang pada tanggal tertentu tanpa syarat.
 Piutang Usaha yaitu tagihan yang didukung oleh bukti usaha biasa biasa seperti faktur
atau bukti bahwa perusahaan telah menjual barang/jasa kepihak yang berhutang (debitur).

Dan hal penting adalah proses penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus
sesuai dengan standar-standar akuntansi yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

http://juniwati12.blogspot.com/2017/05/

https://juniwati12.blogspot.com/search?q=penurunan+nilai

https://juniwati12.blogspot.com/search?q=penghentian+pengakuan

http://juniwati12.blogspot.com/2017/05/klasifikasi-aset-keuangan.html

http://samhan12.blogspot.com/2013/05/apa-itu-instrumen-keuangan-kas-dan.html

https://www.academia.edu/5806287/Persediaan_Barang

Anda mungkin juga menyukai