Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN CASH FLOW DAN


FORMAT PENYUSUNAN CASH FLOW

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Manajemen Pendanaan dan Pembiayaan Bank Syariah
Dosen Pengampu: Ibu Cita Sary Dja’akum, S.H.I., M.E.I.

Disusun oleh: Kelompok 6


1. Rama Andrian F (2105036130)
2. Dita Ainurrizka (2105036137)
3. Septiana Hidayatul A (2105036151)
Kelas: PBAS D3

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Asaalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul:
“Prinsip-Prinsip Penyusunan Cash Flow dan Format Penyusunan Cash Flow.” Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga,
sahahat-sahahat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Maka dari itu disusunlah makalah ini, semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat
berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen Pendanaan
dan Pembiayaan Bank Syariah dan semoga segala yang tertuang dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah
keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan
agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karenaitu sangat berbahagia jikalau dosen pengampu memberikan koreksi dan arahan
untuk kebaikan kedepannya kelak. Kami berharap juga saran dan kritik dari pembaca
yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan
terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semarang, 20 Agustus 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan .................................................................................................................1
D. Manfaat................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Pengertian Cash Flow..............................................................................................2
B. Prinsip-Prinsip Penyusunan Cash Flow...................................................................4
C. Format Penyusunan Cash Flow...............................................................................5
BAB III PENUTUP.............................................................................................................8
A. Kesimpulan..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan Keuangan merupakan media informasi sehubung dengan aktifitas
perusahaan dan posisi keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan. Bank sebagai
Lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak
yang memerlukan dana, diperlukan bank dengan kinerja yang sehat, sehingga fungsi
intermediasi dapat berjalan dengan lancar. Kinerja bank dapat diukur dengan menganalisis
dan mengevaluasi laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan pada sektor perbankan syariah adalah untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja saat perubahan posisi
keuangan aktivitas operasi bank yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Suatu
laporan keuangan akan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan tersebut dapat dipahami, relavan, andal dan dapat diperbandingkan.
Laporan keuangan dapat memberikan gambaran posisi keuangan suatu perusahaan
serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang
dibuat oleh bank memberikan informasi kepada para pemakai laporan keuangan meliputi
investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan
kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan
masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangn untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari cash flow (aliran kas)?
2. Bagaimana prinsip-prinsip penyusunan cash flow?
3. Bagaimana format penyusunan cash flow?
C. Tujuan
1. Memberikan pengetahuan dan meningkatkan pemahaman tentang cash flow (aliran
kas)
2. Mendapatkan informasi mengenai laporan keuangan
D. Manfaat
Secara langsung maupun tidak langsung ada banyak manfaat dalam menyelesaikan
makalah ini, diantaranya yaitu:
1. Bagi penulis
Memberikan dan menambah pengetahuan serta pemahaman mengenai cash flow
(aliran kas)
2. Bagi pembaca/mahasiswa
Dapat membantu pembaca/mahasiswa dalam mempelajari dan mendalami tentang
analisis laporan keuangan khususnya mengenai aliran kas itu sendiri.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cash Flow


Cash flow (Aliran Kas) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk
sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari
aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa saldonya
setiap periode. Analisis arus kas (Cash flow) adalah laporan yang disusun guna
menunjukkan perubahan bertambahnya atau berkurangnya uang kas selama satu periode.
Pengeluaran uang kas suatu perusahaan dapat bertambah terus, misalnya untuk
pengeluaran pembelian bahan mentah, pembayaran gaji, upah, honor, dan lain
sebagainya.1
Menurut Hery mendefinisikan laporan arus kas sebagai berikut: “Laporan arus kas
(Statement of Cash Flows) adalah sebuah laporan yang menggambarkan arus kas masuk
dan arus kas keluar secara terperinci dari masing-masing aktivitas, yaitu mulai dari
aktivitas operasional, aktivitas investasi, sampai pada aktivitas pendanaan/pembiayaan
untuk satu periode waktu tertentu.” Menurut Hery laporan arus kas digunakan oleh
manajemen untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung dan
merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan di masa yang akan datang. Laporan
arus kas juga digunakan oleh kreditor dan investor dalam menilai tingkat likuiditas
maupun potensi perusahaan dalam menghasilkan laba (keuntungan).
Semua penerimaan arus kas dan pengeluaran arus kas dikelompokan ke dalam salah
satu dari 3 kategori, yaitu: operasi, investasi, dan pendanaan. Pengklasifikasian arus kas
ini penting dilakukan untuk mengevaluasi arus kas yang telah terjadi dan memprediksi
arus kas masa depan. Dalam laporan arus kas dapat terjadi perbedaan klasifikasi dari ke
tiga aktivitas tersebut, hal ini disebabkan perusahaan memiliki kebijakan tersendiri.
Contohnya: pembayaran bunga dari hutang, secara klasifikasi standar adalah merupakan
aktivitas operasi, tetapi terkadang perusahaan menempatkan pada aktivitas pendanaan,
oleh karena itu bisa jadi perusahaan tersebut menyamakan pembayaran bunga dengan
pembayaran deviden.2
Hal utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam mengatur arus kas
adalah memahami dengan jelas fungsi dana/uang yang miliki, simpan atau investasikan.
Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi kebutuhan sehari-
hari dan dapat dicairkan dalam waktu singkat relatif tanpa ada pengurangan investasi
awal.
2. Fungsi Anti Inflasi, dana yang disimpan guna menghindari resiko penurunan pada
daya beli di masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif cepat.
3. Capital Growth, dana yang diperuntukkan untuk penambahan/perkembangan
kekayaan dengan jangka waktu relatif panjang.3

1
Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, Edisi ke-8, Fakultas Ekonomi UGM, Jogjakarta, 2004, hlm. 96
2
Karna Sopandi, Moch Mauludi Khusna, “Jurnal Inovasi Masyarakat p-ISSN 2797-1171, e-ISSN 2776-0235”,
Vol. 01 No. 02, Mei-Agustus 2021, hlm. 142-153.
3
Ibid

2
Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat di bagi menjadi tiga
kelompok yaitu:
a. Aliran kas awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan
pengeluaran untuk kegiatan investasi misalnya; pembelian tanah, gedung, biaya
pendahuluan dsb. Aliran kas awal dapat dikatakan aliran kas keluar (cash out flow)
b. Aliran kas operasional (Operational Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan
dengan operasional proyek seperti; penjualan, biaya umum, dan administrasi. Oleh
sebab itu aliran kas operasional merupakan aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran
kas keluar (cash out flow).
c. Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan
nilai sisa proyek (nilai residu) seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek yaitu
penjualan peralatan proyek.
Pemanfaatan Cash flow Projection Metode proyeksi aliran kas ini sangat sesuai
digunakan dalam situasi penyaluran kredit sebagai berikut:
1. Penjualan perusahaan yang sangat fluktuatif
Penjualan setiap bulan bergerak dalam satu interval yang cukup besar. Fluktuasi ini
mengakibatkan posisi dana perusahaan juga bervariasi sangat tinggi. Bisa saja terjadi
bahwa pada bulan tertentu terdapat kelebihan dana yang besar, namun tiba-tiba pada
bulan berikutnya terdapat kekurangan dana yang besar.
2. Penjualan yang bersifat musiman
Misalnya, industri payung. Kebutuhan dana akan meningkat pesat menjelang musim
hujan. Karena, menjelang musim hujan inilah produksi dan distribusi payung terjadi.
Penjualan dan penagihan piutang terjadi pada saat musim hujan tiba. Pada musim
kemarau, kebutuhan dana relatif kecil karena penjualan juga relatif kecil.
3. Pembiayaan proyek (project financing)
Misalnya pembangunan apartemen, pendirian pabrik, pembelian mesin besar, dan
lain-lain. Kebutuhan dana terhadap proyek-proyek seperti ini sangat tergantung pada
bentuk dan progres proyek.
Proyeksi aliran kas ini dapat disusun dengan periode tertentu. Misalnya, per tahun,
per bulan, per minggu, atau bahkan, harian. Tentu saja semakin pendek interval yang
dipakai, hasil proyeksi akan lebih presisi. Tetapi, itu membutuhkan usaha yang lebih besar
dan data yang lebih rinci. Bagi bank, periode bulanan dan tahunan umumnya sudah
mencukupi.
Pada umumnya, untuk kebutuhan perkreditan, proyeksi yang dilakukan adalah
bulanan. Untuk proyek jangka panjang, misalnya, pembiayaan hotel, biasanya proyeksi
bulanan dilakukan untuk 1-3 tahun pertama. Setelah itu, dilakukan secara tahunan.
Patokan yang dipakai untuk menetukan durasi proyeksi bulanan adalah mulai dari awal
proyek sampai dengan masa stabilitas komersial. Misalnya, pembangunan sebuah hotel.
Mungkin 2 tahun pertama adalah masa kontruksi. Setelah itu, 1 tahun berikutnya adalah
masa peluncuran dan promosi. Setelah itu, dianggap penjualan akan stabil. Dengan
demikian 3 tahun pertama dilakukan proyeksi bulanan untuk memperoleh gambaran yang
lebih rinci. Setelah itu, tahunan sudah cukup memadai. Untuk proyek lain, mungkin
proyeksi bulanan dibutuhkan cukup untuk 2 tahun pertama. Jadi, tergantung pada jenis dan
sifat proyek yang dibiayai.

3
Adapun kegunaan dalam menyusun estimasi cash flow dalam perusahaan sangat
berguna bagi beberapa pihak terutama manajement sebagai berikut:4
1. Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang berhubungan dengan rencana
keuangan perusahaan dan transaksi yang menyebabkan perubahan kas.
2. Sebagian dasar untuk menaksir kebutuhan dana untuk masa yang akan datang dan
memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit.
3. Membantu menager untuk mengambil keputusan kebijakan financial.
Untuk kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kredit yang
diberikan kepadanya.

B. Prinsip-Prinsip Penyusunan Cash Flow


Dalam penyusunan cashflow, ada beberapa prinsip yang harus diketahui terlebih
dahulu. Yang pertama adalah bahwa, sesuai namanya, cashflow disusun dengan basis
tunai (cash basis). Hal ini berbeda dengan laporan keuangan yang umumnya menggunakan
accrual bisnis (pencatatan dilakukan pada saat transaksi terjadi). Pada cash basis:
1. Pencatatan dilakukan pada saat uang tunai diterima, bukan pada saat penjualan terjadi.
Misalnya, penjualan pada bulan januari dilakukan dengan cara kredit 2 bulan. Pada
saat melakukan proyeksi aliran kas, yang diperhatikan adalah pada saat tagihan
diterima, yaitu 2 bulan kemudian. Pendapatan diakui pada saat uang tunai diterima.
Bukan pada saat penjualan dilakukan.
2. Biaya-biaya juga sama, dicatat pada saat uang tunai di keluarkan, bukan pada saat
biaya timbul. Misalnya, perusahaan membeli barang melalui kredit 3 bulan. Catatan di
Cashflow baru muncul pada saat pembayaran dilakukan, bukan pada saat pembelian.
Sedangkan pada accrual basis, pendapatan dan biaya diakui pada saat kejadian, dan
hal tersebut belum tentu sama dalam waktu terjadi pemindahan uang tunai. Contoh:
PT. A menjual barang secara kredit selama 3 bulan. Pada accrual basis penjualan
dicatat pada saat barang dijual, sedangkan pada cash basis, penjualan baru dicatat
setelah uang diterima (yaitu setelah 3 bulan kemudian).
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan cash flow, yaitu:
1) Menentukan minimum kas
2) Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
3) Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk
menutupi deficit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.
4) Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya
transaksi financial dan budget kas yang final.
Dalam menyusun Cash Flow kita tidak memperhitungkan biaya-biaya non kas (Non-
cash Charges) seperti depresiasi dan amortisasi. Yang diperhatikan adalah transaksi
tunai saja. Dengan demikian, akibat adanya beberapa perbedaan pencatatan, dalam
bentuk jumlah Laba Bersih (Net Profit) yang ditunjukkan dalam Income Statement
sama dengan jumlah uang tunai yang dimiliki perusahaan tersebut.5

4
Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk Credit (Account) officer, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010, hlm
142.
5
Ibid

4
C. Format Penyusunan Cash Flow
Bentuk (format) cash flow sangat bervariasi. Tidak ada satu bentuk baku yang
dipakai secara umum. Walaupun demikian, apapun bentuk yang dipakai, format Cash
Flow terdiri dari komponen-komponen berikut:6
1. Saldo Awal Kas (Beginning Cash Balance)
Yaitu jumlah uang tunai (kas) yang dimiliki perusahaan di awal periode.
2. Kas Masuk atau Penerimaan kas (Cash Inflow)
Yaitu aliran kas yang diterima oleh perusahaan selama waktu tertentu sesuai dengan
interval perhitungan (sehari, sebulan, triwulan, dan seterusnya). Yang dimaksud
dengan Cash Flow adalah uang tunai yang benar-benar diterima.
Beberapa contoh komponen yang termasuk dalam Cash Flow adalah:
 Piutang Dagang yang tertagih (Account Receivable Collected), yaitu Piutang
Dagang yang dibayar oleh pelanggan sehubungan dengan penjualan kredit yang
dilakukan oleh perusahaan.
 Pendapatan Bunga (Interest Income) atas simpanan yang ada di Bank, seperti jasa
giro, bunga deposito, dan lain-lain. Pendapatan bunga mungkin juga diperoleh
dari pelanggan perusahaan yang terlambat membayar piutang dagang yang telah
jatuh tempo sehingga memberikan sejumlah kompensasi kepada perusahaan
dalam bentuk bunga. Pendapatan jenis ini dapat ditemukan di pos Other
Income (pendapatan lain-lain) di Income Statement.
 Restitusi PPN (Pajak Pertambahan Nilai) untuk para eksportir yang menggunakan
bahan baku dalam negeri, yang pada saat membeli bahan baku mereka telah
membayar PPN.
 Pengembalian Kelebihan Pph (Pajak Penghasilan) yang telah dibayar.
 Penerimaan Uang Tunai sehubungan dengan penjualan aktiva tetap yang
dilakukan perusahaan.
 Injeksi Dana Segar dari pemegang saham. Misalnya adanya penambahan modal
disetor, pemberian pinjaman oleh para pemegang saham, dan lain-lain.
3. Total Kas yang Tersedia (Total Cash Available)
Yaitu penjumlahan antara saldo awal kas dengan penerimaan tunai periode yang
bersangkutan. Saldo ini menunjukkan total uang tunai yang dimiliki perusahaan untuk
periode tersebut. Kas yang tersedia inilah yang dipergunakan oleh perusahaan untuk
membayar seluruh kewajiban tunainya.
4. Kas Keluar atau Pengeluaran Kas (Cash Out Flow)
Yaitu aliran pembayaran kas (tunai) yang dilakukan perusahaan. Komponen ini adalah
kebalikan dari Cash In Flow. Pada Cash In Flow perusahaan menerima uang tunai,
maka pada Cash Out Flow perusahaan mengeluarkan uang tunai.
Beberapa contoh komponen Cash Out Flow adalah:
 Pembayaran Utang Dagang (Account Payable Paid), Yaitu utang dagang yang
jatuh tempo yang harus dibayar sehubungan dengan pembelian secara kredit oleh
perusahaan.

6
Budi Sukardi, “Penyusunan Aliran Kas (Cash Flow)”, diakses dari
http://heibilon.blogspot.com/2013/06/penyusunan-aliran-kas-cash-flow.html, pada tanggal 23 Agustus 2022
pukul 18.56

5
 Biaya Margin (Margin Expense) akibat pemakaian dana pinjaman, seperti
pinjaman bank, leasing, dan lain-lain.
 Upah Buruh (Labour Cost), misalnya untuk industri manufaktur.
 Biaya Operasional Tunai seperti biaya gaji dan bonus karyawan, biaya utilitas
(listrik, air, telepon), biaya asuransi, biaya perjalanan, dan lain-lain.
 Utang Pph yang masih harus dibayar.
 Biaya-biaya kredit seperti provisi kredit, biaya administrasi kredit, dan lain-lain.
 Pembelian Aktiva Tetap (Capital Expenditure) seperti pembelian mesin-mesin,
peralatan, tanah, dan bangunan, dan lain-lain.
 Pembayaran Deviden Tunai (Cash Dividend)
 Pembayaran Angsuran Pokok Utang (Principle Repayment)
5. Surplus/Defisit Kas Perusahaan (Net Cash Surplus/Defisit)
Yaitu selisih antara total kas yang tersedia dengan Cash Out Flow. Ada beberapa
indikasi yang ditunjukkan oleh perusahaan yang memiliki kas surplus yang cukup
besar terus menerus yaitu:
 Kemampuan membayar angsuran pokok pinjaman (bila ada) masih cukup besar.
Dalam kasus seperti ini, kita dapat mempertimbangkan kemungkinan pemberian
pinjaman yang tidak terlalu lama.
 Jika perusahaan memiliki pinjaman jangka pendek, kas yang surplus
menunjukkan bahwa pinjaman jangka pendek tersebut dapat dilunasi.
Segalanya, bila kas adalah defisit, ada beberapa indikasi yang ditunjukkan:
 Angsuran pokok pinjaman (bila ada) terlalu besar. Untuk menguji hal ini,
kita dapat mencoba mengeluarkan angsuran pokok dari Cash Out Flow. Bila
pengujian ini benar, kita harus memberi pinjaman yang lebih panjang yang
angsuran pokoknya per periode lebih ringan.
 Perusahaan membutuhkan tambahan pinjaman untuk menutup kekurangan
kas tersebut.
 Bila defisit hanya terjadi pada interval awal, berarti terdapat kebutuhan
akan grace period untuk pinjaman jangka panjang yang diberikan.
Perusahaan baru mulai dapat melakukan pembayaran angsuran pokok
pinjaman bila saldo telah menunjukkan angka positif (surplus).
6. Saldo Kas Minimum (Minimum Cash Balance)
Yaitu sejumlah uang tunai tertentu yang mengendap di perusahaan sepanjang waktu,
misalnya untuk keperluan kas kecil. Untuk pedagang mobil bekas (used car), setiap
saat harus memiliki sejumlah uang tunai agar dapat langsung melakukan pembelian
bila ada mobil yang ingin dibeli.
7. Kebutuhan Dana Tambahan (Additional Financial Needs)
Yaitu jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup defisit kas.
Jumlah dana yang dibutuhkan ini tergantung pada besarnya saldo kas minimum dan
kondisi kas perusahaan (defisit / surplus).
 Bila tidak ada saldo kas minimum yang ingin dipelihara oleh perusahaan, saldo
defisit kas sama dengan jumlah kebutuhan dananya.
 Bila ada saldo kas minimum yang harus di jaga, dan saldo kas adalah defisit,
kebutuhan dana tambahan sebesar saldo kas minimum ditambah jumlah defisit
kas.

6
 Bila ada saldo kas minimum yang harus di jaga, dan saldo kas adalah surplus,
tetapi lebih kecil daripada saldo kas minimum yang disyaratkan, kebutuhan dana
tambahan adalah sebesar selisih antara saldo kas minimum dengan saldo surplus.
 Bila ada saldo kas minimum yang harus di jaga, dan posisi kas adalah surplus,
dimana nilai surplus di atas saldo kas minimum, maka tidak dibutuhkan dana
tambahan.
8. Saldo Kas Akhir (Ending Cash Balance)
Yaitu posisi kas di akhir periode (interval) setelah memperhitungkan kebutuhan dana
tambahan.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cash flow (Aliran Kas) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk
sebagai akibat dari aktivitas perusahaan. Cash flow adalah laporan yang disusun guna
menunjukkan perubahan bertambahnya atau berkurangnya uang kas selama satu periode.
Laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar secara terperinci dari
masing-masing aktivitas. Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di
masa yang akan dating serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang
telah di buat sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggung jawaban arus
kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan. Apilabila dikaitkan dengan
laporan keuangan lainnya,laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi
pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas suatu entitas
pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).

8
DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8. Jogjkarta: Fakultas Ekonomi UGM
Budi Sukardi, “Penyusunan Aliran Kas (Cash Flow)”, diakses dari
http://heibilon.blogspot.com/2013/06/penyusunan-aliran-kas-cash-flow.html, pada
tanggal 23 Agustus 2022 pukul 18.56
Jusuf, Jopie. 2010. Analisis Kredit untuk Credit (Account) officer. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Karna Sopandi, Moch Mauludi Khusna. 2021.Jurnal Inovasi Masyarakat p-ISSN 2797-1171,
e-ISSN 2776-0235 Vol. 01 No. 02.

Anda mungkin juga menyukai