Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Analisis
Keuangan
Disusun Oleh:
Ardila Ayu Lestari
(90500120003)
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
pembuatan makalah ini. Khususnya dosen pengampu Ibu Ismawati S.E.,M.Si. yang
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini bisa memberikan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisa rasio keuangan ini antara lain dengan menilai tingkat likuiditas dan
aktivitas. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang terlalu tinggi
menandakan jumlah dana tunai dana yang segera dapat dicairkan melimpah.
Hal ini berarti perusahaan tersebut dalam keadaan kurang baik karena ada
aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal. Artinya manajemen kurang
1
mampu menjalankan kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam hal
menggunakan dana yang dimiliki. Rasio yang termasuk dalam rasio likuiditas
yaitu Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test
Ratio), Rasio Kas (Cash Ratio), Rasio perputaran kas dan Inventory to net
working capital.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbankan Syariah
Secara etimologi kata Bank berasal dari bahsa Italia yaitu banco yang berarti
bangku. Maksudnya bangku ialah yang dipergunakan oleh banker dalam
melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Jika dikaitkan dengan
kata syariah, maka Bank Syariah adalah Lembaga keuangan yang menjalankan
fungsi perantara dalam penghimpunan dana masyarakat serta menyalurkan
pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Sehingga dapat disimpilkan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu
yang yang terkait dengan Bank Syariah dan segala unit syariah, yang di
dalamnya mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.1
Bank Syariah merupakan bank yang mengikuti sistem ekonomi Islam.
Adapun ekonomi Islam menurut Fazlurrahman dalam Farida (2011:53),
“ekonomi Islam menurut para pembangun dan pendukungnya dibangun di atas
atau setidaknya diwarnai oleh prinsip-prinsip religious, berorientasi dunia dan
akhirat.”
1
Ismawati, & Supriadi. (2020). Implementasi Peinsip-prinsip Perbankan Syariah Untuk
Mempertahankan Loyalitas Nasabah. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 3(1), 41.
2
Marimin, A., Romdhoni, A. H., & Fitria, T. N. (2015). Perkembangan Bank Syariah Di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 01(02), 77-78.
3
tentang Perbankan bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan
stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dan
berdasarkan Pasal 1 Ayat 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/23/PBI/2020
tentang Sistem Pembayaran bahwa Bank adalah bank umum dan bank
perkreditan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai
perbankan, termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia, dan bank umum
syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang mengenai perbankan syariah. Jadi, dapat disimpulkan berarti
bank berfungsi pula sebagai agent of development atau agen pembangunan
nasional yang bertujuan meningkatkan pemerataan pembangunan dan,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan orang banyak.3
Pengertian Bank Syariah menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 21 Tahun
2008, pada angka 7 disebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah, dan pada angka 10 disebutkan bahwa Unit Usaha Syariah, yang
selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau unit kerja di
kantor Cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.4
Lembaga keuangan syariah tidak berupaya menjadi lembaga keuangan yang
fokus utamanya pada pengambilan keuntungan semata. Menjadi entitas yang
bermanfaat bagi masyarakat melalui asas kekeluargaan tolong menolongnya
menjadi hal yang ditekankan dalam setiap transaksi yang ada di dalamnya.
Berbeda dengan lembaga keuangan syariah, di dalam lembaga keuangan
konvensional lebih menekankan pada bagaimana keuntungan yang diperoleh
dalam setiap transaksi bisa di dapat secara semaksimal mungkin. Perbedaan
tujuan utama ini menjadi perbedaan yang paling mendasar bagi lembaga
keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah.
3
Nurfitriyani, Hamidah, S., & Dewantara, R. (2021). Analisis Hukum Ekonomi Terhadap
Peraturan Perbankan Dalam Perlindungan Hukum Nasabah. Jurnal IUS Kajian Hukum dan
Keadilan |, 9(2), 461.
4
Suryani. (2015). Implikasi Dan Tantangan Lahirnya Undang-undang No. 21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syariah. Iqtishadia, 8(2), 360.
4
Dengan tingginya potensi sumber dan pemanfaaatan rekening dana
kebajikan pada lembaga keuangan syariah, maka peran akuntansi dalam setiap
transaksinya sangat dibutuhkan bagi semua pihak, baik pihak internal maupun
pihak eksternal. Fungsi adanya peran akuntansi ini dimaksudkan sebagai bukti
transparansi dan akuntabilitas transaksi. Akuntansi lembaga keuangan syariah
atau yang lebih dikenal sebagai akuntansi syariah tidak asing lagi didengar pada
era milenial ini.5
B. Rasio Likuiditas
Pengertian rasio likuiditas menurut Darsono, et al. (2004: 51) adalah rasio
yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek. Likuiditas merupakan gambaran kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Astuti
menambahkan, posisi likuiditas perusahaan menunjukan kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.8
Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja
yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Current Ratio merupakan salah
satu rasio likuiditas. Current Ratio menunjukkan tingkat keamanan (margin of
safety) kreditor jangka pendek. Dengan adanaya current ratio yang tinggi belum
tentu menjamin akan dapat dibayarnya utang perusahaan yang sudah jatuh
5
Utami, V. P., Rani, R. A., & Azizah, S. D. (2018). Laporan Keuangan Lembaga
Keuangan Syariah Sebagai Betuk Transparansi Pengalokasian Rekening Dana Kebijakan.
Jurnal PETA, 3(2), 54.
6
Fahmi, I. (2014). Analisis Laporan Keuangan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
7
Nuriasari, S. (2018). Analisa Rasio Likuiditas Dalam Mengukur Kinerja Keuangan.
Jurnal Riset Bisnis dan Investasi, 4(3), 3.
8
Astuti, D. (2004). Manajemen Keuangan Perusahaan Edisi Pertama. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
5
tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak
menguntungkan.
Rasio likuiditas dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk
prosentase. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100%, ini berarti bahwa aktiva
lancar dapat menutupi semua utang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah
jika berada di atas 1 atau di atas 100% . Hal yang paling penting dalam
mengukur rasio modal kerja (rasio likuiditas) bukanlah pada besar kecilnya
perbedaan aktiva lancar dengan utang jangka pendek, melainkan harus dilihat
pada hubungannya atau perbandingannya yang mencerminkan kemampuan
mengembalikan utang. Current ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya
uang kas yang berlebihan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan atau adanya
unsur aktiva lancar yang rendah likuiditasnya (seperti persediaan) yang
berlebihan. Current ratio yang tinggi tersebut memang baik dari sudut pandang
kreditor, namun dari sudut pandang investor, hal ini kurang menguntungkan
karena aktiva lancar tidak didayagunakan dengan efektif. Sebaliknya, current
ratio yang rendah relatif lebih riskan, namun menunjukkan bahwa manajemen
telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif.9
9
Djarwanto. (1993). Pokok - pokok Analisa Laporan Keuangan. Yokyakarta: BPFE.
10
Masyitah, E., & Harahap, K. K. (2018). Analisis Kinerja Keuangan Menggunakan
Rasio Likuiditas Dan Profitabilitas. JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN
KONTEMPORER, 1(1), 37.
11
Hery. (2016). Analisis Laporan Keuangan Integrated and Comprehensive Edition.
Jakarta: Grasindo.
6
Aset Lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar
12
Munawir. (2014). Analisa Laporan Keuangan. Yokyakarta: Liberty.
13
Haryoko, U. B., Albab, M. U., & Pratama, A. (2020). Analisis Rasio Likuiditas dan
Rasio Profitabilitas Sebagai Alat Ukur KInerja Keuangan Pada PT Pelat Timah Nusantara.
Tbk. JURNAL ILMIAH FEASIBLE, 2(1), 75-76.
14
Akramunnas, & Kara, M. (2019). Pengukuran Kinerja Perbankan Dengan Metode
Camel. AL-MASHRAFIYAH, 3(1), 57-63.
7
antara lain Quick Ratio, Investing Policy Ratio, Banking Ratio, Assets To Loan
Ratio, Invesment Portofolio Ratio, Cash Ratio, Loan to deposit ratio (LDR).15
Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua
deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa
terjadi penangguhan. Rasio likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan FDR
yaitu rasio total pembiayaan bank terhadap total dana pihak ketiga, yang diukur
dengan Rumus:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝐹𝐷𝑅 = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎
15
Kasmir. (2003). Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
10