Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

“Rasio Likuiditas pada Perbankan Syariah”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Analisis
Keuangan

Disusun Oleh:
Ardila Ayu Lestari
(90500120003)

Dosen Pengampuh : Ismawati S.E.,M.Si

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI PERBANKAN SYARIAH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan

makalah tentang “Rasio Likuiditas Pada Perbankan Syariah”.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari

berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

pembuatan makalah ini. Khususnya dosen pengampu Ibu Ismawati S.E.,M.Si. yang

telah memberi kami tugas untuk membuat makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya

kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami

dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini bisa memberikan

manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gowa, 06 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Perbankan Syariah........................................................................................ 3
B. Rasio Likuiditas ........................................................................................... 5
C. Rasio Likuiditas pada Perbankan Syariah .................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9
A. Kesimpulan .................................................................................................. 9
B. Saran............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu


mencapai laba yang maksimum dan menjaga agar kelangsungan hidup serta
pertumbuhan usahanya dapat berjalan dengan lancar. Laba yang diharapkan
dapat menjaga kelangsungan perusahaan dalam menjalankan usahanya dan
mengembangkan usaha tersebut. Untuk mencapai tujuan itu perusahaan harus
mempunyai suatu manajemen dan strategi yang baik, salah satunya dengan
mengetahui kondisi keuangan dan masalah keuangan perusahaan, terutama
dalam hal perusahaan mengelola laporan keuangannya.

Laporan keuangan perusahaan menyajikan posisi dan kinerja perusahaan


dalam memperoleh keuntungan atau menghasilkan laba. Posisi keuangan
perusahaan ditunjukkan dalam laporan posisi keuangan. Dalam laporan posisi
keuangan tersebut dapat diketahui kekayaan atau aset perusahaan yang dimiliki
(sisi aktiva) dan pada sisi pasiva dapat diketahui dari mana dana-dana untuk
membiayai aset tersebut diperoleh, yaitu dari liabilitas dan ekuitas. Sedangkan
kinerja perusahaan dalam memperoleh keuntungan dapat dilihat dari laporan
laba rugi yang diterbitkan oleh perusahaan. Laporan keuangan menunjukkan
cara bagaimana perusahaan memperoleh sumber dana, penggunaan dana
tersebut serta seberapa penting dan efektif sumber dana tersebut digunakan.
Untuk menginterpretasikan kondisi keuangan serta kinerja pada suatu
perusahaan perlu diadakan analisis terhadap hubungan dalam laporan keuangan,
analisis ini disebut dengan analisa rasio keuangan.

Analisa rasio keuangan ini antara lain dengan menilai tingkat likuiditas dan
aktivitas. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang terlalu tinggi
menandakan jumlah dana tunai dana yang segera dapat dicairkan melimpah.
Hal ini berarti perusahaan tersebut dalam keadaan kurang baik karena ada
aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal. Artinya manajemen kurang

1
mampu menjalankan kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam hal
menggunakan dana yang dimiliki. Rasio yang termasuk dalam rasio likuiditas
yaitu Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test
Ratio), Rasio Kas (Cash Ratio), Rasio perputaran kas dan Inventory to net
working capital.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas maka penulis mengangkat rumusan


masalah sebagai berikut:

1. Apa definisi dari Bank Syariah?


2. Apa yang dimkasud dengan rasio likuiditas?
3. Bagaimana rasio likuiditas pada Bank Syariah?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah


ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi dari Bank Syariah


2. Untuk mengetahui yang dimkasud dari rasio likuiditas
3. Untuk mengetahui rasio likuiditas pada Bank Syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbankan Syariah

Secara etimologi kata Bank berasal dari bahsa Italia yaitu banco yang berarti
bangku. Maksudnya bangku ialah yang dipergunakan oleh banker dalam
melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Jika dikaitkan dengan
kata syariah, maka Bank Syariah adalah Lembaga keuangan yang menjalankan
fungsi perantara dalam penghimpunan dana masyarakat serta menyalurkan
pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Sehingga dapat disimpilkan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu
yang yang terkait dengan Bank Syariah dan segala unit syariah, yang di
dalamnya mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.1
Bank Syariah merupakan bank yang mengikuti sistem ekonomi Islam.
Adapun ekonomi Islam menurut Fazlurrahman dalam Farida (2011:53),
“ekonomi Islam menurut para pembangun dan pendukungnya dibangun di atas
atau setidaknya diwarnai oleh prinsip-prinsip religious, berorientasi dunia dan
akhirat.”

Pada tahun 1992 Bank Muamalat Indonesia berdiri sebagai tanda


dimulainya dual Definisi bank, bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat dalam
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 tentang perbankan yakni:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam


bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Sedangkan pengertian bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan atau “berdasar prinsip syariah” yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pengertian
bak perkreditan rakyat (BPR-Syariah) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”.2

Bank menurut Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun


1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

1
Ismawati, & Supriadi. (2020). Implementasi Peinsip-prinsip Perbankan Syariah Untuk
Mempertahankan Loyalitas Nasabah. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 3(1), 41.

2
Marimin, A., Romdhoni, A. H., & Fitria, T. N. (2015). Perkembangan Bank Syariah Di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 01(02), 77-78.

3
tentang Perbankan bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan
stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dan
berdasarkan Pasal 1 Ayat 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/23/PBI/2020
tentang Sistem Pembayaran bahwa Bank adalah bank umum dan bank
perkreditan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai
perbankan, termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia, dan bank umum
syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang mengenai perbankan syariah. Jadi, dapat disimpulkan berarti
bank berfungsi pula sebagai agent of development atau agen pembangunan
nasional yang bertujuan meningkatkan pemerataan pembangunan dan,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan orang banyak.3
Pengertian Bank Syariah menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 21 Tahun
2008, pada angka 7 disebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah, dan pada angka 10 disebutkan bahwa Unit Usaha Syariah, yang
selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau unit kerja di
kantor Cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.4
Lembaga keuangan syariah tidak berupaya menjadi lembaga keuangan yang
fokus utamanya pada pengambilan keuntungan semata. Menjadi entitas yang
bermanfaat bagi masyarakat melalui asas kekeluargaan tolong menolongnya
menjadi hal yang ditekankan dalam setiap transaksi yang ada di dalamnya.
Berbeda dengan lembaga keuangan syariah, di dalam lembaga keuangan
konvensional lebih menekankan pada bagaimana keuntungan yang diperoleh
dalam setiap transaksi bisa di dapat secara semaksimal mungkin. Perbedaan
tujuan utama ini menjadi perbedaan yang paling mendasar bagi lembaga
keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah.

3
Nurfitriyani, Hamidah, S., & Dewantara, R. (2021). Analisis Hukum Ekonomi Terhadap
Peraturan Perbankan Dalam Perlindungan Hukum Nasabah. Jurnal IUS Kajian Hukum dan
Keadilan |, 9(2), 461.

4
Suryani. (2015). Implikasi Dan Tantangan Lahirnya Undang-undang No. 21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syariah. Iqtishadia, 8(2), 360.

4
Dengan tingginya potensi sumber dan pemanfaaatan rekening dana
kebajikan pada lembaga keuangan syariah, maka peran akuntansi dalam setiap
transaksinya sangat dibutuhkan bagi semua pihak, baik pihak internal maupun
pihak eksternal. Fungsi adanya peran akuntansi ini dimaksudkan sebagai bukti
transparansi dan akuntabilitas transaksi. Akuntansi lembaga keuangan syariah
atau yang lebih dikenal sebagai akuntansi syariah tidak asing lagi didengar pada
era milenial ini.5
B. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam


memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini penting karenan kegagalan
dalam membayar kewajiban jangka pendek dapat menyebabkan kebangkrutan
perusahaan. Rasio ini mengukur pada kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan dengan lihat aktiva lancar perusahaan terhadap hutang lancarnya
(hutang yang dimaksud disini adalah kewajiban perusahaan).6 Tujuan dari
analisa rasio likuiditas adalah melihat kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek secara tepat waktu.7

Pengertian rasio likuiditas menurut Darsono, et al. (2004: 51) adalah rasio
yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek. Likuiditas merupakan gambaran kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Astuti
menambahkan, posisi likuiditas perusahaan menunjukan kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.8

Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja
yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Current Ratio merupakan salah
satu rasio likuiditas. Current Ratio menunjukkan tingkat keamanan (margin of
safety) kreditor jangka pendek. Dengan adanaya current ratio yang tinggi belum
tentu menjamin akan dapat dibayarnya utang perusahaan yang sudah jatuh

5
Utami, V. P., Rani, R. A., & Azizah, S. D. (2018). Laporan Keuangan Lembaga
Keuangan Syariah Sebagai Betuk Transparansi Pengalokasian Rekening Dana Kebijakan.
Jurnal PETA, 3(2), 54.

6
Fahmi, I. (2014). Analisis Laporan Keuangan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

7
Nuriasari, S. (2018). Analisa Rasio Likuiditas Dalam Mengukur Kinerja Keuangan.
Jurnal Riset Bisnis dan Investasi, 4(3), 3.

8
Astuti, D. (2004). Manajemen Keuangan Perusahaan Edisi Pertama. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

5
tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak
menguntungkan.

Rasio likuiditas dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk
prosentase. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100%, ini berarti bahwa aktiva
lancar dapat menutupi semua utang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah
jika berada di atas 1 atau di atas 100% . Hal yang paling penting dalam
mengukur rasio modal kerja (rasio likuiditas) bukanlah pada besar kecilnya
perbedaan aktiva lancar dengan utang jangka pendek, melainkan harus dilihat
pada hubungannya atau perbandingannya yang mencerminkan kemampuan
mengembalikan utang. Current ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya
uang kas yang berlebihan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan atau adanya
unsur aktiva lancar yang rendah likuiditasnya (seperti persediaan) yang
berlebihan. Current ratio yang tinggi tersebut memang baik dari sudut pandang
kreditor, namun dari sudut pandang investor, hal ini kurang menguntungkan
karena aktiva lancar tidak didayagunakan dengan efektif. Sebaliknya, current
ratio yang rendah relatif lebih riskan, namun menunjukkan bahwa manajemen
telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif.9

a. Rasio Kas (cash ratio)


Cash ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar hutang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia di
perusahaan dan uang di bank yang segera dapat diuangkan.10
b. Rasio Lancar (Current Ratio)
Menurut Hery “rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibanjangka
pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar
yang tersedia. Dengan kata lain, rasio lancar ini menggambarkan seberapa
besar jumlah ketersediaan aset lancar yang dimiliki perusahaan
dibandingkan dengan total kewajiban lancar.11 Oleh sebab itu, rasio lancar
dihitung sebagai hasil bagi antara total aset lancar dengan total kewajiban
lancar. Berikut rumus untuk menghitung rasio lancar (current ratio):

9
Djarwanto. (1993). Pokok - pokok Analisa Laporan Keuangan. Yokyakarta: BPFE.

10
Masyitah, E., & Harahap, K. K. (2018). Analisis Kinerja Keuangan Menggunakan
Rasio Likuiditas Dan Profitabilitas. JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN
KONTEMPORER, 1(1), 37.

11
Hery. (2016). Analisis Laporan Keuangan Integrated and Comprehensive Edition.
Jakarta: Grasindo.

6
Aset Lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar

c. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio)


Menurut Munawir quick ratio adalah perbandingan antara (aktiva
lancar-persediaan) dengan hutang lancar. Rasio ini merupakan ukuran
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan
tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu
yang relatif lama untuk direalisir sebagai uang kas, walaupung
kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari pada piutang.12
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung rasio sangat lancar
(quick ratio)13 :
Aset Lancar − Persediaan
Quick Ratio =
Kewajiban Lancar
C. Rasio Likuiditas pada Perbankan Syariah

Perbankan syariah yang dalam aktivitasnya menggunakan prinsip-prinsip


syariah tidak mengenal istilah kredit (loan) dalam fungsinya sebagai penyalur
dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktivitas penyaluran dana yang
dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing).
Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk
memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang memadai dan kecukupan
manajemen risiko likuiditas.14
Kasmir (2003) menyatakan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
pada saat ditagih. Dengan kata lain dapat membayar kembali pencairan dana
deposannya pada saat ditagih beserta dapat mencukupi permintaan kredit yang
telah diajukan. Semakin besar rasio inis semakin likuid. Untuk melakukan
pengukuran rasio ini memiliki beberapa jenis rasio yang masing-masing
memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Adapun jenis-jenis rasio likuiditas

12
Munawir. (2014). Analisa Laporan Keuangan. Yokyakarta: Liberty.
13
Haryoko, U. B., Albab, M. U., & Pratama, A. (2020). Analisis Rasio Likuiditas dan
Rasio Profitabilitas Sebagai Alat Ukur KInerja Keuangan Pada PT Pelat Timah Nusantara.
Tbk. JURNAL ILMIAH FEASIBLE, 2(1), 75-76.
14
Akramunnas, & Kara, M. (2019). Pengukuran Kinerja Perbankan Dengan Metode
Camel. AL-MASHRAFIYAH, 3(1), 57-63.

7
antara lain Quick Ratio, Investing Policy Ratio, Banking Ratio, Assets To Loan
Ratio, Invesment Portofolio Ratio, Cash Ratio, Loan to deposit ratio (LDR).15
Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua
deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa
terjadi penangguhan. Rasio likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan FDR
yaitu rasio total pembiayaan bank terhadap total dana pihak ketiga, yang diukur
dengan Rumus:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝐹𝐷𝑅 = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎

15
Kasmir. (2003). Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan dari penjelasan pembahasan diatas maka penulis dapat menarik


kesimpulan dalam makalah ini ini bahwa:
1. Maka Bank Syariah adalah Lembaga keuangan yang menjalankan fungsi
perantara dalam penghimpunan dana masyarakat serta menyalurkan
pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
3. Rasio likuiditas pada Bank Syariah dilakukan untuk menganalisis
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat
membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan
kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas dalam
penelitian ini diukur dengan FDR yaitu rasio total pembiayaan bank
terhadap total dana pihak ketiga.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari


masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi makalah. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita. Aamiin

9
DAFTAR PUSTAKA

Akramunnas, & Kara, M. (2019). Pengukuran Kinerja Perbankan Dengan Metode


Camel. AL-MASHRAFIYAH, 3(1), 57-63.
Astuti, D. (2004). Manajemen Keuangan Perusahaan Edisi Pertama. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Djarwanto. (1993). Pokok - pokok Analisa Laporan Keuangan. Yokyakarta: BPFE.
Fahmi, I. (2014). Analisis Laporan Keuangan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Haryoko, U. B., Albab, M. U., & Pratama, A. (2020). Analisis Rasio Likuiditas dan
Rasio Profitabilitas Sebagai Alat Ukur KInerja Keuangan Pada PT Pelat
Timah Nusantara. Tbk. JURNAL ILMIAH FEASIBLE, 2(1), 75-76.
Hery. (2016). Analisis Laporan Keuangan Integrated and Comprehensive Edition.
Jakarta: Grasindo.
Ismawati, & Supriadi. (2020). Implementasi Peinsip-prinsip Perbankan Syariah
Untuk Mempertahankan Loyalitas Nasabah. Jurnal Hukum Ekonomi
Syariah, 3(1), 41.
Kasmir. (2003). Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.
Marimin, A., Romdhoni, A. H., & Fitria, T. N. (2015). Perkembangan Bank Syariah
Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 01(02), 77-78.
Masyitah, E., & Harahap, K. K. (2018). Analisis Kinerja Keuangan Menggunakan
Rasio Likuiditas Dan Profitabilitas. JURNAL AKUNTANSI DAN
KEUANGAN KONTEMPORER, 1(1), 37.
Munawir. (2014). Analisa Laporan Keuangan. Yokyakarta: Liberty.
Nurfitriyani, Hamidah, S., & Dewantara, R. (2021). Analisis Hukum Ekonomi
Terhadap Peraturan Perbankan Dalam Perlindungan Hukum Nasabah.
Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan |, 9(2), 461.
Nuriasari, S. (2018). Analisa Rasio Likuiditas Dalam Mengukur Kinerja Keuangan.
Jurnal Riset Bisnis dan Investasi, 4(3), 3.
Suryani. (2015). Implikasi Dan Tantangan Lahirnya Undang-undang No. 21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syariah. Iqtishadia, 8(2), 360.
Utami, V. P., Rani, R. A., & Azizah, S. D. (2018). Laporan Keuangan Lembaga
Keuangan Syariah Sebagai Betuk Transparansi Pengalokasian Rekening
Dana Kebijakan. Jurnal PETA, 3(2), 54.

10

Anda mungkin juga menyukai