Anda di halaman 1dari 18

TREASURY DALAM PERBANKAN SYARIAH

Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Manajemen Aset Dan Liabilitas Bank Syariah

OLEH :
FAHIRA ANGGRAINI (18.3.15.0041)
RIANTI DJIHA (18.3.15.0051)
ADMA NIA TIARTI (18.3.15.0043)
SELVIANA (18.3.15.0040)
ERMIN (18.3.15.0063)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA
2021/2022

0
Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Treasury Dalam Perbankan
Syariah”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami sadar makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palu. Desember 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................4
A. PENGERTIAN MANAJEMEN TREASURY.................................................................................4
B. KEGIATAN MANAJEMEN TREASURY.....................................................................................4
C. PERAN TREASURY......................................................................................................................5
D. RISIKO TREASURY......................................................................................................................8
E. UNIT KERJA TREASURY PERBANKAN...................................................................................8
F. SISTEM TREASURY DALAM PERBANKAN SYARIAH..........................................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari masyarakat
dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi intermediasi keuangan.
Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem operasional perbankan, yaitu
bank konvensional dan bank syariah. Selain itu, terdapat juga dua sistem yang memiliki
perbedaan dalam segala hal termasuk pada sistemnya. Bank Konvensional dan Bank Syariah
adalah dua sisi yang berbeda. Perbedaan dari dua sistem ini bisa dilihat dari sisi hukum yang
digunakan, sistem operasional, cara mengelola dana, metode transaksi, kegiatan usaha Bank, cara
pembagian keuntungan, dan hubungan antara nasabah dan bank. Perbankan syariah adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara umum berdasarkan
prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh negara. Bank konvensional akan menerima
segala macam bentuk investasi ke semua bidang usaha asalkan sesuai dengan persyaratan yang
sudah ditetapkan. Bank konvensional hanya berorientasi pada keuntungan, menetapkan bunga
sebagai harga, dan untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau menerapkan
berbagai biaya dalam nominal atau presentase tertentu.Pada bank konvensional, kepentingan
pemilik dana adalah memperoleh imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang
kepentingan pemegang saham adalah diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku
bunga simpanan dan suku bunga pinjaman. Di lain pihak, kepentingan pemakai dana adalah
memperoleh tingkat bunga.
Lain halnya dengan bank syariah, bank syariah hanya akan melakukan investasiinvestasi yang
sesuai dengan ketentuan islam (investasi yag halal saja), berorientasi pada keuntungan (profit
oriented) dan kemakmuran dan kebahagian dunia akhirat, dan juga menetapkan peraturan dalam
menghimpun dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah. Segala
kegiatan pada bank syariah tidak boleh keluar dari ajaran islam.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian manajemen treasury
2. Apa peran treasury dalam perbankan Syariah
3. Bagaimana sistem manajemen treasury dalam perbankan syariah

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Manajemen Treasury
2. Menerangkan Peran Treasury Dalam perbankan Syariah
3. Menerangkan system manajemen treasury dalam perbankan syariah

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN TREASURY


Dalam dunia perbankan manajemen treasury diartikan sebagai kegiatan untuk mencari
dana besar yang sangat perpotensi di pasar internasional dan lembaga pemerintahan di Indonesia
serta pengelolaan likuiditas bank, nisbah bagi hasil, margin dan valuta asing untuk memastikan
dana bank yang berbasis syariah agar berada dalam jumlah, tempat, mata uang dan jangka waktu
yang tepat sehingga dapat memaksimalkan pendapatan bank, meminimalkan biaya serta menata
pada tingkat risiko yang aman sehingga akan mampu meningkatkan pendapatan bank1.
B.  KEGIATAN MANAJEMEN TREASURY
Adapun kegiatan yang dilakukan pihak manajemen treasury yaitu :
1. Aktivitas Treasury perbankan Syariah
a. Asets & Liabilities Management  (ALMA).
        Treasury  perbankan Syariah adalah bagian pengelolaan dari Asets & Liabilities
Committee  dan merupakan kepanjangan tangan dari manajemen bank dalam
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pengelolaan Asets & Liabilities bank, khususnya
yang berbasis syariah. Dalam pengelolaan risiko treasury sebagaimana tersebut diatas salah satu
cara yang dilakukan adalah dengan pengelolaan aset dan liability (ALMA). Treasury bank
terlebih dahulu harus melakukan pengelolaan aset dan liability manajemen (ALMA).Tujuan
utama pengelolaan ALMA ini adalah bagaimana bank (treasury) dapat mengelola risiko dalam
neraca bank dan memastikan bahwa risiko terutama risiko bunga pada bisnis bank tidak akan
menggangu produktifitas pendapatan bank sepanjang periode.
 Menurut Raflus Rax (Alco:1996:14&24) mengartikan bahwa Asset & Liability
Management atau Ilmu Penataan Asset dan Liabilities merupakan ilmu  tentang fungsi-fungsi
kritis dengan tujuan tercapainya struktur neraca dengan tingkat profitabilitas yang optimal
sementara risiko selalu dapat ditata. (“ALMA is a critical Bank function to optimize the balance
sheet structure for maximum profitability while managing risk” ). Disamping itu Asset Liability
Management dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan dan pengawasan operasi
perbankan yang terkoordinasi dan secara konsekuen dijalankan dengan selalu memperhatikan

1
 Lukman dendarijaya, manajemen perbankan, Graha indonesia 2001, hal. 97

4
perkembangan factor-faktor yang mempengaruhi operasi perbankan, baik itu berasal dari luar
ataupun factor struktrural yang berasal dari dalam.
b. Hedging & Servicing The Bank.
          Treasury Syariah dapat mencari sumber dana murah atau dana besar dan memaksimalkan
pendapatan bank atas dana berbasis syariah yang tersedia dengan tetap memperhatikan tingkat
risiko yang memadai dan tidak bertentangan dengan prinsip kehati-hatian. Treasury Syariah
bekerja sama dengan cabang, departemen, atau divisi lainnya dalam hal transaksi yang
berhubungan dengan produk Treasury Syariah seperti misalnya Pasar Uang Antar-Bank Syariah
(PUAS), mudharabah interbank time deposit, valuta asing, produk sekuritas (reksadana syariah,
obligasi syariah), dan lain-lain2.
2. Corporate Service.
         Treasury Syariah berkewajiban dalam Corporate Service yaitu memenuhi kebutuhan
nasabah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah perlu diciptakan beragam produk yang semakin
maju di pasar dan tingkat kompetisi yang semakin tinggi di antara bank-bank syariah, dengan
demikian keberadaan nasabah semakin diperlukan. Treasury Syariah bertugas dan bertanggung
jawab dalam menangani hal tersebut.
3. Profitability.
         Treasury Syariah dalam kapasitasnya sebagai pencari dana besar dan pengelola dana yang
independen, dapat berinisiatif untuk memanfaatkan asset dan sumber dana yang ada untuk
bertransaksi di pasar keuangan syariah guna memperoleh tambahan keuntungan sekaligus
mengantisipasi risiko likuiditas, dan lainnya dalam eksposur aset dan sumber dana tersebut3.
C. PERAN TREASURY
Bagian treasury menempati peran sentral dalam tata kelola keuangan bank syariah
terutama untuk uang berskala besar. Treasury bertanggung jawab untuk menjaga likuiditas
perbankan, yaitu: memastikan bahwa bank  memiliki cukup kas untuk memenuhi kebutuhan
operasional bank  sewaktu-waktu. Kedengarannya mudah, bukan? Pada kenyataannya tidak.
Untuk benar-benar memenuhi tujuan tersebut, departemen Treasury perlu melakukan peran
berikut ini :
1. Membuat Peramalan Kas (Cash Forecasting)

2
Gandung troy, pengelolaan risiko likuiditas pada bank;  badan sertifikasi manajemen risiko;  jakarta pusat; 2005,
hal. 46
3
Gandung troy, GM badan sertifikasi manajemen risiko, jakarta pusat , klinik perbankan, karakteristik risiko
treasury

5
Peramalan kas (cash forecasting) adalah awal dari semua peran lainnya yang dijalankan
oleh bagian Treasury. Tidak seperti staf Akunting yang menangani kegiatan penerimaan dan
pembayaran kas setiap hari, staf Treasury yang (biasa disebut ‘treasurer’) bertugas untuk
mengambil data yang telah dimasukan oleh staff Akunting ke dalam sistem (dalam organisasi
termasuk anak perusahaan jika ada), untuk kemudian mengkompilasikannya untuk menghasilkan
perkiraan kas (cash forecast), jangka pendek dan jangka panjang. Perkiraan dan semua
komponen yang terdapat pada peramalan kas diperlukan untuk:
 Menentukan apakah bank membutuhkan lebih banyak uang tunai. Jika itu terjadi, maka
mereka bisa membuat rencana pendanaan (financing) baik melalui penggunaan hutang atau
ekuitas.
 Membuat rencana investasi, jika hasil ramalan surplus dimana ada kelebihan kas (excess)
yang akan timbul.
 Membuat rencana operasi yang dapat melindung nilai tukar mata uang bank dengan mata
uang asing4.
2. Melakukan Tatakelola Modal Kerja (Working Capital Management)
Penggunaan utama dari kas bank adalah untuk memenuhi kebutuhan modal kerja.
Modal kerja merupakan komponen kunci dari peramalan kas. Tata kelola di wilayah ini antara
lain melibatkan perubahan tingkat aktiva lancar dan kewajiban lancar sebagai respon atas
capaian penjualan perusahaan. Lain daripada itu Treasurer juga mesti mampu memberikan
masukan bagi manajemen tentang dampak perubahan kebijakan yang diusulkan pada tingkat
modal kerja. Oleh sebab itu, seorang Treasurer harus mengetahuai bagaimana modal kerja
digunakan, apa pengaruh dan kaitannya dengan elemen-elemen keuangan lainnya.
3. Melakukan Tatakelola Kas (Cash Management)
Dengan menggabungkan informasi dalam perkiraan kas dan kegiatan modal kerja
manajemen, staf Treasury harus mampu menjamin ketersediaan dana yang cukup bagi kebutuhan
operasional perusahaan.
4. Tatakelola Investasi (Investment Management)
Ketika peramalan kas menunjukkan adanya kelebihan dana, maka staf treasury
bertanggung jawab untuk menginvestasikannya dengan tepat dan benar. Tiga tujuan utama dari
peran ini adalah: (a) tingkat pengembalian investasi yang maksimal (b) Kecocokan antara

4
Analisis laporan keuangan , jakarta: PT raja grafindo persada

6
tanggal jatuh tempo investasi dengan proyeksi kebutuhan kas perusahaan, dan yang paling
penting adalah (c) tidak menginvetasikan dana pada risiko tinggi.
5. Melakukan Tatakelola Risiko (Risk Management)
Para staf  treasury juga bertanggung jawab untuk menciptakan strategi manajemen
risiko dan menerapkan taktik hedging untuk melindung perusahaan dari segalam macam risiko
keuanganterutama sekali dalam rangka mengatisipasi keadaan dimana: (a) suku-bunga pasar
membumbung tinggi melebihi suku bunga obligasi perusahaan terhadap institusi lain; (b) posisi
selisih kurs perusahaan juga bisa beresiko jika kurs tiba-tiba memburuk.
6. Menjaga Hubungan Baik Dengan Bank (Bank Relation)
Hubungan jangka panjang perusahaan dengan pihak banka bisa menjadi sangat
bermanfaat pada saat suatu saat kelak perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Untuk itu
Treasurer hendaknya sering bertemu dengan perwakilan dari setiap bank yang digunakan oleh
perusahaan untuk: membahas kondisi keuangan perusahaan, struktur biaya bank, setiap hutang
yang diberikan oleh bank kepada perusahaan (Jika ada), dan transaksi valuta asing, hedging,
kawat transfer, cash pooling, dan lain sebagainya.
7. Penggalangan Dana (Fund Raising)
Mempertahankan hubungan baik dengan komunitas investasi untuk tujuan
penggalangan dana (biasa disebut fund rising), sangatlah penting. Mulai dari para broker dan
bankir investasi yang menjual utang perusahaan dan mengelola penawaran ekuitas, sampai
dengan para investor, dana pensiun, dan sumber-sumber kas lainnya yang suatu saat tertentu
mungkin dapat membeli utang atau ekuitas perusahaan. Selain peran-peran utama di atas, pada
dasarnya staf Treasury seharusnya juga memonitor kondisi pasar terus-menerus, karena hal itu
diperlukaan pada saat tim manajemen perusahaan meminta informasi tentang suku bunga,
kemampuan perusahaan untuk membayar utang baru, dan keberadaan utang pada saat tertentu.
Jika perusahaan berencana untuk melakukan merger atau akuisisi, maka staf treasury harus
mampu mengintegrasikan sistem treasury perusahaan yang akan diambil alih dengan perusahaan
induk. Peran lainnnya termasuk menjaga dan mengelola berbagai asuransi atas nama
perusahaan5.

5
Kartika,analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bank di indonesia,jurnal studi manajemen organisasi,
juli 2006. Vol.3. no.2

7
D. RISIKO TREASURY
Risiko Treasury merupakan suatu risiko kerugian pada aktivitas treasury bank, dan oleh
karenanya bergantung pada fungsi manajemen risiko dari treasury itu sendiri. Tugas treasury
bank adalah bagaimana treasury bank tersebut dapat mengelola risiko suku bunga di banking
book, mengelola risiko likuiditas dan pengelolaan capital management.
Adapun risiko yang akan dihadapi dalam aktivitas Treasury adalah sebagai berikut :
 Risiko suku bunga yaitu yang muncul dari adanya perubahan dalam tingkat bunga yang
berlaku dipasar. Risiko tingkat bungan ini merupakan risiko utama yang tidak dapat dihindarkan,
sebab tingkat bunga ini mempunyai pengaruh yang sama terhadap seluruh surat berharga yang
ada.
 Risiko pasar yaitu risiko yang muncul yang diakibatkan adanya kondisi perekonomian
negera yang berubah-rubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian lain.
 Risiko inflasi yaitu risiko yang muncul akibat kenaikan harga-harga secara umum
 Risiko Operasional yaitu risiko  yang muncul yang diakibatkan Dapat terjadi karena
adanya kesalahan, penyelewengan atau ketidak patuhan terhadap ketentuan yang berlaku.
 Risiko kredit yaitu risiko yang muncul yang diakibatkan Dapat terjadi karena pihak lawan
(Counterparty) gagal memenuhi kewajibannya kepada bank sehingga mempengaruhi rentabilitas
bank.
 Risiko likuiditas yaitu risiko yang muncul yang diakibatkan Dapat terjadi karena adanya
mismatch atau shortage funding sehingga bank tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran
likuiditas pada waktu yang ditetapkan.
 Risiko nilai tukar mata uang yaitu risiko yang timbul karena adanya fluktuasi atau
perubahan nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain.
 Risiko negara (country risk) yaitu risiko yang timbul karena adanya kebijakan-kebijakan
yang timbul dari pemerintah baik dari segi politik maupun ekonomi serta adanya perubahan-
perubahan dalam deregulasi yang berlaku selama ini6.
E. UNIT KERJA TREASURY PERBANKAN
Aset bagi bank adalah kekayaan bank yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Bila
dikaitkan dengan perbankan, maka pengelolaan aset sebuah bank dilakukan oleh unit kerja
khusus yang dikenal luas dengan unit kerja treasury, yang akan melakukan pengelolaan aset bank
dalam bentuk penanaman dana dengan memperhitungkan sumber dana
(liability/kewajiban).  Artikel ini akan menerangkan mengenai arti penting pengelolaan aset bank
6
Kuncoro, manajemen teori perbankan dan aplikasi;yogyakarta; fakultas ekonomi UGM 2002, hal.66

8
lengkap dengan konsep dasarnya hingga menggambarkan fungsi dan peranan bidang treasury
pada suatu bank, unit kerja treasury serta fungsi pengelolaan aset.
Treasury berasal dari kata "trasure" atau harta/kekayaan/aset. Sedangkan, treasury
management berarti pengelolaan aset. Bila dikaitkan dengan dengan perbankan, maka treasury
dalam aktifitas bank adalah tempat pengelolaan aset bank dalam bentuk penanaman dana dengan
memperhitungkan sumber dana (liabilitas/kewajiban).
Penempatan Dana(Aktiva/Aset) Sumber Dana(Passiva/Liabilitas)
- Kas (uang tunai)- Giro pada bank Indonesia-
Giro pada bank lain- Sertifikat bank Indonesia
- Simpanan Pihak ketiga(giro, tabungan ,
(SBI)
deposito)- Pinjaman dari bank lain- Surat
- Penempatan pada bank lain
berharga yang diterbitkan
- Surat berharga (Obligasi)
- Modal
- Kredit yang diberikan)
- Aktiva tetap
- Aktiva lain lain

F. SISTEM TREASURY DALAM PERBANKAN SYARIAH


Aset bagi sebuah bank adalah kekayaan berupa penempatan dana dalam bentuk
kas/uang tunai, giro pada bank Indonesia, giro pada bank lain, pembelian sertifikat bank
Indonesia (SBI), Surat Perbendaharaan Negara (SPN), Surat Berharga (Obligasi Pemerintah,
swasta), kredit, aktiva tetap (tanah, gedung, furniture, mobil dan lain sebagainya), serta aktiva
lainnya. Aset tersebut dimiliki dengan sumber dana dari modal dan hutang atau
libilitas/kewajiban. Kewajiban/liability tersebut dapat bersumber dari simpanan dana pihak
ketiga (giro, tabungan, deposito), pinjaman dari bank lain, surat berharga atau obligasi yang
diterbitkan oleh bank serta pinjaman dari pemegang saham dan lembaga lainnya. Penempatan
dana dan sumber dana sebuah bank dapat dilihat pada gambar diatas.
Kata likuiditas berasal dari kata "likuid" artinya cair sehingga likuidas berarti tingkat
kecairan. Dalam terminologi bank, khususnya dalam hal treasury adalah tingkat
kecairan/kemudahan dari aset yang dimiliki bank (kas, SBI, surat berharga, kredit, aset lainnya)
dan/atau kemampuan menghimpun dana untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan kewajiban
kepada pihak ketiga yang jatuh tempo.
Tingkat kemudahan untuk mencairkan atau menjual atau menguangkan aset tergantung
dari jenis aset nya. Tingkat likuiditas dari sisi aset bank yang paling likuid adalah uang tunai
diikuti oleh surat berharga seperti SBI dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN), obligasi negara
dan perusahaan swasta yang umumnya dapat dijual walaupun jatuh tempo. Penempatan dana

9
kepada bank lain umumnya berjangka waktu pendek (dibawah 1 tahun) sehingga lebih mudah
pengembaliannya dibandingkan dengan aset bank dalam bentuk kredit yang diberikan. Kredit
yang diberikan oleh bank umumnyaberjangka waktu lebih panjang dan tidak mudah untuk dijual
atau dialihkan kepada pihak lain. Aktiva tetap dan tagihan lainya adalah aset bank yang tidak
mudah untuk dijual atau dijadikan uang. Tingkat likuiditas dari sisi liabilitas/kewajiban bank
adalah kemampuan bank untuk memperoleh dana adalah berupa meningkatkan simpanan dana
pihak ketiga (giro, tabungan, deposito), pinjaman dari bank lain, menerbitkan surat berharga
(obligasi) atau pinjaman dari lembaga pihak ketiga lainnya atau menambah modal bank7.

Hubungan antara sektor keuangan dapat diartikan sebagai peningkatan volume produk
dan jasa perbankan serta lembaga-lembaga intermidiasi lainnya serta transaksi keuangan di
pasar modal dan pertumbuhan ekonomi telah lama menjadi objek penelitian dalam bidang
ilmu ekonomi pembangunan. Perkembangan sektor keuangan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi, begitupula sebaliknya. Jika sektor keuangan mengalami
pertumbuhan yang baik maka akan semakin banyak sumber pembiayaan yang dapat
dialokasi ke sektor-sektor ekonomi produktif dan pada akhirnya akan menambah
pembangunan modal sektor ekonomi untuk meningkatkan produktivitasnya dalam
menunjang pertumbuhan ekonomi.

Kinerja positif sektor keuangan akan berkorelasi positif terhadap kinerja ekonomi
suatu negara. Sektor keuangan bisa menjadi sumber utama pertumbuhan sektor riil ekonomi.
Semakin banyak alokasi dana pihak ketiga perbankan yang dialokasikan pada sektor-sektor
riil maka akan semakin berkurang tingkat pengangguran dan kemiskinan dalam sebuah
perekonomian. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa sektor perbankan berperan
penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan suatu negara. Saat
ini, hampir semua sektor bisnis khususnya di negara-negara berkembang sangat
tergantung terhadap pembiayaan perbankan sebagai sumber modal pembiayaan.
Pihak yang memiliki kelebihan dana (modal) akan menginvestasikan dananya ke
lembaga keuangan (sebagai lembaga intermediasi) yang selanjutnya akan disalurkan
ke sektor bisnis yang membutuhkan pembiayaan.

Kemampuan bank dalam memperluas pembiayaan sangat tergantung pada


kemampuannya untuk memobilisasi dana pihak ketiga dari masyarakat. Kondisi ini,
mendorong munculnya tingkat persaingan di kalangan institusi perbankan (baik
perbankan syariah maupun konvensional) dalam mengumpulkan dana pihak ketiga
(tabungan) begitupula dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor bisnis yang
menguntungkan.

A. Tiap bank memiliki sistem atau kinerja yang berbeda-beda. Salah satunya adalah sebagai

7
Loen boy, manajemen aktiva dan passiva bank; jakarta; Ptgrasindo 2008; hal.101

10
berikut :
1. Bank Sentral
Bank Sentral berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor
perbankan, dan sistem finansial secara keseluruhan. Di Indonesia, fungsi bank sentral
diselenggarakan oleh Bank Indonesia.Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan
tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai
rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang
dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Untuk mencapai tujuan
tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga
bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi
perbankan di Indonesia.
2. Bank Umum
Bank umum melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sifat jasa yang diberikan adalah umum dalam artian dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di
seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).
3. Bank Perkreditan Rakyat
Dalam pandangan syariah perkreditan ini diganti dengan sebutan pembiayaan. Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena BPR dilarang menerima simpanan
giro, kegiatan valas, dan perasuransian8.

Industri keuangan dan perbankan syariah saat ini mengalami peningkatan peminat
khususnya setelah terjadinya krisis keuangan global 2007/2008. Hasilnya, industri
keuangan syariah tidak lagi hanya menjadi sekedar “peripheral” atas sistem
konvensional, akan tetapi sudah berperan menjadi pelengkap yang memiliki potensi
untuk dikembangkan di masa yang akan datang sebagai alternatif terhadap sistem
konvensional yang sudah lama beroperasi. Implementasi strategi pengembangan perbankan
syariah di beberapa negara ada yang menggunakan pendekatan sistem perbankan syariah
secara penuh (full-fledged Islamic banking system) seperti Pakistan, Iran dan Sudan9.

Adapun negara seperti Indonesia, Malaysia, Bahrain, Kuwait dan negara lainnya
menganut sistem dual banking, dimana sistem perbankan syariah beroperasi berdampingan
dengan sistem konvensional dalam sebuah negara.
Perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional mempunyai

8
https://www.zonareferensi.com/jenis-jenis-bank/
9
https://www.kompasiana.com/dendyddm/5af8fd42dd0fa8783e358213/bank-yang-konvensional-atau-syari-ah?
page=all

11
peranan penting dalam perekonomian. Peranan perbankan syariah dalam aktivitas
ekonomi tidak jauh berbeda dengan perbankan konvensional. Keberadaan perbankan
syariah dalam sistem perbankan nasional di Indonesia diharapkan dapat mendorong
perkembangan perekonomian nasional. Perbedaan mendasar antara perbankan
syariah dan konvensional terletak pada prinsip-prinsip dalam transaksi keuangan dan
operasional.

Secara teoritis, perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Bank


syariah terikat dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam al-Qur’an dan al-Hadist.
Transaksi-transaksi pada perbankan syariah harus terhindar dari interest (riba) dan
kontrak-kontrak yang mengandung ketidakpastian (gharar dan maysir), menekankan
pada prinsip bagi hasil dan risiko, mengutamakan investasi pada sektor ekonomi halal
dan harus didasari pada transaksi riil (asset-based) (Rama, 2011)10
.
Bank syariah sebagai lembaga intermediasi diartikan sebagai bank yang
mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito kemudian
dana yang terkumpul tersebut diinvestasikan pada sektor ekonomi yang dibolehkan
secara syariah. Bank syariah dan konvensional secara fungsi memiliki beberapa
kesamaan khususnya pada pengumpulan dana pihak ketiga melalui tabungan dan
investasi. Namun kedua sistem itu sangat berbeda pada instrumen pembiayaannya.
Bank syariah mengembangkan instrumen pembiayaan non bunga (interest-free
financing instruments) yang berdasarkan pada dua prinsip, yaitu bagi hasil dan risiko
(profit- and loss-sharing) dan tambahan margin (mark-up margin). Sedangkan bank
konvensional menganut pinjaman (loan) berdasarkan interest (riba) ( Rama, 2011)11.
Alasan Di Balik Pentingnya Produk Treasury Harus difahami juga bahwasanya bank itu
memiliki sifat alami yang tercipta secara sendirinya dikarnakan system intermediasi
tersebut. Bank secara dasarnya memiliki beberapa sifat dimana aktifa dan pasiva nya saling
bertentangan :
1. Di sisi aktiva, kontrak yang dimiliki perbankan bersifat jangka panjang. Dimana
pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah ini rata-rata satu tahun ke atas, bahkan
ada yang 15 tahun sampai dengan 30 tahun. Kalau pembiayaan motor biasanya 1
sampai dengan 7 tahun, KPR biasanya 2-30 tahun. Sedangkan di sisi pasiva, kontrak
yang dimiliki oleh bank dengan nasabahnya adalah kontrak jangka pendek, dimana
ketika seorang nasabah nabung di bank syariah dengan akad wadiah misalnya, maka
dana nasabah ini akan diambil kapan saja dan bank syariah harus selalu sedia dana
tersebut. Jika tidak, maka akan terjadi bank run dimana kepercayaan nasabah kepada
bank akan luntur dan hal ini akan menyebabkan orang akan berbondong-bondong
menarik dana mereka. Padahal disisi aktifa bank harus menunggu bertahun-tahun dulu
supaya dana tersebut kembali terkumpul.

10
https://www.researchgate.net/publication/295100352_PERBANKAN_SYARIAH_DAN_PERTUMBUHAN_EKONOMI
_INDONESIA
11
https://www.researchgate.net/publication/295100352_PERBANKAN_SYARIAH_DAN_PERTUMBUHAN_EKONOMI
_INDONESIA

12
2. Disisi pasiva sifat alaminya adalah Illiquid atau tidak mudah untuk dicairkan. Karna
bank harus menunggu bertahun-tahun dulu supaya dana ini cair dan financee akan
mengembalikan hutang yang mereka miliki di bank syariah. Hal ini bersebrangan
dengan sifat yang dimiliki pasiva yaitu sangat mudah di conversi kan ke dana tunai.
Maka dari itu aktifa dan pasiva betul-betul harus dikelola dengan baik.
3. Sifat alami yang ketiga adalah pasiva memiliki sifat inflexibility yaitu dia tidak
flexible untuk diambil kapanpun. Karna ini adalah receivables yang bank akan terima
ketika kontrak sudah selesai. Sedangkan disisi pasiva, bank harus selalu sedia dana
dikarnakan sifatnya adalah withdrawal on demand (bisa diambil sesuka nasabah).
4. Sifat alami yang keempat adalah dari sisi aktifa, bank sangat berisiko dimana ketika
terjadi default (gagal bayar) dimana nasabah tidak bisa melaksanakan kewajibannya
dalam pembayaran, maka bank harus menanggung ruginya tanpa harus membebankan
ini kepada nasabahnya yang meletakkan dana mereka di bank tersebut. Dan kerugian
ini tidak bisa dipastikan berapa jumlahnya bisa saja kecil presentasi Non Performance
Financingnya (NPF, kalau di konvensional dikenal dengan istilah Non Performing Loan
NPL) nya, bisa jadi besar.

Disini pasiva, hal ini sangat berbeda sekali, ia memiliki sifat risk free atau
tanpa risiko dimana bank harus mengembalikan dana nasabah kapanpun ia kehendaki
tanpa melihat apakah bank ini mengalami kerugian atau keuntungan. Jikalau di bank
syariah, maka bank tidak berhak memberikan hibah atau keuntungan kepada nasabah
disaat bank mengalami kerugian dalam performa mereka.
Rasional Pengelolaan Aktifa dan Pasiva Ada beberapa alasan kenapa
manajemen aktifa dan pasiva ini sangat urgent dan harus banyak produk yang harus
disediakan di industri perbankan syariah ini sehingga ketika terjadi kekurangan
likuiditas maka bank syariah tidak perlu pusing lagi untuk mencari tempat dimana
mereka harus meminta pembiayaan baik itu sifatnya jangka pendek, menengah
bahkan jangka panjang. Ada beberapa alasan kenapa hal ini sangat penting untuk
diketahui :
1. Untuk mempertahankan likuiditas. Likuiditas ini menjadi bahan penting dalam
perbankan syariah baik ketika harus memenuhi kewajibannya kepada nasabahnya
ataupun memberikan pembiayaan jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang.
Jikalau mereka kekurangan likuiditas, harusnya ada tempat dan ruang bagi mereka
untuk meminta pembiayaan.
2. Menghindari permasalahan mismatch. Problem mistmatch terjadi secara alami
dikarnakana sifat alami yang dimiliki oleh balance sheet bank dimana aktifa sifatnya
jangka panjang sedang pasiva jangka pendek, maka dari itu perlu pengelolaan yang
baik untuk mengatur ketidak seimbangan ini sehingga likuiditas untuk sisi pasiva selalu
tersedia.
3. Menghindari Bank Runs. Maksudnya adalah ketika aktifa dan pasiva tidak dikelola
dengan baik, maka hal ini akan menyebabkan nasabah akan berbondong-bondong
menarik dana mereka. Dimana nasabah tidak percaya lagi kepada bank sebagai
pengelola dana mereka.

13
4. Mempertahankan kepercayaan nasabah. Hal ini harus terus diperhatikan dimana
bank sebagai lembaga yang menjual kepercayaan harus siap selalu ketika nasabah ingin
menarik dana mereka kapanpun dan dimanapun. Sehingga nasabah yakin bahwasanya
dana mereka tidak dibawa kabur.
5. Menghindari Insolvency dan Bank gagal. Pengelolaan aktifa dan pasiva yang baik
akan menghindari ketidak mampuan bank untuk memenuhi kebutuhan likuditas di sisi
pasiva dan hal ini akan menyebabkan bank tersebut gagal.
6. Menghindari systemic risk. Yaitu risiko dimana ketika salah satu bank customer
sudah tidak mempercayai satu bank, maka customer lainnya akan ikut untuk tidak
percaya dan hal ini akan menyebabkan bank tersebut gagal dan bangkrut. Ketika satu
bank mengalami hal ini, maka risiko ini akan menimbulkan kepanikan yang sama bagi
nasabah lain.

Relevansi Treasury Produk di Perbankan Syariah Sebagaimana yang kita ketahui,


bahwasanya bank syariah dalam system dan operasional memiliki sifat natural yang
sama. Yang membedakannya adalah bank konvensional melakukan transaksi
berdasarkan riba yang hal ini jelas-jelas diharamkan didalam al-quran. Bahkan Allah
swt pun mendeklarasikan perang kepada hamba-hambanya yang masih melakukan
muamalah dengan riba. Disisi lain, bank syariahpun sama halnya dengan bank
konvensional, hanya yang membedakan adalah transaksi yang dipakai menggunakan
akad-akad yang shariah compliant dan sesuai dengan rambu-rambu yang telah
ditetapkan dalam syariah. Riba, maysir, gharar sangat dilarang dalam syariah dimana
tiga konsep ini menyebabkan ketidak adilan dalam pendistribusian keuangan dimana
dana-dana besar hanya berputar di orang-orang kaya saja tanpa masuk ke sector riil.
Sedangkan didalam Islam, harta itu harus diatur dan diputar kesemua lini tanpa
memihak kepada si kaya saja sehingga tidak terjadi gap yang mencolok disana.

Di konsep transaksi bank syariah ketika berbicara masalah produk treasury, maka
hal ini termasuk hal yang urgent juga dimana diperlukan kemampuan khusus dalam
mengatur surplus dan deficit bank sehingga tidak menimbulkan masalah. Ketika
terjadi deficit, maka bank syariah harus mencari tempat untuk meminta pembiayaan
sehingga tidak menciptakan masalah mismatch, bank run dan systemic risk. Akan
tetapi ketika terjadi surplus, hal ini harus cepat di investasikan sehingga bank syariah
bisa memperoleh untung dan bisa membesarkan perusahaan. Jika tidak, maka dana
tersebut hanya akan menganggur tanpa menghasilkan apapun dan ini akan membuat
rugi bank syariah karna disisi aktifa mereka harus memberikan hibah kepada para
nasabah mereka (meskipun tidak wajib, tapi hal ini akan berpengaruh pada
kepentingan nasabah).
Produk-Produk Treasury di Perbankan Syariah Di industri keuangan syariah di
Indonesia. Produk treasury sudah bervariasi. Apalagi ditambah dengan komoditi
syariah yang baru saja di luncurkan oleh bursa berjangka (Jakarta Future Exchange)

14
baru baru ini12. Karna kebutuhan atas bank syariah makin tahun terus bertambah hal ini
juga terimplikasi kepada produk dan inovasi di industri perbankan syariah haruslah
variatif dan kompetitif dibandingkan dengan produk konvensional sehingga pangsa
pasar perbankan syariah terus mengalami peningkatan yang bagus
kedepannya. Sampai saat ini, ada beberapa produk yang sudah biasa dikerjakan di
industri perbankan syariah (ALMA) seperti Mudharabah Investment antar bank
syariah, certificate wadiah bank Indonesia, Repo Syariah, dan terakhir adalah
komoditi syariah yang baru saja diluncurkan oleh bursa Berjangka.

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan perbankan syariah, inovasi produk-produk


terbaru sangat diharapkan bisa menghiasi pasaran syariah terutama di produk treasury
sehingga dalam pengelolaan risiko likuiditas menjadi lebih mudah dan aman selain itu
sesuai juga dengan prinsip-prinsip syariah. Maka dari itu, untuk meng goal kan tujuan
ini, perlu adanya diskusi, workshop dan bahkan training sehingga bisa memudahkan
bank syariah untuk menuju kesana. Tidak hanya inovatif dalam produk, akan tetapi
nilai-nilai syariah tetap tertanam didalam produk tersebut. Di dunia international yang
sampai saat ini masih hot dijadikan bahan perbincangan adalah Islamic Structured
product dan biasanya ini hanya untuk investasi dalam skala besar. Akan tetap
maybank Islamic telah membuat produk ini untuk skala yang lebih kecil lagi sehingga
para nasabah bisa meletakkan dana mereka yang berkisaran 7 juta ke atas keproduk
ini yang mereka sebut Stride-i (Structuted Deposit Islamic)13.

12
https://www.kompasiana.com/dendyddm/5af8fd42dd0fa8783e358213/bank-yang-konvensional-atau-syari-ah?
page=all
13
https://www.kompasiana.com/dendyddm/5af8fd42dd0fa8783e358213/bank-yang-konvensional-atau-syari-ah?
page=all

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada hasil kajian ini menunjukkan bahwasanya perbankan saling berhubungan antara
satu sama lain. Dimana pihak bank perantara dimana bank pada dasarnya adalah entitas yang
melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata
lain melaksanakan fungsi intermediasi keuangan. Dimana dalam bank tersebut tempat
bertemunya pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana.
Meskipun hubungan perbankan saling berhubungan tidak dipungkiri bahwasannya
dalam keduanya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Pada ban konvensional
dalam prinsipnya menggunakan sisem riba, berbeda dengan bank syariah dimana pada
transaksinya dilarang yang menggandung unsur riba, gharar, maysir dan dzalim.

Sebagai lembaga intermediasi, pengelolaan likuiditas didalam manajemen perbankan


konvensional dan perbankan syariah sangatlah urgent sekali. Dimana jikalau hal ini tidak
dikelola dengan baik, maka bisa terjadi mismatch antara surplus unit dan deficit unit. Maka
dari itu harus ada departemen khusus yang mengatur keluar masuknya dana sehingga tidak
terjadi mismatch diantara kedua unit ini. Sebagaimana yang kita ketahui, bisnis utama bank
ini adalah bisnis kepercayaan, dimana ketika tidak ada lagi kepercayaan dari nasabah, maka
tamat sudahlah riwayat bank tersebut.

B. Saran
Krirtik serta saran yang membangun saya harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah saya dikemudian hari, Terima kasih.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/295100352_PERBANKAN_SYARIAH_DAN_PERT
UMBUHA
N_EKONOMI_INDONESIA
https://www.kompasiana.com/dendyddm/5af8fd42dd0fa8783e358213/bank-yang-
konvensionalatau-syari-ah?page=all
https://www.zonareferensi.com/jenis-jenis-bank/
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/3167/03abstrak_Dian
%20Firmansyah_
10040009030_skr_2016.pdf?sequence=3&isAllowed=y
http://repository.uinsu.ac.id/149/4/BAB%201%20-%203.pdf
https://www.dream.co.id/dinar/hubungan-bank-syariah-dan-nasabah-tak-sebatas-debitur-
kreditur1811288.html
https://www.mandirisyariah.co.id/business-banking/corporate/treasury
https://www.patrarijaya.co.id/syariah-treasury-management/

17

Anda mungkin juga menyukai