Anda di halaman 1dari 25

Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan?

Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan


Relevansi Laporan Keuangan? Analisis Penerapan
PSAK 24 (Revisi 2013) Pada Perusahaan Indeks
Kompas 100
Jenis Sesi Paper : Poster Paper

Liesna Mulyanti Ersa Tri Wahyuni


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
Liesna_Mulyanti@yahoo.com ersa@unpad.ac.id

Abstract
This research aims to analyse the value relevance of actuarial gain and loss before and after the
adoption of PSAK 24 (2013 revision) on Employee Benefits. Prior to the adoption reporting
entity measured actuarial gain and loss using corridor approach, while in post-adoption period
this approach was prohibited and entities should charge the number to Other Comprehensive
Income. This study predicts that actuarial gain and loss figure is positively significant to the
entity’s capital market value. Using 73 listed companies under Kompas 100 index during 2013-
2015, the regression analysis confirms the prediction that actuarial gain and loss number is
positively significant to the capital market value. However, the value relevance before the
adoption (corridor approach) is higher than after the adoption. Thus the prohibition of corridor
approach has not improved the quality of financial information.
Keywords : Employee Benefits, Corridor Approach, Value Relevance, PSAK 24

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 1


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

1. Pendahuluan

Suatu perusahaan melakukan kegiatan produksi tujuannya adalah untuk mencapai laba. Laba

dapat mencerminkan suatu kondisi perusahaan, dimana para investor ataupun pihak lainnya

memerlukan informasi tersebut yang dapat dilihat dari Laporan Keuangan perusahaan. Informasi

akuntansi harus membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Jika tidak mempengaruhi keputusan,

maka informasi tersebut dikatakan tidak relevan terhadap keputusan yang diambil. Informasi yang

relevan akan membantu pemakai membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa

kini dan masa depan; yaitu, memiliki nilai prediktif. Informasi yang relevan juga membantu pemakai

menjustifikasi atau mengoreksi ekspektasi atau harapan masa lalu; yaitu, memiliki nilai umpan balik.

Agar relevan, informasi juga harus tersedia kepada pengambil keputusan sebelum informasi tersebut

kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (Kieso, 2014).

Komponen penting dalam laporan keuangan yang seringkali dijadikan sebagai alat untuk

menginformasikan kinerja perusahaan adalah laba dan nilai buku. Laba memiliki nilai relevansi bila

secara statistik berhubungan dengan harga saham: penurunan dan peningkatan laba berhubungan

dengan penurunan atau kenaikan harga saham. Demikian halnya dengan nilai buku, relevansi nilai buku

berasal dari perannya sebagai suatu proksi untuk nilai adaptasi dan nilai penolakan (Burgstahler dan

Dichev, 1997).

Untuk mencapai laba yang diharapkan, suatu perusahaan harus menggunakan sumber daya yang

mereka miliki secara optimal. Salah satu sumber daya yang perusahaan miliki adalah tenaga kerja,

dimana tenaga kerja merupakan kebutuhan yang besar di setiap kegiatan atau usaha yang dilakukan

perusahaan. Sebagai pemberi kerja, perusahaan memiliki kewajiban untuk memenuhi hak para pekerja

yang dikenal dengan istilah imbalan kerja sebagaimana yang diatur dalam ketentuan perundang-

undangan yang berlaku. Di Indonesia jaminan hak dan kewajiban tenaga kerja diatur dalam Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Didalam Undang-Undang Ketenagakerjaan,

salah satu hak yang berhak didapat oleh para tenaga kerja adalah upah dan imbalan kerja.

Akuntansi yang terkait dengan imbalan kerja diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) Nomor 24 yang pertama pada tanggal 7 September 1994 yang mulai berlaku efektif

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 2


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

pada tahun 1995, dengan judul PSAK tersebut adalah “PSAK Nomor: Akuntansi Biaya Manfaat

Pensiun”. PSAK Nomor 24 ini telah berubah tiga kali yaitu pada tahun 2004, 2010, dan 2013. Pertama,

PSAK Nomor 24 direvisi pada 24 Juni 2004 yang berlaku efektif sejak 1 Juli 2004 dan diubah judulnya

menjadi “PSAK Nomor 24 : Imbalan Kerja” dengan mengadopsi IAS 19 (revised 2001) tentang

“Employee Benefit”.

Prinsip dasarnya adalah PSAK Nomor 24 Imbalan Kerja (revisi 2004) mengharuskan perusahaan

untuk mengakui kewajiban jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan

kerja yang akan dibayarkan dimasa depan, dan beban jika perusahaan menikmati manfaat ekonomis

yang dihasilkan dari jasa yang berhak memperoleh imbalan kerja. Sedangkan dalam PSAK Nomor 24

sebelum direvisi, konsep pengakuan beban adalah pada saat pembayaran (karyawan putus hubungan

kerja).

Kedua, pada tahun 2009 IASB (International Accounting Standards Board) mengeluarkan revisi

IAS 19 tentang Employee Benefits. Dengan adanya konfergensi PSAK ke IFRS maka PSAK Nomor 24

(revisi 2004) juga direvisi hingga menghasilkan PSAK Nomor 24 (revisi 2010) yang mulai efektif 1

Januari 2012. Adapun perbedaan terbesar dari revisi PSAK Nomor 24 (revisi 2004) dengan PSAK

Nomor 24 (revisi 2010) adalah pada Keuntungan dan Kerugian Aktuarial, yaitu pada komponen

perubahan Nilai Kini Kewajiban yang disebabkan karena adanya perbedaan antara asumsi yang

digunakan pada perhitungan sebelumnya dengan realisasi yang terjadi tahun ini, atau karena adanya

perubahan estimasi/asumsi. Pada PSAK Nomor 24 (revisi 2004) Keuntungan dan Kerugian Aktuarial

ini biasanya ditangguhkan sementara (belum diakui) apabila akumulasinya dari tahun ke tahun belum

mencapai 10% dari Nilai Kini Kewajiban atau Nilai wajar Aset program; dan baru diakui sebagai

komponen Beban dalam Laporan Laba Rugi yaitu sebesar amortisasinya apabila akumulasinya sudah

besar (sudah lebih dari 10% Nilai Kini Kewajiban atau Nilai Wajar Aset Program). Pada PSAK Nomor

24 (revisi 2010) perusahaan memiliki opsi untuk mengakui Keuntungan dan Kerugian Aktuarial dengan

menggunakan pendekatan koridor atau pendekatan tanpa koridor.

Perubahan ketiga yang ada saat ini telah terbit PSAK Nomor 24 (revisi 2013) yang merupakan

adopsi dari revisi IAS 19 per 1 Januari 2013 dan sudah mulai berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari

2015. Didalam PSAK Nomor 24 (revisi 2013) terdapat beberapa perubahan dari peraturan sebelumnya

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 3


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

yaitu PSAK Nomor 24 (revisi 2010). Perubahan yang signifikan dari PSAK Nomor 24 (revisi 2010)

menjadi PSAK Nomor 24 (revisi 2013) antara lain adalah pengakuan keuntungan dan kerugian

aktuarial, perubahan komponen imbalan pasti dan asset program, serta persyaratan pengungkapan.

Dalam PSAK Nomor 24 (revisi 2013) keuntungan dan kerugian aktuarial hanya diukur menggunakan

pendekatan tanpa koridor dengan menghapus peraturan lama yang memperbolehkan pemilihan metode

pengungkapan keuntungan dan kerugian aktuarial melalui koridor. Perubahan ini disebabkan karena

metode pendekatan koridor dianggap tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya.

Dalam metode pendekatan koridor perusahaan baru akan mengakui keuntungan dan kerugian

aktuarial, berdasarkan akumulasi keuntungan/kerugian dari periode sebelumnya melebihi batas 10%

dari nilai kini imbalan pasti (sebelum dikurangi asset program) dan 10% dari nilai wajar asset program

pada tanggal tersebut (PSAK Nomor 24 (revisi 2010),paragraf 97). Sedangkan bila perusahaan

menggunakan pendekatan tanpa koridor maka perusahaan dapat menggunakan metode sistematis

lainnya yang menghasilkan pengakuan keuntungan dan kerugian aktuarial yang lebih cepat pada

periode terjadinya keuntungan/kerugian aktuarial, yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain

(PSAK Nomor 24 (revisi 2010): paragraf 99). Tetapi dalam PSAK Nomor 24 revisi 2013 pengakuan

keuntungan dan kerugian aktuarialnya hanya diperbolehkan melalui pendekatan tanpa koridor, yakni

seluruh keuntungan dan kerugian aktuarial langsung diakui di pendapatan komprehensif lain.

Pendapatan komprehensif lain terdapat dalam laporan laba rugi yang termasuk dalam bagian laporan

keuangan perusahaan tepatnya laporan laba rugi komprehensif yang diatur dalam PSAK Nomor 1

(revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan.

Pada PSAK 24 (revisi 2010) pengakuan keuntungan dan kerugian aktuarial diperbolehkan

menggunakan pendekatan koridor berarti pada saat implementasi PSAK 24 (revisi 2013) liabilitas neto

(aset) akan mengalami kenaikan signifikan karena kerugian aktuarial atau akibat penurunan pada

keuntungan aktuarial setelah adopsi dan peningkatan ketidakstabilan pada penghasilan komprehensif

lain mengalami voltalitas karena keuntungan dan kerugian sebelumnya dibebankan pada laba rugi akan

dipindahkan ke penghasilan komprehensif lain. Dengan adanya peningkatan dan penurunan pada

penghasilan komprehensif lain memberikan dampak pada ekuitas perusahaan. Bila terjadi peningkatan

kerugian penghasilan komprehensif lain memberikan kerugian bagi pemilik saham dan kepentingan

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 4


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

non pengendali karena dengan adanya peningkatan maka laba komprehensif yang dapat diatribusikan

ke pemilik saham dan kepentingan non pengendali menurun dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena

penghasilan komprehensif lain mempengaruhi laba komprehensif tahun berjalan dimana semakin tinggi

kerugian penghasilan komprehensif lain maka laba yang diatribusikan semakin menurun. (Witjaksono,

Ariyanto, Lesmana, 2014).

Berdasarkan Azza Nadia (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh

Penerapan PSAK 24 (Revisi 2010) tentang Imbalan Kerja Terhadap Koefisien Respon Laba”

Perusahaan yang terdaftar di BEI yang termasuk dalam kategori Kompas100 kecenderungan emiten

memilih menggunakan metode pendekatan koridor. Dalam kategori Kompas 100 periode Februari

2011– Januari 2013 terdapat 67 perusahaan yang menggunakan metode pendekatan koridor.

Perusahaan yang memilih menggunakan metode pendekatan koridor cenderung dapat lebih

mengatur kapan pengakuan keuntungan dan kerugian aktuarial. Dikarenakan dalam metode pendekatan

koridor, keuntungan dan kerugian aktuarial ditangguhkan sementara (belum diakui) dan akumulasi

keuntungan dan kerugiannya dapat ditemukan diluar balance-sheet yang di mana hal tersebut mengarah

kepada pemerataan, contohnya pengakuan secara berkala, serta penurunan nilai laporan laba rugi dan

laporan posisi keuangan akibat perubahan dalam nilai keuntungan dan kerugian aktuarial. (Jan D.

Fasshauer, Martin Glaum, Donna L. Street;2008) Pada saat ini PSAK Nomor 24 (revisi 2013) sudah

berlaku efektif, sehingga perusahaan yang menggunakan metode pendekatan koridor harus mengubah

metode tersebut pada laporan keuangan ditahun 2015 dikarenakan didalam PSAK Nomor 24 (revisi

2013) metode pendekatan koridor sudah dihapus.

Kewajiban untuk menggunakan IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

(Listed Companies) merupakan salah satu perubahan paling signifikan dalam sejarah regulasi akuntansi

(Daske dkk, 2008). Regulator berharap bahwa penggunaan IFRS dapat meningkatkan komparabilitas

laporan keuangan, meningkatkan transparansi perusahaan dan kualitas pelaporan keuangan sehingga

menguntungkan investor. Belakangan ini muncul klaim yang menyatakan bahwa informasi akuntansi

yang diperoleh dari laporan keuangan telah kehilangan sebagian relevansinya bagi investor yang

diakibatkan oleh perubahan besar-besaran dalam perekonomian, yaitu dari perekonomian industrial ke

perekonomian berteknologi tinggi dan berorientasi jasa (Francis dan Schipper, 1999). Kegunaan

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 5


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

informasi akuntansi khususnya laba, arus kas, dan nilai buku, semakin memburuk karena dampak

perubahan operasi perusahaan dan perubahan kondisi perekonomian tidak terefleksi secara cukup dalam

sistem pelaporan sekarang (Lev dan Zarowin, 1999). Satu tanda hilangnya sebagian relevansi informasi

akuntansi adalah menurunnya value relevance dari tahun ke tahun (Arie Rahayu Hariani, 2006).

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah keuntungan (kerugian) aktuarial sebelum perubahan

penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) memiliki pengaruh terhadap nilai pasar perusahaan? (2)Apakah

keuntungan (kerugian) aktuarial setelah perubahan penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) memiliki

pengaruh terhadap nilai pasar perusahaan? (3) Apakah terdapat perbedaan antara relevansi nilai

keuntungan (kerugian) aktuarial sebelum penerapan dengan setelah penerapan PSAK 24 (Revisi 2013)

tentang Imbalan kerja

2. Landasan Teori

2.1 Asumsi Aktuarial

Didalam PSAK 24 (revisi 2010) perhitungan imbalan paska kerja untuk menentukan nilai kini

kewajiban imbalan pasti, biaya jasa kini terkait dan biaya jasa lalu (bila bisa diterapkan) menggunakan

metode project unit credit atau yang disingkat dengan PUC (PSAK 24 (revisi 2010), paragraf 69).

Metode PUC, disebut pula dengan metode imbalan yang diakui secara prorata sesuai jasa atau sebagai

metode imbalan atau tahun jasa, menganggap setiap periode jasa akan menghasilkan satu unit tambahan

imbalan dan mengukur setiap unit secara terpisah untuk menghasilkan kewajiban akhir (PSAK 24

(revisi 2010), paragraf 70). Metode PUC mensyaratkan perusahaan untuk mengatribusikan imbalan

pada periode kini (untuk menentukan biaya jasa kini) dan periode lalu (untuk menentukan nilai kini

kewajiban pasti (PSAK (revisi 2010), paragraf 73).

Dalam melakukan perhitungan untuk imbalan pasca kerja program imbalan pasti, terutama untuk

menghitung nilai kini kewajiban pasti maka menggunakan asumsi aktuarial, yang mana perhitungannya

membutuhkan jasa aktuaris untuk melakukan perhitungan nilai-nilai aktuarialnya. Asumsi aktuaria

adalah suatu rangkaian estimasi yang digunakan dalam memperhitungkan manfaat pensiun yang

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 6


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

berkitan dengan perubahan pada masa yang akan datang yang mempengaruhi pembiayaan program

pensiun (Ayu Hapsari Budi Utami, dkk (2012)).

Asumsi aktuarial adalah estimasi terbaik entitas mengenai variabel yang akan menentukan total

biaya penyediaan imbalan paskakerja. Asumsi aktuarial terdiri dari:

a. Asumsi demografik mengenai karakteristik masa depan dari pekerja kini dan mantan pekerja (

dan tanggungan mereka) yang berhak atas imbalan. Asumsi demografik berhubungan dengan

hal-hal seperti: mortalitas, tingkat perputaran kerja, proporsi dari peserta program dengan

tanggungannya yang akan berhak atas imbalan, proporsi dari peserta program yang akan

memilih setiap bentuk opsi pembayaran yang tersedia berdasarkan persyaratan program, dan

tingkat klaim dalam program kesehatan.

b. Asumsi keuangan, berhubungan dengan hal-hal seperti: tingkat diskonto, level imbalan (tidak

termasuk setiap biaya atas imbalan yang harus dipenuhi pekerja, dan gaji masa depan), dalam

hal imbalan kesehatan, biaya kesehatan masa depan, termasuk biaya penanganan klaim (yaitu

biaya yang akan dikeluarkan dalam memproses dan menyelesaikan klaim, termasuk biaya

hukum dan penaksir tuntutan kerugian asuransi), dan pajak terutang oleh program iuran yang

terkait dengan jasa sebelum tanggal pelaporan atau atas imbalan yang dihasilkan jasa tersebut.

(PSAK 24 (Revisi 2013) paragraf 75-76).

2.2 Pengakuan Keuntungan dan Kerugian Aktuarial

Keuntungan dan kerugian timbul akibat adanya penyesuaian perbedaan asumsi dan dampak perubahan

asumsi. Didalam PSAK 24 (Revisi 2010) perusahaan diperbolehkan memilih metode untuk mengakui

keuntungan dan kerugian aktuarial. Metode yang diperbolehkan antara lain adalah metode pendekatan

koridor dan metode pendekatan tanpa koridor.

2.3 Signalling Theory

Teori signal menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap

keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Teori ini menyatakan tentang bagaimana seharusnya

perusahaan memberikan sinyal-sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Informasi adalah unsur

penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan,

catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 7


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana efeknya. Informasi yang lengkap, relevan,

akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk

mengambil keputusan investasi.

2.4 Value Relevance

Relevansi nilai (value relevance) informasi akuntansi mempunyai arti kemampuan informasi

akuntansi untuk menjelaskan nilai perusahaan (Beaver,1968). Lev (1999) menyebutkan bahwa

relevansi nilai akuntansi dicirikan oleh kualitas informasi akuntansi. Francis dan Schipper (1999)

memberikan pemahaman yang lebih komprehensif dengan menyebutkan empat kemungkinan

interpretasi konstruk relevansi nilai. Pertama, informasi laporan keuangan mempengaruhi harga saham

karena mengandung nilai intrinsik saham sehingga berpengaruh pada harga saham. Kedua, informasi

laporan keuangan merupakan nilai yang relevan bila mengandung variabel yang dapat digunakan dalam

model penilaian atau memprediksi variabel-variabel tersebut. Ketiga, hubungan statistik digunakan

untuk mengukur apakah investor benar-benar menggunakan informasi tersebut dalam penetapan harga,

sehingga nilai relevan diukur dengan kemampuan informasi laporan keuangan untuk mengubah harga

saham karena menyebabkan investor memperbaiki ekspektasinya. Terakhir, relevansi nilai diukur

dengan kemampuan informasi laporan keuangan untuk menangkap berbagai macam informasi yang

mempengaruhi nilai saham.

Penelitian relevansi nilai dirancang untuk menetapkan manfaat nilai-hilai akuntansi terhadap

penilaian ekuitas perusahaan. Relevansi nilai merupakan pelaporan angka-angka akuntansi yang

memiliki suatu prediksi berkaitan dengan nilai-nilai pasar ekuitas. Konsep relevansi nilai tidak terlepas

dari kriteria relevan dari standar akuntansi keuangan karena jumlah suatu angka akuntansi akan relevan

jika jumlah yang disajikan merefleksikan informasi-informasi yang relevan dengan penilaian suatu

perusahaan (Sekar Mayang Sari, 2004). Logikanya ialah, akuntansi memberikan informasi yang

mempresentasikan kinerja perusahaan, jika informasi akuntansi bermanfaat dan digunakan oleh

investor sebagai dasar dalam membuat keputusan, maka reaksi investor tersebut akan tercermin pada

harga saham. Oleh karena itu, relevansi nilai informasi akuntansi mencerminkan kemanfaatan informasi

tersebut untuk digunakan dalam pengambilan keputusan (Aulia dan Ulfi, 2010).

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 8


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Lev (1989) menyatakan bahwa relevansi nilai

sangat erat hubungannya dengan kualitas laba, sehingga penggunaan reaksi pasar sekuritas untuk

mengukur kualitas laba mulai banyak digunakan. Salah satu informasi reaksi pasar sekuritas untuk

mengukur kualitas laba mulai banyak digunakan. Salah satu informasi reaksi pasar dapat dilihat dari

Laporan Keuangan yang dibuat oleh perusahaan (misalnya nilai buku dan laba perlembar saham/EPS).

Istilah relevansi nilai informasi akuntansi diturunkan dari teori surplus bersih (clean surplus theory)

yang menyatakan bahwa nilai perusahaan tercermin pada data-data akuntansi yang terdapat dalam

laporan keuangan (Fetham and Ohlson, 1995). Teori ini mengasumsikan bahwa investor memiliki

keyakinan dan preferensi yang homogen. Asumsi berikutnya adalah terdapat hubungan surplus bersih

antara ekuitas dan laba. Hubungan surplus bersih ini berarti bahwa seluruh perubahan ekuitas selain

yang berasal dari transaksi modal, berupa pembagian dividen atau penambahan modal, juga berasal dari

laba perusahaan. Penjelasan selanjutnya adalah bahwa kemampuan informasi akuntansi (khususnya

laba dan nilai buku) untuk menjelaskan besarnya nilai perusahaan dikenal dengan relevansi nilai

informasi akuntansi (Scott, 2003). Derajat kebermanfaatan akuntansi dapat diukur dengan adanya

perubahan harga dan volume perdagangan saham yang mengikut pengumuman informasi akuntansi

oleh perusahaan.

3. Metode Penelitian
3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dan penelitian ini menggunakan

data yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan terpublikasi yang diperoleh dari website BEI

(www.idx.co.id) atau website resmi masing-masing perusahaan. Data sekunder ini dikumpulkan dari

tahun 2013 sampai dengan tahun 2015(time series) dan juga berupa cross section karena mencakup

beberapa perusahaan dengan industri yang beragam. Dengan adanya data time series dan cross section

dalam penelitian ini maka digunakan pooling data atau data panel.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan yang tergabung dalam Kompas

100 pada periode Februari 2013- Agustus 2015. Penarikan sampel (responden) dalam penelitian ini

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 9


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

dilakukan dengan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel antara

lain adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan terdaftar dalam indeks Kompas 100 pada periode Februari 2013- Agustus 2015.

2. Perusahaan yang telah mempublikasikan Laporan Keuangan tahun 2015 paling lambat pada

bulan Juli 2016.

3. Perusahaan menyajikan laporan keuangan dalam rupiah periode 2013-2015.

4. Perusahaan menggunakan metode koridor pada laporan keuangan tahun 2014.

5. Data harga saham perusahaan tersedia.

6. Data yang dibutuhkan untuk penelitian tersedia.

Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 73 perusahaan yang akan digunakan sebagai sampel penelitian.

3.3 Hipotesis Penelitian

Mengacu kepada latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat ditarik suatu hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Hipotesis 1 : Perubahan Keuntungan (Kerugian) Aktuarial sebelum penerapan PSAK 24 (Revisi 2013)

tentang Imbalan Kerja memiliki pengaruh terhadap Nilai Pasar Perusahaan.

Hipotesis 2 : Perubahan Keuntungan (Kerugian) Aktuarial setelah penerapan PSAK 24 (Revisi 2013)

tentang Imbalan Kerja memiliki pengaruh terhadap Nilai Pasar Perusahaan.

Hipotesis 3 : Terdapat perbedaan relevansi nilai antara keuntungan (kerugian) aktuarial sebelum

penerapan dengan setelah penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) tentang Imbalan kerja.

3.4 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melakukan pengujian hipostesis

menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression). Analisis linier berganda merupakan

analisa untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Berikut ini adalah model persamaan linier berganda yang dibuat dalam penelitian ini:

𝑃𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽1 𝐵𝑉𝑖𝑡 + 𝛽2 𝐼 + 𝛽3 𝐴𝑃𝐿𝑖𝑡 + 𝑒

Ket:
Pit Harga saham perusahaan i pada tanggal terakhir terbit Laporan Keuangan
 nstanta
β1-3 Koefisien regresi
APLit Keuntungan atau Kerugian Aktuarial perusahaan i pada tanggal t

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 10


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

BVit Nilai Buku Ekuitas perusahaan i pada tanggal t


Iit Laba setelah pajak perusahaan i pada tanggal t
ε Error

Dan untuk mengukur seberapa besar peningkatan atau penurunan kualitas informasi akuntansi

akan diukur menggunakan nilai Adjusted R Square dengan membandingkan hasil dari sebelum dan

setelah penerapan. Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai

R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan

mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang

dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu independen, maka R2 pasti meningkat tidak perduli

apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu

banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana

model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel

independen ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2011). Untuk memudahkan melakukan interpretasi

mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel, penulis memberikan kriteria sebagai berikut

(Sarwono, 2006):

0 = Tidak ada Korelasi

>0 – 0,25 = Korelasi Sangat Lemah

>0,25 - 0,5 = Korelasi Cukup

>0,5 – 0,75 = Korelasi Kuat

>0,75- 0,99 = Korelasi Sangat Kuat

1 = Korelasi Sempurna

Koefisien determinasidigunakan untuk mengukur presentasi pengaruh dari variabel independen

terhadap variabel dependen, yang dihitung dengan menggunakan rumus:

KD = r2 x 100%

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 11


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

4.1 Statistik Deskriptif

Untuk mengetahui gambaran setiap variabel yang diteliti, maka dilakukan analisis deskriptif.

Dalam penelitian ini, analisis statistik deskriptif yang digunakan meliputi gambaran deskriptif, nilai

minimum, nilai maksimum, rata-rata, nilai standar deviasi, dan juga penjelasan keterangan perubahan

keuntungan (kerugian) aktuarial dari periode sebelum ke periode setelah penerapan PSAK 24 (Revisi

2013) tentang Imbalan Kerja, dimana pada periode sebelum penerapan PSAK 24 (Revisi 2013)

perusahaan menggunakan Metode Koridor sedangkan setelah penerapan PSAK 24 (Revisi 2013)

perusahaan menggunakan Metode Tanpa Koridor.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 12


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

Tabel 1.1

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Stdv.

Sebelum Penerapan PSAK 24


APL1 146 -153,624 83,515 -7,739 31,369
P 146 75,000 51000,000 3738,400 7076,106
BV 146 -267,784 17269,850 1267,004 2185,229
EPS 146 -511,970 2790,000 190,637 392,765
Setelah Penerapan PSAK 24
APL2 146 -633,519 125,993 -3,814 56,120
P 146 67,000 65300,000 3763,552 7902,451
BV 146 0,715 19753,730 1375,030 2465,716
EPS 146 -369,600 3345,000 192,734 450,116
Sumber: Hasil olah data menggunakan SPSS 19.0

Tabel 1 menyajikan statistik deskriptif variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam model
pengujian relevansi nilai. Sesuai dengan model harga (price model) yang dikembangkan Ohlson (1995),
variabel yang digunakan adalah harga saham, book value dan earnings per share. Harga saham pada
penelitian ini adalah harga saham pada tanggal pelaporan laporan keuangan. Statistik deskriptif tabel 1
menunjukkan peningkatan rata-rata harga saham sebelum periode penerapan PSAK 24 (Revisi 2013)
sebesar 3738,400 (dalam rupiah) menjadi 3763,552 (dalam rupiah) setelah penerapan PSAK 24 (Revisi
2013). Sebelum penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) harga saham tertinggi dimiliki oleh PT Gudang
Garam Tbk pada tahun 2014 sebesar Rp. 51.000/lembar. Nilai harga saham terendah dimiliki oleh PT
Exploitasi Energi Indonesia Tbk pada tahun 2014 sebesar Rp.75/lembar. Sedangkan setelah penerapan
PSAK 24 (Revisi 2013) harga saham tertinggi masih dimiliki oleh PT Gudang Garam Tbk sebesar
Rp.65.300/lembar dan harga saham terendahnya masih dimiliki oleh PT Exploitasi Energi Indonesia
Tbk sebesar Rp 67/lembar. Nilai harga saham yang memiliki simpangan baku yang sangat tinggi
menyebabkan distribusi data yang tidak normal. Sehingga harga saham ditransformasikan kedalam
bentuk logaritma natural (Ln).

4.2 Keuntungan (Kerugian) Sebelum Penerapan (APL1)

Pada tabel 1, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata APL1 pada indeks Kompas 100 sebelum

penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) adalah sebesar -7,739 dengan simpangan baku 31,369. Dimana, pada

data yang diambil dari perusahaan sampel, pada tahun 2013 terdapat 40 perusahaan yang mengalami

kerugian aktuarial dan 33 perusahaan yang mendapatkan keuntungan aktuarial dengan menggunakan

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 13


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

metode koridor. Sedangkan, pada tahun 2014 terdapat 47 perusahaan yang mengalami kerugian

aktuarial dan 26 perusahaan yang mendapatkan keuntungan aktuarial. Kerugian aktuarial tertinggi

dimiliki oleh PT Indomobil Sukses International Tbk sebesar -154,624 pada tahun 2013. Sedangkan,

Keuntungan aktuarial tertinggi dimiliki oleh PT Pacific Strategic Financial Tbk sebesar 83,515 pada

tahun 2013. Perubahan keuntungan(kerugian) aktuarial sebelum penerapan mengalami penurunan

sebesar 7,35%.

4.3 Keuntungan (Kerugian) Setelah Penerapan (APL2)

Pada tabel 1, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata APL2 pada indeks Kompas 100 setelah

penerapan adalah sebesar -3,814 dengan simpangan baku 56,120. Dimana pada data yang diambil dari

perusahaan sampel, pada tahun 2014* terdapat 51 perusahaan yang mengalami kerugian aktuarial dan

22 perusahaan yang mendapatkan keuntungan aktuarial dengan menggunakan metode tanpa koridor.

Sedangkan pada tahun 2015 terdapat 23 perusahaan yang mengalami kerugian dan 50 perusahaan yang

mendapatkan keuntungan aktuarial. Kerugian aktuarial tertinggi dimiliki oleh PT Tifa Finance Tbk,

pada tahun 2015. Sedangkan keuntungan tertinggi dimiliki oleh PT Timah (Persero) Tbk sebesar

125,993 pada tahun 2015. Perubahan keuntungan (kerugian) aktuarial setelah penerapan rata-rata

perusahaan yang menggunakan metode tanpa koridor mengalami penurunan sebesar 103,09%.

4.4 Regresi Linier Berganda Sebelum Penerapan

Dengan menggunakan SPSS 19.0, diperoleh hasil estimasi regresi linier berganda dengan hasil

sebagai berikut :

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 14


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

Tabel 2

Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda Pengaruh APL1, BV dan EPS Terhadap Nilai Pasar

Perusahaan Sebelum Penerapan PSAK 24

Coefficientsa

Unstandardized

Coefficients

Model B Sig.

1 (Constant) 6,768 0,000

APL1 -0,010 0,000

BV 0,000074 0,367

EPS 0,002 0,000

a. Dependent Variable: LnP

Sumber: Hasil olah data menggunakan SPSS 19.0

Persamaan regresi yang menjelaskan pengaruh dari APL1 terhadap nilai pasar perusahaan adalah

sebagai berikut:

P = 6,678 – 0,010 APL1 + 0,000074 BV + 0,002 EPS

Persamaan regresi diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 6,769 ln atau Rp. 869,297 menunjukkan nilai prediksi rata-rata harga saham

tanpa dipengaruhi oleh APL1, BV dan EPS.

2. Koefisien regresi untuk APL1 adalah sebesar -0,010 dengan koefisien bertanda negatif yang

menunjukkan setiap terjadi peningkatan APL1 dan variabel bebas lainnya diasumsikan konstan,

diprediksikan akan menurunkan harga saham sebesar 0,010 ln.

3. Koefisien regresi untuk BV adalah sebesar 0,000074 dengan koefisien bertanda positif

menunjukkan setiap terjadinya peningkatan nilai BV dan variabel bebas yang lainnya

diasumsikan konstan, diprediksikan akan meningkatkan harga saham sebesar 0,000074 ln.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 15


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

4. Koefisien regresi untuk EPS adalah sebesar 0,002 dengan koefisien bertanda positif yang

menunjukkan setiap terjadinya peningkatan nilai EPS dan variabel bebas yang lainnya

diasumsikan konstan, diprediksikan akan meningkatkan harga saham sebesar 0,002 ln.

4.5 Koefisien Determinasi Sebelum Penerapan

Hasil pengujian menggunakan program SPSS 19.0, disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

R Adjusted Std. Error of

Model R Square R Square the Estimate

1 0,708a 0,501 0,491 0,94716

a. Predictors: (Constant), EPS, APL1, BV

b. Dependent Variable: LnP

Sumber: Hasil olah data menggunakan SPSS 19.0

Pada tabel 3 di atas, dapat dilihat nilai Adjusted R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,491

yang artinya variabel independen yaitu Keuntungan (kerugian) aktuarial dengan menggunakan metode

koridor serta variabel kontrol yang terdiri dari book value dan earnings per share dapat menjelaskan

variabel nilai pasar perusahaan sebesar 49,1% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar

model sebesar 50,9%.

4.6 Regresi Linier Berganda Setelah Penerapan

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan bantuan program SPSS 19.0, diperoleh hasil

estimasi regresi linier berganda dengan hasil sebagai berikut:

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 16


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

Tabel 4

Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda Pengaruh APL2, BV dan EPS Terhadap Nilai

Pasar Perusahaan Setelah Penerapan PSAK 24

Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients Correlations

Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order

1 (Constant) 6,707 0,105 63,794 0,000

APL2 0,003 0,002 0,102 1,613 0,109 0,080

BV 0,0001 0,000 0,202 1,238 0,218 0,629

EPS 0,001 0,001 0,465 2,852 0,005 0,648

a. Dependent Variable: LnP

Sumber: Hasil olah data menggunakan SPSS 19.0

Persamaan regresi yang menjelaskan pengaruh dari APL2 terhadap harga saham adalah sebagai

berikut:

P = 6,707 + 0,003 APL2 + 0,0001 BV + 0,001 EPS

Persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Konstanta sebesar 6,707 ln atau Rp. 817,957 menunjukan nilai prediksi rata-rata harga saham

tanpa dipengaruhi oleh APL2, BV dan EPS.

2) Koefisien regresi untuk APL2 adalah sebesar 0,010 dengan koefisien yang bertanda positif

yang menunjukan setiap terjadi peningkatan nilai APL2 dan variabel bebas yang lainnya

diasumsikan konstan, diprediksikan akan meningkatkan harga saham sebesar 0,003 ln.

3) Koefisien regresi untuk BV adalah sebesar 0,0001 dengan koefisien yang bertanda positif yang

menunjukan setiap terjadinya peningkatan nilai BV dan variabel bebas yang lainnya

diasumsikan konstan, diprediksikan akan meningkatkan harga saham sebesar 0,0001 ln.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 17


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

4) Koefisien regresi untuk EPS adalah sebesar 0,001 dengan koefisien yang bertanda positif yang

menunjukan setiap terjadinya peningkatan nilai EPS dan variabel bebas yang lainnya

diasumsikan konstan, diprediksikan akan meningkatkan harga saham sebesar 0,001 ln.

4.7 Koefisien Determinasi Setelah Penerapan

Hasil pengujian menggunakan program SPSS 19.0, disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Adjusted Std. Error of

Model R R Square R Square the Estimate

1 0,661a 0,437 0,425 1,08639

a. Predictors: (Constant), EPS, APL2, BV

b. Dependent Variable: LnP

Sumber: Hasil olah data menggunakan SPSS 21.0

Pada tabel 5 di atas, dapat dilihat nilai Adjusted R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,425. Hasil

tersebut menunjukan jika APL2, BV dan EPS secara simultan memberikan kontribusi pengaruh sebesar

42,5% terhadap nilai pasar perusahaan, sedangkan (1-R2) 57,5% sisanya merupakan besar kontribusi

pengaruh yang diberikan oleh faktor lainnya yang tidak diteliti.

4.8 Pembahasan

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Relevansi Nilai informasi akuntansi

antara keuntungan (kerugian) aktuarial sebelum penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) dengan setelah

keuntungan (kerugian) aktuarial setelah penerapan PSAK 24 (Revisi 2013). Pengujian dilakukan

terhadap 73 perusahaan yang terdaftar dalam indeks Kompas 100 BEI pada periode 2013-2015.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik agar dapat

melihat dan menghasilkan model regresi yang tidak bias dan bebas dari masalah asumsi klasik. Uji

asumsi klasik yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolonieritas

(khusus model regresi berganda).

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 18


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

Pengujian hipotesis kemudian dilakukan dengan analisis regresi berganda dan juga membandingkan

Adjusted R2 antara sebelum penerapan dengan setelah penerapan. Setelah melakukan pengujian

hipotesis, maka peneliti melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil uji

hipotesis.

Hipotesis Pertama

Setelah melakukan uji statistik menggunakan software spss 19.0, maka didapatkan hasil bahwa

keuntungan (kerugian) aktuarial sebelum penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) dengan menggunakan

book value dan earnings per share sebagai variabel kontrol menunjukkan model penelitian layak

dengan nilai F signifikan yang berarti secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar

perusahaan. Hasil pengujian dengan menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa

keuntungan (kerugian) aktuarial sebelum penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) terhadap nilai pasar

perusahaan menunjukkan hasil dengan arah yang negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi

keuntungan (kerugian) aktuarial sebelum penerapan yang terdapat pada perusahaan akan menurunkan

nilai pasar perusahaan yang tercermin pada harga saham perusahaan yang beredar di pasar. Hal ini

dikarenakan kebanyakan perusahaan mengalami kerugian aktuarial berdasarkan data yang sudah diolah

terdapat 40 perusahaan pada tahun 2013 dan 47 perusahaan pada tahun 2014. Berikut grafik perusahaan

yang mengalami keuntungan (kerugian) aktuarial pada periode sebelum dan setelah perubahan

penerapan PSAK 24 (Revisi 2013)

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 19


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

Gambar 1

Jumlah perusahaan yang mengalami keuntungan (kerugian) aktuarial

Sumber: data diolah Peneliti

Hasil pengujian selanjutnya adalah pada periode sebelum penerapan PSAK 24 (Revisi 2013)

selama dua tahun memiliki relevansi nilai informasi akuntansi yang cukup. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai Adjusted R2 sebesar 49,1%. Hal ini menunjukkan bahwa relevansi nilai informasi akuntansi dari

sebelum penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) telah cukup diserap oleh para pengguna informasi laporan

keuangan yang tercermin pada harga saham yang ada dipasar. Harga pasar tersebut mencerminkan nilai

pasar dari perusahaan.

Hipotesis Kedua

Setelah melakukan uji statistik menggunakan software spss 19.0, maka didapatkan hasil bahwa

keuntungan (kerugian) aktuarial setelah penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) dengan menggunakan book

value dan earnings per share sebagai variabel kontrol menunjukkan model penelitian layak dengan nilai

F signifikan yang berarti secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. Hasil

pengujian dengan menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa keuntungan (kerugian)

aktuarial sebelum penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) terhadap nilai pasar perusahaan menunjukkan

hasil dengan arah yang positif. Namun secara parsial keuntungan(kerugian) aktuarial tidak signifikan.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 20


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi keuntungan (kerugian) aktuarial setelah penerapan yang

terdapat pada perusahaan akan meningkatkan nilai pasar perusahaan yang tercermin pada harga saham

perusahaan yang beredar di pasar. Hal ini didukung dengan data yang diperoleh bahwa pada tahun

2014* hanya ada 22 perusahaan yang mendapatkan keuntungan aktuarial sedangkan pada tahun 2015

meningkat menjadi 50 perusahaan.

Hipotesis Ketiga

Pada hipotesis ketiga, penelitian difokuskan pada perbedaan nilai Adjusted R2. Jika nilai Adjusted

R2meningkat maka dapat disimpulkan bahwa informasi akuntansi meningkatkan relevansi nilainya.

Hasil yang didapatkan setelah penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) nilai Adjusted R2mengalami

penurunan dari sebesar 49,1% menjadi sebesar 42,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa setelah penerapan

PSAK 24 (Revisi 2013) tentang Imbalan Kerja belum dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi.

Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak banyak menggunakan informasi akuntansi dalam

pengambilan keputusan untuk pembelian atau penjulan saham. Hasil ini selaras dengan hasil penelitian

Van der Meulen (2007), Hung dan Subramayam (2007), serta Kampinis dan Hevas (2011)

menunjukkan informasi akuntansi yang telah disusun berdasar IFRS/IAS tidak lebih berkualitas

dibanding informasi yang disusun berdasar standar akuntansi sebelumnya. Hasil penelitian

Cahyonowati dan Ratmono (2012) juga menunjukkan hasil bahwa aplikasi standar berbasis IFRS di

Indonesia belum dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi. Namun hasil ini bertentangan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Gustavo Saraiva (2012) yang menunjukkan hasil bahwa dengan

menghapus metode koridor, informasi akuntansi lebih relevan. Begitu juga dengan hasil penelitian

Bartov dkk. (2005), Liu dan Liu (2007), Barth dkk (2008), serta Alali dan Foote (2012) menunjukkan

informasi akuntansi yang telah disusun berdasar IFRS/IAS lebih berkualitas dibandingkan informasi

yang disusun berdasar standar akuntansi sebelumnya.

5. Simpulan

5.1 Kesimpulan

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 21


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

Penelitian dilakukan untuk mencoba meneliti pengaruh keuntungan (kerugian) aktuarial sebelum

dan setelah penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) terhadap nilai pasar perusahaan studi dilakukan pada

perusahaan yang pernah terdaftar dalam indeks Kompas100. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

pada bab sebelumnya, berikut beberapa hal yang dapat disimpulkan:

1. Secara simultan keuntungan (kerugian) aktuarial sebelum penerapan PSAK 24 (Revisi 2013)

dengan variabel kontrol nilai buku dan laba per saham berpengaruh secara signifikan terhadap

nilai pasar perusahaan pada perusahaan yang pernah terdaftar dalam indeks Kompas100 pada

tahun 2013-2014. Sedangkan secara parsial keuntungan (kerugian) aktuarial sebelum

penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap nilai pasar

perusahaan pada perusahaan yang pernah terdaftar dalam indeks Kompas100 pada tahun

2013-2014.

2. Secara simultan keuntungan (kerugian) aktuarial setelah penerapan PSAK 24 (Revisi 2013)

dengan variabel kontrol nilai buku dan laba per saham berpengaruh secara signifikan terhadap

nilai pasar perusahaan pada perusahaan yang pernah terdaftar dalam indeks Kompas100 pada

tahun 2014-2015. Sedangkan secara parsial keuntungan (kerugian) aktuarial setelah

penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) berpengaruh positif namun tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap nilai pasar perusahaan pada perusahaan yang pernah terdaftar dalam

indeks Kompas100 pada tahun 2014-2015.

3. Relevansi nilai perlakuan akuntansi keuntungan (kerugian) aktuarial dengan menggunakan

metode tanpa koridor memiliki nilai relevansi yang lebih kecil dibandingkan dengan

keuntungan (kerugian) aktuarial dengan menggunakan metode koridor. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pada hasil penelitian ini, metode tanpa koridor (sebelum penerapan)

tidak memiliki explanatory power yang lebih baik dibanding metode koridor (setelah

penerapan).

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Kompas 100 BEI selama

periode 2013-2015.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 22


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

2. Penelitian ini hanya menggunakan model analisis relevansi nilai dengan model harga (price

model).

3. Pada periode perbandingan sebelum dan setelah penerapan PSAK 24 (Revisi 2013) , rentang

waktu penelitian hanya dilakukan dengan jangka waktu dua tahunan yaitu 2013-2014 dan 2014*-

2015.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka sebagai bahan pertimbangan agar

penelitian selanjutnya dapat memiliki hasil yang lebih baik terutama untuk mengatasi keterbatasan

dalam penelitian ini, peneliti mempunyai beberapa saran yang dapat diberikan pada peneliti selanjutnya.

Adapun saran-saran tersebut adalah:

1. Penelitian ini hanya berfokus pada sampel perusahaan Kompas100. Penelitian selanjutnya dapat

menambah jumlah dan kriteria sampel, terutama jumlah sampel perusahaan yang menggunakan

metode koridor dalam pengakuan keuntungan (kerugian) aktuarial, peneliti diharapkan

mempertimbangkan untuk menggunakan sampel pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia, atau berdasarkan kategori usahanya, sehingga lebih terlihat dampaknya dan agar

memberikan hasil penelitian yang lebih baik.

2. Peneliti selanjutnya dapat memperpanjang rentang waktu penelitian, agar dapat memberikan

gambaran yang lebih akurat.

3. Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan penelitian untuk meneliti pengaruh PSAK lainnya.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 23


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

Daftar Pustaka

Alali, F.A. & Foote, P.S. (2012). The Value Relevance Of International Financial Reporting Standards: Empirical
Evidence in an Emerging Market. The International Journal of Accounting, 47, 85108.
Aulia F. Rahman dan Oktaviana, Ulfi K. (2010). Masalah Keagenan Aliran Kas Bebas, Manajemen Laba dan
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi XIII, 1-25.
Barth, M. E., Landsman, W. R. & Lang, M. (2008). International Accounting Standards and Accounting Quality.
Journal of Accounting Research,46, 467-498.
Barth, Mary E., William H. Beaver, dan Wayne R. Landsman. 2001. The Relevance of the Value Relevance
Literature for Financial Accounting Standart Setting: Another View. Journal of Accounting and
Economics, 31, 1-41.
Bartov, E., Goldberg, S. & Kim, M. (2005). Comparative Value Relevance Among German, U.S. and International
Accounting Standards: A German Stock Market Perspective. Journal of Accounting, Auditing and Finance,
20, 95-119
Beaver,W. 1968. The Value Relevance of Annual Earnings Announcements. Journal of Accounting Research
(Supplement): 68-76.
Burgstahler, D,. And I. Dichev. 1997. Earnings Management to Avoid Earnings Buyout Offers, Journal of
Accounting and Economic, Vol 18, 1994.
Cahyonowati, Nur dan Dwi Ratmono. 2012. Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai Informasi Akuntansi. Journal
Akuntansi dan Keuangan. Vol. 14 No 2.
Daske, H., Hail, L, Leuz, C. & Verdi R. 2008. Mandatory IFRS Reporting Around The World: Early Evidence on
The Economic Consequences, Jurnal of Accounting Research, 46, 1085-1142.
Dewan Standar Akuntansi Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan – PSAK No. 24 (Revisi 2010), Imbalan
Kerja. Jakarta: Salemba Empat.
Dewan Standar Akuntansi Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan – PSAK No. 24 (Revisi 2013), Imbalan
Kerja. Jakarta: Salemba Empat.
Djanegara, H. Moermahadi Soerja dan Siti Ita Rosita. 2008. Evaluasi Penerapan Akuntansi Imbalan Kerja dalam
Kaitannya Dengan Penyajian Laporan Keuangan, Studi Kasus Pada PT Astra Agro Lestari. Jurnal Ilmiah
Kesatuan, Vol. 10 No. 2, hlm. 74 – 80.
Francis,J. & K. Schipper., 1999.”Have Financial Statements Lost Their Relevance?”. Jurnal of Accounting
Research (Autumn): 319-352.
GA Feltham dan James A Ohlson. 1995. Valuation and clean surplus accounting for operating and financial
activities. Contempory Accounting Research; Spring 1995; 11,2; ABI/INFORM Globalpg. 689
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Pogram SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Dipenogoro.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Pogram IBM SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Dipenogoro.
Gitman, Lawrence J., Zutter, Chad J. 2012. Principle of Mangerial Finance 13th edition. Boston: Pearson Prentice
Hall.
Glaum, Martin. 2009. Pension accounting and research: a eview. Accounting and Business Research, Vol. 39 No.
3,p. 273-311.
Hariani, Arie Rahayu dan Moh Nashih, (2006). Value Relevance Laporan Keuangan di Indonesia dan Kaitannya
dengan Beban Iklan dan Promosi. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Universitas Airlangga.
Holthausen, R. W. Dan Ross L. Watts (2001). The relevance of the value relevance literature for financial
accounting standart setting. Journal of Accounting and Economics, 31, 3-75.
Hung, M. & Subramanyam, K.R (2007). Financial Statement Effects of Adopting International Accounting
Standards, The Case of Germany. Review of Accounting Standards, 12, 623-657.
Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu
Karampinis, N. & Hevas, D. (2011). Mandating IFRS in an Unfavorable Environment: The Greek Experience. The
International Journal of Accounting, 46, 304-332.
Kieso, Donald E, Jerry J Weygandt, Terry D. Warfield. 2014. Intermediate Accounting: IFRS Second Edition.
United States of America: John Wiley & Sons.
Kothari, dan J.L. Zimmerman. 1995. Price and Return Models. Journal of Accounting and Economics, Vol. 20
Hal. 155-192.
Kuncoro, Mudrajad. 2013. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomu Edisi 4. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Lev, B. 1989. On The Usefulness of Earnings and Earnings Research: Lessons and Directions from Two Decades
of Empirical Research. Journal of Accounting Research 27 (Supplement): 153-192.
Lev, Baruch, and Paul Zarowin, (1999). The Boundaries of Financial Reporting and How to Extend Them. Journal
of Accounting Research, Vol. 37, 353-385.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 24


Apakah Penghapusan Metode Koridor Meningkatkan Relevansi Laporan Keuangan? …

Liu, J., & Liu, C. (2007). Value Relevance Of Accounting Information In Different Stock Market Segments: The
Case of Chinese A-, B- and H-shares. Journal of International Accounting Research, 6, 55-81.
Muchlis, Saiful. 2011. Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional dan Dampak Penerapan dari Adopsi Penuh
IFRS Terhadap PSAK. Jurnal ASSETS, Vol.1 No.2, hlm 191-206.
Nadia, Azza. 2015. Analisis Pengaruh Penerapan PSAK 24 (Revisi 2010) Tentang Imbalan Kerja Terhadap
Koefisien Respon Laba (ERC), studi pada perusahaan yang terdaftar dalam Kompas100 Tahun 2011-2012.
Bandung: Unpad
Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Ohlson, James A. 1995. Earnings, Book Values, and Dividends in Equity Valuation. Contemporary Accounting
Research, Spring Vol. 11 Np. 2, 661-687.
Refyal, Ilha dan Dwi Martani. 2012. Pengaruh Adopsi PSAK No 24 Terhadap Earnings Response Coefficient.
Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol.8 No.2, hlm. 97-189.
Sari, Sekar Mayang, (2004). Analisa terhadap Relevansi Nilai (Value-Relevance) Laba, Arus Kas, dan Nilai Buku
Ekuitas: Analisa di seputar Periode Krisis Keuangan 1995-1998. Simposium Nasional Akuntansi VII, 862-
882.
Saraiva, Gustavo. 2012. Pensions Accounting and Value Relevance. Journal in Finance from the NOVA.
Scott, W. R. (2003). Financial Accounting Theory (Third ed.). Toronto: Prentice Hall.
Sekaran, Uma. 2014. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, ed. 4.Jakarta: Salemba Empat.
Sopiyudin, D. 2013. Statistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung
Sugiyono 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sunyoto, Danang. 2013. Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika Aditama.
Utami, Ayu Hapsari Budi, Yuciana Wilandari dan Triastuti Wuryandari. 2012. Penggunaan Metode Project Unit
Credit dan Entry Age Normal dalam Pembiayaan Pensiun. Jurnal Gaussian, Vol. 1 No. 1, hlm. 47 – 54.
Van der Meulen, S., Gaeremynck, A., & Willekens, M. 2007. Attribute Differences Between US GAAP and IFRS
Earnings: An exploratory study. The International Journal of Accounting, 43, 1-27.
Weiers, Ronald M. 2008. Introduction to Business Statistics, Seventh Edition. United States of America: Cengage
Learning.
______, Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Pustaka yang diakses dari Internet:


Armanto Witjaksono, Stefanus Ariyanto, Theresia Lesmana, 2014. Analisis dampak penerapan PSAK 24 tahun
2013. (online PDF report),
(http://www.academia.edu/11161999/ANALISIS_DAMPAK_PENERAPAN_PSAK_24_TAHUN_2013)
(diakses pada 24 Mei 2016)
Fasshauer, J., Glaum, M., and Street, D.L. 2008. Adoption of IAS 19 by Europe’s Premier Listed Companies:
Corridor Approach versus Full Recognition. ACCA (online PDF Report),
(http://www.accaglobal.com/content/dam/acca/global/PDF-technical/financial - reporting/rr-100-001.pdf)
(diakses pada 22 April 2016)
Glaum, M., and Street, D.L. 2010. Methods for Recognition of Actuarial Gains and Losses Under IAS 19. ACCA
(online PDF report), (http://www.accaglobal.com/content/dam/acca/global/PDF-technical/financial-
reporting/pol-tp-mragl.pdf) (diakses pada 24 Mei 2016)
Ikatan Akuntansi Indonesia. (2013). Exposure draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 77/KMK.017/1995 (Online PDF),
(http://adpi.or.id/attachments/article/90/KMK%20No.%2077%20Th.%201995.pdf) (diakses pada 1
Agustus 2016)
Kompas 100 (Online), (http://kompas100.print.kompas.com/tentang/) (diakses pada 1 Agustus 2016)
Laporan Keuangan dan Tahunan. Bursa Efek Indonesia (Online PDF report), (http://www.idx.co.id/)
Vibiz Learning Center. (2016). Akuntansi Imbalan Kerja sesuai PSAK 24 Revisi 2010
(http://www.vibizlearning.com/program/akuntansi-imbalan-kerja-sesuai-psak-24-revisi-2010, diakses
pada tanggal 26 April 2016).
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/informasipasar/daftarefek/indekskonstituen.aspx

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 25

Anda mungkin juga menyukai