Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH PENYAJIAN PERSEDIAAN

SESUAI PSAK YANG BERLAKU

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I

1. NURUL USWAH (A1C019190)


2. RAHAYU NINGTYAS TRI WINDSARI(A1C019199)
3. RAUDIA NINGSIH (A1C019201)
4. RISKI AMELIA (A1C019211)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penyajian Persediaan Sesuai PSAK
Yang Berlaku” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah akuntansi keuangan I.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami harap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca. Kami menyadari, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 30 Agustus 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 2

Daftar isi.............................................................................................................................. 3

Bab I : Pendahuluan ............................................................................................................ 4

1.1 Latar belakang......................................................................................................... 4

1.2 Perumusan masalah................................................................................................. 4

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 5

Bab II : Pembahasan ........................................................................................................... 6

1. Definisi dan klasifikasi persediaan.................................................................... 6


2. Perbedaan sistem persediaan periodik dan perpetual ........................................ 7
3. Dampak kesalahan pengakuan persediaan di laporan keuangan....................... 10
4. Menghitung biaya persediaan ........................................................................... 12
5. Metode lain untuk penilaian persediaan ............................................................ 14
6. Penghitungan persediaan metode terendah antara harga perolehan dan nilai
realisasi bersih .................................................................................................. 17
7. Penghitungan persediaan dengan metode laba kotor ........................................ 19
8. Penghitungan persediaan dengan metode ritel .................................................. 22
9. Penyajian persediaan di laporan posisi keuangan ............................................. 23
10. Menganalisis teknik analisa persediaan ............................................................ 25

Bab III : Penutup ................................................................................................................. 33

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 34

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persediaan merupakan unsur yang penting dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan
manufaktur maupun perusahaan dagang karena persediaan diperoleh, diproduksi dan dijual
secara terus menerus untuk kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan sering
mengalami kesulitan dalam pencatatan dan peniaian persediaan.

Di dalam perusahaan juga sering mengalami kendala yang besar dalam persediaan,
yaitu jika jumlah persediaan sedikit maka proses produksi yang dijalankan perusahaan akan
terhambat. Hal ini jelas akan mempengaruhi pada laporan laba rugi perusahaan dan laporan
posisi keuangan perusahaan. Selain dari hal tersebut, masalah persediaan yang lain adalah
perusahaan sering kali mengalami penumpukan barang persediaan di gudang sehingga
mengakibatkan biaya persediaan yang tinggi dan akan menimbulkan kerugian pada perusahaan
itu sendiri.
Kendala-kendala yang timbul akibat persediaan ini mengakibatkan masalah bagi
perusahaan dalam mengelolanya. Oleh karena itu perusahaan perlu mengambil suatu kebijakan
yang mengatur hal tersebut. Perusahaan dapat memilih salah satu metode pencatatan dan
metode penilaian dan pencatatan persediaan yang sesuai dengan standard dan PSAK-14.

1.2 Perumusan Masalah


Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dan klasifikasi persediaan?
2. Apa saja perbedaan system persediaan periodik dan perpetual?
3. Apa dampak dari kesalahan pengakuan persediaan di laporam keuangan?
4. Bagaimana menghitung biaya persediaan?
5. Apa saja beragam metode lain untuk penilaian persediaan?
6. Bagaimana cara penghitungan persediaan dengan metode terendah antara harga
perolehan dan nilai realisasi bersih (Lower Of Cost Or Net Realizable Value)?
7. Bagaimana cara penghitungan persediaan dengan metode laba kotor (The Gross
Profit Method)?
8. Bagaimana penghitungan persediaan dengan metode ritel (Retail Inventory
Method)?
9. Bagaimana cara penyajian persediaan di laporan posisi keuangan?

4
10. Bagaiaman menganalisis teknik analisa persediaan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui definisi dan klasifikasi persediaan
2. Dapat mengetahui perbedaan system persediaan periodik dan perpetual
3. Mengetahui dampak kesalahan pengakuan persediaan di laporam keuangan
4. Untuk mengetahui cara menghitung biaya persediaan
5. Untuk mengetahui metode lain untuk penilaian persediaan
6. Untuk mengetahui cara penghitungan persediaan dengan metode terendah antara
harga perolehan dan nilai realisasi bersih (Lower Of Cost Or Net Realizable
Value).
7. Mengetahui cara penghitungan persediaan dengan metode laba kotor (The Gross
Profit Method).
8. Mengetahui cara penghitungan persediaan dengan metode ritel (Retail Inventory
Method).
9. Mengetahui cara penyajian persediaan di laporan posisi keuangan.
10. Mengetahui bagaiamana menganalisis teknik analisa persediaan

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi dan klasifikasi persediaan


1. Definisi persediaan
Pada setiap perusahaan, baik perusahaan besar dan menengah maupun kecil, persediaan
sangatlah penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Perusahaan harus dapat
memperkirakan jumlah persediaan yang dimilikinya. Persediaan yang dimiliki. perusahaan
tidak boleh terlalu banyak dan juga terlalu sedikit karena akan mempengaruhi. biaya yang akan
dikeluarkan.
Menurut Sigit Hermawan, “persediaan merupakan barang dagangan yang disimpan
kemudian dijual kembali. dalam operasi normal perusahaan dan bahan yang terdapat dalam
proses produksi atau yang telah disimpan untuk suatu tujuan. Sedangkan menurut Imam
Santoso, “persediaan yaitu aktiva yang ditujukan untuk dijual atau diproses. lebih lanjut lagi
untuk menjadi barang jadi dan kemudian dijual kembali sebagai kegiatan utama perusahaan.
Bagi perusahaan dagang persediaan merupakan barang yang secara langsung untuk
diperjual belikan tanpa mengalami. suatu proses lanjutan, sehingga persediaan disebut sebagai
persediaan barang dagangan. Sedangkan pada prusahaan industry adalah di mana persediaan
bahan baku memerlukan suatu proses lebih. lanjut agar siap untuk dijual kembali dalambentuk
barang yang sudah jadi.
Sedangkan Istilah persediaan sendiri didefinisikan dalam PSAK NO 14 Tahun 2018
yaitu sebagai aset yang (paragraf 6):
a. Dimiliki dan untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa
b. Dalam proses produksi untuk dijual
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
Persediaan meliputi barang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali. Misalnya, barang
dagang dibeli oleg pengecer untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang
sudah diproduksi, atau barang dalam penyelesaiannya sedang diproduksi perusahaan, dan
termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam produksi. Berdasarkan dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, definisi dari persediaan adalah proses pencatatan,
pengidentivikasian bukti-bukti transaksi masuk dan keluar barang yang dimiliki oleh
perusahaan yang siap untuk dijul kembali dalam kegiatan normal, perusahaan atau barang yang
di proses lebih dulu menjadi barang jadi atau setengah jadi dan kemudian dijual.

6
2. Klasifikasi persediaan
Jenis persediaan akan berbeda sesuai dengan bidang. atau kegiatan normal usaha
perusahaan . Berdasarkan dengan bidang usaha perusahaan dapat terbentuk. perusahaan.
industry (manufacture), perusahaan dagang, dan perusahaan jasa.
Untuk dapat memahami perbedaan. tersebut serta keberadaan dari tiap jenis persediaan
dapat dilihat. dari penggolongan persediaan sebagai berikut ini:
a) Perusahaan dagangan menggunakan persediaan barang dagang. Barang yang ada digudang
dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagangan untuk diperjual-belikan kembali. Barang yang
diperoleh untuk dijual. kembali tersebut diperoleh secara fisik tidakmengalami perubahan
apapun. Barang tersebut tetap dalam bentuk barang jadi ketika meninggalkan pabrik
pembuatanya.
Dalam beberapa hal dapat terjadi beberapa komponen. yang dibeli untuk dirakit
kembali menjadi barang jadi. contohnya, sepeda motor yang dirakit kembali dari kerangka,
roda, gird dan sebagainya dan kemudian diperjual belikan.
b) Perusahaan industry (manufaktur). Dalam perusahaan manufaktur persediaan barang yang
dimiliki terdiri. dari bebrapa jenis yang berbeda. Masing-masing jenis memiliki. macam-
macam persediaan yang dimiliki. Persediaan dapat dibedakan atau dikelompokkan. menurut
jenis dan posisi barang dalam urutan pengerjaan produk, sebagai berikut:
1. Persediaan bahan baku (raw material) Yaitu bahan baku yang akan mengalami suatu
proses lebih lanjut dalam proses produksinya. Barang yang diperoleh dari sumber alam
ataupun. dibeli dari supplier dan ataupun perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi
perusahaan. pabrik yang menggunakan.
2. Persediaan barang dalam proses (work in process/goods in process). Adalah bahan
baku yang sedang dalam. proses atau bahan yang telah diolah menjadi sebuah bentuk, tetapi
belum menjadi bentuk barang yang sempurna dan perlu diproses kembali untuk menjadi barang
jadi di mana nilainya. merupakan akumulasi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead.
3. Persediaan barang jadi (finish goods) Yaitu barang jadi atau barang yang telah
diproses atau diolah dalam pabrik dan telah siap untuk. diperjual belikan sesuai dengan tujuan.
4. Persediaan bahan bantu (factory/manufacturing suplllies) merupakan bahan bantuan
yang dibutuhkan. dalam suatu proses produksi namun tidak secara. langsung dapat terlihat
secara fisik pada produk yang telah dihasilkan.

2 Perbedaan Sistem Persediaan Periodik Dan Perpetual


1. Sistem pencatatan fisik atau periodik (physical/periodic inventory system)
Menurut. Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini, sistem pencatatan fisik atau periodik.
(physical/periodic inventory system) adalah pencatatan persediaan dimana:

7
a. Mutasi persediaan tidak menggunakan buku besar (inventory) melainkan memakai
suatu perkiraan purchase, purchase return, sales, sales return. dan lain sebagainnya.
b. Tidak menggunakan kartu persediaan.
c. Kalkulasi biaya persediaan dengan menetapkan sebuah persediaan. akhir terlebih
dahulu melalui suatu perhitungan fisik selanjutnya dihitung cost of good sold
PSAK No 14 Tahun 2018 menyatakan .sistem pencatatan fisik atau periodik
(physical/periodic inventory system-berkala), nilai persediaan akhir ditentukan melalui.
pemeriksaan fisik persediaan (physical stock-take). Nilai barang dijual selama tahun berjalan
dihitung dengan. menggunakan rumus berikut.
Untuk menentukan sebuah harga pokok penjualan dalam sistem periodik, harus
menentukan:
a. Menentukan sebuah harga pokok barang yang tersedia pada awal periode.
b. Menambahkannya dalam harga pokok barang dibeli.
c. Mengurangkannya dengan harga pokok barang yang tersedia
pada akhir periode akuntansi.

 Harga Pokok Penjualan = nilai persediaan awal + biaya barang yang dibeli/dibuat –
nilai persediaan akhir.
Dengan cara tersebut bertambahnya barang dagang atau berkurangnya barang atau
keluar masuknya. barang dagangan tidak bisa dideteksi secara langsung. Akibat dari cara ini
yaitu barang dagangan yang tercatat dalam suatu pembukuan perusahaan pada akhir periode
yaitu barang dagang pada awal periode sehingga pada akhir nilainya harus dihitung kembali
dengan persediaan akhir periode. Barang dagang pada akhir periode harus dihitung fisiknya
secara langsung agar mendapat. gambarkan nilai persediaan barang dagangan yang
sesungguhnya. dalam laporan keuangan

2. Sistem pencatatan persediaan secara permanen atau perpetual (perpetual inventory system)
PSAK No 14 Tahun 2018 menyatakan dalam sistem persediaan perpetual (perpetual
inventory system), biaya. persediaan akhir dan harga pokok penjualan selama tahun berjalan
dapat ditentukan. dari catatan akuntansi secara langsung. Namun, jika ketidak cocokan antara
biaya persediaan dari pencatatan akuntansi dan nilai persediaan yang telah ditentukan melalui
suatu pemeriksaan stock fisik, maka jumlah persediaannya pada pencatatan akuntansi harus
disesuaikan. Harga pokok penjualan pada pencatatan akuntansi juga harus disesuaikan.
Menurut hamizar dan Muhammad Nuh, “bahwa pencatatan transaksi persediaan
dengan. sistem ini akan secara langsung mempengarui suatu persediaan barang dagangan.
Contohnya untuk mencatat transaksi pembelian. barang dagangan langsung dicatat pada
rekening persediaan disebelah debet dan penjualan barang dagangan dicatat pula pada rekening

8
disebelah kredit. Metode pencatatan ini dibantu. dengan buku pembantu persediaan barang
dagangan dengan membuat kartu. persedaiaan barang (stock card).
Setiap persediaan yang ada dibuatkan kartu persediaan dan didalam pembukuan harus
dibuatkan rekening pembantu persediaan rincian dalam buku pembantu persediaan. Suatu
rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dengan rekening control persediaan barang dalam
buku besar. Rekening yang telah digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa
kolom. yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan, dan saldo persediaan. Setiap
perubahan. dalam suatu persediaan diikuti dengan. pencatatan dalam rekening persediaan
sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu. dapat diketahui dengan melihat kolom saldo.
dalam rekening persedian.
Ciri-ciri penting dalam sistem perpetual pada penjumlahan adalah:
a. Pembelian barang dagangan dicatat dengan cara mendebet rekening. persediaan.
b. Harga pokok penjualan dihitung. dengan tiap transaksi penjualan dan dicatat dengan
mendebet rekening HPP pada persediaan.
c. Persediaan adalah rekening control dan dilengkapi. dengan buku pembantu. Buku
pembantu persediaan menunjukkan. kuantitas dan harga-harga perolehan untuk setiap jenis
barang yang ada dalam persediaan.

Tabel Perbedaan Metode Periodik Dan Perpetual

9
3 Dampak Kesalahan Pengakuan Persediaan Di Laporan Keuangan
Accurate sebagai program stok sangat penting pencatatan persediaan untuk laporan
keuangan. karena perhitungan persediaan akan berdampak terhadap neraca dan L/R. untuk
penginputan pembelian, penjualan dan persediaan akhir dapat menimbulkan kesalahan.
berikut beberapa kesalahan terhadap pencatataan persediaan

1. Tidak melakukan Stock opname (cek fisik) Persediaan


2. Kesalahan pengalokasian akun untuk beban persedoaan
3. kesalahan memasukkan jumlah yang di input di surat jalan
4. Pencatatan konsinyasi yang tidak tepat

Dampak Kesalahan Pencatatan Persediaan Terhadap Laporan Keuangan

untuk menghindari dampak pencatatan kesalahan persedian akhir terlalu rendah berikut
akan dijelaskan hal apa saja yang menyebabkan

Dampak Pencatatan Kesalahan Persediaan Akhir Terlalu Rendah

Bila persediaan aljor terlalu rendah maka di neraca. Kelihatan Nalai total aktiva lancar,
persediaaan, saldo laba rugi akan kelihatan terlalu rendah, tetapi di laporan laba/rugi HPP
akan rendah. mengakibatkan keuntungan atau laba bersih menjadi terlalu tinggi

10
Kesalahan Perhitungan Persediaan Akhir Terlalu Tinggi

Karena ada kesalahan perhitungan persediaan awal maka itu akan terbawa ke persediaan
akhir ke bulan (periode) berikutnya. maka perlu dilakukan hal – hal untuk
menghindarinya. Supaya tidak berdampak di bulan berikutnya seperti :

a. lebih teliti untuk melakukan StockOkname agar tidak salah menghitung persediaan
awal.
b. Tentukan metode persediaan yang dipakai apakaahpriodikal atau perpetual, pada
perpetual tentukan apakah rata – rata, FIFO, LIFO.
c. Buatlah Minimum Order di setiap barang. sehingga sebelum barang habis (kosong)
anda sudah melakukan pemesanan atas barang tersebut.
d. Gunakan program stok yang baik sehingga dapat menghitung HPP, Kartu Stock
Persediaan dan Historynya. hal ini akan merepotkan jika barang anda banyak dan
anda masih manual.

Salah satu program yang sangat mendukung dan disarankan adalah accurate, accurate
sebagai program stok menjawab kebutuhan anda untuk mengontrol persediaan anda, dan
melihat Nilai HPP secara lebih detal. Dengan begitu anda akan dapat mengontrol
kebijakan atas persediaan anda. seperti keputusan anda untuk melakukan pembelian.
menyocokan jumlah persediaan di program Accurate dan di gudang (stok opname).
menganalisa barang yang lambat bergerak.

11
4. Menghitung Biaya Persediaan

Dalam ilmu ekonomi dikenal istilah biaya persediaan yang menurut buku dari
Handoko (1999: 336), menyatakan bahwa pembuatan setiap keputusan yang akan
mempengaruhi besarnya (jumlah) persediaan, terdapat biaya-biaya variabel yang perlu
diperhatikan. Biaya-biaya variabel tersebut meliputi:

a) Biaya penyimpanan (holding costs / carrying costs)


Biaya penyimpanan merupakan biaya yang di dalamnya terdiri dari biaya-biaya yang
bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Terdapat beberapa biaya yang
termasuk dalam biaya penyimpanan, yaitu:

Adapun yang termasuk biaya penyimpanan adalah antara lain sebagai berikut :
 Biaya fasilitas yang meliputi biaya pendingin ruangan, biaya penerangan ruangan,
dan lain sebagainya.
 Biaya pajak persediaan
 Biaya asuransi persediaan
 Biaya keamanan
 Sewa gudang, dll.
 Besarnya biaya penyimpanan ini dihitung dalam bentuk persen tertentu terhadap
harga sediaan, conohnya misalnya 10% dan 20% dari harga sediaan.
b) Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs / procurement costs)
Biaya pemesanan merupakan biaya yang timbul pada saat pemesanan barang sediaan.
Biaya pemesanan terdiri dari beberapa hal yaitu:
 Biaya yang timbul saat proses pemesanan dan pengiriman barang
 Biaya telpon dan komunikasi
 Baya surat menyurat
 Biaya packing dan penimbangan
 Biaya ekspedisi ke gudang, dll
Untuk meminimalisir biaya pemesanan, sebaiknya perusahaan melakukan
pemesanan dalam jumlah besar. Jumlah unit yang dipesan berbanding terbalik dengan
frekuensi atau banyaknya pemesanan. Jika jumlah unit yang dipesan diperbesar atau
diperbanyak maka frekuensi pemesanan akan berkurang. Namunjika unit yang dipesan

12
diperkecil maka frekuensi pemesanan akan meningkat dan justru akan membuat biaya
pemesanan dalam satu periode akan membengkak.
c) Biaya penyiapan pabrik (setup costs manufacturing)
Biaya ini timbul ketika perusahaan tidak mem,beli barang sediaan, melainkan
memproduksi sendiri dari pabrik. Biaya penyiapan pabrik meliputi:
 Biaya mesin
 Biaya teaga kerja
 Biaya penjadwalan
 Biaya ekspedisi
d) Biaya kehabisan / kekurangan bahan (shortage costs)
Biaya kehabisan/ biaya kekurangan bahan merupakan biaya yang timbul ketika persediaan
tidak mencukupi atau tidak seimbang dengan permintaan bahan. iaya kehabisan meliputi
biaya-biaya sebagai berikut:
 Biaya kehilangan pelanggan
 Biaya kehilangan barang atau penjualan
 Biaya pemesanan khusus
 Biaya ekspedisi
 Biaya operasi
 Biaya selisih harga
 Biaya tambahan pengeluaran

Khusus untuk biaya kehabisan, masing-masing nominalnya sulit diukur atau


diprediksi karena semuanya hanya perkiraan dan tidak bisa dlihat secara
obyektif.Selain biaya variabel, terdapat juga biaya tetap yang merupakan harga dari
persediaan itu sendiri. Harga dianggap sebagai biaya tetap karena pendekatan yang
dipakai untuk mengukur harga dalam persediaan adalah harga sediaan yang diketahui
tetap dan tidak berubah-ubah karena faktor apapun.

Cara menghitung biaya persediaan


Biaya persediaan (TIC) = biaya pemesanan + biaya penyimpanan
Total biaya persediaan = biaya variabel + biaya tetap
Contoh kasus:
Sebuah perusahaan ABC memerlukan sediaan sebanyak 15.000 unit pertahun.
Biaya pemesanan Rp. 500 per order dan biaya penyimpanan 60% dari harga sediaan
13
per unit per tahun. Harga sediaan per unit Rp. 100. Hitunglah berapa biaya variable dan
total biaya sediaan perusahaan tersebut?
Penyelesaian:
Biaya variabel: (15.000/500) x Rp 500 + (500/2) x Rp 60 = Rp 30.0000
Total biaya sediaan: 30.000 + 15.000 = Rp 45.000

Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk menghitung biaya persediaan,perusahaan perlu


mengetahui berapa besarnya biaya variabel serta biaya tetap dari sediaan tersebut. Setalah
diketahui dan dirinci masing-masing, barulah didapat total biaya persediaan yang bisa
diestimasi oleh perusahaan.

5. Metode Lain Untuk Penilaian Persediaan


Dalam suatu akuntansi, dikenal tiga metode yang dapat digunakan. dalam menghitung
besarnya sebuah nilai persediaan akhir, yaitu: metode FIFO (first-in,first-out), metode LIFO
(last-in, first-out), dan rata-rata tertimbang (average cost method)
1. Metode FIFO (first in first out)/MPKP (masuk pertama keluar pertama)
Menurut PSAK No 14 Tahun 2018 formula FIFO (first in first out)/MPKP (masuk
pertama keluar pertama) dapat diartikan bahwa persediaan yang pertama dibeli akan dijual
atau digunakan terlebih dahulu sehingga persediaan yang tertinggal dalam persediaan akhir
adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian
Dengan demikian barang yang lebih dahulu masuk atau diproduksi maka akan terlebih
dulu dianggap. keluar atau diperjual belikan sehingga nilai persediaan akhir terdiri dari barang
yang terakhir masuk atau yang terakhir diproduksi.
Cara perhitungan dapat dilihat pada gambar berikut

14
2. Metode Rata-rata tertimbang (average)
Dalam metode ini, barang yang dikeluarkan maka akan dibebankan harga pokok pada
akhir periode, karena harga pokok rata-rata baru dihitung pada akhir periode dan akibatnya,
jurnal untuk mencatat berkurangnya persediaan barang. juga dibuat pada akhir periode. Apabila
harga pokok rata-rata, setiap saat sering kali terjadi pembelian barang, maka dalam satu periode
akan terdapat beberapa harga pokok rata-rata.
Menurut PSAK No 14 Tahun 2018 Formula rata-rata tertimbang (average), metode
biaya rata-rata tertimbang didasarkan pada asumsi bahwa seluruh barang tercampur. sehingga
mustahil untuk menentukan barang mana yang terjual dan barang mana yang tertahan
persediaan.Harga persediaan dengan demikian ditetapkan berdasarkan harga rata-rata yang
dibayarkan untuk barang tersebut, yang ditimbang menurut jumlah yang dibeli.

Cara menghitung dapat dilihat pada gambar :

15
3. METODE LIFO (LAST-IN, FIRST-OUT)

LIFO artinya yang masuk terakhir keluar pertama. Metode ini mengasumsikan unit
persediaan yang dibeli pertama akan dikeluarkan di akhir. Artinya, unit yang dijual pertama
adalah unit persediaan yang terakhir masuk ke gudang. Jadi biasanya persediaan akhir barang
dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang pertama atau awal masuk.
Metode biaya persediaan LIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa aliran keluar biaya

16
persediaan merupakan kebalikan dari kronologi terjadinya biaya. Pada metode ini, harga beli
terakhir dibebankan ke operasi dalam periode kenaikan harga (inflasi), sehingga laba yang
dihasilkan akan kecil dan pajak yang terutang juga menjadi lebih kecil. Namun, berdasarkan
PSAK 14 metode LIFO tidak boleh digunakan lagi. Berikut kelebihan dan kekurangan
metode LIFO.

Kelebihan Kekurangan
 Mudah membandingkan cost saat ini
 Bertolak belakang dengan aliran
dengan pendapatan sekarang.
fisik persediaan sesungguhnya.
 Apabila harga naik maka harga barang
 Biaya pembukuan menjadi mahal
jadi konservatif.
karena metode ini lebih rumit.
 Laba operasional tidak terpengaruh oleh
 Laba atau rugi yang dihasilkan
untung atau rugi dari fluktuasi harga.
lebih rendah.
 Menghemat pajak

6. Penghitungan Persediaan Dengan Metode Terendah Antara Harga Perolehan Dan


Nilai Realisasi Bersih (Lower Of Cost Or Net Realizable Value)

Penilaian persediaan pada nilai pasar atau biaya yang lebih rendah

Jika biaya penggantian barang dalam persediaan lebih rendah daripada biaya pembelian awal,
metode mana yang lebih rendah antara nilai pasar atau biaya perolehan (lower of cost or
market—LCM) digunakan untuk menilai persediaan. Nilai pasar yang dimaksud adalah
penggantian untuk mendapatkan barang sejenis pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini
dibuat berdasarkan
Kuantitas yang biasanya biasanya dibeli dari sumber pemasok pemasok yang
biasa.

Dalam menerapkan metode nilai pasar atau biaya yang lebih rendah, biaya penggantian dapat
ditentukan dengan satu dari tiga cara berikut.
1. Setiap barang dalam persediaan.
2. Kelas atau kategori utama dalam persediaan.
3. Persediaan secara keseluruhan

Jumlah penurunan harga dimasukkan dalam beban pokok penjualan. Hal ini menyebabkan
adanya penurunan laba kotor dan laba bersih pada periode di mana penurunan harga muncul.
Penyandingan Penyandingan antara penurunan harga dengan periode di mana penurunan

17
harga itu muncul merupakan keuntungan utama dalam penggunaan metode nilai pasar atau
biaya yang lebih rendah
Sebagai contoh, diasumsikan data berikut ini merupakan data dari 400 unit identik barang A
dalam persediaan persediaan 31 Desember Desember 2015:

Biaya unit yang dibeli = Rp 10.250


Biaya penggantian 31 desember 2015 = Rp 9.500

Pada tabel di atas menggambarkan metode pengaturan dan persediaan. Serta penerapan
metode nilai pasar atau biaya yang lebih rendah untuk setiap barang persediaan.

Jumlah nilai pasar yang turun, yaitu Rp 450.000 (Rp 15.520.000 – Rp 15.070.000) dapat
dilaporkan sebagai POS TERPISAH dalam laporan laba rugi. Penyajian jumlah ini bisa juga
dimasukkan dalam harga pokok penjualan.Tanpa memperhatikan, laba bersih akan dikurangi
dengan jumlah penurunan nilai pasar.

Penilaian Penilaian pada Nilai yang Lebih Rendah antara Biaya dengan Nilai Realisasi Bersih
• Persediaan yang sudah lewat dari musimnya atau rusak kebanyakan hanya bisa dijual
dengan harga di bawah harga
aslinya. Persediaan semacam ini harus dinilai pada nilai realisasi bersihnya. Nilai realisasi
bersih (NRB—net realizable
value) adalah perkiraan perkiraan harga jual dikurangi seluruh seluruh biaya yang berkaitan
langsung dengan penjualan, seperti komisi penjualan. Nilai realisasi bersih dihitung dengan
cara sebagai berikut :

Nilai realisasi bersih = perkiraan harga jual - biaya pelepasan langsung

18
Biaya pelepasan langsung (direct costs of disposals) meliputi biaya penjualan seperti
pengiklanan khusus atau komisi penjualan. Sebagai contoh, diasumsikan bahwa data di
bawah ini merupakan merupakan data mengenai mengenai sebuah persediaan persediaan
yang rusak:

Biaya perolehan asli = Rp 1.000.000


Perkiraan harga jual = Rp 800.000
Biaya penjualan = Rp 150.000

Oleh karena biaya perolehan lebih tinggi dari nilai realisasi bersih, persediaan dinilai pada
nilai realisasi bersihnya Rp650.000 yang dihitung dihitung sebagai sebagai berikut berikut.
=> Nilai realisasi bersih = Rp800.000 – Rp150.000 = Rp650.000

7. Penghitungan Persediaan Dengan Metode Laba Kotor (The Gross Profit Method)

A. Definisi metode Laba Kotor (The Groos Profit Method).

Pada metode ini konsep yang digunakan adalah konsep hubungan antara harga pokok dan
harga jual. Besarnya prosentase laba kotor umumnya didasarkan prosentase laba-laba tahun
lalu. Metode laba kotor dapat bermanfaat dalam kondisi berikut ini :

1. Perusahaan memerlukan laporan persediaan untuk keperluan intern bila perusahaan


menggunakan sistem periodik. Atau untuk melihat persedian bulanan, sedang biaya stock
opname sangat mahal.
2. Persediaan rusak atau musnah akibat kebakaran, pencurian, bencana alam dll.
3. Untuk menguji keabsahan angka persediaan yang dihitung dengan cara lain.

Dalam metode laba kotor besarnya prosentase laba kotor dapat dihitung dengan

1. Prosentase laba kotor dari harga jual

2. Prosentase laba kotor dari harga pokok.

Prosentase laba kotor dihitung dari harga Jual

19
Dalam metode ini harga jual adalah 100%, sedangkan Harga pokok barang yang
dijual adalah 100% dikurangi laba kotor, atau persen laba kurang dari 100. Cara
menentukan nilai persediaan akhir adalah sebagai berikut :

1. Dihitung lebih dahulu jumlah barang tersedia untuk dijual dengan jalan menambahkan
persediaan barang daganga awal tahun ditambah pembelian bersih tahun berjalan.

2. Dihitung harga pokok barang yang dijual dengan cara jumlah penjualan dikurangi
persentase dikali jumlah penjualan.

3. Dihitung nilai persediaan akhir barang dagangan, yakni barang tersedia untuk
dijualdikurang harga pokok barang yang sudah dijual.

Contoh soal :

PT Makmur Jaya dalam tahun 2017 memiliki data sebagai berikut :

o Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25.000.000,-

o Pembelian bersih tahun 2017 70.000.000,-

o Penjualan bersih tahun 20017 126.000.000,-

Hitunglah nilai persediaan akhir per 31 Desember 2017, jika berdasarkan pengalaman
tahun lalu laba kotor 40% dari jumlah penjualan bersih.

Jawab :

Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25.000.000,-

Pembelian bersih tahun 2017 70.000.000,-

Jumlah barang tersedia utk dijual Rp 95.000.000,-

Penjualan bersih tahun 2017 Rp 126.000.000,-

Laba kotor 40% x Rp 126.000.000,- 50.400.000,-

Harga Pokok Barang yang terjual Rp 75.600.000,-

Persediaan Akhir Rp 19.400.000,-

20
Catatan;

Harga pokok penjualan dapat pula dihitung :

( 100% - 40 % ) x Rp 126.000.000,- = Rp 75.600.000,

Persentase laba kotor dihitung dari harga Pokok.

Apabila persentase laba kotor ditentukan dari harga pokok , besarnya harga jual adalah
adalah harga pokok (100%) ditambah prosentase laba. Jadi harga jual lebih dari seratus
persen atau disebut persen laba diatas seratus. Untuk jelasnya perhatikan contoh berikut ini
:

PT Makmur Jaya dalam tahun 2017 memiliki data sebagai berikut :

o Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25.000.000,-

o Pembelian bersih tahun 2017 Rp 70.000.000,-

o Penjualan bersih tahun 20017 Rp 126.000.000,-

Hitunglah nilai persediaan akhir per 31 Desember 2017, jika berdasarkan pengalaman
tahun lalu laba kotor 40% dari harga pokok.

Jawab :

Persediaan awal 1 Januari 2017 Rp 25.000.000,-

Pembelian bersih tahun 2017 70.000.000,-

Jumlah barang tersedia utk dijual Rp 95.000.000,-

Penjualan bersih tahun 2017 Rp 126.000.000,-

Harga jual = harga pokok ( 100%) + laba ( 40% ) = 140 %

Jadi harga pokok penjualan : 100%/140% x Rp 126.000.000,- Rp 90.000.000,-

Persediaan akhir per 31 Desember 20017 Rp 5.000.000,-

21
Atau harga pokok penjualan dihitung sebagai berikut :

Penjualan Rp 126.000.000,-

Laba kotor 40%/140% x Rp 126.000.000 Rp 36.000.000,-

HPP Rp 90.000.000,-

8. Penghitungan Persediaan Dengan Metode Ritel (Retail Inventory Method)

Metode persediaan eceran (retail inventory method) mengestimasikan biaya persediaan


berdasarkan hubungan antara harga pokok barang dagang yang tersedia untuk dijual dengan
harga eceran dari barang dagang yang sama. Untuk menggunakan metode ini, harga eceran
dari semua barang dagang harus ditetapkan dan ditotalkan. Berikutnya, persediaan eceran
ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan dari harga eceran barang
yang tersedia untuk dijual selama periode bersangkutan. Estimasi biaya persediaan
kemudian dihitung dengan mengalikan persediaan eceran dengan rasio biaya tethadap
harga jual (eceran) barang dagang yang tersedia untuk dijual.

ketika mengestimasi persentase harga pokok atau terhadap harga jual, kita
mengasumsikan bahwa bauran jenis barang dalam persediaan akhir adalah sama dengan
keseluruhan persediaan barang dagang yang tersedia untuk dijual. Dalam gambar, misalnya
dapat dipastikan bahwa harga eceran setiap jenis barang tidak seluruhnya terdiri atas 62%
harga pokok dan 38% laba kotor. Namun kita mengasumsikan bahwa rata-rata tertimbang

22
dari presentase harga pokok persediaan barang dagang yang tersedia untuk dijual
($100.000)

Jika persediaan terdiri atas berbagai kelas barang dagang dengan tingkat laba kotor
yang berbeda beda, maka persentase harga pokok dan persediaan harus dipisah pisahkan
untuk setiap kelas persediaan.

Salah satu keunggulan utama dari metode eceran adalah bahwa metode tersebut
dapat digunakan untuk menentukan nilai persediaan untuk digunakan dalam menyusun
laporan bulanan atau triwulan apabila sistem periodik digunakan. Departement store dan
penjual eceran sejenis, biasanya menghitung Laba kotor dan laba operasi setiap bulan tetapi
perhitungan fisik persediaan hanya dilakukan satu atau dua kali setahun. Selain itu,
perbandingan estimasi persediaan akhir dengan persediaan akhir dari perhitungan fisik,
dimana keduanya dinilai dengan eceran, akan membantu mengidentifikasi kekurangan
persediaan yang ditimbulkan oleh pengutilan atau penyebab lainnya. Manajemen kemudian
dapat mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

Metode eceran juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan
perhitungan fisik persediaan. Dalam hal ini, jenis jenis persediaan yang dihitung dicatat
pada lembar persediaan menurut harga jualnya (harga eceran), bukan harga
pokok.Persediaan fisik pada harga jual inu kemudian dikonversi ke harga pokok dengan
menerapkan rasio harga pokok terhadap harga jual (eceran) dari barang dagang yang
tersedia untuk dijual.

Sebagai ilustrasi asumsikan pahwa data gambar diatas adalah untuk keseluruhanva
tahun fiskal, bukan hanya untuk bulan januari. Jika perhitungan fisik yang dilakukan pada
akhir tahun berjumlah $29.000, berdasarkan harga eceran maka, jumlah ini yang akan
dikonversikan ke harga pokok, bukan $30.000. Jadi persediaan pada harga pokok adalah
$17.980 (29.000 x 62%), bukan $18.000 ($30.000×62%). Jumlah $17.980 akan digunakan
dalam laporan keuangan akhir tahun dan untuk keperluan perhitungan pajak penghasilan.

9. Membuat Penyajian Persediaan di Laporan Posisi Keungan

Penyajian Persediaan di Laporan Posisi Keungan pada Perusahaan Dagang

1. Persediaan barang dagang yang tercantum di Laporan Neraca (Laporan posisi keuangan)
mencerminkan nilai barang dagang yang ada pada tanggal neraca, biasanya juga merupakan
akhir dari suatu dari periode akuntansi (persediaan barang dagang akhir).

2. Persediaan barang dagang yang tercantum di Laporan Laba/Rui muncul dalam Laporan
Harga Pokok Penjualan (HPP).

Persediaan biasanya disajikan dalam laporan harga pokok penjualan perusahaan yang
merupakan bagian dari laporan laba rugi periode berjalan. Di dalam neraca atau laporan posisi
keuangan, persediaan dilaporkan pada bagian aktiva lancar di letakkan setelah atau di bawah

23
piutang. Penggunaan metode penilaian persediaan yang digunakan oleh perusahaan baik harga
pokok (FIFO, Rata-rata Tertimbang), metode taksiran maupun LCM harus di cantumkan.
Rincian dari pengguna metode ini dapat diungkapkan dalam kurung dari neraca atau dalam
catatan kaki atas laporan keuangan perusahaan. Perubahan metode kalkulasi biaya persediaan
untuk alasan yang masuk akal harus diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode
terjadinya perubahan. Contoh penyajian persediaan dalam laporan keuangan dapat dilihat
sebagai berikut :

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa persediaan barang dagang yang ada pada akhir tahun
berjalan (2018) akan muncul baik di neraca maupun laporan laba rugi. Persediaan ini pada
tahun berikutnya (2019), tidak digambarkan),akan merupakan persediaan awal dalam laporan
laba rugi. Sebaliknya, persediaan barang pada awal tahun berjalan akan muncul di neraca dan
laporan laba rugi tahun sebelumnya.

Penyajian Persediaan di Laporan Posisi Keungan pada Perusahaan Manufaktur

24
PT. DINAMIKA
Neraca Saldo
PER 31 Desember 1992

Nama Akun Debet Kredit


Kas 10.000.000 -
Piutang Dagang 15.000.000 -
Persediaan Bahan Baku 6.000.000 -
Persediaan Barang Dalam Proses 1.000.000 -
Persediaan Barang Jadi 2.000.000 -
Peralatan Pabrik 100.000.000 -
Akumulasi Depr. Peralatan Pabrik - 15.000.000
Pembeliaan Bahan baku 60.000.000 -
Biaya Angkut Pembeliaan BB 1.500.000 -
Potongan Tunai Pembelian BB - 1.200.000
Penjualan - 120.000.000
Retur penjualan 1.700.000 -
Modal Tuan David - 101.800.000
Utang Dagang - 20.000.000
Depresiasi Peralatan Pabrik 5.000.000 -
Biaya TKL 25.000.000 -
Biaya TKTL 3.000.000 -
Biaya Supplies Pabrik 3.000.000 -
Biaya Listrik Pabrik 4.000.000 -
Biaya Reparasi Mesin Pabrik 600.000 -
Gaji Bagian Penjualan 9.500.000 -
Biaya Pengiriman 1.200.000 -
Biaya Iklan 500.000 -
Gaji Bagian Administrasi 8.000.000 -
Biaya Kantor 1.000.000 -
Total 258.000.000 258.000.000

10. Menganalisis Teknik Analisa Persediaan

Dalam mengelola persediaan, manajemen bisa menggunakan salah satu dari beberapa metode
yang sering digunakan dibawah ini

1. Metode EOQ (economic order quantity)

2. Metode MRP (material Requirementplanning)

3. Metode JIT (just in time)

4. Metode analisa ABC

1. Economic Order Quantity (EOQ)

Bahan mentah merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Oleh karena itu,
penyediaan bahan mentah yang tepat, baik dalam arti jumlah maupun waktu, akan sangat

25
mendukung kelancaran proses produksi. Persediaan bahan yang minim memungkinkan
terjadinya kekurangan bahan. Kekurangan bahan mentah yang tersedia (stock-out) dapat
berakibat terhentinya proses produksi karena kehabisan bahan untuk diproses. Namun, dilihat
dari sisi positif, jumlah persediaan bahan yang rendah dapat menghemat biaya-biaya yang
timbul sehubungan dengan adanya persediaan dan dapat mengurangi risiko kerusakan bahan
akibat terlalu lama disimpan. Di sisi lain, persediaan bahan mentah yang terlalu besar
jumlahnya (over-stock) memang dapat menjamin kelancaran proses produksi karena bahan
senantiasa tersedia dalam jumlah yang cukup, namun bila dilihat dari segi finansial, persediaan
bahan yang terlalu besar akan meningkatkan biaya persediaan dan risiko kerusakan.

Persoalan dalam pengaturan persediaan bahan mentah adalah bagaimana berusaha


menyediakan bahan mentah yang diperlukan untuk proses produksi sehingga proses produksi
dapat berjalan lancar dengan biaya persediaan yang minimal. Tujuan pengawasan persediaan
bahan mentah adalah untuk menjawab persoalan tersebut baik dalam artian jumlah, kualitas
maupun waktu.

Jumlah bahan mentah yang dibutuhkan di dalam berproduksi selama satu tahun dapat
diperhitungkan dari rencana hasil produksi yang akan dihasilkan dengan kebutuhan bahan
mentah untuk satu satuan barang jadi. Setelah diketahui jumlah kebutuhan bahan mentah, maka
perlu direncanakan juga mengenai cara pembeliannya atau cara penyediaannya. Dalam hal cara
penyediaan/pembelian pada garis besarnya terdapat dua alternatif yaitu:

1. Dibeli sekaligus jumlah seluruh kebutuhan, dan kemudian disimpan di gudang,


sehingga setiap kali ada kebutuhan tinggal mengambil di gudang. Cara ini lebih
menjamin kelancaran proses produksi, dalam artian bahwa bahan mentah untuk
keperluan proses produksi telah tersedia dalam jumlah besar. Namun demikian, di sisi
lain, cara ini membawa konsekuensi bahwa perusahaan harus menanggung biaya
persediaan atau paling tidak biaya penyimpanan yang tinggi.

2. Alternatif yang kedua ialah berusaha memenuhi kebutuhan bahan mentah untuk
keperluan proses produksi dengan membeli dalam jumlah yang relatif kecil dalam
setiap kali pembelian dengan frekuensi pembelian yang lebih sering. Cara ini akan
membawa kemungkinan terlambatnya bahan mentah. Apabila keterlambatan
penyediaan bahan mentah terjadi, maka proses produksi dapat terganggu. Sedangkan
keuntungan dari cara kedua ini ialah bahwa perusahaan tidak perlu menanggung biaya

26
penyimpanan bahan mentah yang terlalu besar. Dalam hal ini biaya penyimpanan
dibebankan pada leveransir bahan mentah.

Dari dua cara ekstrim tersebut, manajemen berusaha untuk menentukan kebijaksanaan
penyediaan bahan baku yang optimal dalam arti dapat menjamin kelancaran proses produksi
dan biaya yang ditanggung ada pada tingkat minimal. Untuk keperluan tersebut biasanya
digunakan metode yang disebut metode Economic Order Quantity (EOQ).

Pengertian EOQ adalah volume pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada
setiap kali pembelian. Secara matemastis dinyatakan sebagai berikut:

2𝑅𝐶𝑜
𝐸𝑂𝑄 = 𝑄 ∗ = √ 𝐶ℎ

dimana

R : kebutuhan bahan mentah satu tahun

Co = Cs = S : OrderingCost setiap kali pesan

Ch = H : Holding Cost per unit per satu satuan waktu

Model EOQ di atas dikembangkan dengan asumsi:


1. Hanya ada satu jenis/item persediaan yang hendak direview.
2. Seluruh jumlah bahan mentah yang dipesan datang pada satu titik waktu tertentu.
3. Permintaan akan bahan bersifat konstan atau mendekati tingkat konstan.
4. Leadtime konstan.
5. Holding cost didasarkan pada rata-rata persediaan
6. Ordering atau setup cost konstan
7. Tidak terjadi kehabisan bahan.
8. Tidak ada pengembalian barang yang sudah dipesan

27
Contoh metode EOQ

Ketika perusahaan mendapatkan pesanan produk dengan jumlah, spesifikasi dan waktu yang
telah ditentukan oleh customernya. Perusahaan memiliki kepastian mengenai berapa
kebutuhan, spesifikasi dan harga bahan baku yang akan dibeli untuk memenuhi pesanan
tersebut.

Misalkan perusahaan mebel mendapat pesanan kursi sebanyak 1.000 unit dengan spesifikasi
tertentu yang harus diselesaikan selama 3 bulan.

Setiap kursi misalnya membutuhkan 1 kubik kayu mentah dengan spek dan ukuran tertentu
dengan harga Rp 2.000.000 perkubik. Apabila pesanan sebanyak 1.000 unit, maka kebutuhan
kayu mentah sebanyak 1.000 kubik dengan nominal Rp 2 Miliar.

Jadi selama 3 bulan kedepan perusahaan bisa memastikan bahwa perusahaan membutuhkan
kayu sebanyak 1.000 kubik dan menyiapkan dana Rp 2 Miliar.Jelas, berapa kebutuhannya,
berapa nominalnya.Karena hitungannya pas, perusahaan bisa memesan kayu dengan jumlah
yang paling ekonomis untuk memininalkan biaya persediaan. Tidak ada kayu yang tersisa.
Namun masih bisa memenuhi kebutuhannya.

Dengan demikian, maka tidak ada biaya persediaan seperti biaya pemeliharaan, biaya gudang
atau sewa gudang apabila perusahaan memesan kayu berlebih. Metode EOQ bisa dikatakan
metode pemesanan yang paling optimal dan ekonomis karena jumlah yang dipesan bisa
memenuhi kebutuhan dengan mengeluarkan biaya yang paling rendah.

2. Metode MRP (Material Requirement Planning)

Metode material requirementplanning (MRP) atau metode perencanaan kebutuhan material


adalah perencanaan dan pengendalian persediaan untuk menjamin material atau bahan baku
selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan. Bukan hanya itu, metode MRP juga bertujuan
untuk menjaga persediaan dalam jumlah yang sedikit. Karena semakin sedikit jumlah
persediaan maka biaya persediaan yang muncul juga akan sedikit. Perencanaan pada metode
ini bisa meliputi rencana penjadwalan pembelian, jadwal produksi dan pengiriman material.
Metode MRP menentukan jumlah kebutuhan material yang dibutuhkan, jadwal produksi dan
bahkan berjaga jaga terhadap hal hal buruk yang mungkin terjadi.

Ada beberapa keuggulan dari metode MRP ini:

28
1. Memberi informasi mengenai kapasitas pabrik
2. Meminimalisir kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan dan sekaligus menjadi
acuan perencanaan jumlah produksi
3. Memperbaiki dan mengupdate jumlah pemesanan dan persediaan barang.
4. Mengadakan persediaan dengan jumlah dan harga yang tepat.
5. Dapat memenuhi permintaan material yang datang secara bergelombang

3. Metode JIT (Just In Time)

Metode just in time (JIT) atau metode tepat waktu adalah metode yang mengusahakan
perusahaan tidak menyetok atau memiliki persediaan. Artinya persediaan nol (0) atau
setidaknya mendekati nol . Apabila perusahaan tidak memiliki persediaan, maka perusahaan
tidak akan menanggung biaya persediaan. Jika perusahaan tidak memiliki persediaan bahan
baku, bagaimana perusahaan bisa melakukan produksi ?

Inilah kelebihan metode just in time...

Metode ini berusaha mendatangkan persediaan bahan baku hanya pada saat yang dibutuhkan.
Pada saat yang tepat. Dan dalam jumlah yang tepat sehingga tidak ada sisa. Jadi perusahaan
tidak sempat menahan atau menyimpan persediaan karena bahan baku datang jika hanya
dibutuhkan dan dalam jumlah yang pas sehingga tidak ada yang tersisa.

Bagaimana caranya ?

Menjadikan pemasok bahan baku sebagai mitra bisnis yang utama. Bahkan harus dianggap
seolah olah pemasok tersebut adalah bagian dari perusahaan. Ingat hanya "seolah-olah"
Pendekatan kepada pemasok ini harus dilakukan agar terjalin hubungan yang inten dan dibina
untuk kebutuhan jangka panjang perusahaan. Pemasok tidak boleh di ekploitasi hanya untuk
kepentingan sesaat.

Apabila telah terjalin hubungan yang dekat antara pemasok dan perusahaan, maka berapapun
dan kapanpun kebutuhan bahan baku perusahaan perusahaan, pemasok akan selalu berusaha
untuk memenuhinya.

4. Analisis Persediaan Metode ABC

29
Konsep ABC InventoryAnalysis pertama kali dikenalkan oleh H.F. Dickie di General
Electric pada awal tahun 1950-an. Teknik ABC ini merupakan salah satu alat manajemen yang
sangat berharga untuk mengidentifikasi dan mengendalikan item-item persediaan yang
penting. Konsep ABC membagi atau mengelompokkan item-item persediaan menjadi tiga
kelompok:

1) Kelompok A

item-item persediaan yang dikelompokkan ke dalam kelompok A ini adalah item-item


persediaan yang bernilai besar namun merupakan bagian kecil dari keseluruhan item
persediaan yang ada. Ciri khusus dari kelompok ini antara lain memiliki nilai berkisar antara
70% - 80% dari seluruh nilai persediaan yang ada, dan kuantitasnya berkisar antara 15% -
30% dari seluruh jumlah persediaan.

2) Kelompok C

item-item persediaan yang masuk kategori C adalah item-item persediaan yang memiliki
nilai rendah, namun merupakan bagian terbesar dari seluruh persediaan. Nilai persediaan
kelompok ini berkisar antara 5% - 15% dari seluruh nilai persediaan, dan jumlahnya berkisar
50% dari seluruh jumlah persediaan.

3) Kelompok B

suatu item persediaan akan dikategorikan dalam kelompok B bila memiliki karakteristik
antara A dan C.

Perlu diketahui bahwa angka-angka prosentase yang diberikan dalam penjelasan bukanlah
harga mati, angka-angka tersebut hanyalahguidelines saja. Sebenarnya, tidak ada aturan yang
spesifik berkaitan dengan batasan antara kelompok A, kelompok B, dan kelompok C.

Jika pengelompokkan persediaan tersebut digambarkan secara grafis dimana sumbu


vertikal menunjukkan prosentase nilai persediaan dan sumbu horisontal menunjukkan
prosentase jumlah persediaan, maka akan terlihat seperti kurva dan disebut kurva ABC.

Dari analisis persediaan ABC, manajemen memperoleh informasi yang dapat digunakan
untuk mengendalikan persediaan. Misalnya, persediaan yang masuk kelompok A
menggambarkan investasi persediaan yang bersifat substansial sehingga persediaan tersebut
memerlukan pengawasan dan pengendalian yang ketat yang meliputi pencatatan yang lebih

30
akurat dan komplit, pengawasan dan inspeksi tingkat persediaan yang terus menerus,
perhitungan yang tepat, menempati posisi prioritas utama dan diberi perhatian yang maksimum
berkaitan dengan jumlah dan frekuensi pemesanan.

Sebaliknya, untuk persediaan yang masuk kategori C, relatif kurang membutuhkan


perhatian atau pengendalian yang seketat kelompok A maupun B. Jumlah yang besar sering
memberikan keuntungan dalam hal pengurangan biaya pengangkutan, dan tingkat prsediaan
dapat diawasi secara periodik tanpa membutuhkan catatan-catatan formal. Sementara,
persediaan kategori B yang merupakan persediaan dengan nilai dan jumlah yang berada di
tengah-tengah antara A dan C, memerlukan pengendalian dan pengawasan yang lebih dari C,
namun tidak seketat pengendalian dan pengawasan untuk persediaan kategori A.

Misalnya pabrik furniture/mebel. Persediaan bahan baku bisa berupa kayu, cat (coating), paku
dan mur. Persediaan kayu, walaupun secara jumlah kuantitas tidak sebanyak cat dan paku. Tapi
nilai nominal kayu adalah yang paling besar.

Perusahaan bisa menggolongkannya kedalam kelas A. Perawatan kayu berbeda dengan


perawatan cat dan paku. Kayu lebih sulit. Kayu yang berkualitas tinggi tidak boleh ditempatkan
ditempat yang lembab. Tidak boleh terkena air. Tidak boleh ditumpuk rapat sehingga memakan
banyak tempat digudang. Dijaga agar tidak dimakan rayap. Kadar air kayu harus dijaga dan
perlakuan khusus lainnya. Intinya ada biaya tambahan agar kualitas kayu terjaga. Cat atau jenis
coating lainnya seperti thinner, melamine dan sejenisnya memiliki nilai yang mungkin dibawah
kayu namun lebih tinggi nilainya dibandingkan paku yang kuantitas per unitnya sangat banyak.

Cat/Coating bisa dimasukkan ke dalam kelas B. Walaupun ada teknik khusus agar kualitas cat
masih terjaga namun secara umum perlakuan penyimpanan cat digudang lebih mudah daripada
kayu,

Yang terakhir paku dan mur. Paku secara kuantitas paling banyak jumlahnya, namun secara
nilai, paku nilainya paling sedikit daripada kayu dan cat. Paku bisa dimasukkan kedalam kelas
C.

Selain hanya membutuhkan sudut ruangan yang kecil, penyimpanan paku juga sangat mudah,
tinggal diletakkan begitu saja. Dimana saja. Tidak memerlukan banyak perlakuan khusus.
Walaupun ada yang hilang atau rusak, nilai nominalnya tidak terlalu material. Penentuan kelas
kelas tersebut tidak mutlak dan bisa berbeda beda tergantung kebijakan manajemen dan
perusahaan. Kelasnya punya pun bisa lebih dari sekedar kelas A, kelas B, kelas C. Bisa kelas

31
D dan seterusnya jika diperlukan. Yang perlu diperhatikan adalah nilai dari persediaan, biaya
persediaan per jenis item, kesulitan dan risiko terhadap kerusakan dalam penyimpanan
digudang.

5. Metode Periodic Review

Pendekatan metode periodicreview adalah metode pemesanan barang yang dilakukan dengan
jarak waktu atau interval waktu yang sama. Pemesanan material bahan dijadwal secara rutin
sehingga manajer keuangan bisa memperkirakan dan mempersiapkan biaya yang akan
dikeluarkan.

Keunggulan metode periodicreview ini salah satunya adalah untuk meredam fluktuasi naik
turunnya permintaan dan kebutuhan persediaan. Metode ini juga relatif mudah dilakukan
karena tidak membutuhkan proses administrasi yang panjang karena pemesanan persediaan
sudah terjadwal secara rutin.

Namun, metode ini juga memiliki sejumlah kelemahan. Salah satunya adalah setiap kali
pemesanan material jumlahnya sangat tergantung pada sisa persediaan yang ada pada saat
pemesanan, sehingga ketika pemesanan material dilakukan, jumlah pesanan tidak sama. Hal
ini bisa berpotensi membuat stok persediaan habis terlebih dahulu sebelum waktu pemesanan
material berikutnya tiba. Untuk itu, safetystock atau stok persediaan yang aman untuk berjaga
jaga harus besar. Sehingga terkadang membutuhkan biaya persediaan yang besar pula

32
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari persediaan produk jadi,


persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan bantu.
Sedangkan ersediaan dalam perusahaan dagang yaitu persediaan yang hanya terdiri dari satu
golongan, yaitu persediaan barang dagangan yang merupakan barang yang dibeli untuk dijual
kembali.

Pencatatan persediaan dapat diselenggarakan dengan sistem periodik, yaitu pada tiap
akhir tahun atau periode akuntansi. Selain itu pencatatan persediaan dapat diselenggarakan
dengan sistem pencatatan perpetual, yang memberikan pengendalian yang efektif atas
persediaan. Informasi mengenai jumlah atas masing-masing jenis barang dagangan dapat
segera tersedia dalam buku besar pembantu untuk masing-masing persediaan. Untuk
menjamin keakuratan besarnya persediaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan, dimana
penghitungan yang dilakukan adalah dengan menghitung fisik dari sediaan yang ada dalam
perusahan. Penilaian persediaan dapat dilakukan dengan metode FIFO, Average, dan LIFO.

Akuntan haruslah ekstra hati-hati terutama pada waktu berurusan dengan


pencatatan dan penilaian atas persediaan, sebuah kesalahan yang terjadi dalam pencatatan
dan penilaian atas persediaan akan berakibat fatal, baik pada neraca maupun pada laporan
laba rugi. Dalam neraca dari sebuah perusahaan manufaktur, nilai persediaan sering kali
merupakan komponen yang sangat signifikan (material) dibanding dengan nilai keseluruhan
aktiva lancar.

33
DAFTAR PUSTAKA

Lam, Nelson dan Peter Lau. 2015. Akuntansi Keuangan intermediate financial reporting.
Jakarta ; Salemba empat

https://dinus.ac.id/

https://manajemenkeuangan.net/manajemen-persediaan-barang/

https://sites.google.com/site/operasiproduksi/persediaan-inventori

http://nichonotes.blogspot.com/2018/01/manajemen-persediaan.html?m=1

https://akupecintaakuntansi.blogspot.com/2018/03/cara-menilai-dan-melaporkan-persediaan.html

34
35

Anda mungkin juga menyukai