Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN KEUANGAN 1

MANAJEMEN PERSEDIAAN
DOSEN PENGAMPU : ANDI MUHAMMAD FUAD RAMADHAN. S.E., M.Acc., Ak.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS (E)
1. Suchi Dwi Ariani G (B1C121077)
2. Muh Rezky Ananda Putra (B1C122186)
3. Muhammad Fadli (B1C122187)
4. MuhammadQfly (B1C122188)
5. MuhammadSapri (B1C122189)
6. Mustina Malawanti (B1C122190)
7. Nadia Safitri (B1C122191)
8. Nadila Bintang Rahmadini (B1C122192)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Manajemen
persediaan”

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.Khususnya dosen pengampu ANDI MUHAMMAD FUAD RAMADHAN. S.E.,
M.Acc., Ak. yang telah memberi kami tugas untuk membuat makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kendari,30 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Sub Topik.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Pengertian Persediaan dan tujuan persediaan..............................................................6
2.2 Jenis Dan Sifat Perputaran Persediaan........................................................................7
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Persediaan.................................8
2.4 Economic Order Quantity............................................................................................9
2.5 Reorder Point Reorder point (ROP)..........................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
3.1 kesimpulan.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan laju perkembangan yang terus berkembang di Indonesia, maka
banyak bermunculan perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar.
Tujuan utama suatu perusahaan yaitu memperoleh laba scoptimal mungkin dan
mengawasi berjalannya perusahaan serta berkembangnya perusahaan, maka hal yang
perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah mengadakan penilaian terhadap
persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Hal ini dilakukan karena
persediaan bagi kebanyakan perusahaan merupakan salah satu modal kerja yang
sangat penting didalam suatu perusahaan, dimana prosedurnya terus menerus
mengalami perubahan dan perputaran.
Dalam suatu perusahaan, pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi
perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu
dari beberapa unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus
meneru diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh karena itu, system akuntansi itu sendiri
harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal yang
mengganggu jalannya operasi perusahaan.
Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk
memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan
dalam pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam
menentukan besarnya laba perusahaan yang diperoleh. Jika persediaan akhir dinilai
terlalu rendah dan mengakibatkan harga pokok barang yang dijual terlalu rendah.
maka pendapatan bersih akan mengalami peningkatan. Begitu juga dengan lamanya
persediaan yang tersimpan digudang akan mempengaruhi biaya sehingga
kemungkinan akan terjadinya kerusakan yang mengakibatkan kerugian dan
kemungkinan juga persediaan akan kadaluarsa sehingga tidak laku dipasar.
Seseorang manajer hendaklah mempelajari dan memahami secara keseluruhan
tentang manajemen persediaan. Sehingga seorang manajer dapat mengetahui keadaan
bahan persedian disebuah perusahaan secara langsung dilapangan, bukan sekedar
yang termuat di laporan atau dikertas semata.

4
1.2 Sub Topik
1. Pengertian persediaan
2. Tujuan persediaan
3. Jenis dan sifat perputaran persediaan
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan
5. EOQ (Economic Order Quantity)
6. Reorder Point

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian Persediaan
2. Untuk mengetahui Tujuan persediaan
3. Untuk mengetahui Jenis dan sifat perputaran persediaan
4. Untuk mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan
5. Untuk mengetahui EOQ (Economic Order Quantity)
6. Untuk mengetahui Reorder Point

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persediaan dan tujuan persediaan

1. Pengertian persediaan
Persediaan merupakan pembentuk hubungan antara produksi dan penjualan produk.
Persediaan memberikan fleksibilitas dalam pembelian, jadwal produksi dan pemberian
jasa kepada pelanggan. Dalam perusahaan-perusahaan manufaktur, persediaan tersebut
meliputi bahan baku, barang dalam proses ( barang setengah jadi) dan barang jadi.
Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya
cukup besar dalam suatu perusahaan. Hal ini mudah dipahami karena persediaan
merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Ditinjau dari
segi neraca persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada tanggal
neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan atau diproses dalam
periode normal perusahaan. Sifat dan wujud persediaan sangat bervariasi tergantung sifat,
jenis dan bidang usaha perusahaan. Persediaan bagi perusahaan yang satu mungkin bukan
merupakan persediaan bagi perusahaan yang lain. Misalkan mobil, bagi perusahaan
dagang kendaraan bermotor merupakan persediaan tetapi bagi perusahaan satu transportasi
itu merupakan aktiva. Manfaat persediaan ada 5 yaitu :
1. Memungkinkan pengguna sumber daya dan penjadwalkan produksi secara efisien.
Tanpa adanya persediaan jenis ini, tiap tahap produksi harus menunggu tahap
sebelumnya menyelesaikan sebuah unit.
2. Persediaan bahan mentah memberi fleksibilitas dalam pembelian bagi perusahaan.
Tanpa persediaan bahan mentah, Perusahaan harus memakai dasar ‘hand-to-
mouth,’ membeli bahan mentah secara ketat untuk memenuhi jadwal produksinya.
3. Persediaan barang jadi memberi perusahaan fleksibilitas dalam jadwal produksi
dan pemasarannya.
4. Persediaan dalam jumlah besar memungkinkan pelayanan yang efisien terhadap
permintaan pelanggan.
5. Terdapat beberapa keuntungan dengan adanya peningkatan persediaan. Perusahaan
dapat mempengaruhi ekonomi produksi dan pembelian serta dapat memenuhi
pesanan dengan lebih cepat.

6
2. Tujuan Persediaan
Tujuan persediaan adalah untuk mencegah kerugian atas tidak terpenuhinya permintaan
langganan yang melonjak, sehingga langganan lari membeli produk kepada perusahaan
pesaing.. Dengan kata lain perlunya menjaga keseimbangan antara ongkos hilangnya
langganan dengan biaya-biaya pemesanan ulang yang sering melibatkan invenatris kecil
dan biaya simpan serta resiko rusaknya barang-barang inventaris besar. Kebijakan alokasi
modal kerja pada persediaan merupakan masalah penting, karena memiliki efek langsung
terhadap tingkat profitabilitas. Persediaan yang terlalu besar, akan mengakibatkan biaya-
biaya seperti; beban bunga, biaya simpan, biaya pemeliharaan barang di gudang, risiko
rusaknya barang yang disimpan digudang, akan membesar yang pada gilirannya akan
mengakibatkan menurunnya profit. Sebaliknya persediaan yang terlalu kecil, juga akan
mengakibatkan perusahaan beroperasi kurang efisien yang disebabkan oleh adanya
kapasitas mesin dan tenaga kerja langsung yang menganggur, begitupula dengan dapat
beralihnya pelanggan ke perusahaan lain, saat permintaan produk tiba-tiba berkembang,
sehingga dampaknya juga akan memperkecil profit, atau bahkan perusahaan gulung tikar,
manakala pelanggan beralih ke perusahaan lain.

2.2 Jenis Dan Sifat Perputaran Persediaan


Jenis persediaan dalam perusahan perdagangan hanya satu yaitu, persediaan barang
dagangan (merchandise inventory) yang memiliki sifat perputaran (turnover) yang sama,
dibeli kemudian dijual kembali dan tidak mengalami proses lanjutan dalam perusahaan,
Sedangkan persediaan pada perusahaan manufacturing (pabrikan) ada 3 yaitu;
a. Persediaan bahan mentah (the raw material inventory)
b. Persediaan barang dalam proses (the work in process)
c. Persediaan barang jadi (Finished goods inventory)
Dalam pembahsan persediaan barang dagangan tingkat perputarannya (merchandise
turnover) dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut;
Net Sales
Merchandise Turnover = ----------------------- (19.1)
Average Inventory
Cost of Goods Sold
= ----------------------- (19.2)
Averag e Cost

7
Persediaan awal + Persediaan akhir
Average Inventory = -------------------------------------------- (19.3)
2

Contoh soal;
Persediaan barang dagang awal (1/1/2007) Rp 900.000,-
Pembelian selama tahun 2007 Rp 4.200.000,- (+)
Barang dagang yang tersedia Rp 5.100.000,-
Persediaan barang dagang akhir (1/12/2007) Rp 1.100.000,- (-)
Harga Pokok Penjualan (Cost of Good Sold) Rp 4.000.000,-
Jumlah hari kerja perusahaan dalam satu tahun adalah 300 hari.
Jawab:
Persediaan awal + Persediaan akhir
Average Inventory = ------------------------------------------
2
900.000 + 1.100.000
Average Inventory = ---------------------------
2
Cost of Goods Sold
Merchandise Turnover = -------------------------
Average Inventory
4.000.000
Merchandise Turnover = -------------- = 4 kali
1.000.000
Jumlah rata-rata hari penjualan/barang disimpan di gudang adalah sebagai berikut; 300/4 = 75
hari.
Jumlah rata-rata penjualan dapat juga dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut;
365 x Average Inventory
------------------------------ (19.4)
Cost of Goods Sold
365 hari adalah jumlah hari dalam 1 tahun.
Kembali ke contoh soal , dimana jumlah hari kerja yang digunakan dalam satu tahun adalah
sebanyak 300 hari kerja. Dengan demikian, maka perhitungan tersebut berubah menjadi;
300 x 1.000.000
-------------------- = 300.000.000/4.000.000 = 75 hari
4.000.000

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Persediaan


Dalam pembahasan persediaan bagi perusahaan pabrikan, maka besar kecilnya
persediaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain;

8
a. Lead time, atau masa tunggu datangnya bahan baku yang telah dipesan.
b. Frekwensi penggunaan bahan baku tersebut
c. Jumlah dan yang tersedia untuk pembelian bahan baku
d. Jenis bahan baku (tahan lama atau tidak)
Kebijakan pengadaan bahan baku dalam suatu perusahaan biasanya melibatkan
Manajer Produksi dan Manajer Keuangan. Manajer produksi berkepentingan dengan
jumlah persediaan bahan baku yang banyak, agar dapat menjamin kelancaran proses
produksi. Di lain pihak Manajer keuangan berkepentingan dengan jumlah persediaan
bahan baku yang sedikit saja, agar dana yang tertanam dalam persediaan bahan baku
tersebut dapat efisien.
Oleh karena itu, untuk memadukan kedua kepentingan yang saling bertentangan
tersebut di atas, maka perlu mempertimbangkan hal-hal berikut;
1 Persediaan bahan baku tersebut dapat menjamin kelancaran proses produksi (tugas
Manajer Produksi)
2 Persediaan bahan baku tersebut dapat dijangkau oleh dana yang tersedia (tugas
Manajer Keuangan)
3 Jumlah pembelian bahan baku yang optimal (tugas keduanya).
4 Bentuk pendekatan yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan pembelian bahan
baku adalah Model Economic Order Quantity (Kuantitas Pembelian Ekonomis)

2.4 Economic Order Quantity


Model yang paling sederhana yang dapat digunakan dengan asumsi permintaan konstan
dan tertentu, kepastian lead time yang diperlukan dalam pemesanan dan biaya simpan
adalah model kuantitas pesanan yang paling ekonomis (Economic Order Quantity :
EOQ*), yaitu jumlah pesanan yang paling optimal.
Model EOQ ini dapat digunakan bagi perusahaan yang dalam melakukan pembelian
bahan baku, harus melalui pemesanan terlebih dahulu dan pembelian tidak dapat
dilakukan setiap saat.
Asumsi yang terdapat dalam model EOQ adalah;
a. Kebutuhan bahan baku dapat ditentukan jumlah penggunaannya dalam satu periode
waktu tertentu.
b. Penggunaan bahan baku dalam jumlah relatif konstan
c. Pesanan dapat diterima tepat pada tingkat persediaan bahan baku sama dengan 0,
atau di atas jumlah safety stock (persediaan minimal)

9
d. Harga bahan baku relatif konstan
Metode perhitungan dalam penggunaan model EOQ dapat ditempuh dengan
menggunakan 3 pendekatan yaitu; (1) Basic cost Approach, (2) Graphical Approach, dan
(3) Matematical Approach;
1. Basic cost Approach
Perhitungan EOQ dengan pendekatan Basic cost Approach dilakukan dengan cara
menghubungkan antara biaya-biaya dengan persediaan bahan baku yang dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu; (a) Order Cost (OC: biaya pesan) yang meliputi;
Biaya proses persiapan pemesanan bahan baku (telepon dll), Biaya pengepakan dan
pembungkusan, Biaya pengiriman bahan baku, Biaya proses pembayaran harga bahan
baku, (b) Carrying Cost (CC: biaya simpan) yang meliputi Biaya sewa gudang, biaya
pemeliharaan bahan baku di gudang, biaya asuransi bahan baku, biaya modal, dan (c)
Total Cost (TC) = OC + CC.
Sifat-sifat dari biaya-biaya di atas, adalah sebagai berikut;
a. OC akan semakin besar, atau kecil tergantung kepada frekwensi pembelian bahan
baku dalam satu periode waktu tertentu.
b. CC akan semakin besar, atau kecil tergantung kepada besar kecilnya jumlah
persediaan bahan baku.
2. Graphical Approach
Dalam perhitungan EOQ dengan menggunakan pendekatan grafik adalah dengan cara
menghubungkan antara OC dengan CC dalam sebuah grafik, dimana sumbu Y adalah
TC dan sumbu X adalah kuantitas persediaan bahan baku.
Jika kita mengetahui kuantitas yang ingin dipesan (Q) adalah 10,000 unit, maka rata-
rata persediaan (Q/2) = 10,000/2 = 5,000 unit, sebagaimana Gambar 19.1., berikut :

10
Ada dua macam biaya yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan EOQ* yaitu
Order Cost (biaya pesan) dan Carrying Cost (biaya simpan). Order cost adalah biaya
yang berhubungan dengan biaya selama proses persiapan pemesanan bahan baku,
biaya pengiriman, biaya penerimaan, biaya proses pembayaran harga bahan baku dan
penyimpanan persediaan digudang yang pada umumnya biaya ini diasumsikan
sebagai biaya tetap (Fixed Cost). Sedangkan Carrying cost adalah biaya persediaan
selama digudang yang meliputi; sewa gudang, biaya penimbangan pengepakan bahan,
biaya penanganan bahan digudang dan asuransi, serta biaya modal..
Jika banyaknya Order cost = Total permintaan (D) yang dibagi oleh jumlah pesanan
(Q), maka Total biaya pesan adalah :
O (D/Q)
Jika K adalah biaya simpan dalam persentase setiap periode, maka total biaya simpan
setiap periode adalah :
K (Q/2)
Total biaya untuk satu periode adalah :
TC = O (D/Q) + K (Q/2) (19.1)
Sasaran yang ingin dicapai adalah jumlah Q yang optimal yaitu EOQ* dengan rumus
berikut:
EOQ* =  2 DO/K (19.2)
Gambar 19.2., menggambarkan bagaimana Oreder Cost dan Carrying Cost saling
berinteraksi.

Jika permintaan tahunan (D) = 10,000 unit, K = 0,20 dan OC = $ 10, maka Q*
adalah : Q* =  2 (10,000) 10/0,20 = 1,000 unit. 3. Mathematical Approach
Perhitungan EOQ dengan menggunakan pendekatan ini dapat dilakukan dengan

11
menggunakan formulan perhitungan sebagai berikut; EOQ = CC 2xRxOC (19.3)
Dimana R: kebutuhan bahan baku satu periode waktu OC: Order Cost (Biaya Pesan)
CC: Carrying Cost (Biaya Simpan) Contoh soal: Perusahaan XYZ dalam operasinya
membutuhkan bahan baku (R) sebanyak 1.000 uint, dimana bahan baku tersebut dapat
diperoleh melalui pemesanan terlebih dahulu dengan biaya pesan (OC) sebesar Rp
100,- setiap kali pemesanan. Sedangkan biaya simpan (CC) adalah sebesar Rp
5/unit/tahun. Dari data di atas, hitunglah EOQ. Jawaban; 1. Pendekatan Dasar Biaya
(Basic Cost Approach) Untuk menjawab contoh soal di atas dengan menggunakan
pendekatan berdasarkan biaya, maka dikemukakan alternatif biaya pada Tabel 19.1.,
sebagai berikut;

Berdasarkan informasi dari Tabel 19.1. Perhitungan alternatif biaya terendah, dapat diketahui
jumlah pesanan persediaan bahan baku yang paling ekonomis (EOQ) yaitu, sebanyak 200
unit dengan frekwensi pesanan sebanyak 5 kali pesan dan total biaya Rp 1.000,- (OC = 500 +
CC = 500).
2. Pendekatan Grafik (Graphical Approach) Dalam perhitungan EOQ dengan
menggunakan pendekatan grafik adalah dengan cara menghubungkan antara OC
dengan CC seperti Gambar 19.3., sebagai berikut;

12
Kurva CC dimulai dari titik origin (0) bergerak ke arah kanan atas. Hal ini mengisyaratkan
bahwa semakin kuantitas bahan baku baku yang di pesan, maka semakin besar pula rata-rata
persediaan, sehingga dapat menyebabkan CC semakin besar pula. Di lain pihak OC bergerak
dari sisi kiri atas menuju ke arah kanan bawah. Hal ini mengisyaratkan bahwa semakin besar
kuantitas bahan baku yang dipesan, maka frekwensi pesanan semakin kecil, sehingga OC
juga semakin kecil. 3. Pendekatan Matematis (Mathematical Approach) Perhitungan EOQ
dengan menggunakan pendekatan matematis dapat dilakukan dengan menggunakan formula
sebagai berikut;

13
2.5 Reorder Point Reorder point (ROP)
adalah titik dimana perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali bahan baku,
agar bahan baku yang dipesan tersebut tiba, tepat pada saat persediaan bahan baku di
atas safety stock (persediaan minimal).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam reorder point, adalah; jumlah bahan baku yang
digunakan, juga jangka waktu yang dibutuhkan untuk pemesanan bahan baku agar
proses produksi dapat berjalan lancer. Waktu datangnya bahan baku dapat saja lebih
cepat atau lebih lambat dari yang telah diperkirakan, sehingga jika perusahaan dalam
keadaan tersebut harus mengeluarkan biaya ekstra untuk mengantisipasi jika pesanan
bahan baku datang lebih awal yang disebut Extra Carrying Cost dan jika datangnya
bahan baku lebih lambat disebut Stock Out Cost.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi agar tidak muncul biayabiaya ekstra tersebut di
atas, maka perlu diperhatikan Lead Time dan Reorder Point. Lead time adalah
tenggang waktu antara Reorder Point dengan datangnya barang yang sudah dipesan
terlebih dahulu.
Kembali ke contoh soal, bila ditetapkan lead time adalah selama 1 minggu dengan
asumsi 1 tahun = 48 minggu dan safety stock sebesar 23 unit, maka perhitungannya
adalah sebagai berikut;
Diketahui;
R = 1.000 unit
OC = Rp 100
CC = Rp 5
EOQ = 200 unit
Safety stock = 23 unit
1 tahun = 48 minggu. S
ehingga perhitungan kebutuhan perminggu = 1.000/48 = 20,83 (dibulatkan menjadi
21 unit), safety stock = 23 unit, sehingga Reorder Point adalah 46 unit.
Jadi titik pemesanan kembali dilakukan saat persediaan bahan baku pasa pada saat
angka 46 unit. Jika hal ini digambarkan pada grafik, maka akan tampak pada Gambar
19.4., sebagai berikut

14
15
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan
Perusahaan dalam melakukan pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi
perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu dari
beberapa unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus meneru
diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh karena itu, system akuntansi itu sendiri harus
dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal yang mengganggu
jalannya operasi perusahaan.

Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk memberikan
informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan
persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba
perusahaan yang diperoleh.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Agus Zainul. 2018. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:Zahir Publishing.


Kartawinata, Budi Rustandi. dkk. 2020. Manajemen Keuangan (sebuah tinjauan teori dan
praktis). Bandung:WIDINA BHAKTI PERSADA
Syaifuddin, Dedy Takdir. 2008. Manajemen Keuangan (Teori dan aplikasi).
Kendari:UNHALU PRESS.

17

Anda mungkin juga menyukai