Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

“PERSEDIAAN (PSAK 14) DAN AGRIKULTUR (PSAK 69)”

Dosen Pembimbing:

Dr. Yuskar, S.E., M.A., Ak., CA

OLEH

Kelompok 4
Aline Gracia 1710531020
Rasyid Hamdan 1710531022
Fitriani Anisa 1710531023
Nailatul Fadhilah Fitria 1710532015

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tidak lupa kami
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang sunnahnya selalu hidup dan menyemangati
penulis disaat menghadapi kesulitan dan menjaga niat penulis ketika menjalani kemudahan.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Persedian (PSAK 14) dan
Agrikultur (PSAK 69)” sebagai salah satu tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan.

Dalam penulisan makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi
penulis, namun berkat adanya dorongan yang kuat dari berbagai pihak, akhirnya hambatan dan
kesulitan yang dihadapi dapat diatasi. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan,
sehingga segala tanggapan, kritik, maupun saran sangat diharapkan untuk proses pengevaluasian
di masa yang akan datang.

Padang, 01 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
2.1 PERSEDIAAN : PSAK 14 ............................................................................................... 5
A. TUJUAN .......................................................................................................................... 5
B. RUANG LINGKUP ......................................................................................................... 5
C. DEFINISI ......................................................................................................................... 5
D. PENGUKURAN PERSEDIAAN .................................................................................... 6
E. PENGAKUAN SEBAGAI BEBAN .............................................................................. 10
F. PENGUNGKAPAN ....................................................................................................... 11
2.2 AGRIKULTUR : PSAK 69............................................................................................ 12
A. TUJUAN ........................................................................................................................ 12
B. RUANG LINGKUP ....................................................................................................... 13
C. DEFINISI ....................................................................................................................... 14
D. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ......................................................................... 16
E. HIBAH PEMERINTAH ................................................................................................ 18
F. PENGUNGKAPAN ....................................................................................................... 18
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 26
Kesimpulan................................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ekonomi yang semakin pesat serta tingkat persaingan yang semakin ketat
mendorong para pelaku ekonomi untuk lebih tanggap terhadap perubahan yang terjadi dalam
dunia bisnis. Banyak perusahaan - perusahaan yang melaksanakan strategi - strategi tertentu agar
kegiatan produksi tetap berjalan dan bertahan dalam persaingan pangsa pasar. Bahkan kalau
perlu produk yang dihasilkan menjadi produk utama dan produk unggulan yang mampu
memaksimalkan nilai perusahaan.
Persediaan barang baik dalam usaha dagang maupun dalam perusahaan manufaktur
merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca maupun laporan rugi laba, oleh karena itu
persediaan barang yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah
dapat dibebankan sebagai biaya (HPP) yang akan dilaporkan dalam laporan rugi laba dan mana
yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaan dalam neraca.
Selain persediaan yang biasa digunakan dalam perusahaan manufaktur, terdapat juga
persediaan yang berupa aset biologis yang memerlukan perlakuan akuntansi yang berbeda pula.
Untuk itulah kelompok kami membahas mengenai PSAK 14 dan PSAK 69 yang mengatur
mengenai perlakuan akuntansi untuk persediaan dan agrikultur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk persediaan sesuai dengan PSAK 14?
2. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk asset biologis atau agrikultur sesuai dengan PSAK
69?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai tujuan, definisi, ruang lingkup, pengukuran, pengakuan, dan
pengungkapan persediaan sesuai dengan PSAK 14
2. Untuk mengetahui mengenai tujuan, definisi, ruang lingkup, pengukuran, pengakuan, dan
pengungkapan agrikultur sesuai dengan PSAK 69
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERSEDIAAN : PSAK 14

A. TUJUAN
Tujuan Pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan.
Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan jumlah biaya yang diakui
sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan terkait
diakui. Pernyataan ini menyediakan pedoman dalam menentukan biaya dan pengakuan
selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunan menjadi nilai realisasi neto. Pernyataan ini
juga memberikan pedoman rumus biaya yang digunakan untuk menentukan biaya persediaan

B. RUANG LINGKUP
Berdasarkan PSAK 14 Penyesuaian 2014, Pernyataan ini diterapkan untuk seluruh
persediaan, kecuali:

1. Pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi, termasuk kontrak jasa yang
terkait langsung (diatur di PSAK 34: Kontrak Konstruksi)
2. Instrumen keuangan (diatur di PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan PSAK 55:
Instrumen Keuangan: pengakuan dan Pengukuran)
Pernyataan ini tidak diterapkan untuk pengukuran persediaan yang dimiliki oleh:
1. Produsen produk agrikultur dan kehutanan, hasil agrikultur setelah panen, dan mineral dan
produk mineral, sepanjang persediaan tersebut diukur pada nilai realisasi neto sesuai dengan
praktik yang berlaku di industri tersebut. Perubahan nilai realisasi bersih diakui dalam laba
rugi pada periode terjadinya.
2. Pialang-pedagang komoditi yang mengukur persediaannya pada nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual. Perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual diakui dalam laba rugi
pada periode terjadinya.

C. DEFINISI
Persediaan adalah aset:

 tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa


 dalam proses produksi untuk penjualan tersebut: atau
 dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa.

Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali termasuk, sebagai
contoh barang dagang yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan
properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan Juga meliputi barang jadi yang diproduksi, atau
barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan
perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.

Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi
biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.

Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan
dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada
tanggal pengukuran. (PSAK 68 : Pengukuran nilai wajar).

Nilai realisasi neto mengacu pada jumlah neto yang diharapkan entitas untuk direalisasi dari
penjualan persediaan dalam kegiatan usaha biasa. Nilai wajar mencerminkan suatu harga dimana
transaksi teratur untuk menjual persediaan yang sama dipasar utama (atau paling
menguntungkan) untuk persediaan tersebut akan terjadi antara pelaku pasar pada tanggal
pengukuran. Nilai realisasi neto adalah nilai spesifik entitas sedangkan nilai wajar tidak
bergantung pada nilai spesifik entitas. Nilai realisasi neto untuk persediaan dapat tidak sama
dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.

D. PENGUKURAN PERSEDIAAN
Persediaan diukur pada mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto.

Biaya persediaan terdiri dari seluruh biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul
sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat kini.

Biaya pembelian

Biaya pembelian meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (selain yang dapat ditagih kembali
setelahnya oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya
lainnya yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa.
Serta diskon dagang, rabat dan hal serupa lain yang dikurangkan dalam menentukan biaya
pembelian.

Biaya konversi

Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang
diproduksi seperti biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead
produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi.
Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa
memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan
bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Overhead
variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung, atau hampir secara
langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga
kerja tidak langsung.

Biaya lain-lain

Biaya-biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat kini.
Biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode
terjadinya seperti:

 Jumlah tidak normal atas pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya
 Biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum
dilanjutkan pada tahap produksi selanjutnya
 Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk membuat persediaan
berada dalam kondisi dan lokasi saat kini
 Biaya penjualan
 Biaya pinjaman yang termasuk dalam biaya persediaan (PSAK 26)

Biaya persediaan pemberi jasa


Sepanjang pemberi jasa memiliki persediaan, mereka mengukur persediaan tersebut pada
biaya produksinya. Biaya persediaan tersebut terutama terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya
personalia lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk personalia
penyelia, dan overhead yang dapat diatribusikan. Biaya tenaga kerja dan biaya lainnya yang
terkait dengan personalia, penjualan dan administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya
persediaan tetapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Biaya persediaan pemberi jasa
tidak termasuk marjin laba atau overhead yang tidak dapat diatribusikan yang seringkali
merupakan faktor pembebanan harga oleh pemberi jasa.

Teknik pengukuran biaya

Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau metode eceran, demi
kemudahan dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya. Biaya standar memperhitungkan
tingkat normal penggunaan bahan dan perlengkapan. tenaga kerja, efisiensi dan utilisasi
kapasitas. Biaya standar ditelaah secara reguler dan jika diperlukan, direvisi sesuai dengan
kondisi terakhir.

Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk mengukur jumlah
persediaan yang banyak dan cepat berubah, serta memiliki marjin yang serupa sehingga tidak
praktis untuk menggunakan metode penetapan biaya lainnya. Biaya persediaan ditentukan
dengan mengurangi nilai jual persediaan dengan persentase marjin bruto yang sesuai. Persentase
tersebut digunakan dengan memerhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya dibawah
harga jual normal. Persentase rata-rata sering digunakan untuk setiap departemen eceran.

Rumus Biaya

Biaya untuk persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar dengan persediaan lain dan
barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu diperhitungkan
berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing. Identifikasi khusus biaya
artinya biaya-biaya tertentu diatribusikan ke unit persediaan tertentu yang telah diidentifikasi.
Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi unit yang dipisahkan untuk proyek tertentu, baik
yang dibeli maupun yang dihasilkan. Akan tetapi, identifikasi khusus biaya tidak sesuai ketika
terdapat jumlah besar unit dalam persediaan yang dapat menggantikan satu sama lain. Dalam
keadaan tersebut, metode pemilihan unit yang masih berada dalam persediaan dapat digunakan
untuk menentukan dampaknya dalam laba rugi.

Biaya persediaan, dihitung menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama
(MPKP) atau rata-rata tertimbang. Entitas menggunakan rumus biaya yang sama terhadap
seluruh persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang
memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumus biaya yang berbeda diperkenankan. Sebagai
contoh, persediaan yang digunakan dalam suatu segmen operasi mungkin memiliki kegunaan
yang berbeda dari jenis persediaan yang sama yang digunakan dalam segmen operasi yang lain.
Akan tetapi, perbedaan lokasi geografis persediaan (atau dalam perspektif perpajakan) dengan
sendirinya, tidak cukup hanya sekedar menggunakan rumus biaya yang berbeda.

Formula MPKP mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau
digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang
dibeli atau diproduksi kemudian. Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap unit
ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode dan
biaya unit yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama satu periode. Perhitungan rata-rata
dapat dilakukan secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman, bergantung pada keadaan
entitas.

Nilai Realisasi Neto

Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali jika persediaan rusak, seluruh atau
sebagian persediaan telah usang, atau harga jualnya telah menurun. Biaya persediaan juga tidak
dapat dipulihkan jika estimasi biaya untuk membuat penjualan telah meningkat. Praktik
penurunan nilai persediaan di bawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi neto konsisten
dengan pandangan bahwa aset seharusnya tidak dinyatakan melebihi jumlah yang diharapkan
dapat direalisasi dari penjualan atau penggunaannya.

Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi neto secara terpisah untuk setiap unit
dalam persediaan. Akan tetapi, dalam beberapa keadaan, penurunan nilai persediaan mungkin
lebih sesuai jika dihitung terhadap kelompok unit yang serupa atau berkaitan. Kasus ini dapat
terjadi pada barang-barang yang termasuk dalam lini produk dengan tujuan atau penggunaan
akhir yang serupa, yang diproduksi dan dipasarkan di wilayah yang sama, dan tidak dapat
dievaluasi terpisah dari unit-unit lain dalam lini produk tersebut. Penurunan nilai persediaan
tidak sesuai jika dihitung berdasarkan klasifikasi persediaan, sebagai contoh, barang jadi, atau
seluruh persediaan dalam suatu industri atau segmen geografis tertentu. Pemberi jasa pada
umumnya mengakumulasikan biaya-biaya untuk setiap jasa dimana harga jual terpisah
ditentukan. Oleh karena itu, masing-masing jasa tersebut diperlakukan secara terpisah.
Estimasi nilai realisasi neto didasarkan pada bukti paling andal yang tersedia pada saat
estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan yang diharapkan dapat direalisasi. Estimasi ini
mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait dengan peristiwa yang
terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa tersebut menegaskan kondisi yang ada pada
akhir periode. Estimasi nilai realisasi neto juga mempertimbangkan tujuan pengadaan persediaan
yang dimiliki. Sebagai contoh, nilai realisasi neto dari jumlah persediaan yang dimiliki untuk
memenuhi kontrak penjualan atau jasa yang bersifat pasti didasarkan pada harga kontrak. Jika
kontrak penjualan lebih sedikit daripada jumlah persediaan yang dimiliki, maka nilai realisasi
neto untuk kelebihannya didasarkan pada harga jual umum. Provisi dapat timbul dari kontrak
penjualan yang bersifat pasti yang melebihi jumlah persediaan yang dimiliki atau dari kontrak
pembelian yang bersifat pasti. Provisi tersebut diperlukan sesuai dengan PSAK 57: Provisi,
liabilitas kontijensi, dan aset kontijensi.

Persediaan tidak diturunkan nilainya dibawah biaya perolehan. Jika produk jadi yang
dihasilkan diharapkan dapat dijual sebesar atau diatas biaya perolehannya. Akan tetapi, ketika
penurunan harga bahan mengindikasikan biaya produk jadi yang dihasilkan akan melebihi nilai
realisasi neto, maka nilai bahan diturunkan ke nilai realisasi neto. Dalam keadaan tersebut, biaya
penggantian bahan merupakan ukuran terbaik yang tersedia untuk nilai realisasi netonya.

Suatu penilaian baru dilakukan atas nilai realisasi neto pada setiap periode selanjutnya.
Ketika keadaan yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan di bawah biaya
perolehan ternyata tidak ada lagi atau ketika terdapat bukti yang jelas terhadap peningkatan nilai
realisasi neto karena perubahan keadaan ekonomik, maka jumlah penurunan nilai harus dibalik
(yaitu pemulihan adalah terbatas untuk jumlah penurunan nilai awal) sehingga jumlah tercatat
yang baru dari persediaan adalah yang terendah dari biaya perolehan atau nilai realisasi neto
yang telah direvisi. Hal ini terjadi, sebagai contoh, ketika suatu jenis persediaan yang dicatat
sebesar nilai realisasi neto karena harga jualnya telah turun. Masih dimiliki pada periode
berikutnya dan harga jualnya telah meningkat.

E. PENGAKUAN SEBAGAI BEBAN


Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat persediaan tersebut dakui sebagai beban pada
periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan
dibawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan diakui
sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan
kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, diakui
sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan
tersebut.

Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke akun aset lainnya. Sebagai contoh, persediaan
yang digunakan sebagai komponen aset tetap yang dibangun sendiri. Persediaan yang
dialokasikan ke aset lain dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa manfaat aset
tersebut.

F. PENGUNGKAPAN
Laporan keuangan mengungkapkan :

a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus


biaya yang digunakan
b. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi
entitas
c. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
d. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan
e. Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang
diakui sebagai beban dalam periode berjalan sesuai paragraf 34
f. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai wajar yang diakui sebagai
pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan sesuai
paragraf 34
g. Keadaan atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan
sesuai dengan paragraf 34
h. Jumlah tercatat persediaan yang di peruntukkan sebagai jaminan liabilitas

Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai klasifikasi persediaan dan
tingkat perubahannya masing-masing berguna bagi pengguna laporan keuangan. Klasifikasi
persediaan yang biasa digunakan adalah barang dagangan, perlengkapan produksi, bahan, barang
dalam proses, dan barang jadi. Persediaan entitas pemberi jasa biasanya disebut pekerjaan dalam
proses.
Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode, seringkali disebut sebagai
beban pokok penjualan, terdiri dari biaya-biaya yang sebelumnya diperhitungkan dalam
pengukuran persediaan yang saat ini telah dijual, overhead produksi yang tidak teralokasi,dan
jumlah biaya produksi persediaan yang tidak normal. Keadaan dari entitas juga memungkinkan
untuk memasukkan biaya lainnya, seperti biaya distribusi.

Beberapa entitas mengadopsi suatu format laba rugi yang mengakibatkan jumlah yang
diungkapkan adalah selain biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode yang
bersangkutan. Dałam format ini, entitas menyajikan analisis beban menggunakan klasifikasi
berdasarkan sifat dari beban. Dalam kasus ini, entitas mengungkapkan biaya yang diakui sebagai
beban untuk bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya bersama-
sama dengan jumlah perubahan neto persediaan pada periode tersebut,

2.2 AGRIKULTUR : PSAK 69

A. TUJUAN

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi dan pengungkapan yang
terkait dengan aktivitas agrikultur. Aktivitas agrikultur mencakup berbagai aktivitas; sebagai
contoh, peternakan, kehutanan, tanaman semusim (annual) atau tahunan (perennial),budidaya
kebun dan perkebunan, budidaya bunga, dan budidaya perikanan (termasuk peternakan ikan).
Terdapat karakteristik umum tertentu dalam keanekaragaman ini:
a) Kemampuan untuk berubah. Hewan dan tanaman hidup mampu melakukan transformasi
biologis;
b) Manajemen perubahan. Manajemen mendukung transformasi biologis dengan
meningkatkan, atau setidaknya menstabilkan, kondisi yang diperlukan agar proses
tersebut dapat terjadi (sebagai contoh, tingkat nutrisi, kelembaban, temperatur, kesuburan,
dan cahaya). Manajemen seperti ini membedakan aktivitas agrikultur dari aktivitas lain.
Sebagai contoh, proses ganti hasil panen dari sumber yang tidak dikelola (seperti
penangkapan ikan laut dan penebangan hutan) bukan merupakan aktivitas agrikultur;
c) Pengukuran perubahan. Perubahan dalam kualitas (sebagai contoh, keunggulan genetik,
kepadatan, kematangan, kadar lemak, kadar protein, dan kekuatan serat) atau kuantitas
(sebagai contoh, keturunan, berat, meter kubik, panjang atau diameter serat, dan jumlah
tunas) yang dihasilkan oleh transformasi biologis atau panen diukur dan dipantau sebagai
fungsi manajemen yang rutin.

B. RUANG LINGKUP
Pernyataan ini diterapkan untuk pencatatan hal-hal berikut ketika berkaitan dengan aktivitas
agrikultur:

a) Aset biologis, kecuali tanaman produktif (beaser plants)


b) Produk agrikultur pada titik panen
c) Hibah pemerintah
Pernyataan ini tidak diterapkan untuk :

a) Tanah yang terkait dengan aktivitas agrikultur (lihat PSAK 16: Aset Tetap, PSAK 13:
Properti Investasi, dan ISAK 25: Hak Atas Tanah)
b) Tanaman produktif yang terkait dengan aktivitas agrikultur (lihat Amandemen PSAK 16:
Aset Tetap tentang agrikultur: Tanaman Produktif). Akan tetapi, pernyataan ini
diterapkan untuk produk dari tanaman produktif tersebut
c) Hibah pemerintah yang terkait dengan tanaman produktif (lihat PSAK 61: Akuntansi
Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah).
d) Aset tak berwujud yang terkait dengan aktivitas agrikultur (lihat PSAK 19: Aset Tak
berwujud).
Ruang lingkup agrikultur merupakan hasil panen dari aset biologis milik entitas, pada titik
panen. Selanjutnya, PSAK 14: Persediaan atau Pernyataan lain yang berlaku diterapkan untuk
produk agrikultur tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, pernyataan ini tidak mengatur
pemrosesan produk agrikultur setelah panen; sebagai contoh, pemrosesan buah anggur menjadi
minuman anggur (wine) oleh penjual anggur yang telah menanam buah anggur tersebut.
Meskipun pemrosesan tersebut merupakan perpanjangan yang logis dan alami dari aktivitas
agrikultur, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi mungkin mempunyai beberapa kemiripan dengan
transformasi biologis, pemrosesan seperti ini tidak termasuk dalam definisi aktivitas agrikultur
dalam ruang lingkup.

Tabel berikut menyajikan contoh aset biologis, dan produk yang merupakan hasil
pemrosesan setelah panen :
Produk yang merupakan Hasil
Aset Biologis Produk Agrikultur
Pemrosesan Setelah Panen

Domba Wol Benang, karpet

Pohon dalam hutan kayu Pohon tebangan Kayu gelondongan, potongan kayu

Sapi perah Susu Keju

Babi Gading potong Sosis, ham (daging asap)

Tanaman Kapas Kapas panen Benang, pakaian

Tebu Tebu panen Gula

Tanaman tembakau Daun tembakau Tembakau

Tanaman teh Daun teh Teh

Tanaman Anggur Buah anggur Minuman anggur (wine)

Tanaman buah-buahan Buah petikan Buah olahan

Pohon kelapa sawit Tandan buah segar Minyak kelapa sawit

Pohon karet Getah karet Produk olahan karet

C. DEFINISI
1) Definisi terkait agrikultur
Aktivitas agrikultur (agricultural activity) adalah manajemen transformasi biologis
dan panen aset biologis oleh entitas untuk dijual atau untuk dikonversi menjadi produk
agrikultur atau menjadi aset biologis tambahan

 Aset biologis (biological asset) adalah hewan atau tanaman hidup


 Biaya untuk menjual (cost to sell) adalah biaya inkremental yang didistribusikan
secara langsung untuk pelepasan aset, tidak termasuk beban pembiayaan dan pajak
penghasilan.
 Kelompok aset biologis (group of biological asset) adalah penggabungan dari hewan
atau tanaman hidup yang serupa
 Panen (harvest) adalah pelepasan produk dari aset biologis atau pemberhentian
proses kehidupan yang seupa.
 Produk agrikultur (agricultular produce) adalah produk yang dipanen dari aset
biologis milik entitas
 Tanaman produktif (bearer plant) adalah tanaman hidup yang :
 Digunakan dalam produksi atau penyediaan produk agrikultur
 Diharapkan untuk menghasilkan produk untuk jangka waktu lebih dari satu
periode
 Memiliki kemungkinan yang sangat jarang untuk dijual sebagai produk
agrikultur, kecuali untuk penjualan sisa yang insidental (incidental scrap)
 Transformasi biologis terdiri dari proses pertumbuhan, degenerasi, produksi dan
prokreasi yang mengakibatkan perubahan kualitatif atau kuantitatif aset biologis

Berikut ini bukan merupakan tanaman produktif (bearer plants) :

a) Tanaman yang dibudidayakan untuk di panen sebagai produk agrikultur (contohnya


pohon yang ditanam untuk digunakan sebagai potongan kayu).
b) Tanaman yang dibudidayakan untuk menghasilkan produk agrikultur ketika
terdapat kemungkinan yang sangat jarang, bahwa entitas juga akan memanen dan
menjual tanaman tersebut sebagai produk agrikultur, selain sebagai penjualan sisa
insidental (sebagai contoh pohon yang dibudidayakan baik untuk buahnya maupun
potongan kayu).
c) Tanaman semusim (annual crops) sebagai contoh jagung dan gandum
Ketika tanaman produktif tidak lagi digunakan untuk menghasilkan produk
agrikultur, tanaman tersebut dapat ditebang dan dijual sebagai sisa sebagai contoh,
untuk digunakan sebagai kau bakar. Penjualan sisa insidental tersebut tidak akan
menghalangi tanaman tersebut dari pemenuhan definisi tanaman produktif (bearer
plants).

2) Definisi Umum
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam PSAK 69 :

 Hibah pemerintah adalah sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 61 : Akuntansi


hibah pemerintah dan pengungkapan bantuan pemerintah yaitu “Hibah pemerintah
adalah bantuan oleh pemerintah dalam bentuk pemindahan sumber daya kepada
entitas sebagai imbalan atas kepatuhan entitas di masa lalu atau masa depan sesuai
dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan kegiatan operasi entitas tersebut.
Hibah pemerintah tidak termasuk jenis bantuan pemerintah yang tidak memiliki nilai
yang memadai bagi entitas dan transaksi dengan pemerintah yang tidak dapat
dibedakan dari transaksi perdagangan normal entitas.”
 Jumlah tercatat (carrying amount) adalah jumlah dimana aset diakui dalam laporan
posisi keuangan.
 Nilai wajar (fair value) adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset
atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi
teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. (PSAK 68 : Pengukuran Nilai
Wajar)

D. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN


Entitas mengakui aset biologis atau produk agrikultur jika, dan hanya jika :

a) Entitas mengendalikan aset biologis sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
b) Besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait dengan aset biologis
tersebut akan mengalir ke entitas;
c) Nilai wajar atau biaya perolehan aset biologis dapat diukur secara andal.
Aset biologis diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan pada
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, kecuali untuk kasus yang dideskripsikan dalam
paragraf 30 dimana nilai wajar tidak dapat diukur secara andal. Produk agrikultur yang dipanen
dari aset biologis milik entitas diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual pada titik
panen.

Pengukuran nilai wajar aset biologis atau produk agrikultur dapat didukung dengan
mengelompokkan aset biologis atau produk agrikultur sesuai dengan atribut yang signifikan;
sebagai contoh, berdasarkan usia atau kualitas. Entitas memilih atribut yang sesuai dengan
atribut yang digunakan di pasar sebagai dasar penentuan harga.

Entitas tidak memperhitungkan arus kas untuk pembiayaan aset, perpajakan, atau
penumbuhan kembali aset biologis setelah panen (sebagai contoh, biaya penanaman kembali
hutan kayu setelah panen).

Biaya perolehan terkadang dapat mendekati perkiraan nilai wajar, terutama ketika:

a) sedikit transformasi biologis telah terjadi sejak timbulnya biaya awal (sebagai contoh, untuk
bibit yang ditanam segera sebelum akhir periode pelaporan atau ternak yang baru yang
didapatkan);
b) dampak transformasi biologis pada harga tidak diharapkan menjadi material (sebagai
contoh, untuk pertumbuhan awal dalam suatu siklus produksi perkebunan pinus yang berusia
30 tahun).
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan atau kerugian yang timbul pada saat pengakuan awal produk agrikultur pada
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dimasukkan dalam laba rugi pada periode dimana
keuntungan atau kerugian tersebut terjadi. Keuntungan atau kerugian dapat timbul pada saat
pengakuan awal produk agrikultur sebagai akibat dari hasil panen.

Ketidakmampuan untuk Mengukur Nilai Wajar secara Andal


Terdapat asumsi bahwa nilai wajar aset biologis dapat diukur secara andal. Namun, asumsi
tersebut dapat dibantah hanya pada saat pengakuan awal aset biologis yang harga kuotasi
pasarnya tidak tersedia dan yang alternatif pengukuran nilai wajarnya secara jelas tidak dapat
diandalkan. Dalam kasus tersebut, aset biologis tersebut diukur pada biaya perolehannya
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Ketika nilai wajar aset
biologis tersebut dapat diukur secara andal, entitas mengukur aset biologis tersebut pada nilai
wajarnya dikurangi biaya untuk menjual.

Entitas mengukur produk agrikultur pada titik panen pada nilai wajar setelah dikurangi
biaya untuk menjual. Pernyataan ini mencerminkan pandangan bahwa nilai wajar produk
agrikultur pada titik panen selalu dapat diukur secara andal.
E. HIBAH PEMERINTAH
Hibah pemerintah tanpa syarat yang terkait dengan aset biologis yang diukur pada nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual diakui dalam laba rugi jika, dan hanya jika, hibah
pemerintah tersebut menjadi piutang. Jika hibah pemerintah yang terkait dengan aset biologis
yang diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual adalah bersyarat, termasuk ketika
hibah pemerintah mensyaratkan entitas untuk tidak terlibat dalam aktivitas agrikultur tertentu,
maka entitas mengakui hibah pemerintah dalam laba rugi jika, dan hanya jika, kondisi yang
melekat pada hibah pemerintah tersebut telah terpenuhi.
Syarat dan ketentuan hibah pemerintah bervariasi. Sebagai contoh, hibah mungkin
mensyaratkan entitas untuk melakukan aktivitas pertanian di lokasi tertentu selama lima tahun
dan mensyaratkan entitas untuk mengembalikan seluruh hibah jika entitas melakukan aktivitas
pertanian tersebut dalam jangka waktu kurang dari lima tahun. Dalam kasus ini, hibah tersebut
tidak diakui dalam laba rugi sampai jangka waktu lima tahun telah berlalu. Namun, jika
persyaratan hibah memperkenankan sebagian dari hibah untuk dipertahankan sesuai dengan
waktu yang telah berlalu, maka entitas mengakui bagian tersebut dalam laba rugi seiring
berjalannya waktu.
Jika hibah pemerintah berkaitan dengan asset biologis yang diukur pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai, maka diterapkan
PSAK 61 : Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah. PSAK 69 ini
mensyaratkan perlakuan yang berbeda dari PSAK 61 : Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan Pemerintah, jika hibah pemerintah berkaitan dengan asset biologis yang
diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau hibah pemerintah mensyaratkan
entitas untuk tidak terlibat dalam aktivitas agrikultur tertentu. PSAK 61 hanya diterapkan untuk
hibah pemerintah yang berkaitan dengan asset biologis yang diukur pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.

F. PENGUNGKAPAN
Entitas mengungkapkan keuntungan atau kerugian gabungan yang timbul selama periode
berjalan pada saat pengakuan awal aset biologis dan produk agrikultur, dan dari perubahan nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual aset biologis. Entitas mendeskripsikan setiap kelompok aset
biologis.
Pengungkapan dapat berbentuk deskripsi naratif ataupun kuantitatif. Entitas juga
dianjurkan untuk memberikan deskripsi kuantitatif dari setiap kelompok aset biologis,
membedakan antara aset biologis yang dapat dikonsumsi dan aset biologis produktif (bearer
biological assets), atau antara aset biologis menghasilkan (mature) dan yang belum menghasilkan
(immature), sesuai keadaan aset biologis. Sebagai contoh, entitas dapat mengungkapkan jumlah
tercatat aset biologis yang dapat dikonsumsi dan aset biologis produktif berdasarkan kelompok.
Entitas selanjutnya dapat membagi jumlah tercatat tersebut antara aset yang telah menghasilkan
dan belum menghasilkan. Pembedaan ini memberikan informasi yang mungkin berguna dalam
menilai waktu arus kas masa depan. Entitas mengungkapkan dasar dalam membuat pembedaan
tersebut.
Aset biologis yang dapat dikonsumsi adalah asset biologis yang akan dipanen sebagai
produk agrikultur atau dijual sebagai asset biologis. Contohnya adalah ternak yang dimaksudkan
untuk memproduksi daging, ternak yang dimiliki untuk dijual, ikan yang dibudidayakan,
tanaman panen seperti jagung dan gandum, produk tanaman produktif dan pohon yang ditanam
untuk menghasilkan potongan kayu. Aset biologis produktif adalah asset selain asset biologis
yang dapat dikonsumsi, contohnya adalah ternak yang dimaksudkan untuk memproduksi susu,
dan pohon buah yang menghasilkan buah untuk dipanen. Aset biologis produktif bukan
merupakan produk agrikultur, tetapi dimiliki untuk menghasilkan produk agrikultur.
Aset biologis dapat diklasifikasikan bagi sebagai asset biologis menghasilkan maupun
belum menghasilkan. Aset biologis menghasilkan adalah asset yang telah mencapai spesifikasi
untuk dipanen (untuk asset biologis yang dapat dikonsumsi) atau mampu menghasilkan panen
yang berkelanjutan (untuk asset biologis produktif)
Jika tidak diungkapkan di bagian manapun dalam informasi yang dipublikasikan bersama
dengan laporan keuangan, maka entitas mendeskripsikan :
a. Sifat aktivitasnya yang melibatkan setiap kelompok asset biologis: dan
b. Ukuran atau estimasi nonkeuangan dari kuantitas fisik :
(i) Setiap kelompok aset biologis milik entitas pada akhir periode; dan
(ii) Output produk agrikultur selama periode tersebut.
Entitas mengungkapkan :
a. Keberadaan dan jumlah tercatat aset biologis yang kepemilikannya dibatasi, dan jumlah
tercatat asset biologis yang dijaminkan untuk liabilitas
b. Jumlah komitmen untuk pengembangan atau akuisisi asset biologis; dan
c. Strategi manajemen resiko keuangan yang terkait dengan aktivitas agrikultur.
Entitas menyajikan rekonsiliasi perubahan jumlah tercatat aset biologis antara awal dan
akhir periode berjalan. Rekonsiliasi tersebut mencakup:
a. keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual;
b. kenaikan karena pembelian
c. penurunan yang diatribusikan pada penjualan dan aset biologis yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok pelepasan yang diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58 : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki
untuk Dijual dan Operasi yang dihentikan
d. penurunan karena panen
e. kenaikan yang dihasilkan dari kombinasi bisnis
f. selisih kurs neto yang timbul dari penjabaran laporan keuangan ke mata uang penyajian
yang berbeda, dan penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri ke mata uang penyajian entitas
pelapor; dan
g. perubahan lain
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset biologis dapat berubah baik dikarenakan
perubahan fisik maupun perubahan harga di pasar. Pengungkapan terpisah atas perubahan fisik
dan perubahan harga berguna dalam menilai kinerja periode berjalan dan prospek masa depan,
terutama ketika terdapat siklus produksi yang berusia lebih dari satu tahun. Dalam kasus
tersebut, entitas dianjurkan untuk mengungkapkan, berdasarkan kelompok atau lainnya, jumlah
perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual yang termasuk dalam laba rugi akibat
perubahan fisik dan perubahan harga. Informasi ini umumnya kurang berguna ketika siklus
produksi berusia kurang dari satu tahun (sebagai contoh, ketika beternak ayam atau menanam
tanaman biji-bijian).
Transformasi biologis mengakibatkan beberapa jenis perubahan fisik–pertumbuhan,
degenerasi, produksi, dan prokreasi, yang setiap perubahannya dapat diobservasi dan diukur.
Setiap perubahan fisik tersebut memiliki hubungan langsung dengan manfaat ekonomik masa
depan. Perubahan nilai wajar aset biologis karena panen juga merupakan suatu perubahan fisik.
Aktivitas agrikultur sering terekspos oleh iklim, penyakit, dan risiko alam lain. Jika suatu
peristiwa terjadi sehingga menimbulkan suatu pos pendapatan atau beban yang material, maka
sifat dan jumlah pendapatan dan beban tersebut diungkapkan sesuai dengan PSAK 1: Penyajian
Laporan Keuangan. Contoh dari peristiwa tersebut termasuk wabah penyakit mematikan, banjir,
kekeringan atau pembekuan yang parah, dan wabah serangga.

Pengungkapan Tambahan untuk Aset Biologis yang Nilai Wajarnya Tidak Dapat Diukur
secara Andal

Jika entitas mengukur aset biologis pada biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai (lihat paragraf 30) pada akhir periode, maka
entitas mengungkapkan untuk aset biologis tersebut:
a. deskripsi dari aset biologis tersebut
b. penjelasan tentang mengapa alasan nilai wajar tidak dapat diukur secara andal
c. jika memungkinkan, rentang estimasi dimana nilai wajar kemungkinan besar berada
d. metode penyusutan yang digunakan
e. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan
f. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (digabungkan dengan akumulasi kerugian
penurunan nilai) pada awal dan akhir periode.
Jika, selama periode berjalan, entitas mengukur aset biologisnya pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai (lihat paragraf 30)
maka entitas mengungkapkan keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan aset biologis
tersebut dan rekonsiliasi yang disyaratkan dalam paragraf 50 (cakupan rekonsiliasi)
mengungkapkan jumlah yang berkaitan dengan aset biologis tersebut secara terpisah. Sebagai
tambahan, rekonsiliasi tersebut mencakup jumlah berikut dalam laba rugi terkait dengan aset
biologis tersebut:
a. kerugian penurunan nilai
b. pembalikan rugi penurunan nilai
c. penyusutan
Jika nilai wajar aset biologis sebelumnya diukur pada biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai menjadi dapat diukur secara
andal selama periode berjalan, maka entitas mengungkapkan untuk aset biologis tersebut:
a. deskripsi dari aset biologis tersebut
b. penjelasan tentang mengapa nilai wajar dapat diukur secara andal
c. dampak dari perubahan tersebut.

Hibah Pemerintah

Entitas mengungkapkan hal berikut yang berkaitan dengan aktivitas agrikultur yang dicakup
dalam Pernyataan ini:

a. sifat dan cakupan hibah pemerintah yang diakui dalam laporan keuangan
b. kondisi yang belum terpenuhi dan kontinjensi lain yang melekat pada hibah pemerintah
c. penurunan signifikan yang diperkirakan dalam jumlah hibah pemerintah.

Contoh Penyajian dan Pengungkapan pada laporan keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk
PT Astra Agro Lestari Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan
yang termasuk dalam aktivitas agrikultur. Bisa dilihat terdapat pengungkapan asset biologis pada
laporan posisi keuangan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang hal tersebut
didasarkan pada PSAK 69 : Agrikultur.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Tujuan dari PSAK 14 : Persediaan adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan.
Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan jumlah biaya yang diakui
sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan terkait
diakui. Pernyataan ini menyediakan pedoman dalam menentukan biaya dan pengakuan
selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunan menjadi nilai realisasi neto. Pernyataan ini
juga memberikan pedoman rumus biaya yang digunakan untuk menentukan biaya persediaan.
Persediaan diukur pada mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto.

Tujuan dari PSAK 69 : Agrikultur adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi dan
pengungkapan yang terkait dengan aktivitas agrikultur. Aktivitas agrikultur mencakup berbagai
aktivitas; sebagai contoh, peternakan, kehutanan, tanaman semusim (annual) atau tahunan
(perennial),budidaya kebun dan perkebunan, budidaya bunga, dan budidaya perikanan (termasuk
peternakan ikan). Pernyataan ini diterapkan untuk pencatatan hal-hal berikut ketika berkaitan
dengan aktivitas agrikultur: (a) Aset biologis, kecuali tanaman produktif (beaser plants), (b)
Produk agrikultur pada titik panen, (c) Hibah pemerintah. Aset biologis diukur pada saat
pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual, kecuali untuk kasus dimana nilai wajar tidak dapat diukur secara andal. Kemudian
Entitas mengungkapkan keuntungan atau kerugian gabungan yang timbul selama periode
berjalan pada saat pengakuan awal aset biologis dan produk agrikultur, dan dari perubahan nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual aset biologis. Entitas mendeskripsikan setiap kelompok aset
biologis.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2017. PSAK 14 tentang Persediaan. Jakarta: Dewan Standar
Akuntansi Keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2018. PSAK 68 tentang Agrikultur. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi
Keuangan.
PT Astra Agro Lestari Tbk. 2018. Laporan Keuangan Konsolidasian 31 Desember 2018.
www.astra-agro.co.id. Diakses pada 28 September 2020.

Anda mungkin juga menyukai