Disusun Oleh :
Nurmala Hasanah (20416262201065)
Mariawati (20416262201082)
Resdita Fery Atikasuri (20416262201100)
KELOMPOK 11
AK20A
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
serta untuk mempelajari dan menambah pengetahuan tentang Etika Profesi Bisnis.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu para pembaca dalam menambah
wawasan mengenai Etika Profesi Bisnis. Makalah ini penulis akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman serta wawasan penulis yang miliki sangat kurang. Oleh
karena itu, penulis harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1.5 Pengungkapan...............................................................................................................9
2.1.6 Pengakuan......................................................................................................................9
2.1.7 Pengukuran....................................................................................................................9
2.2.1 Pengertian....................................................................................................................12
ii
2.2.3 Manajemen Laba.........................................................................................................14
2.2.8 Regulasi........................................................................................................................20
2.3.3 Prospektus....................................................................................................................23
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan instrumen yang sangat penting bagi suatu perusahaan
sebagai sarana komunikasi antara data keuangan dengan pihak-pihak pengguna laporan
keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan harus disajikan secara periodik atau berkala
untuk pihak pengguna laporan keuangan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 1 tahun 2015, menyatakan bahwa laporan keuangan diterbitkan
dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan
dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Dalam akuntansi, ada dua istilah kesalahan yaitu kesalahan tidak disengaja (error) dan
kesalahan yang disengaja (fraud/kecurangan). Kedua istilah ini sangat sulit dibedakan,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan khusus untuk menentukannya salah saji dalam
laporan keuangan. Jika kesalahan itu disengaja maka bisa saja dianggap sebagai tindakan
penipuan. Kecurangan merupakan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dan untuk
tujuan keuntungan pribadi atau kelompok, dimana perbuatan yang disengaja tersebut
dapat merugikan pihak tertentu atau perusahaan tertentu. Kecurangan yang dilakukan
perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan sering disebut dengan fraud, dan
praktiknya sendiri disebut dengan fraudelent financial reporting atau kecurangan laporan
keuangan (Kayoi & Fuad, 2019).
Terdapat risiko salah saji dalam kandungan informasi yang sangat penting dalam
laporan keuangan, baik karena kesalahan maupun kecurangan yang dilakukan oleh
manajerial perusahaan. Dari adanya kecurangan laporan keuangan maka dampak yang
akan terjadi adalah hilangnya dan rusaknya kepercayaan pemangku kepentingan seperti
kreditur, investor bahkan pemerintah. Menurut Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE) selaku organisasi profesional yang bergerak dalam bidang pemeriksaan atas
kecurangan yang berkedudukan di Austin, Texas, Amerika Serikat, mendefinisikan
kecurangan laporan keuangan sebagai hal yang disengaja, salah saji atau penghilangan
fakta-fakta material, atau data akuntansi yang menyesatkan dan bila dianggap dengan
semua informasi yang telah dibuat, akan menyebabkan pembaca mengubah penilaian
atau keputusannya. Tindakan memanipulasi isi laporan keuangan untuk keuntungan
pribadi dikenal dengan istilah fraud of financial statement. Salah satu dari tiga jenis
manipulasi yang ada adalah manipulasi laporan keuangan.
Menurut Report To The Nation Association of Certified Fraud Examiners 2016,
penyelewengan aset, korupsi, dan penipuan laporan keuangan adalah tiga jenis kasus
penipuan yang menjadi perhatian global. Sedangkan menurut survei fraud Indonesia
tahun 2019 menyatakan bahwa jenis fraud (kecurangan) yang paling merugikan
Indonesia dengan tingkat kecurangan sebesar 70% adalah korupsi, kecurangan
penyalahgunaan aset sebesar 21%, dan kecurangan laporan keuangan sebesar 9%.
Menurut survei, laporan keuangan adalah salah satu media utama terdeteksi penipuan.
Meski kecurangan laporan keuangan masih terjadi dalam jumlah yang relatif kecil,
kerugian kasus ini cukup merugikan. Survei yang dilakukan ACFE Indonesia pada tahun
2019 membuktikan hal tersebut, menyebutkan kerugian mencapai lebih dari Rp 10
miliar. Oleh karena itu, laporan keuangan yang curang perlu mendapat perhatian serius
iv
untuk mencegah masalah bagi pengguna laporan keuangan yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan ekonomi yang menyesatkan. Kecurangan terutama yang
berkaitan dengan laporan keuangan terjadi karena adanya dorongan dan motivasi dari
berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Dorongan dan motivasi agar
laporan keuangan yang disajikan terlihat baik dan menarik perhatian investor atau calon
investor, sehingga manajer mencoba berbagai cara untuk menyajikan laporan keuangan
yang baik. Teknik kecurangan yang dilakukanpun bervariasi, mulai dari mengakali
prinsip akuntansi berlaku umum (Standar Akuntansi Keuangan), melakukan manajemen
laba yang agresif hingga melakukan tindakan illegal yang kemudian disembunyikan, dan
berujung pada kebangkrutan perusahaan. Tidak jarang auditor juga terlibat dalam
kecurangan laporan keuangan. Pemangku kepentingan tentunya tertarik pada laporan
keuangan yang berkinerja baik yang menghasilkan pendanaan yang besar. Oleh karena
itu, perusahaan dipaksa untuk terlibat dalam penipuan, khususnya manipulasi laporan
keuangan, sebagai akibat dari keinginan mereka yang terusmenerus terhadap kinerja yang
tampak menguntungkan bagi pengguna laporan keuangan.
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Laporan Keuangan (Bab 29)
Laporan Keuangan, seperti telah dikemukakan, merupakan inti dari ketentuan
tentang keterbukaan informasi di pasar modal. Setiap perusahaan publik harus
menyerahkan Isporan keuangan setiap tiga bulan sekali ditambah dengan laporan
kedangan tengah tahunan dan tahunan. Informasi tentang laba (earning) yang terdapat
dalam laporan keuangan digunakan sebagai indikator dari nilai fundamental perusahaan,
misalnya earning per share (EPS). Demikian jugs earning to price ratio (EPR) yang
kemudian dipublikasikan ke dalam bentuk price to earning ratio (PER) dan imbal hasil
dividen (dividend yield). Price to book value (PBV) juga menunjukkan mahal-tidaknya
harga suatu saham jika dibandingkan dengan nilai buku ekuitas yang bersangkutan.
Indikator-indikator terzebut merupakan beberapa informati penting yang digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi
Bagi direksi dan dewan komisaris laporan keuangan merupakan muara dari
pertanggung jawaban mereka selama diberi kepercayaan oleh pemegang saham untuk
mengelola perusahaan. Salah satu agenda dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
(RUPST) adalah pengesahan terhadap laporan keuangan tahunan yang merupakan
representasi dari pertanggungjawaban direksi dan dewan komisaris. Dengan persetujuan
tersebut, pemegang saham memberikan pembebasan din pelunasan tanggung jawab
(acquit de charge) kepada komisaris dan direksi atas tindakan atau perbuatan yang
mereka lakukan selama menjabat.
6
Asersi manajemen berkaitan dengan 3 (tiga) hal, yaitu asersi terhadap kelompok
transaksi, asersi terhadap saldo akun, dan asersi terhadap penyajian dan pengungkapan
Pada dasarnya, ssersi terandapi saldo akun dan pengungkapan dan penyajian merupakan
pernyataan tentang keberadaan (existence), kelengkapan (completeness), penilaian dan
alokasi (valuation and allocation), dan hak dan kewajihan (right and obligatian).
Dalam pelaporan keuangan, manajemen bertanggung jawab untuk melakukan hal – hal
berikut :
1. Memberikan kepastian yang memadai bahwa laporan keuangan telah disusun dalam
kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan.
2. Memberikan kepastian yang memadai bahwa informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal bersifat material, kondisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan.
3. Merancang dan mempertahankan struktur dan prosedur pengendalian internal yang
memadai untuk pelaporan keuangan.
4. Memberikan kepastian yang memadai bahwa struktur dan prosedur pengendalian
internal telah berjalan efektif.
7
(equity). Jumlah aset harus sama dengan liabilitas dicembah ekuitas (model). Komponen
utama laporan laba rugi adalah pendapatan (revenue) dan beban (expense)
2.1.5 Pengungkapan
Salah satu elemen dalam laporan keuangan adalah catatan atas laporan keuangan
(notes to financial statements) Elemen ini berisi pengungkapan (disclosures) yang
diharuskan oleh standar akuntansi yang tidak tercantunı dalam laporan posisi keuangan,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Menurut International
Financial Reporting Standards (IFRS), laporan keuangan harus memuat pengungkapan
yang cukup agar pengguna laporan dapat mengetahui pengaruh transaksi dan kejadian
material terhadap kegiatan perusahaan. Selain itu, laporan keuangan juga harus
mengungkapkan sifat (nature) dan luasnya (extent) risiko yang dihadapi entitas karena
instrumen keuangan (financial instruments) yang dimiliki atau terutang dan bagaimana
entitas mengelola risiko tersebut.
Selain pengungkapan tentang risiko yang dihadapi, entitas biasanya juga diwajibkan
untuk mengungkapkan pengaruh dan tantangan signifikan dari kondisi ekonomi dan
ketidakpastian (uncertainties) lain yang dihadapi. Beberapa contoh tentang kondisi
ekonomi dan ketidakpastian yang perlu diungkap, disajikan sebagai berikut :
1. Ketersediaan pinjaman terutama jika fasilitas yang ada sekarang sudah mendekati
jatuh tempo.
2. Perkembangan dalam industri atau wilayah tempat entitas beroperasi.
3. Ketidakpastian tatang rencana penjualan aset atau bagian dari usaha.
4. Potensi penurunan nilai (impairment) dari aset tetap (fixed asset) dan aset tidak
berwujud (intangibles).
Dalam praktik, pengungkapan yang dilakukan di laporan keuangan sebatas pada
ketentuan yang diwajibkan dalam standar akuntansi.
2.1.6 Pengakuan
Bagian penting dari penyusunan laporan keuangan adalah kapan suatu aset, liabilites,
ekuites, pendapatan, dan beban diakui dan dicitat dalam pembukuan. Prinsip pengakuan
ini menjadi sangat penting karene laporan keuangan harus dibuat secara berkala yang
melibatkan saat dau periode tertentu. Oleh karena itu, kelengkapan (completeness),
keakuratan (accuniry), dan ketepatan waktu (timelines) yang merupakan bagian dari
asersi manajemen menjadi elemen penting dari pengakuan Pengakuan (recognition)
terhadap elemen laporan kouangan, menurut IASB Framework (2001) didaurkan atas
kriteria berikut :
1. Probabilitas bahwa setiap manfaat ekonomi pada masa mendatang yang terkait
dengan suata transaksi, kejadian, mau peristiwa (asetliabilitas, pendapatan, dan
beban) akan mengalle ke atau dari entitas.
2. Transaksi, kejadian, atau peristiwa yang bersangkutan mempunyai biaya (cost)
atau nilai (value) yang dapat diukur secara andal (reliably).
2.1.7 Pengukuran
Setiap elemen dari laporan keuangan harus diukur dalam nilai uang (monetary
amount) sast diakui di laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi, IASB memberikan
berbagai dasar yang berbeda untuk proses pengukuran (measurement) tersebut. Dasar ini
8
dapat diterapkan pada berbagai tingkatan dan kombinasi. Dasar yang dapat digunakan
menurut IASB Framework adalah blava historis (historical cost), biaya pengganti
(current cost), nilai realisasi (realizable value), dan nilai sekarang (present valve).
Umumnya, metode pengukuran yang digunakan oleh suatu entitas adalah biaya
historis. Namun, berbagai kombinasi juga dapat diterapkan, misalnya, untuk persediaan
(inventory) menggunakan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi neto
(net realizable value). Surat-surat berharga menggunakan nilai pasar (market value) dan
liabilitas manfaat karyawan (employee benefit liabilities) dinyatakan dalam nilai
sekarang. Untuk aset nonmoneter (nonmonetary asset), misalnya aset tetap, dapat
digunakan nilai pengganti (replacement value).
Biaya Historis. Saat perolehan, aset (asset) dicatat sebesar jumlah uang kas atau
setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar (fair value) dari penggantian (consideration)
yang diberikan untuk memperolehnya. Liabilitas dicatat dengan jumlah hasil (proceed)
yang diterima saat pertukaran atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan
perusahaan) dengan jumlah uang kas atau setara kas yang diharapkan harus dibayarkan
dalam keadaan normal.
Biaya Pengganti. Aset disajikan pada jumlah uang kas atau setara kas yang harus
dibayarkan jika aset yang sama atau yang setara diperoleh sekarang. Liabilitas disajikan
sebesar jumlah uang kas atau setara kas yang tidak didiskontokan yang diperlukan jika
liabilitas tersebut harus dibayar sekarang.
Nilai Realisasi. Aset disajikan (carried) sebesar jumlah uang kas atau setara kas yang
akan diperoleh saat ini melalui penjualan aset tersebut dengan cara menjualnya secara
normal (orderly disposal). Liabilitas disajikan sebesar nilai penyelesaian (settlement
value), yaitu jumlah uang kas atau setara kas, tidak didiskontokan, yang diharapkan
harus dibayarkan untuk memenuhi liabilitas tersebut dalam keadaan bisnis yang normal.
Nilai Sekarang. Aset disajikan sebesar nilai sekarang, yang didiskontokan, dari arus
kas neto yang diharapkan akan dihasilkan dari aset yang bersangkutan pada masa
mendatang dalam keadaan bisnis yang normal. Liabilitas disajikan pada nilai sekarang,
yang didiskontokan, dari arus kas neto yang diharapkan akan diperlukan pada masa
mendatang untuk menyelesaikan utang dalam keadaan bisnis yang normal.
Contoh – contoh yang diberikan berikut ini berkaitan dengan analisis harga pasar
(price analysis). Terdapat 5 (Lima) macam nisbah (rasio) yang dapat digunakan untuk
melihat harga pasar saham perusahaan, yaitu laba per lembar saham (biasa) (curning per
(common) shart). subah harga lahe (price earning meio-PER), tingkat laba (rate of
earning on market price), dividen ett saham (dividend yield on common stack), dan
nabali karga-nilai buku (price to book value). Rumus rumus yang digenakan untuk
menghitung angka-angka rasio ini sebagai berikut:
2.2.1 Pengertian
Secara hukum, istilah "manipulasi" dalam akuntansi dan pengauditan pertama kali
muncul dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Kata
manipulasi digunakan dalam kaitannya dengan pekerjaan audit. Oleh Mahkamah
Konstitusi, sehubungan dengan permohonan pengujian terhadap undang-undang tersebut,
istilah manipulasi diperkenankan untuk digunakan sepanjang, dimaknai sebagai
"Perbuatan yang didasari oleh niat jahat untuk mencari keuntungan bagi dirinya ataupun
pihak lain secara melawan hukum... Akuntan publik dilarang untuk "Melakukan
manipulasi atau membantu melakukan manipulasi dan/atau memalsukan data yang
berkaitan dengan jasa yang diberikan...". Salah satu jasa yang dapat diberikan oleh
akuntan publik adalah audit terhadap laporan keuangan historis. Oleh karena itu, istilah
manipulasi juga berlaku untuk laporan keuangan.
11
Manipulasi laporan keuangan merupakan terjemah dari fraudulent fancial reporting
Arens dkk. (2012: 356) mendefinisikan Fraudulent Financial Reporting sebagai:
“Intentional mis-statment or omission of amounts or disclosures with the intent to
deceive user”. Dikaitkan dengan istilah manipulasi laporan keuangan, definisi tersebut
meliputi 4 (empat) unsur berikut:
1. Adanya niat jahat (intention).
2. Adanya perbuatan yang mengakibatkan salah saji (mis-statement) atau penghilang
(omission).
3. Salah saji atau penghilangan dilakukan terhadap jumlah (amounts) atau
pengungkapan (disclosures).
4. Dengan maksud menipu (deceive) pengguna laporan keuangan.
Tujuan menipu pengguna laporan keuangan merupakan kalimat lain dari "Mencar
keuntungan bagi diri sendiri ataupun pihak lain". Kata menipu juga dapat diartikan
sebagai menyesatkan (mislead) pengguna laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan. Akibatnya pengguna laporan keuangan mengalami peristiwa, yang dalam
bidang ekonomi disebut sebagai adverse selection (salah pilih).
Kalimat "secara melawan hukum" tidak terdapat dalam definisi fraudulent financial
reporting Melawan hukum berarti melanggar peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam hal ini, penipuan adalah tindakan melawan hukum. Kerangka pelaporan
keuangan biasanya disebutkan dalam undang-undang (seperti Undang-Undang Perseroan
Terbatas) sehingga penyimpangan terhadap kerangka tersebut dapat dianggap sebagai
tindakan melawan hukum.
Umumnya, salah saji dan penghilangan berkaitan dengan penyimpangan standar
akuntansi yang digunakan dalam kerangka pelaporan keuangan. Namun, sebetulnya,
manipulasi laporan keuangan tidak harus hanya dikaitkan dengan tindakan melawan
hukum yang dikategorikan sebagai fraud. Manipulasi laporan keuangan dapat berkaitan
dengan bisnis beretika. Jangkauannya lebih luas dari fraud karena termasuk di dalamnya
adalah tindakan moral hazard.
2.2.8 Regulasi
Skandal akuntansi, yang marak terjadi pada awal 2000-an, mengakibatkan Senat
Amerika Serikat mengeluarkan undang-undang yang disebut dengan Sarbanes Oxley Act
(SOX) tahun 2002. Undang- undang ini dianggap sebagai tonggak sejarah dalam menata
kembali tata kelola perusahaan di Amerika Serikat, yang tentu saja, berpengaruh ke
seluruh dunia. Selain itu, undang-undang ini juga dianggap mereformasi profesi akuntan
publik. Brooks & Dunn (2012: 666-667) menyebutkan bahwa SOX terutama yang
bertujuan untuk mengatasi krisis kredibilitas terhadap tata kelola perusahaan dan
mengembalikan kepercayaan publik terhadap pasar modal.
Beberapa hal penting yang diatur oleh SOX, di antaranya sebagai berikut (Brooks &
Dunn, 2012: 666-667).
1. Klarifikasi tugas, tanggung jawab, dan akuntabilitas (roles, responsibility, and
accountability) dari dewan direksi (di Indonesia), dewan komite, dan auditor atau
akuntan publik.
2. Pengurangan benturan kepentingan yang akan memengaruhi direksi, eksekutif,
auditor, atau akuntan publik.
3. Memastikan bahwa komisaris memperoleh informasi cukup tentang rencana dan
kegiatan perusahaan, informasi tentang kecukupan kebijakan perusahaan dan
pengendalian internal, dan informasi yang dapat memastikan kepatuhan termasuk
peranan whistle blower.
4. Memastikan bahwa komisaris memiliki kompetensi yang cukup di bidang
keuangan dan keahlian lain yang diperlukan.
5. Memastikan bahwa laporan keuangan sudah akurat, lengkap, dapat dimengerti,
dan transparan.
6. Memastikan bahwa standar akuntansi telah memadai untuk memproteksi
investor.
7. Memastikan bahwa regulasi dan pengawasan terhadap akuntan publik yang
mengaudit perusahaan publik serta penunjukan dan parameter kinerja mereka
telah memadai (adequate) dan tepat (appropriate) untuk melayani kepentingan
publik. Pembahasan lebih lanjut tentang tata kelola perusahaan telah dilakukan
dalam bab-bab sebelumnya. Pembahasan tentang reformasi profesi akuntan
publik akan dilakukan dalam bagian tersendiri.
Penjelasan tentang profil yang layak dicatat dalam buku ini adalah kewajiban untuk
melaporkan mengenai hal-hal berikut :
1. Jumlah karyawan dan deskripsi pengembangan kompetensinya
2. Bidang dan kegistan usaha.
3. Struktur organisasi.
4. Visi dan misi perusahaan.
5. Nama, kepemilikanbidang usaha anak perusahaandan perusahaan asosiasi.
6. Uraian tentang nama pemegang saham yang persentase kepemilikannya lebih dari 5
persen.
7. Uraian tentang direktur dan komisaris yang memiliki saham emiten atau
perusahaan publik.
2.3.3 Prospektus
Informasi penting lainnya tentang emiten diperoleh melalui prospektus (prospectus).
Prospektus harus disampaikan oleh emiten pada waktu mengajukan pernyataan
pendaftaran dalam rangka Nesawaran umum efek. Syarat bagi emiten untuk melakukan
penawaran umum adalah bahwa elmen tersebut harus menyampaikan pernyataan
pendaftaran kepada Bapepam dan Bapepam dah menyatakan efektif atas pernyataan
pendaftaran dimaksud. Salah satu dokumen yang harus disertakan dalam pernyataan
pendaftaran adalah Prospektus.
Inti dari prinsip keterbukaan informasi dalam penawaran umum terletak pada
prospektus. Sedemikian pentingnya fungsi prospektus sehingga Pasal 71 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 menyatakan bahwa, "Tidak satu pihak pun dapat menjual efek
dalam penawaran umum, kecuali pembeli atau pemesan menyatakan dalam formulir
pemesanan efek bahwa pembeli atau pemesan telah menerima atau memperoleh
kesempatan untuk membaca prospektus berkenaan dengan efek yang bersangkutan
sebelum atau saat pemesanan dilakukan". Prospektus harus mencakup semua rincian dan
fakta material mengenai penawaran umum dari emiten yang dapat memengaruhi
keputusan pemodal yang diketahui atau layak diketahui oleh emiten dan penjamin
pelaksana emisi efek (jika ada).
Pedoman mengenai bentuk dan isi prospektus dalam rangka penawaran umum diatur
melalui Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep. 51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996
dan tertuang dalam Peraturan Nomor IX.C.2. Beberapa hal penting dalam prospektus
diuraikan berikut ini.
Tanggung Jawab OJK
Selain tanggal penting yang berkaitan dengan penawaran umum, bagian luar kulit muka
prospektus memuat hal-hal berikut.
1. Nama emiten (berikut alamat).
2. Nama bursa efek.
3. Nama penjamin pelaksana dan penjamin emisi efek
4. Jenis penawaran
5. Pernyataan tentang tanggung jawab OJK (Bapepam), emiten, dan penjamin
pelaksana emisi efek.
6. Faktor risiko.
Tanggung jawab OJK termuat dalam pernyataan bahwa OJK (Bapepam) tidak
22
berwenang untuk menyetujui atau tidak menyetujui suatu emiten dalam melakukan
penawaran umum. Dengan kata lain, OJK tidak berwenang untuk mengatakan apakah
suatu perusahaan telah atau belum layak untuk melakukan penawaran umum. Penilaian
semacam itu diserahkan kepada publik melalui mekanisme pasar. OJK dan institusi
penyelenggara pasar modal tidak diperkenankan untuk ikut campur dalam keputusan
investasi oleh investor. Namun, OJK berwenang untuk memberlakukan Prinsip
keterbukaan informasi bagi perusahaan yang ingin menawarkan efeknya kepada publik.
Penawaran Umum
Prospektus harus mengungkapkan informasi tentang penawaran umum. Hal penting yang
layak dicatat dari Bab 1 adalah informasi tentang efek yang ditawarkan, yaitu jumlah
saham, nilai nominal, harga penawaran, dan efek lain yang menyertai saham (misalnya,
opsi atau waran). Rencana penggunaan dana yang berasal dari penawaran umum,
misalnya pelunasan utang atau perluasan usaha diuraikan dalam Bab 2. Uraian tentang
ketentuan penting dari perjanjian penjaminan emisi. pengungkapan hubungan afiliasi
antara penjamin emisi efek dan emiten, dan pendekatan dalam penentuan harga efek di
pasar perdana dijelaskan dalam Bab 13. Persyaratan penyebarluasan prospektus dan
formulir pemesanan pembelian efek juga perlu dimuat dalam prospektus.
Informasi Keuangan
Informasi penting yang perlu diungkapkan adalah pernyataan utang (Bab 3) mengenai
hal-hal berikut.
1. Seluruh liabilitas pada tanggal laporan keuangan terakhir telah diungkapkan.
2. Liabilitas yang muncul setelah tanggal laporan posisi keuangan sampai dengan
tangal laporan akuntan dan setelah tanggal laporan akuntan sampai dengan
efektifnya pernyataan pendaftaran telah diungkapkan.
3. Manajemen sanggup untuk menyelesaikan seluruh liabilitasnya.
Informasi tentang ikhtisar data keuangan penting (Bab 9) diperoleh dari laporan
keuangan. Selain data keuangan, dalam ikhtisar ini juga diungkapkan rasio keuangan
yang relevan. Berikut ini bagian-bagian penting dari Bab 10.
24
1. Rincian ekuitas per tanggal laporan keuangan.
2. Perubahan struktur permodalan (termasuk perubahan setelah tanggal laporan
keuangan terakhir).
3. Rencana penawaran umum.
4. Tabel proforma ekuitas per tanggal laporan keuangan terakhir dengan anggapan
perubahan struktur permodalan setelah tanggal laporan posisi keuangan dan
rencana penawaran umum telah dimasukkan.
Informasi tentang fakta material setelah tanggal laporan akuntan diuraikan dalam Bab 6.
Informasi tentang kebijakan dividen yang direncanakan termasuk rentang jumlah dividen
tunai terhadap laba bersih atau dasar lainnya dijelaskan dalam Bab 11. Pajak yang
berlaku, baik bagi pemodal maupun perusahaan, dan fasilitas khusus yang diperoleh
diuraikan dalam Bab 12.
Laporan Keuangan
Bab 16 mencantumkan laporan keuangan dan pendapat akuntan publik yang mengaudit
laporan tersebut. Laporan keuangan yang disajikan meliputi jangka waktu 3 (tiga) tahun
terakhir atau sejak berdirinya perusahaan. Jika efektifnya pernyataan pendaftaran telah
melebihi 180 hari dari laporan keuangan tahunan terakhir, perlu dilengkapi dengan
laporan keuangan interim yang telah diaudit sehingga jangka waktu antara tanggal efektif
dan tanggal laporan keuangan tidak melebihi 180 hari.
Profesi Diregulasi
Akuntan adalah suatu profesi yang sangat diregulasi. Hal ini tidak terlepas dari peran
penting mereka. di pasar keuangan, terutama pasar modal. Mekanisme di pasar ini sangat
mengandalkan informasi keuangan yang dihasilkan oleh profesi tersebut. Informasi
keuangan memengaruhi pembentukan harga atau nilai di pasar. Namun, tidak dapat
dipungkiri adanya faktor lain yang juga ikut menentukan harga atau nilai tersebut.
Harga merupakan penentu dari keseimbangan penawaran (supply) dan permintaan
29
(demand). Kepentingan utama pasar adalah efisiensi. Jadi, peran penting yang diharapkan
dari profesi akuntan adalah ikut menjaga efisiensi pasar ini. Efisiensi pasar merupakan
perhatian besar dari masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah turun tangan melalui
regulasi. Skandal akuntansi yang sering terjadi memicu adanya regulasi tersebut.
perusahaan yang dapat digunakan untuk kegiatan usaha. Investor, sebagai pembeli,
mengharapkan manfaat berupa peningkatan kesejahteraan. Peningkatan kesejahteraan
harus diartikan sebagai akibat dari peningkatan nilai fundamental perusahaan.
Peningkatan ini berasal dari kinerja perusahaan. Sekali lagi, perlu dicatat bahwa harapan
investor tentang peningkatan kesejahteraan, tidak hanya berasal dari kenaikan nilai
fundamental perusahaan.
Jika dilihat dari sudut pandang investor, konsekuensi dari keputusan investasi (dalam
saham) yang mereka lakukan adalah diperolehnya hak kepemilikan atas perusahaan.
Kewenangan yang dimiliki sebagai pemilik adalah mengangkat direksi dan dewan
komisaris untuk mengurusi dan mengawasi jalannya perusahaan. Keputusan ini
tergantung pada hasil pertanggungjawaban direksi dan dewan komisaris di mata
pemegang saham.
Sebagai produk utama akuntansi, laporan keuangan merupakan bentuk
pertanggungjawaban direksi dan dewan komisaris. Laporan ini dapat digunakan untuk
menilai kinerja direksi melalui analisis terhadap kuat tidaknya posisi keuangan dan
bagus-tidaknya hasil usaha perusahaan. Dari evaluasi tersebut, dapat diambil keputusan
untuk mempertahankan atau melepas direksi atau dewan komisaris. Selain sebagai
pertanggungjawaban, laporan keuangan juga dapat digunakan oleh investor atau kreditur
untuk memutuskan perlu tidaknya menahan, menjual, dan membeli surat-surat berharga
(saham) yang dimilikinya.
Utilitarianisme
Pencapaian kebahagiaan (termasuk kebahagiaan diri sendiri) merupakan tujuan yang
ingin dicapai oleh paham utilitarianisme dalam melakukan suatu tindakan. Kemudian,
kebahagiaan tersebut direduksi menjadi manfaat bagi banyak orang. Perbuatan yang
dianggap baik adalah perbuatan yang mendatangkan manfaat bagi banyak orang yang
terlibat, termasuk manfaat bagi diri sendiri. Selalu terdapat perbedaan pendapat tentang
apa yang disebut baik dan buruk. Namun, dalam paham utilitarianisme, kebaikan bagi
banyak orang harus lebih diutamakan daripada kebaikan bagi diri sendiri.
Dalam konteks akuntansi, penyajian laporan keuangan yang bebas dari salah saji
material dan mengikuti standar akuntansi akan memberikan manfaat bagi banyak orang
yang dalam hal ini disebut stakeholder. Penyediaan informasi sehingga membuat pasar
modal menjadi pasar yang efisien karena berkurangnya asimetri informasi merupakan
manfaat bagi semua orang yang bergerak di pasar tersebut. Iktikad baik merupakan dasar
utama pelaksanaan utilitarianisme.
Dari sudut akuntan manajemen, pemilihan kebijakan akuntansi dan pemilihan metode,
asumsi, data, dan proyeksi dalam perhitungan estimasi akuntansi merupakan bagian
penting dari keputusan untuk berbuat demi kepentingan sendiri (direktur) atau
kepentingan publik. Pengembangan sistem pengendalian internal yang memadai dan
efektif merupakan upaya untuk berperilaku etis dalam bidang penyediaan informasi.
Dari sudut akuntan publik, konflik antara berbuat untuk kepentingan sendiri dan
kepentingan publik juga terjadi. Manfaat bagi publik yang ingin dicapai dalam penugasan
audit adalah peningkatan kredibilitas laporan keuangan historis untuk digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban. Keputusan tentang penerimaan
34
penugasan, pelaksanaan pekerjaan, dan pemberian opini merupakan bagian utama dari
penerapan kode etik. Evaluasi terhadap kebijakan akuntansi yang dipilih dan perhitungan
estimasi yang dilakukan perusahaan merupakan pekerjaan berat bagi akuntan publik
sehubungan dengan konflik kepentingan.
Deontologisme
Paham deontologisme menekankan perbuatan yang memang harus dilakukan karena
kelaziman universal. Perbuatan itu tidak perlu dipertanyakan kebenarannya karena
kelaziman universal telah membuktikannya. Deontologisme menganggap bahwa
perbuatan tersebut merupakan suatu tugas atau kewajiban (duty). Namun, Emmanuel
Kant, penggagas paham ini, juga menyebutkan bahwa tugas atau kewajiban harus
didasari adanya motif moral (moral motive).
Memperlakukan seseorang dengan adil, seperti kita menginginkan perlakuan yang
sama dari orang tersebut merupakan perbuatan yang dianggap baik bagi paham
deontologisme. Bertindak adil atau tidak memihak merupakan kelaziman universal yang
mengandung motif moral di dalamnya. Bertindak adil berarti melaksanakan hak, tetapi
pada saat yang sama juga menyadari tentang adanya konsekuensi kewajiban bagi orang
lain yang berarti pengorbanan bagi orang lain tersebut. Paham deontologisme juga tidak
membenarkan bahwa orang lain hanya dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Kaidah emas (golden rule) menurut paham ini adalah "Perlakukan orang lain seperti
Anda menginginkan orang lain memperlakukan Anda". Berbuatlah sesuatu sesuai dengan
kelaziman, yaitu perbuatan yang akan dilakukan oleh sebagian besar orang jika berada
dalam kondisi yang sama.
Penjabaran lebih lanjut dari paham deontologisme adalah adanya kewajaran,
kepantasan/ kepatutan, dan proporsionalitas dalam bertindak. Pelaksanaan tugas dan
kewajiban perlu didasarkan atas kewajaran, kepatutan/kepantasan, dan proporsional.
Sekali lagi, apa yang dimaksud dengan wajar, patut/pantas, atau proporsional merupakan
perdebatan yang tak kunjung usai. Adanya konflik kepentingan dapat ikut menentukan
pertimbangan baik dan buruk.
Objektivitas, barangkali, merupakan penjabaran paham deontologisme dalam etika
profesi akuntan. Demikian juga dengan kerahasiaan. Dalam prinsip objektivitas,
terkandung unsur tidak memihak (bias), tidak mempunyai benturan kepentingan, dan
tidak adanya pengaruh orang lain dalam suatu pertimbangan yang dilakukan oleh
akuntan. Objektivitas merupakan suatu hal kewajiban. Analisis yang yang wajar,
patut/pantas, dan proporsional dalam profesi akuntansi yang diakui secara universal.
Objektivitas juga mempunyai motif moral dalam pelaksanaan tugas sama dapat
diberlakukan untuk kerahasiaan dan kecermatan (due care). Kompetensi (competence)
Juga dapat dikategorikan sebagai pemenuhan kewajaran, kepantasan/kepatutan, dan
proporsionalitas. Kompetensi memungkinkan seseorang memiliki kapasitas terbaiknya
untuk melakukan sesuatu.
Virtuisme
Jika utilitarianisme dan deontologisme banyak berbicara tentang apa yang harus
dilakukan, virtuisme lebih menekankan pada karakter (sifat) atau watak apa yang harus
dimiliki seseorang (Duska dkk., 2011: 66). Aristoteles, seperti dikutip Duska dkk.,
menyatakan bahwa kehidupan yang baik (good life) adalah kehidupan ketika seseorang
melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas terbaiknya (excellent capacity). Sesuatu yang
sedapat mungkin memenuhi potensinya untuk mencapai tujuan atas maksud yang
35
ditetapkan.
Untuk profesi akuntan, integritas (integrity) mungkin dapat digolongkan sebagai etika
yang memenuhi paham virtuisme ini. Dalam integritas, terkandung unsur-unsur
kelugasan (straight- forward) dan kejujuran (honesty). Keduanya mengacu pada karakter
tentang keutamaan (virtuisme). Independensi yang merupakan ciri utama dari pekerjaan
akuntan publik merupakan jabaran dari virtuisme dan deontologisme.
Standar Akuntansi
Jika dikaitkan dengan kewajibannya terhadap publik, direksi harus membuat dua
macam pernyataan. Dua macam pernyataan tersebut berisi pernyataan bahwa mereka
bertanggung jawab terhadap dua hal berikut.
1. Laporan keuangan telah menyajikan secara wajar semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha perusahaan, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus
kas telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
2. Sistem pengendalian internal yang diterapkan dalam perusahaan telah memadai
dan efektif.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua standar
performa yang diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan, yaitu standar
akuntansi dan standar (jika boleh dikatakan sebagai standar) perancangan dan
implementasi sistem pengendalian internal.
Standar akuntansi digunakan dalam pencatatan, penggolongan, pengakuan,
pengukuran, penilaian, penyajian, dan pengungkapan transaksi atau kejadian
ekonomis yang bersifat keuangan yang dilakukan perusahaan (entitas). Standar
akuntansi merupakan kriteria yang dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan
keuangan. Di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia mengadopsi kerangka pelaporan
keuangan beserta standar-standar akuntansi atau pelaporan keuangan yang
dikeluarkan oleh International Federation of Accountant (IFAC).
Standar Audit
Standar ini berlaku bagi akutan publik yang melakukan pekerjaan audit atas laporan
keuangan historis. Laporan ini merupakan salah satu dari laporan, yang secara
berkala, harus disampaikan kepada OJK dan diumumkan kepada publik. Standar
audit yang berlaku di Indonesia adalah International Standards on Auditing (ISA)
yang dikeluarkan oleh International Auditing and Assurance Standards Board
(IAASB). ISA diadopsi sebagai Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) di
Indonesia.
Standar audit dimaksudkan agar akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaannya
telah memenuhi mutu (kualitas) yang diharapkan oleh pasar. Hayes dkk. (2005: 51)
menyebutkan bahwa evaluasi pekerjaan akuntan publik didasarkan atas dua hal, yaitu
kualitas teknis (technical quality) dan kualitas fungsional (functional quality). Hasil
evaluasi terhadap dua jenis kualitas itu akan menentukan kepercayaan pemberi tugas
fidusia kepada akuntan publik sebagai penerima tugas yang bersangkutan.
Dalam penugasan audit atas laporan keuangan historis, kualitas teknis berkaitan
dengan kemampuan akuntan publik untuk mendeteksi dan melaporkan salah saji
material dan ketidakpatuhan terhadap standar akuntansi dalam laporan keuangan
yang disebabkan oleh kesalahan (error) atau kecurangan (irregularities). Kualitas
teknis diukur dari hasil (outcome), yaitu laporan audit sehingga dapat disebut juga
sebagai kualitas hasil. Kualitas fungsional didefinisikan sebagai kemampuan proses
audit yang dilakukan oleh akuntan publik untuk memenuhi harapan pasar.
Penelitian Dassen (1995) terhadap pasar audit di Belanda menyimpulkan bahwa
klien (perusahaan) tidak hanya menghargai kemampuan akuntan publik dalam
mendeteksi salah saji (Hayes dkk., 2005: 51). Mereka juga mengharapkan agar
akuntan publik mampu mengidentifikasikan hal-hal penting yang menjadi minat
manajemen dalam bidang keuangan korporat, pengendalian internal, dan manajemen
umum. Inilah yang disebut dengan kualitas fungsional atau kualitas proses.
Sesungguhnya, kualitas proses audit lebih mengacu pada pertanggungjawaban
(accountability) atas tugas audit yang diberikan kepadanya. Keandalan proses dapat
dijadikan sebagai ukuran. pada waktu terjadi perselisihan, tentang memadai tidaknya
kebijakan, prosedur, dokumentasi, dan pengendalian mutu atas pekerjaan yang
dilakukan. Kualitas proses juga dapat diukur dari kepatuhannya terhadap kode etik.
Akuntan publik harus menjaga kualitas proses, yang akan berdampak terhadap
kualitas hasil, agar kepercayaan pemberi fidusia dapat dipertahankan.
38
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Laporan Keuangan, seperti telah dikemukakan, merupakan inti dari ketentuan tentang keterbukaan
informasi di pasar modal. Setiap perusahaan publik harus menyerahkan Isporan keuangan setiap
tiga bulan sekali ditambah dengan laporan kedangan tengah tahunan dan tahunan. Informasi
tentang laba yang terdapat dalam laporan keuangan digunakan sebagai indikator dari nilai
fundamental perusahaan, misalnya earning per share . Demikian jugs earning to price ratio yang
kemudian dipublikasikan ke dalam bentuk price to earning ratio dan imbal hasil dividen . Price to
book value juga menunjukkan mahal-tidaknya harga suatu saham jika dibandingkan dengan nilai
buku ekuitas yang bersangkutan. Indikator-indikator terzebut merupakan beberapa informati
penting yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi tindakan dengan
tujuan menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan
pasar, atau harga efek di Bursa Efek. Manipulasi laporan keuangan dapat dikategorikan sebagai
tindakan yang memenuhi kedua kriteria tersebut. Manipulasi laporan keuangan dalam arti fraud
membawa konsekuensi yang berat bagi direksi dan dewan komisaris. Pasal 69 ayat dari Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa jika laporan
keuangan yang disediakan ternyata tidak benar atau menyesatkan maka anggota direksi dan dewan
komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadappihak yang dirugikan. Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mewajibkan kepada direka untuk
menyampaikan laporan tahunan, termasuk laporan keuangan, setelah ditelaalf oleh dewan
komisaris, dalam jangka waktu selambat lambatnya 6 bulan setelah tahun buku perseroan
berakhir .Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 86 juga nengharuskau
emiten untuk menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Otoritas Jasa Keuangan dan
mengumumkannya kepada publik. Laporan tahunan harus disampaikan kepada OJK setahun sekali.
Selain itu, emiten juga harus menyampaikan kepada OJK dan mengumumkan kepada puhlik
peristiwa material selainbat-lambatnya pada akhir hari kerja kedua setelah terjadinya peristiwa.
39
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, S. S. (2018). Etika dalam Bisnis & Profesi Akuntan dan Tata Kelola Perusahaan.
Jakarta: Salemba Empat.
40