Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 1 Perpajakan Lanjutan

(Aspek Perpajakan Koperasi dalam UU Perpajakan)

Annisa Harizolla 2010536018


Fanny Febrianti 2110536026
Muhammad Atif 2010536034
Renza Primadana 2010536033
Suci Shakila Rahmi Mayer 2110536027

Pasal 1 Ayat 3 UU No. 28 Tahun 2007


Koperasi adalah Badan yang terdiri dari sekumpulan
orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha.

Pasal 2 Ayat 1 huruf (b) UU No. 11 Tahun 2020


Koperasi merupakan Subjek Pajak

Pasal 4 Ayat 1 huruf (d) point (4) UU No. 11


Tahun 2020
Yang menjadi Objek Pajak adalah Penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau menambah kekayaan, dengan nama
dan dalam bentuk apapun, termasuk : keuntungan karena
penjualan atau karena pengalihan harta diantaranya
keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan
kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
Pasal 2 Ayat 2 huruf (a) UU No. 11 badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
Tahun 2020 pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK sepanjang
bersifat final : tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
a. penghasilan berupa bunga deposito dan kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak
tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat yang bersangkutan.
utang negara, dan bunga simpanan yang
Pasal 4 Ayat 3 huruf (a) point (2) serta huruf
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi; (i) UU No. 11 Tahun 2020
Tapi ada Pengecualian Objek Pajak :
Pasal 9 Ayat 1 huruf (a) UU No. 36 a. 2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah
Tahun 2008 dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
1. Untuk menentukan besarnya Penghasilan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan
dan bentuk usaha tetap tidak boleh usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan
dikurangkan : atau berdasarkan PMK.
a. pembagian laba dengan nama dan dalam i. bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima atau
bentuk apapun seperti dividen, termasuk diperoleh anggota dari koperasi, perseroan komanditer
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
asuransi kepada pemegang polis, dan persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pembagian sisa hasil usaha koperasi pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

Pasal 23 Ayat 4 huruf (f) UU No. 36 Tahun 2008


4. Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Atas penghasilan dipotong pajak oleh pihak
yang wajib membayarkan tidak dilakukan atas :
f. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
Contoh : KOPERASI KARYAWAN PT BANK SYARIAH MANDIRI

Merupakan badan usaha yang bergerak di bidang jasa dan perdagangan umum, tidak semata usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah. Kopkar BSM memiliki anak usaha yang bergerak di bidang usaha layanan jasa penyediaan
tenaga alih daya.

Selain itu Kopkar BSM juga mengambangkan usaha lainnya yang bermanfaat bagi anggota dan masyarakat seperti
general trading, coffee shop, ticketing (tour & travel), jasa penyewaan (mobil, peralatan kantor dan gedung kantor),
jasa konstruksi serta developer.

Mengacu pada point diatas, Koperasi Karyawan BSM adalah subjek pajak yang memiliki kewajiban yang meliputi :

a. Kewajiban mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai identitas
b. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan secara tertib dan sesuai dengan standar akuntansi
perkoperasian
c. Menghitung dan membayar pajaknya dengan benar
d. Mengisi dan memasukkan surat pemberitahuan (masa dan tahunan) tepat pada waktunya
e. Memungut dan menyetor pajak

Sebagai subyek pajak yang membayar pajak, maka Koperasi Karyawan BSM juga merupakan Wajib Pajak. Jenis Wajib
Pajak Koperasi dilihat dari jumlah omset yang dihasilkannya, diantaranya :

a. Wajib Pajak Badan koperasi dengan omzet di bawah Rp 4,8 miliar per tahun. (peredaran bruto tertentu)
b. Wajib Pajak Badan koperasi dengan omzet lebih besar dari Rp 4,8 miliar dan kurang dari Rp 50 miliar per tahun.
c. Wajib Pajak Badan koperasi dengan omzet lebih dari Rp 50 miliar per tahun
Berikut Laporan Posisi Keuangan beserta perhitungan perpajakan badan dan jenis pajak dari Koperasi Karyawan BSM :
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) : pajak yang dikenakan pada saat
penjualan/penyerahan jasa/barang kena pajak dalam daerah Pabean
yang dilakukan koperasi, impor barang terkena pajak, pemanfaatan
barang kena pajak tak berwujud atau ekspor barang terkena pajak
oleh koperasi kena pajak, dengan tarif 10%.
Dalam hal PPN, koperasi perlu dikukuhkan sebagai PKP terlebih dulu,
baru setelah itu membuat Faktur Pajak yang menjadi bukti pungutan
pajak (Pajak Keluaran) yang dilakukan koperasi.
a. PPN Masukan merupakan pajak yang telah dipungut oleh PKP
pada saat pembelian barang/jasa kena pajak dalam masa pajak
tertentu. Pajak masukan dijadikan kredit pajak oleh PKP untuk
memperhitungkan sisa pajak yang terutang
b. PPN keluaran merupakan pajak terutang yang wajib dipungut oleh
PKP saat makukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan
Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor
Barang Kena Pajak tidak berwujud / ekspor Jasa Kena Pajak

2. Pajak Penghasilan :
a. PPh Pasal 21 : pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau
diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan jasa dan kegiatan
b. PPh Pasal 23 : pajak yang dikenakan berdasar penghasilan
seperti bunga, royalti, sewa, dividen, atau pembayaran jasa.
Biasanya pajak ini dikenakan kepada koperasi simpan pinjam
karena mendapat bunga dari pinjaman
c. PPh Pasal 25 : pajak badan usaha koperasi untuk tahun berjalan
yang dipotong dari hasil SHU selama 1 (satu) tahun buku. Dalam
hal ini, koperasi wajib memotong pajak badan untuk tahun
berjalan dari hasil SHU yang diperoleh setiap tahun. Jadi pajak
yang dibayar per bulannya sebagai kredit pajak koperasi. Koperasi
yang terkena PPh Masa Pasal 25 adalah koperasi yang beromzet
lebih dari Rp4,8 miliar
d. PPh Pasal 29 : Pajak yang termasuk ke dalam SPT Tahunan PPh
koperasi yang wajib dilaporkan empat bulan kemudian dari tahun
PPh Pasal 29
pajak berakhir. Berikut disamping perhitungan PPh Pasal 29 yang Tahun 2020
disesuaikan dengan total penghasilan Koperasi Karyawan BSM
e. PPh Pasal 4 ayat 2 : pajak penghasilan yang bersifat final dan dikenakan atas beberapa jenis transaksi antara lain penyewaan
tanah dan atau bangunan transaksi penjualan saham di bursa efek, pemberian bunga deposito, tabungan, dan beberapa jenis
transaksi lainnya
f. PB 1 (Pajak Restoran) : dipungut oleh Pemerintah Daerah (Pemda). PB1 dikenakan kepada restoran akan diterapkan setelah
biaya pelayanan yang juga dibebankan kepada konsumen. Dalam Pasal 40 ayat (1) UU PDRD ditegaskan bahwa batas
maksimum tarif Pajak Restoran sebesar 10%. Jadi pemajakannya dari transaksi jual-beli, namun berbeda dari PPN dari segi
pemungut pajaknya, PPN itu dipungut oleh Pemerintah Pusat (Pempus) dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
Selain itu, juga ada pajak :
g. PPh Pasal 26 : pajak yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima/diperoleh wajib
pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia
Objek Pajak dari Koperasi :

a. Bunga Simpanan Koperasi ialah bunga yang diberi kepada anggota sesuai simpanan wajib atau simpanan sukarela
yang anggota berikan sebelumnya. Besarannya sesuai dengan kesepakatan pada saat pendaftaraan setiap anggota
koperasi. Perhitungan pajaknya :

Atas bunga simpanan koperasi yang diterima atau diperoleh anggota dipotong PPh Pasal pasal 4 ayat 2 dan
bersifat final oleh koperasi, “penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi“.

Batasan penghasilan dan tarif diatur dalam PMK-112/PMK.03/2010 dalam pasal 2 huruf b dan Pasal 2 PP 15
Tahun 2019 yang menyatakan “Besarnya Pajak Penghasilan Atas penghasilan berupa bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa
bunga simpanan lebih dari Rp 240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan.”

b. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi : saat menghitung pajak penghasilan, koperasi akan bertemu dengan Sisa Hasil
Usaha atau Selisih Hasil Usaha. Jadi, berupa surplus atau defisit dari hasil usaha selama satu tahun buku pendapatan
koperasi, setelah terjadi pengurangan beban usaha. SHU menjadi laba yang diberi kepada anggota atas simpanan
pokok mereka. Pembagian laba ke anggota ini termasuk ke dalam objek PPh. Perhitungan pajaknya :

Ini merupakan sejenis dividen dalam pasal 4 ayat 1 huruf g UU PPh, karena ada kegiatan pembagian sisa
hasil usaha koperasi. Dalam pasal 1 PMK nomor 111/PMK.03/2010 disebutkan atas penghasilan berupa
dividen yang diterima atau diperoleh WP OP dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10% dari
jumlah bruto dan bersifat final.

Sedangkan alur penyetoran dan pelaporannya :

Atas PPh Pasal 4 ayat (2) “PPh Final atas SHU” yang sudah dipotong oleh Koperasi tersebut harus sudah
disetor ke kas negara paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir, dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas nama dan NPWP Koperasi dengan Kode MAP : 411128 dan
Kode Jenis Setoran : 419. Dan melaporkan ke kantor pajak dimana Koperasi yang bersangkutan tersebut
terdaftar paling lama tanggal 20 Mei tahun beruktnya. Adapun formulir pelaporan SPT Masa PPh Final Pasal
4 ayat (2) dapat dilihat pada lampiran yang ada dalam PER-53/PJ/2009.

c. Pajak Penghasilan atas Koperasi : bahwa SHU ini adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi dengan biaya-biaya operasional dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan. Maka, pembagian SHU itu dilakukan setelah dilakukan penghitungan Pajak Penghasilan atas
Koperasi itu sendiri sebagai subjek pajak badan. Dimana, penghitungan dimulai dengan menghitung hitung dulu
berapa penghasilan neto yang merupakan PKP. Penghitungan pajaknya :

Atas penghitungan Penghasilan Neto tersebut selanjutnya dikalikan tarif pajak yang diterapkan atas PKP bagi
WP Badan dalam negeri adalah 25% yang sekarang menjadi 22% dengan memperhatikan pasal 31E UU PPh
(Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000 mendapat
fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50%, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1 huruf b dan
ayat 2a yang dikenakan atas PKP dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000 dan PP 46
tahun 2012.

Sedangkan penyetoran dan pelaporannya, WP harus menyetorkan dan melaporkan pajak :

1) 0,5% final disetorkan setiap tanggal 15 bulan berikutnya apabila terdapat transaksi disetiap masa, dengan
Kode Akun Pajak 411128 dan Kode Jenis Setoran 420.
2) Jangka waktunya paling lama tanggal 30 April tahun berikuitnya kalau cutoff-nya 31 Desember . Dengan
kode Kode MAP : 411126 dan Kode Jenis Setoran : 200 (Pasal 29). Untuk masa April diwajibkan
menyetor PPh Pasal 25 paling lama tanggal 15 Mei tahun berikutnya.

Jadi, secara garis besar, koperasi merupakan sebuah badan usaha yang termasuk sebagai wajib pajak. Jenis perpajakan
yang perlu koperasi penuhi adalah pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN).

Anda mungkin juga menyukai