Anda di halaman 1dari 27

STANDAR AUDITING & AUDIT

BERBASIS RISIKO DAN


PERKEMBANGANNYA
Seminar Akuntansi Keuangan
HELLO! We are,,
KELOMPOK 12
1. Muhammad Fachrizal MZ (2110536025)
2. Annika Fanengsia (2110536040)
3. Rezki Hidayat (2110536058)
TABLE OF CONTENTS.

01 Standar Audit dan 02 Standar Profesional 03 Audit Berbasis


Perkembangannya Akuntan Publik (SPAP) Risiko
Standart Auditing dan
Perkembanganya
Standar Auditing adalah standar yang menjadi pedoman bagi
auditor yang berprofesi di suatu negara untuk melaksanakan
audit.
Standar auditing membantu auditor merencanakan,
melaksanakan, mendokumentasikan, dan melakukan supervise
audit, sehingga auditor dapat melaukan audit yang berkualitas.
Organisasi profesi akuntan publik (di Indonesia adalah IAPI)
dapat membuat sendiri standar auditing sebagai panduan
professional, namun dapat juga mengadopsi standar profesional
dari negara lain atau standar internasional.
Standar auditing yang banyak di adopsi dan diadaptasi adalah;
1. Standar Auditing PCAOB (Public Company Accounting
Oversight Board), yaitu standar auditing yang diterapkan
auditor bagi entitas public yang listing di bursa Amerika.
2. Standar Auditing International (International Standards on
Auditing), merupakan standar audit yang diterapkan oleh
IAASB (International Auditing and Assurance Standard Board)
3. Standar Auditing yang diterbitkan oleh AICPA (Amarican
Institute of Certified Public Accountant) standar auditing untuk
auditor entitas non public di US.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Standar profesional akuntan publik adalah standar auditing yang diterbitkan oleh
IAPI yang mengadopsi standar Auditing International (ISA).

Standar Audit

Prinsip Umum Penilaian risiko Penggunaan Hasil Kesimpulan Audit Area


dan tanggung dan respon Bukti Audit Pekerjaan Pihak dan pelaporan Khusus
jawab terhadap risiko Lain SA 700 SA 800
SA 200 yang dinilai
SA 500 SA 600
SA 705 SA 805
SA 210 SA 300 SA 501 SA 610 SA 706 SA 810
SA 220 SA 315 SA 505
SA 620 SA 710
SA 510
SA 230 SA 320
SA 520 SA 720
SA 240 SA 330
SA 530
SA 250 SA 402
SA 540
SA 260 SA 450 SA 550
SA 265 SA 560

SA 570

SA 580
Standar Auditing PCAOB
A. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
 dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
B) Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
C) Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
2. Laporan auditor harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi
tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk ang jelas mengenai sifat
pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
Tujuan Keseluruhan Auditor (SA 200) dalam SPAP
Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan dari auditor
independent adalah:
a) Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secera keseluruhan bebas
dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan karena kecurangan (fraud) atau
kesalahan
b) Membuat laporan keuangan berdasarkan hasil audit dan mengomunikasikan temuan yang
diperoleh selama audit.

Untuk mencapai tujuan keseluruhan auditor maka:


1. Auditor harus mematuhi seluruh ketentuan etika yang relevan, termasuk ketentuan tentang
independensi, yang berkaitan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.
2. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan skeptisme profesional
3. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesional (professional judgment) dalam
merencanakan dan melaksanakan audit
4. Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menurunkan risiko audit ke
tingkat yang dapat diterima.
5. Auditor harus mematuhi seluruh standar audit yang relevan dengan audit.
Skeptisme Profesional

Skeptisme professional adalah suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang
selalu mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dapat
mengindikasikan kemungkinan kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan, dan suatu penilaian atas suatu bukti.
Pertimbangan Profesional

Penerapan pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman yang relevan dalam


konteks standar audit, akuntansi dan etika, dalam membuat keputusan yang
diinformasikan tentang Tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi dalam
perikatan audit.
Perkembangan Standar Audit
Tahun 1972 Ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan,
yang disahkan di dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan Indonesia. Pada tanggal 19 April
1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh Tim
Pengesahan, serta disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma
pemeriksaan yang berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas
laporan keuangan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 1986. Tahun 1992, Ikatan
Akuntan Indonesia menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang
memasukkan suplemen No.1 sampai dengan No.12 dan interpretasi No.1 sampai dengan
Nomor.2. Indonesia merubah nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik. Selama tahun 1999 Dewan melakukan perubahan atas
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku
yang diberi judul “Standar ProfesionalAkuntan Publik per 1 Januari 2001”.
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri
dari lima standar, yaitu:
- Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Auditing (IPSA).
- Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT).
- Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi
dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).
- Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi
denganInterpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
- Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi
denganInterpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM)
Perkembangan Standar Auditing

Standar Auditing adalah standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan,
dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman
audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA
merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam
standar auditing.
Pernyataan Standar Auditing (PSA)
PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang tercantum di
dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang
harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan
terhadap PSA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI.
Termasuk di dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditng (IPSA), yang
merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan
yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA. Dengan demikian, IPSA memberikan jawaban
atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat
dalam PSA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA.
Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh anggota IAPI, sehingga
pelaksanaannya bersifat wajib.
Audit Berbasis Resiko
Audit Berbasis Resiko
Audit berbasis risiko(Risk Based Audit)adalah metodologi pemeriksaan yang
dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa risiko telah dikelola di dalam batasan
risiko yang telah ditetapkan manajemen pada tingkatan korporasi. Pendekatan audit ini
berfokus dalam mengevaluasi risiko-risiko baik strategis,finansial,operasional,regulasi
dan lainnya yang dihadapi oleh organisasi.

Peran Risk Based Audit dalam peningkatan Internal control dan proses manajemen
risiko sangat menyeluruh dan strategis. Oleh karena itu apabila risk based audit
dimplementasikan dengan konsisten,maka efektifitas Internal control dan proses
manajemen resiko perusahaan akan meningkat.
Pendekatan audit berbasis risiko bukan
Perbedaan pendekatan audit berbasis risiko
berarti menggantikan pendekatan audit
dengan pendekatan audit konvensional
konvensional yang dijalankan oleh lembaga
adalah pada metodologi yang digunakan
audit intern yang sudah berjalan selama ini.
dimana auditor mengurangi perhatian pada
Pendekatan ini hanya membawa suatu
pengujian transaksi individual dan lebih
metodologi audit yang dapat dijalankan oleh
berfokus pada pengujian atas sistem dan
auditor intern dalam pelaksanaan
proses bagaimana manajemen mengatasi
penugasan auditnya melalui pendekatan
hambatan pencapaian tujuan, serta berusaha
dan pemahaman atas risiko yang harus
untuk membantu manajemen
diantisipasi, dihadapi, atau dialihkan oleh
mengatasi(mengalihkan) hambatan yang
manajemen guna mencapai tujuan
dikarenakan faktor risiko dalam pengambilan
keputusan.
Langkah-Langkah Audit Berbasis Resiko

1. Tahap Penjelasan Risk Assessment


Penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material dalam
laporan keuangan, merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya untuk
menanggapi risiko salah saji.

2. Risk Response
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya untuk menanggapi risiko
salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan asersi
3. Reporting
Merumuskan pendapat berdasarkan bukti yang diperoleh ; membuat dan menerbitkan
laporan yang tepat sesuai kesimpulan audit. Jika semua prosedur sudah dilaksanakan
dan kesimpulan dicapai, maka: Temuan audit dilaporkan kepada manajemen dan opini
audit dirumuskan dan keputusan mengenai redaksi yang tepat untuk laporan auditor
dibuat
Tujuan Audit Berbasis Resiko
Tujuannya audit berbasis risiko adalah memberikan keyakinan kepada komite audit, dewan komisaris dan
direksi bahwa :

• Perusahaan telah memiliki proses manajemen risiko dan proses tersebut telah dirancang dengan baik

• Proses manajemen risiko telah diintegrasikan oleh manajemen ke dalam semua tingkatan organisasi
mulai tingkat korporasi, divisi sampai unit kerja terkecil dan telah berfungsi dengan baik

• Kerangka kerja internal dan tata kelola yang baik telah tersedia secara cukup dan berfungsi dengan baik
guna mengendalikan risiko
Manfaat Audit Berbasis Resiko
● Flesibilitas waktu

● Upaya tim audit terfokus pada area kunci

● Prosedur audit terfokus pada resiko

● Pemahaman atas pengendalian internal

● Komunikasi tepat waktu


Ruang Lingkup Audit Berbasis Resiko
● Penilaian atas identifikasi risiko yang dilakukan oleh manajemen termasuk risiko bisnis yang dapat
menghalangi pencapaian tujuan perusahaan
● Mengetahui kadar dan dampak risiko yang menimpa perusahaan
● Mempercepat eskalasi risiko tinggi kepada manajemen puncak
● Kemampuan melakukan pemeriksaan manajemen risiko yang akan ditularkan kepada seluruh anggota
auditor maupun audit
Pelaksanaan Audit Berbasis Resiko
1. Skeptisisme professional

Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan suatu audit dengan skeptisme profesional dengan
menyadari bahwa mungkin ada situasi yang menyebabkan laporan keuangan disalah sajikan secara material

2. Kearifan professional

Auditor wajib melaksanakan kearifan professional dalam merencanakan dan melaksanakan suatu audit atas
laporan keuangan
Pelaksanaan Audit Berbasis Resiko
3. Asurans yang layak

Untuk memperoleh asurans yang layak auditor memperoleh bukti auditor yang cukup dan tepat untuk
menekan risiko audit ketingkat rendah yang dapat diterima dengan demikian memungkinkan auditor menarik
kesimpulan yang layak untuk digunakan sebagai dasar pemberian pendapat auditor

4. Gunakan tujuan sesuai ISAs yang relevan

Untuk mencapai tujuan seluruhnya auditor wajib menggunakan tujuan yang dinyatakan dalam ISAs yang
relevan dalam merencanakan dan melaksanakan audit tersebut dengan memperhatikan keterkaitan diantara
berbagai ISAs
Thank You

Anda mungkin juga menyukai