Anda di halaman 1dari 41

STANDAR AUDIT

“AUDITING 1”
Dosen : Prof. Dr. H. Arifuddin Mas'ud, S.E., M.Si.Ak. CA.,ACPA

OLEH :

KELOMPOK V

1. DIAN AGUNG S (B1C120016)

2. IRVAN SAPUTRA (B1C120029)

3. LA ODE MUHAMAD ALI SARMAN (B1C120032)

4. MUHAMMAD FAHILAH FAJRI (B1C120039)

5. MUHAMMAD FAJRIN RUSDIN (B1C120040)

6. MUHAMMAD IKHWAN AL FAUZAN (B1C120041)

7. MUHAMMAD SYAHRUL MUBARAK (B1C120042)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO


2022
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji ayukur kehadirat Allah SWT, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengukutnya hingga
akhir zaman. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Standar Audit“.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Auditing 1. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang standar
audit yang mencakup beberapa standar yang telah ditetapkan IAPI. Penyusun meminta maaf
jika dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan.

Oleh karena itu, Kami membutuhkan kritik dan saran agar pembuatan makalah
kedepannya bisa jauh lebih baik. Terimakasih

Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kendari, April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

2.1. SA 540 “Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Nilai Wajar” ........................ 3

2.2. SA 550 “Pihak Berelasi”....................................................................................... 10

2.3. SA 560 “Peristiwa Kemudian” ............................................................................. 19

2.4. SA 570 “Kelangsungan Usaha” ............................................................................ 27

2.5. SA 580 “Representasi Tertulis” ............................................................................ 31

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 38

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan
lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan
pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar
dan dirinci dalam bentuk Standar Perikatan Audit (SPA). Dengan demikian SPA merupakan
penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing.

SPA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang tercantum
di dalam standar auditing. SPA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus
diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap SPA
yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk di dalam
SPA adalah Interpretasi Standar Perikatan Audit (ISPA), yang merupakan interpretasi resmi
yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam
SPA. Dengan demikian, ISPA memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam
penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam SPA sehingga merupakan perlausan lebih
lanjut berbagai ketentuan dalam SPA.

Standar Umum Audit

a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama

1
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :

a) SA 540 “Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Nilai Wajar”?


b) SA 550 “Pihak Berelasi”?
c) SA 560 “Peristiwa Kemudian”?
d) SA 570 “Kelangsungan Usaha”?
e) SA 580 “Representasi Tertulis”?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. SA 540 Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Nilai Wajar

PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
1. Standar Audit (SA) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas estimasi
akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, dan pengungkapan yang
bersangkutan dalam suatu audit atas laporan keuangan.
Sifat Estimasi Akuntansi
2. Beberapa unsur laporan keuangan tidak dapat diukur secara tepat, namun
hanya dapat diestimasi, umtuk tujuan SA ini, unsur laporan keuangan. Secara
spesifik, SA ini memperluas tentang bagaimana SA 315 dan SA 330, serta SA
– SA lain yang relevan diterapkan dalam hubungannya dengan estimasi
akuntansi
3. Tujuan pengukuran estimasi akuntansi dapat bervariasi tergantung pada
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan unsur keuangan yang
diaporkan. Tujuan pengukuran untuk beberapa estimasi akuntansi adalah
untuk memprakirakan hasil dari satu atau lebih transaksi, peristiwa, atau
kondisi yang menimbulkan kebutuhan untuk estimasi akuntansi.
4. Perbedaan antara hasil suatu estimasi akuntannsi dan jumlah yang semula
diakui atau diungkapkan dalam laporan keuangan tidak selalu merupakan
kesalahan penyajian dalam laporan keuangan tidak selalu merupakan
kesalahan penyajian dalam laporan keuangan. Hal ini lazim dalam kasus
estimasi akuntansi nilai wajar, karena hasil yang diamati dipengaruhi oleh
peristiwa atau kondisi setelah tanggal yang pada saat itu pengukuran
diestimasi untuk tujuan keuangan.

3
Tanggal Efektif
5. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang
dimula pada atau setelah tanggal: 1 januari 2013 (untuk Emiten), atau 1
Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten)/ Penerapan dini dianjurkan untuk
entitas selain Emiten.
Tujuan
6. Tujuan pengukuran estimasi akuntansi dapat bervariasi tergantung pada
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan unsur keuangan yang
dilaporkan. Tujuan pengukuran untuk beberapa estimasi akuntansi adalah
untuk memprakirakan hasil dari satu atau lebih.transaksi, peristiwa, atau
kondisi yang menimbulkan kebutuhan untuk estimasi akuntansi. Untuk
estimasi akuntansi lain, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, tujuan
pengukurannya berbeda dan dinyatakan dalam satuan nilai transaksi kini atau
unsur laporan keuangan berdasarkan pada kondisi yang umum pada saat
pengukuran.
7. Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang
apakah :
a) Estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar, dalam
laporan keuangan, baik yang diaku. alau diungkapkan, adalah wajar, dan
b) Pengungkapan yang bersangkutan dalam laporan keuangan adalah
memadai dalam konteks kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Definisi
8. Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:
a) Estimasi akuntansi:Suatu penaksiran atas suatu jumlah moneter ketika
metode pengukuran yang akurat tidak tersedia. Istilah ini digunakan
untuk suatu jumlah yang diukur pada nilai wajar ketika terdapat
ketidakpastian estimasi dan untuk jumlah lain yang memerlukan estimasi.
Ketika SA ini hanya mengatur estimasi akuntansi yang melibatkan

4
pengukuran pada nilai wajar, istilah "estimasi akuntansi nilai wajar
digunakan.
b) Estimasi tunggal auditor atau estimasi kisar auditor Jumlah, atau kisar
jumlah,yang masing-masing diperoleh dari bukti audit yang digunakan
dalam mengevaluasi estimasi tunggal manajemen.
c) Ketidakpastian estimasi:kerentanan suatu estimasi akuntansi dan
pengungkapan yang bersangkutan terhadap suatu ketiadaan ketepatan
bawaan dalam penyusunan informasi.
d) Keberpihakan manajemen:Ketiadaan netralitas manajemen dalam
penyusunan informasi Anomali: Suatu kesalahan penyajian atau
penyimpangan yang secara jelas tidak mewakill kesalahan penyajian atau
penyimpangan dalam suatu populasi.
e) Estimasi tunggal manajemen:Jumlah yang dipilih oleh manajemen untuk
mengakui atau mengungkapkan dalam laporan keuangan sebagai suatu
estimasi akuntansi.
f) Hasil suatu estimasi akuntansi Jumlah moneter sesungguhnya yang
merupakan hasil dari penyelesaian transaksi yang meridasan, peristiwa,
atau kondisi yang ditulu oleh estimasi akuntansi.
Prosedur Penilaian Risiko dan Kegiatan yang berkaitan
9. Ketika Pada waktu melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan yang
bersangkutan untuk memperoleh suatu pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas, sebagaimana yang
diharuskan oleh SA 315, auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas
hal-hal di bawah ini untuk menyediakan suatu dasar untuk mengidentifikasi
dan menentukan estimasi akuntansi: (Ref: Para A12)
a. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku yang relevan
terhadap estimasi akuntansi termasuk pengungkapannya. (Ref: Para. 13-
15)

5
b. Bagaimana manajemen mengidentifikasi transaksi, peristiwa dan kondisi
tersebut yang mungkin menimbulkan perlunya estimasi akuntansi diakui
atau diungkapkan dalam laporan keuangan. Dalam pemerolehan
pemahaman ini, auditor harus meminta keterangan kepada manajemen
tentang perubahan dalam kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya
estimasi akuntansi baru, atau perlunya untuk merevisi estimasi akuntansi
yang ada. (Ref: Para. A16-A21)
c. Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi, dan suatu
pemahaman atas
b) data yang dipakai sebagai dasar, termasuk: (Ref: Para. A22-A23)
I. Metode, termasuk jika relevan, model, yang digunakan dalam
membuat estimasi akuntansi; (Ref: Para A24-A26)
II. Pengendalian yang relevan; (Ref Para. A27-A28)
III. Apakah manajemen telah menggunakan seorang pakar (Ref: Para
A29 A30)
IV. Asumsi yang mendasari estimasi akuntansi: (Ref: Para A31-A361 (v)
V. Apakah telah terjadi atau seharusnya telah terjadi suatu perubahan
dari periode sebelumnya dalam metode untuk membuat estimasi
akuntansi, dan jika demikian, apa penyebabnya; dan Ref: Para A37)
VI. Apakan dan jika demikian, bagaimana manajemen telan menentukan
dampak ketidakpastan estimasi (Ref Para A39)
10. Auditor harus menilai hasil estimasi akuntansi yang dicantumkan dalam
laporan keuangan periode lalu, atau, jika relevan, melakukan kembali estimasi
dengan tujuan untuk periode kini. Sifat dan luas reviu yang dilakukan auditor
harus mempertimbangkan sifat estimasi akuntansi, dan apakah informasi yang
diperoleh dari reviu tersebut relevan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material atas estimasi akuntansi yang dibuat dalam
laporan keuangan periode kini. Namun, reviu tersebut tidak dimaksudkan
untuk mempertanyakan pertimbangan yang dibuat dalam periode lalu yang
didasarkan pada informasi yang tersedia pada waktu itu. (Ref: Paro. A39-A44)

6
Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian material
11. Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material,
sebagaimana diharuskan oleh SA 315. Buditor harus mengevaluas! derajat
ketidakpastian estimasi yang bersangkutan dengan estimasi akuntansi. (Ref:
Para. A45-A46)
12. Auditor harus menentukan apakah, menurut pertimbangan auditor estimasi
akuntansi yang telah didentifikasi mempunyai ketidakpastian yang tinggi,
yang dapat menimbulkan risiko signifikan (Ref: Para. A47-A51)

Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Telah Dinilai

13. Auditor Berdasarkan perilaian risiko salah material, auditor harus


menentukan: (Ref: Pore. A52)
a. Apakah manajemen telah secara tepat menerapkan ketentuan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku, yang relevan terhadap estimasi
akuntansi; dan Ref: Para. A53-A5
b. Apakah metode untuk membuat estimasi akuntansi adalah tepat dan telah
diterapkan secara konsisten, dan apakah perubahan, jika ada, dalam
estimasi akuntans atau dalam metode untuk membuat estimasi tersebut
dari periode lalu sudah tepat dan sesuai dengan kondisi yang
bersangkutan. (Ref: Para. A57-A58)
14. Dalam merespons risiko kesalahan penyajian yang telah dinilal, sebagaimana
yang diharuskan oleh SA 330, auditor harus melakukan satu atau lebih
langkah-langkah di bawah ini, dengan memperhitungkan sifat estimasi
akuntansi: (Ref: Para. A59-A61)
a) Menentukan apakah peristiwa yang terjadi sampai dengan tanggal
laporan auditor menyediakan bukti audit tentang estimasi akuntansi (Ref:
Para, A62-A67)
b) Menguji bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi dan data
yang dipakai sebagal dasar pengujian. Dalam melakukan hal tersebut,
auditor harus mengevaluasi apakah: (Ref: Para A68-A70)

7
i. Metode pengukuran yang digunakan sudah tepat dengan kondisi; dan
(Ref Para A71-A76)
ii. Asumsi-asumsi yang digunakan oleh manajemen adalah wajar dalam
hubungannya dengan tujuan pengukuran kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku. (Ref: Parn A77-A83)

Prosedur Substantif Lebih Lanjut untuk Merespons Risiko Signifikan

15. Ketidakpastian Estimasi Untuk estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko


signifikan, sebagai tambahan terhadap prosedur substantif, auditor harus
mengevaluasi hal-hal sebagai berikut:
a) Bagaimana manajemen telah mempertimbangkan asumsi atau hasil
alternatif, dan alasan penolakan terhadap asumsi atau hasil alternatif
tersebut.
b) Apakah suatu asumsi signifikan yang digunakan oleh manajemen
adalah wajar.
c) Jika relevan terhadap kewajaran dan asumsi signifikan yang digunakan
oleh manajemen atau penerapan dengan tepat kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
16. Kriteria Pengakuan dan Pengukuran

Untuk estimasi akuntansi yang menimbulkan risiko signifikan, auditor harus


memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah:

a) keputusan manajemen untuk mengakui, atau tidak mengakui, estimasi


akuntansi dalam laporan keuangan; dan
b) dasar pengukuran yang dipilih untuk estimasi akuntansi, adalah sesuai
dengan ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
17. Penilaian Kewajamn Estimasi Akuntansi, dan Penentuan Salah Saji

Auditor harus mengevaluasi, berdasarkan buku audit, apakah estimasi


akuntansi dalam laporan keuangan adalah wajar dalam konteks kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku, atau disajikan salah.

8
18. Pengungkapan yang Berkaitan dengan Estimasi Akuntansi

Auditor harus memperoleh bukti nudit yang cukup dan tepat tentang apakah
pengungkapan dalara laporan keuangan yang berkaitan dengan estimasi
akuntansi telah sesuai dengan ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.

19. Indikator Kemungkinan Keberpihakan Manajemen

Auditor harus mereviu pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh


manajemen dalam membuat estimasi akuntansi untuk mengidentifikasi
apakah ada indikator tentang kemungkinan keberpihakan manajemen.
Indikator tentang kemungkinan keberpihakan manajemen tidak dengan
sendirinya merupakan kesalahan penyajian untuk tujuan penarikan
kesimpulan atas kewajaran estimasi akuntansi secara individual.

20. Representasi Tertulis

Auditor harus memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan, jika


relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola apakah mereka yakin
bahwa asumsi signifikan yang digunakan dalam membuat estimasi akuntansi
adalah wajar.

21. Dokumentasi

Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya:

a. Dasar kesimpulan-auditor tentang kewajaran estimasi pegungkapannya


yang menimbulkan risiko signifikan; dan
b. Indikator kemungkinan keberpihakan manajemen, jika ada. akuntansi
dan

9
2.2. SA 550 Pihak Berelasi

PENDAHULUAN
Ruang Lingkup

1. Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas
hubungan dan transaksi pihak berelasi dalam suatu audit atas laporan
keuangan. Terutama, SA ini memperluas bagaimana SA 315,1 SA 330,2 dan
SA 2403 diterapkan dalam hubungannya dengan risiko kesalahan penyajian
material yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi.

Sifat Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi

2. Banyak transaksi pihak berelasi merupakan hal yang normal dalam bisnis.
Dalam kondisi seperti itu, transaksi tersebut kemungkinan tidak membawa
risiko kesalahan penyajian material yang lebih tinggi dalam laporan
keuangan daripada transaksi sama dengan pihak tidak-berelasi. Namun, sifat
hubungan dan transaksi pihak berelasi, dalam beberapa kondisi,
menimbulkan risiko kesalahan penyajian material yang lebih tinggi dalam
laporan keuangan daripada transaksi dengan pihak tidak-berelasi. Sebagai
contoh:
▪ Pihak-pihak berelasi dapat beroperasi melalui suatu hubungan dan
struktur yang luas dan kompleks, dengan suatu peningkatan yang sejalan
dalam kompleksitas transaksi pihak berelasi.
▪ Sistem informasi kemungkinan tidak efektif untuk mengidentifikasi atau
meringkas transaksi dan saldo yang belum diselesaikan antara suatu
entitas dengan pihak-pihak berelasinya.
▪ Transaksi pihak berelasi kemungkinan tidak dilaksanakan vberdasarkan
syarat dan kondisi pasar normal; sebagai contoh, beberapa transaksi pihak
berelasi dilaksanakan tanpa pertimbangan pertukaran.

10
Tanggung Jawab Auditor

3. Oleh karena pihak berelasi tidak independen satu dengan lainnya, banyak
kerangka pelaporan keuangan yang menetapkan ketentuan akuntansi dan
pengungkapan spesifik untuk hubungan, transaksi, dan saldo pihak berelasi
untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan memahami sifat dan
dampak aktual atau potensial terhadap laporan keuangan. Ketika kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan seperti itu, auditor
bertanggung jawab untuk melaksanakan prosedur audit untuk
mengidentifikasi, menilai, dan merespons risiko kesalahan penyajian
material yang timbul dari kegagalan entitas untuk secara tepat mencatat atau
mengungkapkan hubungan, transaksi, atau saldo pihak berelasi sesuai
dengan ketentuan kerangka tersebut.
4. Bahkan jika kerangka pelaporan keuangan menetapkan minimal atau tanpa
ketentuan pihak berelasi, auditor perlu memperoleh suatu pemahaman
yang cukup tentang hubungan dan transaksi pihak berelasi entitas untuk
dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan, sejauh ini dipengaruhi
oleh hubungan dan transaksi tersebut: (Ref: Para.A1)
a) Mencapai penyajian wajar (untuk kerangka penyajian wajar); atau (Ref:
Para. A2)
b) Tidak menyesatkan (untuk kerangka kepatuhan). (Ref:Para. A3)
5. Di samping itu, suatu pemahaman tentang hubungann dan transaksi pihak
berelasi entitas adalah relevan untuk pengevaluasian auditor terhadap apakah
terdapat satu atau lebih risiko kecurangan sebagaimana disyaratkan oleh SA
240,4 karena kecurangan dapat lebih mudah dilakukan melalui pihak
berelasi.
6. Oleh karena keterbatasan inheren suatu audit, terdapat risiko yang tidak dapat
dihindari bahwa beberapa kesalahan penyajian material laporan keuangan
kemungkinan tidak dapat dideteksi, meskipun audit telah direncanakan dan
dilaksanakan dengan

11
layak berdasarkan SA-SA.5 Dalam konteks pihak berelasi, dampak potensial
keterbatasan inheren terhadap kemampuan auditor untuk mendeteksi
kesalahan penyajian material adalah lebih besar berdasarkan alasan berikut:
▪ Manajemen mungkin tidak menyadari adanya semua hubungan dan
transaksi pihak berelasi, khususnya jika kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku tidak menetapkan ketentuan pihak berelasi.
▪ Hubungan pihak berelasi kemungkinan menyediakan peluang lebih
besar untuk kolusi, penyembunyian, atau manipulasi oleh manajemen.
7. Perencanaan dan pelaksanaan audit dengan skeptisisme profesional
diharuskan oleh SA 2006 oleh karena itu terutama penting dalam konteks ini,
jika terdapat hubungan dan transaksi pihak berelasi yang tidak diungkapkan.
Ketentuan dalam SA ini dirancang untuk membantu auditor dalam
mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material yang
berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi, dan dalam
merancang prosedur audit untuk merespons risiko yang telah ditentukan
tersebut.

Tanggal Efektif

8. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii)
1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan
untuk entitas selain Emiten.

Tujuan

9. Tujuan auditor adalah:


a) Terlepas apakah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
menetapkan ketentuan pihak berelasi, memperoleh suatu pemahaman
tentang hubungan dan transaksi pihak berelasi untuk dapat:
(i) Mengidentifikasi faktor-faktor risiko kecurangan, jika ada, yang
timbul dari hubungan dan transaksi pihak berelasi yang relevan

12
dengan pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalahan
penyajian material karena kecurangan; dan
(ii) Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah
laporan keuangan, sejauh ini dipengaruhi oleh hubungan dan
transaksi pihak berelasi tersebut:
a. Mencapai penyajian wajar (untuk kerangka penyajian wajar);
atau

b. Tidak menyesatkan (untuk kerangka kepatuhan); dan

b) Di samping itu, jika kerangka pelaporan keuangan menetapkan


ketentuan pihak berelasi, memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang apakah hubungan dan transaksi pihak berelasi telah dengan tepat
diidentifikasi, dipertanggungjawabkan, dan diungkapkan dalam
laporan keuangan sesuai dengan kerangka tersebut

Definisi

10. Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna seperti di bawah ini:
a) Transaksi wajar (arm’s length transaction): Suatu transaksi yang
dilaksanakan berdasarkan ketentuan dan kondisi antara seorang pembeli
yang bersedia dan seorang penjual yang bersedia yang tidak
berhubungan dan yang bertindak secara independen satu dengan lainnya
serta berusaha untuk mewujudkan kepentingan terbaik mereka masing-
masing.
b) Pihak berelasi: Suatu pihak yang berupa: (Ref: Para.A4–A7)
(i) Suatu pihak berelasi sebagaimana didefinisikan dalam kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku; atau
(ii) Bilamana kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan
minimal atau tidak ada ketentuan pihak berelasi:

13
a. Seorang individu atau entitas lain yang memiliki pengendalian
atau pengaruh signifikan, secara langsung atau tidak langsung
melalui satu atau beberapa perantara, terhadap entitas pelapor;
b. Entitas lain yang terhadapnya entitas pelapor memiliki
pengendalian atau pengaruh signifikan, secara langsung atau
tidak langsung melalui satu atau lebih perantara; atau
c. Entitas lain yang berada di bawah pengendalian bersama
dengan entitas pelapor melalui pemilikan:
i. Kepemilikan pengendalian bersama;
ii. Pemilik yang merupakan anggota keluarga dekat; atau
iii. Manajemen kunci bersama.

Namun, entitas yang berada di bawah pengendalian bersama oleh negara


(yaitu pusat, provinsi, atau kabupaten) tidak dipandang berelasi kecuali jika
mereka melaksanakan transaksi signifikan atau berbagi sumber daya
sedemikian luas satu dengan lainnya

Ketentuan

Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait

11. Sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait yang SA
315 dan SA 240 mengharuskan auditor untuk melaksanakannya selama
audit,7 auditor harus melaksanakan prosedur audit dan aktivitas terkait yang
ditetapkan dalam paragraf 12–17 untuk memperoleh informasi relevan guna
mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material yang berkaitan dengan
hubungan dan transaksi pihak berelasi. (Ref: Para. A8)

Pemahaman atas Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi Entitas

12. Pembahasan tim perikatan yang disyaratkan oleh SA 315 dan SA 2408 harus
mencakup pertimbangan spesifik tentang

14
13. Audior harus meminta keterangan dari manajemen tentang:
a) Identitas pihak berelasi entitas, termasuk perubahan dari periode
sebelumnya; (Ref: Para. A11–A14)
b) Sifat hubungan antara entitas dan pihak berelasi tersebut; dan
c) Apakah entitas melakukan transaksi dengan pihak berelasi ini selama
periode tersebut dan, jika demikian, jenis dan tujuan transaksi tersebut.
14. Auditor harus meminta keterangan dari manajemen dan pihak lain dalam
entitas, dan melaksanakan prosedur penilaian risiko lainnya yang dipandang
tepat, untuk memperoleh suatu pemahaman tentang pengendalian, jika ada,
bahwa manajemen telah menetapkan untuk: (Ref: Para. A15–A20)

a) Mengidentifikasi, mencatat, dan mengungkapkan hubungan dan


transaksi pihak berelasi sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku;

b) Mengotorisasi dan menyetujui transaksi dan pengaturan signifikan


dengan pihak berelasi; dan (Ref: Para. A21)

c) Mengotorisasi dan menyetujui transaksi dan pengaturan signifikan di


luar bisnis normal.

Menjaga Kewaspadaan Terhadap Informasi Pihak Berelasi Pada Waktu


Mereviu Catatan atau Dokumen

15. Selama audit, auditor harus tetap waspada, saat menginspeksi catatan atau
dokumen, untuk pengaturan atau informasi lain yang dapat menunjukkan
adanya hubungan atau transaksi pihak berelasi yang belum diidentifikasi dan
diungkapkan sebelumnya oleh manajemen kepada auditor. (Ref: Para.A22–
A23)

Khususnya, auditor harus menginspeksi indikasi berikut tentang keberadaan


hubungan atau transaksi pihak berelasi yang belum diidentifikasi dan
diungkapkan sebelumnya oleh manajemen kepada auditor:

15
a) Konfirmasi bank dan hukum yang diperoleh sebagai bagian prosedur
auditor;
b) Risalah rapat pemegang saham dan pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola; dan
c) Catatan atau dokumen lain yang auditor memandang perlu sesuai
dengan kondisi entitas.

Jika auditor mengidentifikasi transaksi signifikan di luar bisnis normal


entitas ketika melaksanakan prosedur audit yang dituntut oleh paragraf 15
atau melalui prosedur audit lain, auditor harus meminta keterangan dari
manajemen tentang: (Ref: Para. A24–A25)

a) Sifat transaksi tersebut; dan (Ref: Para. A26)


b) Apakah melibatkan pihak berelasi. (Ref: Para. A27)

Berbagi Informasi Tentang Pihak Berelasi dengan Tim Perikatan

16. Auditor harus berbagi informasi relevan yang diperoleh tentang pihak
berelasi entitas dengan anggota lain tim perikatan. (Ref:para. A28)

2.3. SA 560 Peristiwa Kemudian

PENDAHULUAN
Ruang Lingkup

1. Standar Audit (“SA”) ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor


berkaitan dengan peristiwa kemudian dalam suatu audit atas laporan
keuangan. (Ref: Para. A1)

Peristiwa Kemudian

2. Laporan keuangan mungkin dipengaruhi oleh peristiwa tertentu yang terjadi


setelah tanggal laporan keuangan. Banyak kerangka pelaporan keuangan secara
khusus merujuk pada peristiwa tersebut.

16
Kerangka pelaporan keuangan tersebut biasanya mengidentifikasi dua jenis peristiwa:

a) Peristiwa yang menyediakan bukti tentang kondisi yang ada pada tanggal
laporan keuangan; dan
b) Peristiwa yang menyediakan bukti tentang kondisi yang terjadi setelah tanggal
laporan keuangan.

SA 700 menjelaskan bahwa tanggal laporan auditor menginformasikan kepada


pembaca bahwa auditor telah mempertimbangkan pengaruh atas peristiwa dan
transaksi yang diketahui oleh auditor dan yang terjadi sampai pada tanggal
tersebut.

Tanggal Efektif

3. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau
(ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan
untuk entitas selain Emiten

Tujuan

4. Tujuan auditor adalah untuk:


a) Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah
peristiwa yang terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal
laporan auditor yang mengharuskan penyesuaian atau pengungkapan
dalam laporan keuangan, secara tepat telah digambarkan dalam laporan
keuangan tersebut sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku; dan
b) Merespons secara tepat fakta yang diketahui oleh auditor setelah tanggal
laporan auditor, yang mana jika diketahui oleh auditor pada tanggal
tersebut, kemungkinan menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya.

17
5. Untuk tujuan SA ini, istilah berikut memiliki makna sebagai berikut:
a) Tanggal laporan keuangan: Tanggal akhir dari periode terakhir yang
dicakup oleh laporan keuangan.
b) Tanggal pengesahan laporan keuangan: Tanggal yang pada saat itu
semua laporan yang membentuk laporan keuangan, termasuk catatan atas
laporan keuangan yang bersangkutan, telah disusun dan pihak yang
berwenang telah menyatakan bertanggung jawab atas laporan
keuangan tersebut. (Ref: Para. A2)
c) Tanggal laporan auditor: Tanggal yang dicantumkan oleh auditor
dalam laporannya atas laporan keuangan berdasarkan SA 700. (Ref:
Para. A3)
d) Tanggal diterbitkannya laporan keuangan: Tanggal tersedianya
laporan auditor dan laporan keuangan auditan bagi pihak ketiga. (Ref:
Para. A4–A5)
e) Peristiwa kemudian: Peristiwa yang terjadi di antara tanggal laporan
keuangan dan tanggal laporan auditor, dan fakta yang diketahui oleh
auditor setelah tanggal laporan auditor.

Ketentuan peristiwa yang terjadi antara tanggal laporan Keuangan dan tanggal
laporan auditor

6. Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang dirancang untuk memperoleh


bukti audit yang cukup dan tepat, bahwa seluruh peristiwa yang terjadi antara
tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor yang
mengharuskan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan, telah
diidentifikasi. Namun, auditor tidak diharapkan untuk melakukan prosedur
audit tambahan atas hal-hal yang mana prosedur audit yang sebelumnya
diterapkan telah menyediakan kesimpulan yang memadai. (Ref: Para. A6)

18
7. Auditor harus melakukan prosedur yang disyaratkan oleh paragraf 6
sehingga prosedur tersebut mencakup periode dari tanggal laporan keuangan
sampai ke tanggal laporan auditor, atau periode terdekat yang dapat dicapai.
Auditor harus mempertimbangkan penilaian risiko auditor dalam menetapkan
sifat dan luas prosedur audit, yang harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
(Ref: Para. A7–A8)
a) Memperoleh suatu pemahaman tentang prosedur yang telah ditetapkan
oleh manajemen untuk memastikan bahwa peristiwa kemudian
teridentifikasi.
b) Meminta keterangan dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, tentang peristiwa kemudian yang
telah terjadi yang mungkin memengaruhi laporan keuangan. (Ref: Para.
A9)
c) Membaca risalah rapat, ketika ada, tentang pemilik, manajemen, dan
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas, yang rapat
tersebut diadakan setelah tanggal laporan keuangan dan meminta
keterangan tentang hal-hal yang dibahas dalam rapat tersebut yang risalah
hasil rapatnya belum tersedia. (Ref: Para. A10)
d) Membaca laporan keuangan interim terakhir entitas, jika ada.
8. Auditor Jika, sebagai hasil prosedur yang dilakukan seperti yang disyaratkan
oleh paragraf 6 dan 7, auditor mengidentifikasi peristiwa yang mengharuskan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan, auditor harus
menentukan apakah setiap peristiwa tersebut telah digambarkan dalam
laporan keuangan secara tepat dan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku.

19
Representasi Tertulis

9. Auditor harus meminta kepada manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, untuk memberikan suatu representasi
tertulis berdasarkan SA 580 yang menyatakan bahwa seluruh peristiwa yang
terjadi setelah tanggal laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku telah
disesuaikan atau diungkapkan.

Fakta yang diketahui oleh auditor setelah t anggal laporan auditor namun
Sebelum tanggal laporan Keuangan diterbitkan

10. Auditor tidak memiliki kewajiban untuk melakukan prosedur audit atas laporan
keuangan setelah tanggal laporan auditor. Namun, jika setelah tanggal laporan
auditor tetapi sebelum tanggal laporan keuangan diterbitkan, suatu fakta
diketemukan oleh auditor yang mungkin menyebabkan auditor mengubah
laporan auditnya jika fakta tersebut telah diketahui oleh auditor pada tanggal
laporan auditor, maka auditor harus: (Ref: Para. A11)
a) Membahas hal tersebut dengan manajemen dan, jika relevan, dengan
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola;
b) Menentukan apakah laporan keuangan tersebut memerlukan perubahan
dan, jika demikian,
c) Meminta keterangan bagaimana manajemen akan memperlakukan hal
tersebut dalam laporan keuangan.

20
11. Jika manajemen mengubah laporan keuangan, maka auditor harus:
a) Melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dalam kondisi atas
perubahan tersebut.
b) Kecuali jika kondisi yang tertera dalam paragraf 12 terjadi
(i) Memperluas prosedur audit yang disebutkan dalam paragraf 6 dan
7 sampai pada tanggal laporan auditor baru; dan
(ii) Menyediakan suatu laporan auditor baru atas laporan keuangan
yang telah diubah. Laporan auditor yang baru tidak dapat diberi
tanggal lebih awal daripada tanggal persetujuan atas perubahan
laporan keuangan.
12. Bilamana peraturan perundang-undangan atau kerangka pelaporan keuangan
tidak melarang manajemen untuk membatasi perubahan atas laporan
keuangan yang disebabkan oleh pengaruh peristiwa kemudian atau peristiwa
yang menyebabkan perubahan dan pihak yang bertanggung jawab untuk
menyetujui laporan keuangan tidak dilarang untuk membatasi persetujuan
terhadap perubahan yang bersangkutan, maka auditor diizinkan untuk
membatasi prosedur audit atas peristiwa kemudian yang disyaratkan pada
paragraf 11 (b) (i) berkaitan dengan perubahan tersebut. Dalam kasus seperti
ini, auditor tersebut harus:
(a) Mengubah laporan auditor dengan memasukkan suatu tanggal
tambahan yang dibatasi sampai dengan perubahan tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa prosedur auditor untuk peristiwa kemudian hanya
dibatasi pada perubahan atas laporan keuangan yang digambarkan
dalam catatan atas laporan keuangan yang relevan; atau (Ref: Para. A12)
(b) Menyajikan suatu laporan auditor baru atau laporan auditor yang
diubah yang meliputi suatu pernyataan dalam suatu paragraf penekanan
suatu halatau paragraf hal lain yang menyampaikan bahwa prosedur audit
atas peristiwa kemudian hanya terbatas untuk perubahan pada laporan
keuangan seperti yang dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan
yang relevan.

21
13. Dalam beberapa yurisdiksi, manajemen mungkin tidak disyaratkan oleh
peraturan perundangan-undangan atau kerangka pelaporan keuangan untuk
menerbitkan laporan keuangan yang diubah dan,oleh karena itu, auditor
tidak perlu menyediakan suatu laporan auditor yang diubah atau yang
baru. Namun, jika manajemen tidak mengubah laporan keuangan dalam
kondisi yang auditor yakin bahwa laporan keuangan tersebut perlu diubah,
maka: (Ref. Para. A13–A14)
a) Jika laporan auditor belum diserahkan kepada entitas, auditor harus
mengubah opininya seperti yang disyaratkan dalam SA 705 dan kemudian
menyerahkan laporan auditor tersebut; atau
b) Jika laporan auditor telah diserahkan kepada entitas, auditor harus
memberitahu manajemen dan, kecuali jika semua pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan entitas,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas, agar tidak
menerbitkan laporan keuangan kepada pihak ketiga sebelum perubahan
yang diperlukan dibuat. Jika laporan keuangan diterbitkan kemudian
tanpa memasukkan perubahan yang diperlukan, auditor harus
mengambil tindakan yang tepat, untuk mencegah pengguna meletakkan
kepercayaan terhadap laporan auditor tersebut. (Ref: Para. A15–A16)

Fakta yang diketahui oleh auditor setelah laporan Keuangan diterbitkan

14. Setelah laporan keuangan diterbitkan, auditor tidak memiliki kewajiban


untuk melakukan prosedur audit atas laporan keuangan tersebut. Namun,
jika, setelah laporan keuangan diterbitkan, suatu fakta diketahui oleh auditor,
yang jika fakta tersebut diketahui oleh auditor pada tanggal laporan auditor,
mungkin dapat menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya, maka
auditor harus:

22
a) Membahas hal tersebut dengan manajemen dan, jika relevan, dengan
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola;
b) Menentukan apakah laporan keuangan memerlukan perubahan dan,
jika demikian,
c) Meminta keterangan bagaimana manajemen bermaksud untuk
menyelesaikan hal tersebut dalam laporan keuangan.
15. Jika manajemen mengubah laporan keuangan, maka auditor harus: (Ref:
Para. A17)
a) Melaksanakan prosedur audit yang diperlukan dalam kondisi atas
perubahan tersebut.
b) Menelaah tahap-tahap yang dilakukan oleh manajemen untuk
memastikan bahwa setiap pihak yang menerima laporan keuangan
yang diterbitkan sebelumnya bersamaan dengan laporan auditor,
diberi informasi tentang situasi tersebut.
c) Kecuali jika kondisi dalam paragraf 12 berlaku:
(i) Memperluas prosedur audit yang disebutkan dalam paragraf 6
dan 7 sampai pada tanggal laporan auditor baru, dan tanggal
laporan auditor baru tidak lebih awal daripada tanggal
persetujuan atas perubahan laporan keuangan; dan
(ii) Menyerahkan laporan auditor baru atas laporankeuangan yang
diubah.
d) Ketika kondisi dalam paragraf 12 terjadi, ubah laporan auditor,
atau serahkan laporan auditor baru seperti yang disyaratkan oleh
paragraf 12.

23
16. Auditor harus memasukkan dalam laporan auditor baru atau yang diubah,
suatu paragraf penekanan atas suatu hal atau paragraf hal-hal lain, dengan
berpedoman pada suatu catatan atas laporan keuangan yang lebih intensif
membahas alasan perubahan atas laporan keuangan yang diterbitkan
sebelumnya dan laporan yang diserahkan sebelumnya oleh auditor.
17. Jika manajemen tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
memastikan bahwa setiap pihak yang menerima laporan keuangan yang
diterbitkan sebelumnya sudah diberitahu tentang situasi tersebut dan juga
tidak mengubah laporan keuangan dalam kondisi yang auditor yakin bahwa
laporan keuangan tersebut perlu diubah, auditor harus memberitahu
manajemen dan, kecuali jika semua pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola terlibat dalam pengelolaan entitas, pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola, bahwa auditor akan berusaha untuk mencegah pengguna
meletakkan kepercayaan masa depan terhadap laporan auditor tersebut.
Jika, meskipun dengan pemberitahuan tersebut, manajemen atau pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola tidak mengambil langkah-
langkah yang diperlukan tersebut, auditor harus mengambil tindakan yang
tepat untuk mencegah pengguna meletakkan kepercayaan terhadap
laporan auditor.

2.4. SA 570 Kelangsungan Usaha

PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
Standar Audit ini mengatur tanggung jawab auditor dalam audit atas laporan
keuangan yang berkaitan dengan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh
manajemen dalam penyusunan laporan keuangan.

Asumsi Kelangsungan Usaha

Berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, suatu entitas dipandang bertahan dalam


bisnis untuk masa depan yang dapat diprediksi. Laporan keuangan bertujuan umum

24
disusun atas suatu basis kelangsungan usaha, kecuali manajemen bermaksud untuk
melikuidasi entitas atau menghentikan operasinya, atau tidak memiliki alternatif
yang realistis selain melakukan tindakan tersebut di atas Tanggung Jawab Penilaian
atas Kemampuan Entitas untuk Mempertahankan Kelangsungan Usahanya

Beberapa kerangka pelaporan keuangan mengandung suatu ketentuan eksplisit bagi


manajemen untuk membuat suatu penilaian spesifik atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya. Kelangsungan usaha merupakan suatu
prinsip yang fundamental dalam penyusunan laporan keuangan, jadi penyusunan
laporan keuangan mengharuskan manajemen untuk menilai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, bahkan ketika kerangka pelaporan
keuangan tidak mencakup suatu ketentuan eksplisit untuk melakukan hal tersebut.

Penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan


kelangsungan usahanya melibatkan suatu pertimbangan. Faktor-faktor berikut ini
adalah relevan dengan pertimbangan tersebut:

1. Tingkat ketidakpastian yang berkaitan dengan hasil suatu peristiwa atau


kondisi meningkatkan secara signifikan. Untuk alasan tersebut, kebanyakan
kerangka pelaporan keuangan yang mencantumkan secara eksplisit adanya
keharusan suatu penilaian oleh manajemen menyebutkan periode kapan
manajemen diharuskan untuk mempertimbangkan seluruh informasi yang
tersedia.
2. Ukuran dan kompleksitas entitas, sifat dan kondisi bisnisnya, serta tingkat
keterpengaruhannya oleh faktor eksternal.
3. Setiap pertimbangan tentang masa depan didasarkan atas informasi yang
tersedia ketika pertimbangan dilakukan. Peristiwa setelah tanggal pelaporan
dapat menghasilkan keluaran yang tidak konsisten.

25
Tanggung Jawab Auditor

Tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah
terdapat suatu ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya. Potensial dari keterbatasan inheren atas
kemampuan auditor untuk mendeteksi kesalahan penyajian material adalah lebih besar
untuk peristiwa atau kondisi di masa depan yang dapat menyebabkan suatu entitas
untuk berhenti mempertahankan kelangsungan usahanya. Auditor tidak dapat
memprediksi peristiwa atau kondisi di masa depan tersebut. Oleh karena itu, ketiadaan
pengacuan pada ketidakpastian kelangsungan usaha dalam suatu laporan auditor tidak
dapat dipandang sebagai suatu jaminan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya.

Tujuan auditor adalah:

a) Untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang ketepatan
penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan
laporan keuangan;
b) Untuk menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, apakah
terdapat suatu ketidakpastian material yang terkait dengan peristiwa atau kondisi
yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya.
c) Untuk menentukan dampak terhadap laporan auditor.

Ketentuan

Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait

Dalam melakukan prosedur penilaian risiko jika terdapat peristiwa atau kondisi yang
dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya. Maka auditor harus menentukan apakah

26
manajemen telah melakukan suatu penilaian awal atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, dan:

a) Jika penilaian tersebut telah dilakukan, maka auditor harus mendiskusikan


penilaian tersebut dengan manajemen dan menentukan apakah manajemen telah
mengidentifikasi peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual maupun
secara kolektif, dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dan, jika demikian, rencana
manajemen untuk menghadapinya; atau auditor harus mempertimbangkan.
b) Jika penilaian tersebut belum dilakukan, maka auditor harus mendiskusikan
dengan manajemen basis penggunaan asumsi kelangsungan usaha yang
dimaksudkan, dan meminta keterangan kepada manajemen apakah terdapat
peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual atau secara kolektif, dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya.

Pengevaluasian atas Penilaian Manajemen

Auditor harus mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk


mempertahankan kelangsungan usahanya. Dalam mengevaluasi penilaian manajemen,
auditor harus mencakup periode yang sama seperti yang digunakan oleh manajemen
untuk membuat penilaiannya seperti yang disyaratkan oleh kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, atau oleh peraturan perundang-undangan jika periode yang
dicakup merupakan suatu periode yang lebih lama. Jika penilaian manajemen atas
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya mencakup suatu
periode yang kurang dari dua belas bulan dari tanggal laporan keuangan, maka auditor
harus meminta manajemen untuk memperluas periode penilaiannya menjadi sekurang-
kurangnya dua belas bulan dari tanggal tersebut. Dalam mengevaluasi penilaian
manajemen, auditor harus mempertimbangkan apakah penilaian manajemen mencakup
seluruh informasi relevan yang diketahui oleh auditor berdasarkan hasil audit yang
dilakukannya.

27
Periode Setelah Penilaian Manajemen

Auditor harus menanyakan kepada manajemen tentang pengetahuan manajemen atas


peristiwa atau kondisi setelah periode penilaian manajemen yang dapat menyebabkan
keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya.

Prosedur Audit Tambahan Ketika Peristiwa atau Kondisi Teridentifikasi

Ketika peristiwa atau kondisi telah diidentifikasi yang dapat menyebabkan keraguan
signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,
auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menentukan apakah
terdapat suatu ketidakpastian material melalui pelaksanaan prosedur audit tambahan,
termasuk pertimbangan atas faktor-faktor yang memitigasi. Prosedur tersebut harus
mencakup

a) Jika manajemen belum melakukan suatu penilaian atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor meminta manajemen
untuk melakukan penilaian tersebut.
b) Mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa depan yang berkaitan
dengan penilaian kelangsungan usaha entitas, apakah hasil rencana tersebut
kemungkinan memperbaiki situasi, dan apakah rencana manajemen layak
dilaksanakan sesuai dengan kondisinya.
c) Jika entitas telah membuat suatu prakiraan arus kas, dan analisis atas prakiraan
tersebut merupakan suatu faktor yang signifikan dalam mempertimbangkan hasil
masa depan dari peristiwa atau kondisi dalam mengevaluasi rencana manajemen
atas tindakan di masa depan, maka auditor :

28
• Mengevaluasi keandalan data yang melandasi
• Menentukan apakah terdapat dukungan yang cukup
d) Mempertimbangkan apakah setiap fakta atau informasi tambahan telah tersedia
sejak tanggal dilakukannya penilaian tersebut oleh manajemen. penyusunan
prakiraan tersebut; dan untuk asumsi yang melandasi prakiraan tersebut.
e) Meminta representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, tentang rencana mereka untuk tindakan di
masa depan dan kelayakan rencana tersebut.

Kesimpulan Audit dan Pelaporan

Berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor harus menyimpulkan apakah, terdapat
suatu ketidakpastian material yang terkait dengan peristiwa baik secara individual
maupun kolektif, dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Suatu ketidakpastian material terjadi
ketika signifikansi dampak potensialnya dan kemungkinan terjadinya adalah
sedemikian rupa yang, menurut pertimbangan auditor, pengungkapan yang tepat atas
sifat dan implikasi ketidakpastian tersebut diperlukan untuk:

a) Dalam hal kerangka penyajian laporan keuangan wajar: penyajian yang wajar
atas laporan keuangan, atau
b) Dalam hal kerangka kepatuhan, laporankeuangan tidak
menyesatkan.

Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha sudah Tepat, tetapi Terdapat suatu


Ketidakpastian Material

Jika auditor menyimpulkan bahwa penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah


tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi terdapat suatu ketidakpastian material, maka
auditor harus menentukan apakah laporan keuangan:

(a) Menjelaskan secara memadai peristiwa atau kondisi utama yang dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya dan rencana manajemen.

29
(b) Mengungkapkan secara jelas bahwa terdapat ketidakpastian material yang
terkait dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan
signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya.

Jika pengungkapan yang memadai dicantumkan dalam laporan keuangan, maka auditor
harus menyatakan suatu opini tanpa modifikasian dan mencantumkan suatu paragraf
Penekanan

(a) Menekankan keberadaan suatu ketidakpastian material yang berkaitan dengan


peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya; dan
(b) Mengarahkan perhatian pada catatan atas laporan keuangan yang
mengungkapkan hal-hal yang dirujuk dalam paragraf 18.5

Jika pengungkapan yang memadai tidak dicantumkan dalam laporan keuangan, maka
auditor harus menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak
wajar, sesuai dengan kondisinya, dalam laporan auditor terdapat suatu ketidakpastian
material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya.

Keengganan Manajemen untuk Membuat atau Memperluas Penilaiannya Jika


manajemen tidak mau membuat atau memperluas penilaiannya bila diminta untuk
melakukan hal itu oleh auditor maka auditor harus mempertimbangkan implikasinya
terhadap laporan auditor.

Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola

Kecuali jika semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam
pengelolaan entitas, auditor harus mengomunikasikan dengan pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan keraguan
signifikan. Komunikasi seperti itu dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola harus meliputi hal- hal berikut:

30
(c) Apakah peristiwa atau kondisi merupakan suatu ketidakpastian material;
(d) Apakah penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah tepat dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan; dan
(e) Kecukupan pengungkapan terkait dalam laporan keuangan. Penundaan
Signifikan dalam Persetujuan atas Laporan Keuangan

Jika terjadi penundaan signifikan dalam persetujuan atas laporan keuangan oleh
manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola setelah tanggal laporan
keuangan, maka auditor harus menanyakan alasan penundaan tersebut. Jika auditor
meyakini bahwa penundaan tersebut mungkin terkait dengan peristiwa atau kondisi
yang berkaitan dengan penilaian kelangsungan usaha, maka auditor harus melakukan
prosedur audit tambahan, serta mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kesimpulan
auditor tentang keberadaan suatu ketidakpastian material.

2.5. SA 580 Representasi Tertulis

PENDAHULUAN
Ruang Lingkup

2. Standar Audit (SA) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
memperoleh representasI tertulis dari manajemen dan, jika relevan, pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam audit atas laporan keuangan.
3. Lampiran 1 memuat daftar SA lain yang berisi hal pokok tentang ketentuan
spesifik untuk representasi tertulis Ketentuan spesifik untuk representasi
tertulis dalam SA lain tersebut tidak membatasi penerapan SA inl

Representasi Tertulis sebagai Bukti Audit

4. Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor dalam mengambil
kesimpulan yang mendasari opini auditor Representasi tertulis ponth
informasi yang perlu diperoleh auditor dalam hubungannya dengan audit
atas laporan keangan entitas Oleh karena itu, serupa dengan respons atas
permintaan keterangan cepresentasi tertulis juga merupakan bukti audit.
(Ref: Para. A1)

31
5. Meskipun representasi tertulis menyediakan bukti audit yang dibutuhkan
representasi tersebut tidak menyediakan bukti yang cukup dan tepat, tentang
hal-hal yang terdapat di dalamnya. Di samping itu fakta bahwa manajemen
telah menyediakan representasi tertulis yang andal tidak memengaruhi sifat
maupun luas bukti audit lain yang diperoleh auditor tentang pemenuhan
tanggung jawab manajemen, atau mengenal asersi spesifik.

Tanggal Efektif

6. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal: 1 Januari 2013 (untuk Emmen atau (a) 1
Januari 2014 (untuk entitas selain emiten

Tujuan

7. Tujuan Auditor:
a) Untuk memperoleh representasi tertuli dari manajemen dan, jika
relevan, pihak yang pertanggung jawab tes tata kelola tentang keyakinan
bahwa mereka telan memenuhi tanggung jawab mereka untuk
menyusun laporan keuangan dan untuk kelengkapan informasi yang
disediakan bagi auditor
b) Untuk mendukung bukti nudit lain yang relevan dengan laporan
keuangan atau asersi spesifik dalam laporan keuangan melaiul
representas tertulis jika ditetapkan perusahaan olen auditor atau
diharuskan oleh SA yang lain: dan
c) Untuk merespons secara tepat representasi tertulis yang disediakan oleh
manajemen dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola, atau jika manajemen atau jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tota kelola tidak menyediakan representasi tertulis yang
diminta oleh auditor

32
Definisi

8. Untuk tujuan SA, Istilah di bawah ini memiliki makna sebagai berikut:
Representasi tertulis : Suatu pernyataan tertulis yang dibenkan oleh
manajemen kepada auditor untuk mengkonfirmasi mengenai hal-hal tertentu
stau untuk mendukung bukti audit lain Representasi tertulis dalam konteks
ini tidak termasuk laporan keuangan, asersi yang terdapat didalamnya, atau
buku dan catatan yang mendukung laporan keuangan tersebut

9. Untuk tujuan SA ini, istilah “manajemen” harus dibaca sebagai “manajemen


dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.” Selajutnya
dalam hal kerangka penyajian yang wajar, manajemen bertanggung jawab
atas penyusunan dan penyajian yang wajar laporan keuangan sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku

Ketentuan Manajemen Yang Diminta Untuk Memberikan Representasi


Tertulis

10. Auditor harus meminta representasi tertulis dari manajemen yang memiliki
tanggung jawab yang semestinya atas laporan keuangan dan pengetahuan
atas hal-hal yang dipandang penting

Representasi Tertulis Tentang Tanggung Jawab Manajemen

Penyusunan Laporan Keuangan


11. Auditor harus meminta manajemen untuk menyediakan representasi tertulis
bahwa mereka telah memenuhi tanggung jawab mereka dalam menyusun
laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang yang
berlaku, termasuk apabila relevan, penyajian yang wajar, seperti yang
ditetapkan dalam ketentuan perikatan audit

Informasi Yang Disediakan Dan Kelengkapan Transaksi

12. Auditor harus meminta manajemen untuk menyediakan representasi tertulis


bahwa:

33
a) Mereka telah menyediakan bagi auditor semua informasi relevan dan
akses seusai dengan yang disetujui dalam ketentuan perikatan audit;
b) Semua transaksi yang dicatat dan dicerminkan dalam laporan
keuangan. Penjelasan tentang Tanggung Jawab Manajemen dalam
Representasi Tertulis
13. Tanggung jawab manajemen harus dijelaskan dalam representasi tertulis,
sepertinya yang ditentukan dalam paragraf 10 dan 11, sesuai dengan
tanggung jawab yang terdapat di dalam ketentuan perikatan audit.

Representasi Tertulis Lainnya

14. SA lain mengharuskan auditor untuk meminta representasi tertulis. Jika


sebagai tambahan representasi yang diminta tersebut, auditor
mempertimbangkan bahwa satu atau lebih representasi tertulis dibutuhkan
untuk mendukung bukti audit lain yang relevan dengan laporan keuangan
atau lebih asersi spesifik didalam laporan keuangan, auditor harus meminta
representasi tertulis lainnya

Tanggal dan Periode yang Dicakup oleh Representasi Tertulis

15. Tanggal representasi tertulis harus sama dengan tanggal laporan auditor atas
laporan keuangan. Representasi tertulis harus mencakup seluruh laporan
keuangan dan periode yang dirujuk di dalam laporan auditor

Bentuk Representasi Tertulis

16. Representasi tertulis harus disajikan dala bentuk surat representasi yang
ditujukan kepada auditor. Jika peraturan perundang-undangan mesyaratkan
manajemen untuk membuat pernyataan public yang tertulis mengenai
tanggung jawabnya, dan auditor menganggap bahwa pernyataan tersebut
menyediakan beberapa atau seluruh reprensentasi yang ditentukan dalam
paragraf 10 dan 11 , maka hal-hal relevan yang telah dicakup

34
Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis dan Representasi Tertulis
yang Diminta Tidak Diberikan

Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis

17. Jika auditor memiliki keraguan tentang kompetensi, integritas, nilai-nilai


etik, atau kesungguhan manajemen, atau komitmen mereka dalam
menerapkan hal ini, auditor harus menentukan dampak keraguan tersebut
terhadap keandalan representasi (lisan atau tulisan) dan bukti audit secara
umum.
18. Secara khusus, jika representasi tertulis tida konsisten dengan bukti audit
lainnya, auditor harus melaksanakan prosedur audit sebagai usaha untuk
menyelesaikan hal tersebut. Jika hal tersebut terselesaikan auditor harus
mempertimbagkan manajemen atau mengenai komitmen mereka dalam
melaksanakan hal ini, dan harus menentukan dampak yang mungkin
ditimbulkan terhadap keandalan representasi (lisan atau tertulis) dan bukti
audit secara umum
19. Jika auditor menyimpulkan bahwa representasi tertulis tidak dapat
diandalkan, auditor harus mengambil langkah-langkah yang tepat, termasuk
menentukan dampak yang mungkin timbul terhadap opini di dalam laporan
auditor berdasarkan SA 705

Representasi Tertulis yang Diminta Tidak Disediakan

20. Jika manajemen tidak memberikan satu atau lebih representasi tertulis yang
diminta, auditor harus:
a) Mendiskusikan masalah dengan manajemen;
b) Mengevaluasi ulang integritas manajemen dan mengevaluasi dampak
yang mungkin timbul terhadap keandalan representasi (baik lisan
maupun tertulis) dan bukti audit secara umum;

35
c) Mengambil langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak yang
mungkin timbul terhadap opini dalam laporan auditor sesuai dengan
SA 705, dengan tidak mengabaikan ketentuan dalam paragraf 20

Representasi Tertulis mengenai Tanggung Jawab Manajemen

21. Audit tidak memberikan opini atas laporan keuangan sesuai dengan SA 705
jika:
a) Auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan mengenai integritas
manajemen sehingga representasi tertulis yang ditentukan dalam
paragraf 10 dan 11 tidak dapat diandalkan;
b) Manajemen tidak memberikan representasi tertulis seperti yang
ditentukan dalam paragraf 10 dan 11

36
BAB III

PENUTUP

Standar audit menjadi bagian terpenting untuk mengetahui bagaimana kondisi sebuah
perusahaan. Hal ini akan menjadi sarana melakukan strategi dan juga mengevaluasi setiap
hal yang diambil dalam keputusan perusahaan tersebut.

Agar mampu mengetahui bagaimana kondisi sebuah perusahaan tersebut, tentu


dibutuhkan laporan keuangan yang disusun oleh bagian staf keuangan. Laporan tersebut
berisi sebuah rincian dan juga transaksi perusahaan dalam jangka

Waktu tertentu. Tentunya laporan tersebut yang akan mempengaruhi kemajuan


perusahaan. Hal ini menjadikan salah satu alasan mengapa menggunakan proses audit bagi
perusahaan sangat penting.

Mengenai standar audit, ini merupakan sebuah aturan yang ditetapkan agar bisa
dijadikan sebagai pedoman khusus untuk menilai dan melakukan evaluasi. Evaluasi tersebut
merupakan evaluasi mengenai laporan keuangan perusahaan tersebut.

Proses auditing ini juga bisa dianggap sebagai sebuah proses melakukan pemeriksaan
dan juga penilaian serta evaluasi mengenai hasil laporan keuangan. Proses tersebut dilakukan
oleh seseorang baik internal maupun eksternal.

Langkah melakukan penilaian terhadap laporan keuangan tersebut tentu berpegang


pada standar auditing yang ada untuk dijadikan acuannya. Acuan tersebut ditetapkan dan juga
disahkan oleh institut akuntan publik indonesia (iapi) dengan beberapa standar yang ada.
Standar tersebut meliputi standar umum, pekerjaan lapangan, dan juga pelaporan
interpretasinya.

37
DAFTAR PUSTAKA

Arum Ardianingsih, S. E. (2021). Audit Laporan Keuangan. Bumi Aksara.


Ningrum, W. W., & Justinia Castellani, S. E. (2019). PENGARUH REPUTASI AUDITOR
DAN DISCLOSURE ANNUAL REPORT TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN
(Pada Perusahaan Pertambangan Subsektor Batubara yang terdaftar di BEI Periode Tahun
2014-2017) (Doctoral dissertation, Perpustakaan FEB-UNPAS BANDUNG).
Ningsaptiti, R., & Hidayat, T. (2010). Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba (Studi empiris pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008) (Doctoral dissertation,
Perpustakaan FE UNDIP).
Rahmatika, D. N., & Yunita, E. A. (2021). AUDITING: Dasar-dasar Pemeriksaan Laporan
Keuangan.

37

Anda mungkin juga menyukai