Anda di halaman 1dari 32

PELAPORAN

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Audit
Manajemen Progam Sarjana Akuntansi

Oleh:

KELOMPOK 1

EMY UTARI (90400116096)

RAHMI REZKIANI (90400116098)

NUR HALISA HUSAIN (90400116100)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah Akuntansi Audit Manajemen tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “PELAPORAN”, yang kami
sajikan berdasarkan materi yang kami dapatkan. Makalah ini di susun oleh
kelompok 1 dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri saya
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah SWT akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah kami dapat bermanfaat buat rekan-rekan sekalian,
Mudah-mudahan dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk
saran dan kritiknya.
.

Samata, 29 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar belakang .............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
A. Kertas kerja audit .........................................................................................3
B. Program kerja audit dan bentuk-bentuk program kerja audit ......................6
C. Bentuk-bentuk penyajian laporan ..............................................................15
D. Contoh laporan audit manajemen ..............................................................18
BAB III PENUTUP .............................................................................................27
A. Kesimpulan ...............................................................................................27
B. Saran ..........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Laporan adalah kesempatan bagi auditor internal untuk mendapatkan
perhatian penuh dari manajemen. Begitulah seharusnya cara seorang auditor
memandang pelaporan sebagai sebuah kesempatan dan bukan sebuah tugas yang
membosankan, kesempatan yang sempurna untuk menunjukkan kepada
manajemen bagaimana seorang auditor dapat memberikan bantuan.
Seringkali auditor membuang kesempatan emas yang mampu membuka mata
manajemen ini, untuk menunjukkan kepada manajemen apa-apa yang telah
mereka capai dan apa-apa yang dapat mereka capai, untuk menjelaskan hal-hal
yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh manajemen. Auditor internal membuang
kesempatan ini dengan menggunakan cara penulisan yang datar, merasa puas atas
format pelaporan yang tidak menarik, membuat tuduhan-tuduhan yang tidak dapat
menahan sanggahan, mengambil kesimpulan-kesimpulan yang tidak berdasar dan
tidak logis, serta melaporkan temuan tanpa memberikan solusinya.
Auditor hendaknya mengunakan laporan-laporan mereka seperti seorang
vendor yang mengunakan sebuah kesempatan untuk mempresentasikan produk-
produknya kepada direktur suatu perusahaan, sebuah peluang untuk melakukan
presentasi yang telah disiapkan, teruji dan tervisualisasikan dengan baik.
Sebagaimana tujuan dari audit manajemen untuk mengidentifikasi kegiatan,
program, dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan
rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapaiperbaikan atas pengelolaan
berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut. Dengan audit
manajemen mampu dinilai ekonomisasi, efektvitas, dan efisiensi dalam suatu
perusahaan. pelaksanaan audit manajemen melalui tahapan-tahapan tertentu dan
pada akhirnya akan melahirkan sebuah laporan yang lazim dikenal sebagai
laporan audit manajemen. Pelaporan tersebut merupakan akhir dari proses audit.
Dengan kata lain, pelaporan adalah hasil dari proses audit yang telah dilakukan.
Dalam pelaporan terdapat hal-hal yang akan menjadi informasi penting bagi

1
manajemen perusahaan agar berbenah. Dan juga terdapat rekomendasi yang akan
membantu manajemen mengambil keputusan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kertas kerja audit?
2. Apa yang dimaksud dengan program kerja audit dan bentuk-bentuk
program kerja audit?
3. Bagaimana bentuk-bentuk penyajian laporan?
4. Bagaimana contoh laporan audit manajemen?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kertas kerja audit.
2. Untuk mengetahui program kerja audit dan bentu-bentuk program kerja
audit.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyajian laporan.
4. Untuk mengetahui contoh laporan audit manajamen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kertas Kerja Audit


Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat dan data-
data yang dikumpulkan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas
audit. Untuk memberikan gambaran yang lengkap terhadap proses audit, KKA
harus mencerminkan langkah-langkah kerja audit yang ditempuh, pengujian-
pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan hasil audit.
1. Manfaat kertas kerja audit
Setiap auditor wajib membuat KKA pada saat melaksaanakan tugas audit,
manfaat utama KKA antara lain:
 Merupakan dasar penyusunan laporan hasil audit.
 Merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi
pekerjaan para pelaksana audit.
 Merupakan alat pembuktian dari laporan hasil audit.
 Menyajikan data untuk keperluan referensi.
 Merupakan salah satu pedoman untuk tugas audit berikutnya.

Begitu pentingnya KKA bagi suatu penugasan audit, maka penyusunan


KKA oleh auditor harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Lengkap
2. Bebas dari kesalahan
3. Didasarkan atas fakta dan argumentasi yang rasional
4. Sistematis, bersih, mudah dipahami, dan diatur dengan rapi
5. Memuat hal-hal penting yang relevan dengan audit
6. Mempunyai tujuan yang jelas
7. Sedapat mungkin hindari pekerjaan menyalin ulang
8. Dalam setiap kertas kerja harus mencantumkan kesimpulan hasil
audit dan komentar atau catatan reviewer.

3
2. Bentuk isi dan kertas kerja Audit
Bentuk KKA pada audit manajemen menekankan kepada
bagaimana menyiapkan temuan-temuan audit untuk digunakan dalam
penyusunan laporan audit. Secara lebih rinci, bentuk KKA pad audit
manajemen adalah sebagai berikut:
1. Pada sampul KKA ditulis : Kertas Kerja Audit” kemudian
mengikuti di bawahnya :
Nama objek audit : Tulis nama perusahaan atau unit yang
diaudit
Program/aktivitas yang diaudit : Tulis program/altivitas
yang diaudit
Periode audit : tulis periode/aktivitas yang diaudit
2. Halaman pertama KKA adalah daftar is dari KKA tersebut
3. Halaman berikunya secara beurutan adalah :
a. Daftar simbol audit (tick mark) disertai penjelasanya.
b. Tembusan surat tugas.
c. Program kerja audit
d. Kelompok-kelompok kertas kerja

Isi dan kelompok kertas kerja didusun sebagai berikut:


Kelompok I-AUDIT PENDAHULUAN, meliputi:
Subkelompok 1: program kerja audit pendahuluan
Subkelompok 2: Hasil audit pendahuluan, meliputi:
i. Informasi umum tentang program/aktivas yang diaudit
ii. Penelaahan berbagai peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan program/aktivitas yang diaudit.
iii. Ikhtisar hasil temua audit pendahuluan.

Kelompok II-REVIEW DAN PENGUJIAN PENGENDALIAN MANAJEMEN,


meliputi:

4
Sub kelompok 1: program kerja audit atau Riview dan Pengujian
Pengendalian Manajemen termasuk internal control questionnaire (ICQ)
yang digunakan.
Subkelompok 2: hasil audit atas riview dan Pengujian Pengendalian
Manajemen, meliputi:
i. Penelaahan terhadap berbagai peraturan dan kebijakan yang
berlaku pada objek audit.
ii. Ikhtisar hasil temuan audit adat Riview dan Pengujia
Pengendalian Manajemen.

Kelompok III: AUDIT LANJUTAN, meliputi:


Subkelompok 1: program kerja audit lanjutan
Subkelompok 2: hasil audit lanjutan, terdiri atas:
i. Pengembangan temuan.
ii. Daftar temuan dan rekomendasi.

Kelompok IV: LAPORAN HASIL AUDIT meliputi:


Konsep laporan hasil audit dan tembusan laporan hasil audit.

3. Pengorganisasian kertas kerja audit


Pengorganisasian KKA harus selalu dikaitkan dengan tujuan audit utama
(primary audit objective) atau sub-sub tujuan yang ditetapkan auditor.
Pengelompokan KKA harus didasarkan pada sasaran utama atau sub-subtujuan
audit yang telah ditetapkan. Untuk mempermudah pengelompokan dan untuk
menunjukan dengan jelas keterkaitan masing-masing kelompok, maka dalam
penyusunan KKA perlu ditentukan sistem pemberian indeks dan sistem klasifikasi
KKA. KKA pada audit manajemen mengelompokkan bukti-bukti yang diperoleh
sesuai dengan elemen tujuan auditr. Jadi dengan demikian setiap KKA akan
menyajikan temuan kelompok kriteria, penyebab, da akibat, baik dalam bentuk
temuan yang bersifat rinci maupun kesimpulan untuk masing-masing elemen
tujuan audit tersebut.

5
B. Program Kerja Audit
Program kerja audit merupakan rencana dan langkah kerja yang harus
dilakukan selama audit, yang didasarkan atas tujuan dan saaran yang ditetapkan
serta informasi yang ada tentang program/aktivitas yang diaudit. Ada beberapa
manfaat dari penyusunan program kerja audit, antara lain:
a. Merupakan suatu rencana yang sistematis tentang setiap tahap kegiatan
yang bisa dikomunikasikan kepada semua tim audit.
b. Merupakan landasan yang sistematis dalam memberikan tugas kepada para
auditor dan supervisornya.
c. Sebagai dasar untuk membandingkan pelaksanaa kegiatan dengan rencana
yang telag disetujui dan dengan standar serta persyaratan yang telah
ditetapkan.
d. Dapat membantu para auditor yang belum berpengalaman dan
membiasakan meeka dengan ruang lingkup, tujuan serta langkah-langkah
kegiatan audit.
e. Dapat membantu auditor untuk mengenali sifat pekerjaan yang telag
dikerjakan sebelumnya.
f. Dapat mengurangi kegiatan pengawasan langsung oleh supervisor.
Program kerja audit disusun untuk setiap tahapan audit yang dilakukan.
Program kerja audit pendahuluan mengcakup pengumpulan informasi umum
tentang objek yang diaudit, cara pelaksanaan prosedur, dan sistem operasional
yang diterapkan dalam perushaan tersebut. Dalam tahap audit ini, auditor harus
melakukan pengujian pendahuluan (primary test) atas informasi yang diperoleh
untuk mengidentifikasi aktivitas yang masih memerlukan perbaikan. Identifikasi
ini disebut possibel audit objective. Hasil identifikasi ini kemudian dianalis untuk
menentukan informasi yang dapat berkembang menjadi tujuan audit sementara
(tentative audit objective). Dari bukti-bukti sasaran sementara ini auditor
kemudian menetapkan langkah-langkah kerja spesifik yang perlu untuk tahap
audit berikutnya.
Pada tahap audit pengujian dan riview atas pengendalian manajemen,
program kerja audit biasanya memuat langkah-langkah audit yang bertujuan untuk

6
menemukan bagiam-bagian yang mengandung kelemahan pada sistem
pengendalian manajemen SPM yang diterapkan objek audit. Langkah-langkah
kerja pada tahap audit ini harus mengarahkan auditor tidak hanya memperoleh
informasi tentang keandalan sistem pengendalian manajemen tetapi juga
memperoleh bukti-bukti yang diperlukan untuk merumuskan secara tepat tujuan
audit sementara menjadi tujuan audit yang sesungguhnya (definitive audit
objective).
Sedangkan program kerja audit untuk tahap audit lanjtan, memuat langkah-
langkah rinci untuk mendapatkan bukti yang cukup, material dan relevan dalam
mendukung temuan-temuan yang menjadi dasar rekomendasi (perbaikan).
Program kerja audit pada tahap audit ini, harus memberikan panduan kepada
auditor dalam pengembangan temuan yang dilakukannya.
Setiap program kerja audit biasanya mengandung empat hal pokok, yaitu:
1. Informasi pendahuluan, yang memuat:
 Informasi latar belakang mengenai prgram/aktivitas yang diaudit
yang berguna bagi para auditor dalam memahami dan
melaksanakan program kerja auditnya. Bagian ini harus disajikan
seringkas mungkin.
 Komemtar berbagai pihak yang berkompeten berkaitan dengan
tujuan audit, termasuk komentar auditor sendiri.
2. Pertanyaan tujuan audit, menyajikan tentang :
 Tujuan yang dicapai berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi
dan perbaikan yang diharapkan dapat tercapai.
 Cara pendekatan audit yang dipilih
 Pola pelaporan yang dikhendaki
3. Intruksi-intruksi khusus
4. Langkah-langkah kerja.
Langkah-langkah kerja memuat tentang pengarahan-pengarahan khusu
pelaksanaan tugas audit, sesuai dengan tahapan auditnya, meliputi:
a. Audit pendahuluan meliputi:
1) Pembicaraan pendahuluan dengan objek audit.

7
2) Pengumpulan informasi umum, penelaahan peraturan, evaluasi
prosedur kerja, dan sistem operasional.
3) Tes pendahuluan atas informasi yang diperoleh guna
mengidentifikasi tujuan audit sementara
b. Pembuatan ihktisar hasil audit pendahuluan.
1) Riview dan pengujian pengendalian manajemen, meliputi:
2) Pengujian pengendalian manajemen
3) Pembuatan ikhtisar hasil temuan pegujian pengendalian
manajemen
c. Audit lanjutan, meliputi:
1) Pengembangan temuan hasil pengujian pengendalian
manajemen
2) Penyajian hasil audit lanjtan (daftar temuan)
3) Pembahasan temuan dengan penanggung jawab audit
4) Pembahasan hasil audit lanjutan dengan objek audit
5) Penyusunan rekomendasi
Begitu pentingnya prorgram kerja audit dalam manajemen, maka penyususn
program kerja audit harus dibuat sedemikian rupa agar bisa digunakan sebagai
sarana pengendalian pelaksanaan audit. Berikut ini disajikan beberapa ketentuan
yang harus diperhatikan dalam menyusun program kerja audit:
1. Tujuan audit harus dinyatakan secara jelas dan harus dapat dicapai atas
dasar pekerjaan yang direncanakan dalam program audit.
2. Program kerja audit harus disusun sesuai dengan penugasan yang
bersangkutan
3. Setiap langkah kerja harus berbentuk intruksi-intruksi mengenai
pekerjaan yang harus dilakukan
4. Setiap langkah kerja harus merinvi pekerjaan yang harus dilakukan
disertai alasan-alasannya
5. Program kerja audit harus meggambarkan urutan prioritas langkah-
langkah kerja yang harus dilaksanakan.

8
6. Program kerja audit harus fleksibel dan setiap perubahan yang dilakukan
harus dengan persetujuan auditor
7. Program kerja hendaknya hanya beisi informasi yang perlu untuk
melaksanakan audit dan evaluasi secara cepat.
8. Program kerja audit tidak boleh memuat perintah untuk memperoleh
informasi yang telag ada dalam permanent file.
9. Program kerja audit harus menyertakan taksiran-taksiran waktu yang
diperllukan sesuai dengan rencana kerja audit untuk melaksanakan yang
bersangkutan
10. Program kerja audit disiapkan oleh ketua tim audit dan harus dibahas
bersama-sama dengan pengawas dan seluruh anggota tim audit.
Program Kerja Audit Pendahuluan

Petunjuk Pengisian:
1. Nama Perusahaan: diisi dengan nama perusahaan yang
program/aktivitasnya diaudit, misalnya: PT Gunung Merapi.

9
2. Program/Aktivitas yang Diaudit: diisi dengan program/aktivitas yang
sedang diaudit, misalnya: Pelatihan Karyawan.
3. Periode Audit: diisi dengan periode (jangka waktu) yang tercakup dalam
audit, misalnya Juli 2008 atau tahun 2008.
4. No. KKA: diisi dengan nomor KKA yang berkaitan dengan program kerja
audit tersebut.
5. Diaudit oleh dan Tanggal: diisi dengan penyusun program kerja audit
tersebut dan tanggal selesainya program kerja audit tersebut disusun.
6. Direview oleh dan Tanggal: diisi dengan supervisor audit yang
menyetujui program kerja audit tersebut dan tanggal persetujuan
dilakukan.
7. Tujuan: diisi dengan tujuan dari dilakukannya audit pendahuluan,
misalnya:
a. Mendapatkan informasi umum “Program Pelatihan Karyawan.”
b. Mengidentifikasi aspek manajemen dan berbagai masalah yang terjadi
berkaitan dengan program pelatihan karyawan yang dilakukan PT
Merapi.
c. Sebagai dasar penyusunan program kerja audit tahap berikutnya, yaitu
pengujian dan review atas system pengendalian manajemen.
8. Langkah Kerja: diisi dengan intruksi-intruksi kepada auditor untuk
mengumpulkan informasi latar belakang program/aktivitas yang diaudit,
agar pengetahuan auditor tentang program/aktivitas yang diaudit menjadi
semakin luas.
9. Dilaksanakan Oleh: diisi dengan nama auditor yang ditugaskan
melaksanakan audit pendahuluan sesuai dengan intruksi-intruksi yang
tertuang dalam program kerja audit ini.
10. Waktu yang Diterapkan: diisi dengan perkiraan waktu yang diperlukan
dalam melaksanakan tahap audit pendahuluan tersebut.

10
Program Kerja Review dan Pengujian atas Sistem Pengendalian
Manajemen.

Petunjuk Pengisian
1. Tujuan Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen: Diisi dengan
pernyataan tujuan dilakukannya review dan pengujian terhadap
pengendalian manajemen. Misalnya: “untuk menilai dan menguji
efektivitas pengendalian manajemen dan lebih mengenali adanya
kelemahan-kelemahan pada sistem pengendalian manajemen tersebut,
sehingga dapat dipastikan apakah tujuan audit sementara dapat dilanjutkan
menjadi tujuan audit yang sesungguhnya atau tidak perlu dilanjutkan pada
tahap audit lanjutan, karena kurangnya bukti pendukung.”
2. Internal Control Questionnaire (ICQ): Diisi dengan pertanyaan yang
diajukan untuk menguji sistem pengendalian manajemen perusahaan.
Perumusan pertanyaan diatur sedemikian rupa dengan jawaban “ya” untuk

11
kondisi pengendalian manajemen yang memuaskan atau “tidak” untuk
pengendalian manajemen yang tidak memuaskan, misalnya:
a. Apakah program pelatihan karyawan yang dilaksanakan sudah
berdasarkan pada rencana yang ditetapkan sebelumnya?
b. Apakah pelaksanaan pelatihan karyawan yang dilakukan tidak
mengganggu operasi yang sedang berjalan?
3. Langkah Kerja: Diisi dengan instruksi-instruksi langkah kerja yang harus
dilakukan baik untuk jawaban “ya” maupun “tidak” atas pertanyaan yang
diajukan. Misalnya: “jika pertanyaan pada butir a dijawab ‘ya’, maka
tentukan langkah kerja untuk membuktikan kebenaran jawaban tersebut,
sedangkan jika dijawab “tidak”, tentukan langkah kerja yang harus
dilakukan untuk menilai apa yang dijadikan dasar pelaksanaan dari
program pelatihan karyawan tersebut. Demikian juga untuk pertanyaan
pada butir b.

Program Kerja Audit Lanjutan

12
Petunjuk Pengisian
1. Tujuan Audit Lanjutan: Diisi dengan pernyataan tujuan mengapa audit
lanjutan dilakukan. Audit lanjutan dilakukan adalah untuk mendapatkan
bukti yang cukup untuk mendukung tujuan audit definitif yang telah
diperoleh pada tahap review dan pengujian terhadap sistem pengendalian
manjemen, misalnya untuk menilai:
a. Apakah peserta pelatihan karyawan telah diseleksi secara memadai
sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
b. Apakah pelatihan karyawan telah menggunakan metode yang tepat.
c. Apakah pelatihan karyawan telah berhasil mencapai tujuannya.
2. Judul Temuan: Diisi dengan judul temuan yang akan dikembangkan,
misalnya:
a. Peserta pelatihan karyawan tidak ditentukan berdasarkan seleksi yang
memadai.
b. Metode yang digunakan untuk pelatihan karyawan ini tidak
mengombinasikan antara metode pelatihan di kelas dan metode
pelatihan lapangan. Metode yang digunakan sepenuhnya metode
pelatihan di kelas.
c. Sebagian dari tujuan pelaksanaan pelatihan karyawan tidak tercapai.
3. Langkah Kerja: Diisi dengan instruksi-instruksi langkah kerja yang
diperlukan untuk mengembangkan temuan sesuai dengan yang telah
dirumuskan pada judul temuan, misalnya:
a. Mendapatkan ketentuan tentang kualifikasi karyawan yang berhak
untuk mengikuti pelatihan.
b. Mendapatkan ketentuan tentang metode pelatihan yang tepat untuk
pelatihan karyawan pada biadng ini.
c. Mendapatkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pelatihan
karyawan ini.

13
Daftar Temuan dan Rekomendasi

Petunjuk Pengisian:
1. Kondisi: diisi dengan keadaan yang dijumpai auditor, yang masih
memerlukan perbaikan. Keadaan tersebut harus merupakan hasil suatu
analisis, sehingga dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya,
misalnya “Sebanyak 25% dari peserta pelatihan karyawan berpendidikan
dibawah tingkat sarjana dengan masa kerja 0 tahun.”
2. Kriteria: diisi dengan norma/standar/tolak ukur yang digunakan sebagai
pembanding/pengukur kondisi. Kriteria yang dicantumkan adalah kriteria
yang sudah pasti, yang merupakan kesepakatan antara pihak objek audit
dan auditor. Misalnya: “Untuk dapat menyerap materu pelatihan ini
peserta pelatihan harus memiliki tingkat pendidikan minimal sarjana
dengan pengalaman kerja di bidangnya minimal 3 tahun.”
3. Penyebab: diisi dengan penyebab terjadinya penyimpangan dari kondisi,
setelah dibandingkan dengan kriteria. Misalnya: “Panitia pelatihan
mengabaikan kualifikasi tingkat pendidikan dan pengalaman kerja calon
peserta untuk memenuhi batas minimal peserta pelatihan.”
4. Akibat: diisi dengan akibat dari kelemahan yang terjadi. Misalnya:
“Sebanyak 25% dari peserta pelatihan karyawan tidak bias menyerap
materi pelatihan yang diberikan (tidak lulus).”

14
5. Komentar Manajemen Perusahaan: diisi dengan komentar pejabat yang
berwenang terhadap program pelatihan tersebut. Misalnya: Ketua
Pelaksana Pelatihan.
6. Tanggapan Auditor: diisi dengan tanggapan auditor terhadap komentar
pejabat yang berwenang berkaitan dengan kondisi yang terjadi.
7. Rekomendasi: diisi dengan saran perbaikan yang diberikan auditor kepada
pejabat yang berwenang untuk memperbaiki kelemahan program pelatihan
karyawan yang dilaksanakan di masa yang akan datang. Misalnya:
“Perencanaan pelatihan karyawan harus dilakukan dengan matang dan
diimbangi dengan sosialisasi rencana pelatihan yang memadai.”

C. Pelaporan
1. Penyajian Laporan Mengikuti Arus Informasi
Dalam cara ini, auditor menyajikan hasil auditnya dalam laporan
berdasarkan informasi yang diperoleh sesuai dengan tahapan-tahapan audit yang
dilakukan. Auditor memperoleh informasi dengan tahapan-tahapan audit sebagai
berikut:
1. Pengumpulan informasi latar belakang pada tahap audit
pendahuluan.
2. Menetapkan tujuan audit yang sesungguhnya (definitive audit
objective) berdasarkan hasil review dan pengujian terhadap sistem
pengendalian manajemen.
3. Pengumpulan bukti-bukti audit dan pengembangan temuan yang
berkaitan dengan tujuan audit, pada tahap audit lanjutan.
4. Menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti audit yang berhasil
dikumpulkan.
5. Merumuskan rekomendasi.
6. Menyatakan ruang lingkup audit yang telah dilakukan.
Sesuai dengan tahap audit, auditor mengorganisasikan laporan hasil
auditnya berdasarkan apa saja yang dilakukan dan yang ditemukan selama
melaksanakan tahapan- tahapan audit.

15
2. Penyajian Laporan yang Menitikberatkan pada Kepentingan
Pengguna
Penyajian dengan menggunakan cara ini menitikberatkan pada
kepentingan para pengguna laporan hasil audit. Umumnya para pengguna
laporan lebih berkepentingan terhadap temuan auditnya daripada bagaimana
auditor melakukan audit. Dalam laporan jenis ini dibutuhkan penyajian yang
dapat menjawab secara cepat pertanyaan dari pengguna, sajian tersebut
biasanya berupa kesimpulan atas audit yang dilakukan auditor. Dalam
penyajian ini, auditor mengikuti format sebagai berikut:
a. Informasi latar belakang
Informasi tersebut merupakan informasi umum tentang tentang
perusahaan dan program/aktivitas yang diaudit. Pada bagian ini auditor
harus mampu memberikan gambaran umum tentang tujuan dan
karakteristik perusahaan serta program/aktivitas yang diaudit, sifat, ukuran
program, serta organisasi manajemennya. Pada bagian ini juga disajikan
apa alasan mendasar dilakukannya audit manajemen.
b. Kesimpulan temuan audit
Untuk meyakinkan pengguna laporan audit, auditor harus menyajikan
temuan-temuan yang diperoleh sebagai pendukung setiap kesimpulan yang
dibuat. Kesimpulan dalam audit manajemen selalu dibuat berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh pada saat melakukan audit., baik audit
yang berhubungan dengan kriteria, penyebab ataupun akibat. Dalam
menyajikan temuan audit, auditor harus memerhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Judul bab harus mengidentifikasi pokok persoalan dan sedapat
mungkin juga arah dari temuan.
b. Pokok-pokok setiap temuan harus diikhtisarkan secara singkat dan
harus mengungkapkan kepada pengguna akan adanya uraian yang
mendukung an menjelaskan pokok-pokok temuan tersebut.

16
c. Auditor harus menggambarkan kepada pengguna laporan tentang hal-
hal yang ditemukan baik bersifat negative atau positif, apa penyebab,
akibat dari temuan tersebut.
d. Dalam penyajian temuan auditor juga harus mempertimbangkan dan
mengevaluasi komentar para pihak yang berkaitan dengan
program/aktivitas yang diaudit.
e. Semua penyajian temuan harus diakhiri dengan suatu pernyataan
yang menjelaskan sikap auditor atas dasar pertimbangan yang matang
terhadap informasi yang diperoleh.
c. Rumusan rekomendasi
Rekomendasi merupakan saran perbaikan yang diberikan oleh auditor
tas beebagai kekurangan/kelemahan yang terjadi pada program/aktivitas
yang diaudit. Auditor harus memberikan rekomendasi kepada atasan dari
pengelola program /aktivitas yang diaudit. Rekomendasi harus disertakan
dalam laporan hasil audit. Setiap rekomendasi diajukan ole auditor harus
dilengkapi dengan analisis yang menyangkut adanya peningkatan
ekonomisasi, efisiensi, atau efektifitas yang akan dicapai dalam
pelaksanaan program/aktivitas serupa di masa depan atau juga termasuk
berbagai kemungkinan kerugian yang akan terjadi pada perusahaan jika
rekomendasi tersebut tidak dilaksanakan.
d. Ruang lingkup audit
Ruang lingkup audit menunjukan berbagai aspek dari
program/aktivitas yang diaudit dan periode waktu dari laporan/aktivitas
yang diaudit oleh auditor. Pada bagian ini juga harus disajikan seberapa
mendalam audit tersebut dilakukan. Untuk hal-hal yang tidak termasuk
dalam lingkup audit ini, sebaiknya tidak disajikan di dalam laporan yang
dibuat supaya tidak mengaburkan pemahaman pengguna laporan terhadap
hasil audit yang disajikan auditor.

17
D. Contoh Laporan Audit Manajemen

Surabaya, 01 April 2009


No : 054/KAP/TV/2009
Lampiran : 3 eksemplar
Perihal : Laporan Hasil Audit Manajemen

Kepada
Yth. Direktur RS Puri Sartika
di Surabaya

Kami telah melakukan audit atas Pengelolaan Piutang pada Rumah Sakit
Puri Santika untuk periode tahun 2007/2008. Audit kami tidak dimaksudkan
untuk memberikan pendapatan atas kewajaran laporan keuangan perusahaan dan
oleh karenanya, kami tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut.
Audit kami hanya mencakup bidang Pengelolaan Piutang yang dimiliki (terjadi
pada) Rumah Sakit. Audit tersebut dimaksudkan untuk menilai ekonomisasi
(kehematan), efisiensi (daya guna), dan efektivitas (hasil guna). Pengelolaan
piutang yang dilakukan dan memberikan saran perbaikan atas kelemahan
pelayanan yang ditemukan selama audit, sehingga diharapkan di masa yang akan
datang dapat dicapai perbaikan atas kekurangan tersebut dan perusahaan dapat
beroperasi dengan lebih ekonomis, efisien, dan lebih efektif dalam mencapai
tujuannya.
Hasil audit kami sajikan dalam bentuk laporan audit yang meliputi:
Bab I : Informasi Latar Belakang
Bab II : Kesimpulan Audit yang didukung dengan Temuan
Audit
Bab III : Rekomendasi
Bab IV : Ruang Lingkup Audit
Dalam melaksanakam audit kami telah memperoleh banyak bantuan,
dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak baik jajaran direksi maupun staf
yang berhubungan dengan pelaksanaan audit ini. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih atas kerja sama yang telah terjalin dengan baik ini.
Kantor Akuntan Publik
Rawiatmaja dan Rekan

IBEKA.RAWIATMAJA,S.E.,M.M.,Ak.,BAP

18
BAB I
Informasi Latar Belakang
PT Rumah Sakit Puri Sartika (Selanjutnya disebut “Perusahaan”) berlokasi di JL.
Amerta No7-9 Suarabaya, didirikan 10 November 1995 oleh para pendiri yang
terdiri atas:
1. Dr. Sanjivani
2. Dr. Silvanus Sanjaya
3. Markonah Astiawati
4. Dr. Savitri Dewi Maharani
5. Dr. Sidarta Candra Aditya
Tujuan dari didirikannya Perusahaan adalah untuk memberikan jasa pelayanan
dan kesehatan dan jasa konsultasi kesehatan dengan pelayanan yang akurat, tepat
waktu dan penuh cinta kasih. Secara keseluruhan jasa pelayanan yang diberikan
dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu
1. Jasa pelayanan medis dan penunjang medis yang meliputi:
a. Rawat Inap
b. Rawta Jalan
c. Instalasi Rawat Darurat
d. Laboratorium
e. Instalasi Farmasi
2. Jasa konsultasi kesehatan
Susunan direksi perusahaan adalah sebagai berikut:
Direktur utama : Dr. Sanjivani
Direktur Medik : Dr. Savitri Dewi Maharani
Direktur Administrasi dan Keuangan : Markonah Astiawati
Sedangkan tujuan dilakukannya audit adalah untuk:
1. Menilai kecukupan prosedur Pengelolaan Piutang yang digunakan dalam
menyelenggarakan operasi rumah sakit
2. Menilai ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas Pengelolaan Piutang yang
dimiliki perusahaan
3. Memberikan berbagai saran perbaikan dan kelemahan Pengelolaan Piutang
yang ditemukan

19
BAB II
Kesimpulan Audit
Berdasarkan temuan (bukti) yang kami peroleh selama audit yang kami lakukan,
kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Kondisi:
1. Prosedur penjualan yang menimbulkan piutang (penjualan kredit) mengandung
beberapa kelemahan di antaranya:
i. Tidak terdapat prosedur yang dapat memastikan bahwa pasien yang berobat
dengan tanggungan Perusahaan telah disetujui oleh pihak berwenang pada
Perusahaan penanggung.
ii. Tidak ada prosedur yang menjamin bahwa pasien yang berobat akan
melunasi biaya pengobatan pada saat pasien yang bersangkutan pulang dari
rumah sakit (ini terjadi terutama pada pasien tanpa tanggungan Perusahaan
yang akhirnya menimbulkan adanya piutang pribadi).
iii. Tidak ada prosedur yang memadai untuk memastikan bahwa pasien atas
tanggungan perusahaan akan membayar kelebihan biaya perawatan apabila
pasien tersebut menggunakan fasilitas yang melebihi dari batas atas biaya
perawatan yang ditanggung Perusahaan. Hal ini berlaku juga untuk pasien
yang berobat atas tanggungan perusahaan asuransi.
2. Pencatatan terjadinya piutang ke dalam kartu piutang perusahaan belum
dilakukan secara tertib dan disiplin oleh petugas pencatat piutang
3. Pencatatan mutasi piutang, terutama yang berasal dari pembayaran oleh debitor
tidak selalu bisa dihubungkan dengan keberadaan piutang di masing-masing
kartu piutang, sesuai dengan terjadinya.
4. Penyajian piutang pada neraca tahunan belum menunjukkan keadaan piutang
yang sesungguhnya bisa ditagih perusahaan, karena di dalamnya masih
terdapat piutang diragukan ketertagihannya (tidak tertutupi oleh penyisihan
kerugian piutang yang dibentuk).
5. Perusahaan belum melakukan penghapusan terhadap piutang sudah
kadaluwarsa (sudah melewati masa penyisihan sesuai dengan kebijakan
akuntansinya)
6. Terjadi jumlah piutang yang sangat besar pada debitor tertentu (terutama untuk
debitor afiliasi)

Kriteria:
1. Untuk memutuskan terjadinya penjualan kredit, harus ada jaminan bahwa
pasien yang berobat akan membayar semua biaya pengobatan tepat pada
waktunya
2. Pencatatan piutang ke dalam kartu piutang harus dilakukan secara kronologis
dan tepat waktu, sesuai dengan tanggal terjadinya untuk setiap debitor

20
3. Penerimaan kas dari pembayaran piutang oleh debitor harus selalu dapat
dihubungkan dengan bagian mana dari piutang yang dikreditkan, sehingga jelas
dari berbagai transaksi timbulnya piutang yang terjadi dapat diikuti dengan
pembayarannya
4. Penyajian piutang di dalam neraca harus mencerminkan keberadaan piutang
yang kemungkinan besar dapat ditagih. Oleh karena itu, Perusahaan harus
membentuk penyisihan kerugian piutang yang memadai sebagai penilai dari
saldo piutang yang dimiliki perusahaan.
5. Untuk piutang yang telah jatuh tempo lebih dari tiga tahun tetapi belum
dibayar, tingkat penyisihan kerugiannya adalah 100%. Oleh karena itu untuk
piutang yang sudah melewati masa penyisihan (telah jatuh tempo diatas tiga
tahun) seharusnya sudah dihapuskan dari pembukuan.

Penyebab:
1. Belum ada pedoman baku secara tertulis yang dimiliki perusahaan, dalam
prosedur dan sistem akuntansi yang digunakan saat ini.
2. Karyawati di bagian piutang sebagian merupakan karyawan baru dan belum
memiliki pengalaman yang memadai dalam mengelola piutang perusahaan
dengan bisnis rumah sakit.
3. Belum tersedia kebijakan dan atau peraturan memadai yang berkaitan dengan
penentuan batas tertinggi jumlah piutang untuk satu debitor dan penghapusan
terhadap piutang yang telah kadaluwarsa.

Akibat:
1. Informasi Piutang yang tercatat di kartu piutang, buku besar piutang, dan
jumlah piutang di dalam neraca tidak selalu sama serta diragukan
keakuratannya
2. Banyak piutang yang tingkat ketertagihannya rendah (diragukan)
3. Banyak piutang yang tidak diakui sebagai utang oleh debitor
4. Piutang yang tersajikan di dalam neraca tidak mencerminkan bahwa piutang
tersebut adalah aset likuid yang dimiliki perusahaan yang bisa diharapkan
sebagai sumber kas masuk untuk mendanai operasional perusahaan
5. Perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp. 7.272.608.644 karena piutang
tidak dapat ditagih.

Pejabat yang bertanggung jawab:


Direktur Administrasi dan Keuangan

21
DAFTAR RINGKASAN TEMUAN AUDIT
No Kondisi Kriteria Penyebab Akibat
1 Surat penagihan Pengiriman Debitor mau Debitor
disertai dengan kuitansi asli membayar jika menyatakan
kuitansi asli dengan materai tagihan yang telah membayar
bermaterai cukup dikirim karena sudah
merupakan Perusahaan memegang
tanda terima dilengkapi dengan kuitansi asli
uang dan kuitansi asli bermaterai
kuitansi ini baru bermaterai. cukup,
diterbitkan jika walaupun
uang sudah mungkin
diterima pembayaran
belum
dilakukan.
2 Beberapa Setiap bulan Perusahaan tidak Sebagaian
debitor menolak perusahaan mengirim piutang tidak
mengakui harus mengirim konfirmasi dab diakui oleh
jumlah utang surat pernyataan surat pernyataan debitor karena
seperti yang utang kepada utang kepada terjadi
dikonfirmasikan. debitor untuk debitor untuk perbedaan
Selain itu memastikan mencocokan pengakuan
banyak tagihan piutang yang jumlah piutang jumlah antara
yang ditolak tercatat pada yang sebenarnya. perusahaan
karena ada kartu piutang dengan debitor
perbedaan debitor yang dan untuk
jumlah piutang bersangkutan piutang ini
menurut adalah benar. diragukan
perusahaan dan ketertagihannya.
yang diakui
sebagai utang
oleh debitor
3 Pembuatan Pencatatan kas Debitor tidak Sering terjadi
jurnal kas masuk yang mengirim bukti kesalahan dalam
masuk, terutama diterima dari transfer kepada pengkredian
untuk debitor dalam perusahaan dan piutang dalam
pembayaran jurnal tidak memberikan kartu piutang
melalui bank, penerimaan kas penjelasan terhadap debitor
hanya mencatat harus memuat tentang rincian yang telah
jumlah transfer penjelasan utang yang membayar dan

22
yang diterima tentang identitas dibayar. perbedaan
perusahaan debitor yang jumlah antara
(tidak memuat membayar dan saldo kartu
rincian tentang untuk transaksi piutang
pembayaran yang mana dibandingkan
yang diterima pembayaran dengan jumlah
untuk transaksi tersebut yang terdapat
yang mana) dilakukan buku besar.
4 Perusahaan Biaya transfer Karyawan beum Perusahaan
menanggung pembayaran memahami menanggung
beban penagihan bukan penerapan beban yang
piutang yang merupakan ketentuan ini. lebih besar
terlalu tinggi beban daripada yang
perusahaan seharusnya.
5 Pembayaran Pasien harus Perusahaan tidak Perusahaan
diterima dari membayar memiliki prosedur menderita rugi
perusahaan sebesar biaya tercatat tentang karena
asuransi lebih pengobatan yang konfirmasi menerima
kecil daripada harus kepada asuransi pembayaran
yang seharusnya ditanggungnya untuk penanganan yang lebih kecil
dibebankan atau perusahaan pasien yang dari biaya
kepada pasien harus menerima berobat atas perawatan
(untuk pasien pembayaran tanggungan pasien yang
yang berobat sesuai dengan perusahaan dikeluarkan
dengan jasa yang telah asuransi.
tanggungan diberikan
perusahaan
asuransi
7. Beberapa Harus dipastikan Petunjuk teknis Piutang tidak
debitur menolak terlebih dahulu penelusuran status tertagih menjadi
bahwa pasien penanggung pasien atas sangat tinggi
yang ditagih jawab pasien tanggungan karena tidak
biaya dan batas perusahaan jelasnya
pengobatannya maksimum debitur dan penanggung
sebagai biaya pernyataan dari biaya
karyawan pengobatan yang sebagai penjamin pengobatan
perusahaan ditanggung oleh atas pasien tersebut.
tersebut. perusahaan tersebut belum
debitur sebelum dimiliki secara
diterima unuk tertulis.

23
dilayani.
8. Sering terjadi Harus dipastikan Perjanjian tentang Terjadi
kesalahan dalam terlebih dahulu batas atas kesulitan dalam
penerapan tarif penanggung pelayanan untuk menagih
pelayanan jawab pasien masing-masing kelebihan biaya
terhadap pasien dan besarnya karyawan antara pengobatan
atas tanggungan batas maksimum Perusahaan yang harus
perusahaan pengobatan yang dengan debitur ditanggung
debitur dan ditanggung belum pasien dan arus
keterlambatan perusahaan disosialisasikan kas (cash flow)
dalam menagih debitur (pasien). secara memadai. Perusahaan
piutangnya. terganggu.
9. Saldo awal Saldo piutang Mutasi piutang Jumlah piutang
piutang di pada kartu tidak dicatat yang tercatat
beberapa kartu piutang harus secara kronologis pada kartu
piutang tidak sama dengan dan tidak tepat piutang tidak
sama dengan saldo piutang waktu serta kartu mencerminkan
saldo akhir pada buku besar piutang selalu jumlah yang
piutang bulan piutang dan dikerjakan setelah sebenarnya
sebelumnya saldo awal laporan keuangan untuk setiap
terhadap debitur piutang harus diterbitkan. debitur pad
yang sama. sama dengan periode
saldo akhir pada penyajiannya.
periode
sebelumnya.
10. Sering terjadi Surat tagihan Petugas terlambat Perusahaan
keterlambatan harus dikirim memisahkan bukti terlambat
pengiriman surat tepat waktu tagihan antara menerima
tagihan kepada sesuai dengan yang dikirim dan pembayaran
debitur jatuh temponya dokumennya, dan sehingga arus
walaupun surat piutang. tidak ada petugas kas terganggu.
tersebut sudah khusus untuk
siap untuk mengirimnya.
dikirim.
11. Rp Semua Kartu piutang Rp
6.712.890.306 pencatatan diterbitkan mulai 6.712.890.306
piutang yang transaksi harus awal tahun 2002 dan Rp
tercatat di kartu didukung bukti dan petugas 559.718.338
piutang tidak transaksi yang pencatat kartu piutang
didukung bukti, sah dan lengkap. piutang tidak diragukan

24
dan Rp tertib dalam keabsahannya
559.718.338 mencatat mutasi serta tingkat
piutang tidak piutang di kartu ketertagihannya.
tercatat di kartu piutang.
piutang tetapi
ditemukan bukti
piutang tersebut.

Bab III
Rekomendasi
Hasil audit yang dilakukan menemukan beberapa kelemahan yang harus menjadi
perhatian manajemen di masa yang akan datang. Kelemahan ini dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Kelemahan yang terjadi pada sistem dan prosedur akuntansi yang dimiliki
perusahaan,
2. Kelemahan yang terjadi karena kurang terlatihnya karyawan di bagian piutang
dalam mengelola piutang yang dimiliki perusahaan.
Atas keseluruhan yang terjadi, maka diberikan rekomendasi sebagai
koreksi atau langkah perbaikan yang bisa diambil manajemen untuk memperbaiki
kelemahan tersebut.
Rekomendasi:
1. Perusahaan harus memiliki sistem informasi akuntansi yang lengkap dan
memadai bagi operasi rumah sakit untuk mendukung praktik pencatatan
transaksi yang memadai, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
dan dapat dapat menyajikan informasi piutang yang akurat di neraca.
2. Karyawan yang bertugas untuk melakukan pengelolaan piutang, baik dalam
pendidikannya maupun pengalaman dan harus mendapatkan pelatihan yang
memadai untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas-
tugasnya.
3. Perusahaan harus membuat kebijakan dan peraturan yang cukup untuk menjadi
dasar dalam pengelolaan piutang, baik dalam menentukan batas maksimum
piutang maupun penghapusan piutang.
Keputusan untuk melakukan perbaikan atas kelemahan ini sepenuhnya
ada pada manajemen, tetapi jika kelemahan ini tidak segera diperbaiki kami
mengkhawatirkan terjadi akibat yang lebih buruk pada pengelolaan piutang
perusahaan di masa yang akan datang.

25
Bab IV
Ruang Lingkup Audit
Sesuai dengan penugasan yang kami terima, audit yang kami lakukan hanya
meliputi masalah pengelolaan piutang PT Rumah Sakit Puri Santika untuk periode
tahun 2007/2008. Audit kami mencakup penilaian atas kecukupan sistem
pengendalian manajemen pengelolaan piutang, personalia yang bertugas
mengelola piutang, dan aktivitas pengelolaan piutang itu sendiri.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat dan data-
data yang dikumpulkan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas
audit.
Program kerja audit merupakan rencana dan langkah kerja yang harus
dilakukan selama audit, yang didasarkan atas tujuan dan saaran yang ditetapkan
serta informasi yang ada tentang program/aktivitas yang diaudit. Ada beberapa
manfaat dari penyusunan program kerja audit, antara lain:
a. Merupakan suatu rencana yang sistematis tentang setiap tahap kegiatan
yang bisa dikomunikasikan kepada semua tim audit.
b. Merupakan landasan yang sistematis dalam memberikan tugas kepada para
auditor dan supervisornya.
c. Sebagai dasar untuk membandingkan pelaksanaa kegiatan dengan rencana
yang telag disetujui dan dengan standar serta persyaratan yang telah
ditetapkan.
d. Dapat membantu para auditor yang belum berpengalaman dan
membiasakan meeka dengan ruang lingkup, tujuan serta langkah-langkah
kegiatan audit.
e. Dapat membantu auditor untuk mengenali sifat pekerjaan yang telag
dikerjakan sebelumnya.
f. Dapat mengurangi kegiatan pengawasan langsung oleh supervisor.
Dalam cara ini, auditor menyajikan hasil auditnya dalam laporan berdasarkan
informasi yang diperoleh sesuai dengan tahapan-tahapan audit yang dilakukan.
Auditor memperoleh informasi dengan tahapan-tahapan audit sebagai berikut:
1. Pengumpulan informasi latar belakang pada tahap audit pendahuluan.
2. Menetapkan tujuan audit yang sesungguhnya (definitive audit objective)
berdasarkan hasil review dan pengujian terhadap sistem pengendalian
manajemen.

27
3. Pengumpulan bukti-bukti audit dan pengembangan temuan yang berkaitan
dengan tujuan audit, pada tahap audit lanjutan.
4. Menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti audit yang berhasil
dikumpulkan.
5. Merumuskan rekomendasi.
6. Menyatakan ruang lingkup audit yang telah dilakukan.
Sesuai dengan tahap audit, auditor mengorganisasikan laporan hasil auditnya
berdasarkan apa saja yang dilakukan dan yang ditemukan selama melaksanakan
tahapan- tahapan audit.

B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
oleh karena itu penulis banyak berharap kepada para pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini.

28
DAFTAR PUSTAKA

IBK. Bayangkara. 2014. Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi. Jakarta:


Salemba 4.

29

Anda mungkin juga menyukai