Anda di halaman 1dari 24

STANDAR AUDIT

“AUDITING 1”
Dosen : Prof. Dr. H. Arifuddin Mas'ud, S.E., M.Si.Ak. CA.,ACPA

OLEH :

KELOMPOK 7

1. ANDI MASRIDAYANTI (B1C120006)

2. INDAR UTAMI (B1C120018)

3. NURNA NINGSIH UTAMI (B1C120053)

4. ANDI MUHAMMAD SAID (B1C120007)

5. OCING GISRAINI (B1C120054)

6. YUSTIN (B1C1200??)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah auditing 1. Dalam menyelesaikanmakalah ini telah dilakukan untuk
mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan yang dimiliki,kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat, khususnya
bagibpenulis pribadi dan mahasiswa pada umumnya. Semoga pembahasan yang
dikemukakan dapat menjelaskan setiap materi dengan baik,

sehingga dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu saran dan kritik
yangmembangun dibutuhkan untuk memperbaiki dan meningkatkan tulisanselanjutnya.

Oleh karena itu, Kami membutuhkan kritik dan saran agar pembuatan makalah
kedepannya bisa jauh lebih baik. Terimakasih

Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kendari, 2 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

SAMPUL.................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

2.1. SA 706 “paragraf penekanan suatu hal dan paragraf”.............................................3

2.2. SA 720 “tanggung jawab auditor”.........................................................................10

2.3. SA 800 “Pertimbangan khusus-audit”...................................................................19

2.4. SA 805 “pertimbangan khusus-audit”...................................................................27

2.5. SA 810 “perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan”......................31

BAB III PENUTUP.............................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................38

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Standar audit, ini merupakan sebuah aturan yang ditetapkan agar bisa dijadikan sebagai
pedoman khusus untuk menilai dan melakukan evaluasi. Evaluasi tersebut merupakan
evaluasi mengenai laporan keuangan perusahaan tersebut.Proses auditing ini juga bisa
dianggap sebagai sebuah proses melakukan pemeriksaan dan juga penilaian serta evaluasi
mengenai hasil laporan keuangan. Proses tersebut dilakukan oleh seseorang baik internal
maupun eksternal.
Langkah melakukan penilaian terhadap laporan keuangan tersebut tentu berpegang pada
standar auditing yang ada untuk dijadikan acuannya. Acuan tersebut ditetapkan dan juga
disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dengan beberapa standar yang ada.
Standar tersebut meliputi standar umum, pekerjaan lapangan, dan juga pelaporan
interpretasinya.
SPA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang tercantum di
dalam standar auditing. SPA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus
diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap SPA
yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk di dalam
SPA adalah Interpretasi Standar Perikatan Audit (ISPA), yang merupakan interpretasi resmi
yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam
SPA. Dengan demikian, ISPA memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam
penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam SPA sehingga merupakan perlausan lebih
lanjut berbagai ketentuan dalam SPA.

1
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :

a) SA 706 ”Paragraf penekanan suatu hal dan paragraf hal lain dalam laporan audit
independen”?
b) SA 720 “tanggung jawab auditor atas informasi lain dalam dokumen yang berisi
laporan keuangan auditan ”?
c) SA 800 “pertimbangan khusus-Audit atas laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan kerangka bertujuan khusus”?
d) SA 805 “pertimbangan khusus- audit atas laporan keuangan tunggal dan
unsur,akun,atau pos spesifik dalam suatu laporan keuangan”?
e) SA 810 “perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan”?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. SA 706 PARAGRAF PENEKANAN SUATU HAL DAN PARAGRAF HAL LAIN DALAM

LAPORAN AUDIT INDEPENDEN

PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
1. Stand ar Audit ("SA") ini mengatur kom unikasi tambah an dalam I aporan
auditor ketika aud itor mengangga p perlu untuk:

(a) Menarik perhatian pengg una I aporan keuangan pada suatu hal atau
beberapa h al yang disajikan atau diungkapkan dalam la poran keuangan
yang sedemikian penting bahwa hal atau hal-hal tersebut ad alah fund
amental bagi pem aham an pengg una la poran keuangan; atau

(b) Menarik perhatian pengg una la poran keua an pada suatu hal atau
beberapa h al sel ain yang disajikan ata ungkapkan dalam la poran
keuangan yang relevan bagi pem ahaman una I aporan keuangan
atas aud it, tanggung j awab auditor, atau lapo

2. Lampiran 1 dan 2 mengidentifikasi SA-S mementuan tentu bagi auditor


untuk mencantumkan Paragraf suatu Paragraf Hal Lain dalam laporan
auditor. Dalam kongrers tentua SA ini yang berkaitan dengan bentuk dan
leta graf-para tersebut.

Tanggal Efektif
SA ini berlaku efektif untuk audit ata pada atau setelah: (i) tanggal 1 Januari 2014
(untuk entitas selain Emiten;untuk periode yang dimulai (untuk Emiten), atau (ii) tanggal
1dan dini dianjurkan).

3
Definisi
5. Untuk tujuan SA i, istil ah- istila h di bawah ini memiliki makn a sebagai berikut:
(a) Paragraf Penekan an Suatu H al: Suatu paragraf yang tercantum dalam laporan
auditor yang m engacu pad a su atu hal yang tela h disajikan atau diungkapkan
dengan tepat dalam laporan keu angan yang, menurut pei1imbang an aud itor,
sedemikian penting bahwa hal tersebut adalah fundamental bagi pemah aman
pengguna laporan keuang an atas laporan keuangan.
(b) Paragraf H al Lain: Suatu paragraf yang tercantum d alam laporan auditor yang
menga cu pa da su atu hal selain yang tel ah disaj ikan atau diungkapkan dalam
laporan keuangan yang, m enurut pei1imbangan aud itor, relevan bagipema
ham an penggun a laporan keuangan atas audit, tanggung j awab au ditor, atau
laporan auditor.

Ketentuan
Paragraf Penekanan suatu Hal dalam Laporan Auditor

6. Jika m enurut auditor perlu untuk menarik perh atian pengguna laporan keuang an atas
suatu h al yang disaj ikan atau diungkapkan d alam I aporan keuangan yang, m enurut
pei1imbangan aud itor, sedemikian penting bahwa hal tersebut a dala h fundamental
bagi pemahaman pengguna laporan keuangan atas laporan keuangan, maka aud itor h
arus m encantumkan paragraf Penekan an Suatu H al dalam laporan au ditor selam a
auditor tela h memperoleh bukti au dit yang cukup d an tepat bahwa tidak terdapat
kesalahan penyaj ian ma rial atas h al tersebut dalam laporan keuangan. Paragraf
tersebut h arus meng anya pada informasi yang disaj ikan atau diungkapkan d alam
laporan keuan ef: Para. A1-A2)

4
7. Ketika auditor mencantumkan paragraf Penekananal dalam I aporannya,auditor harus:
(a) Meletakkan paragraf tersebut para uditor;ini dalam laporan
(b) Menggunakan judul "PeneSuatu H u judul I aie
(c) Mencantumkan dalam paragraf tersebut jelas tentang hal yangdan ac pada catata as
Iaporan keuangan yang relevan hal diungkapkan dalam laporan keuangan; dan
(d) Mengindikasikan bahwa opini dimodifikasi sehubungan dengan hal yang ditekankan
tersebut. (Re .3-A4)

Paragraf HaI Lain dalam Auditor

8. Jika menurut aturan pengomunian suatu hal lain selain yang telahdisajikan diunporan
keuangan yang, menurut audit bagi pengguna laporan keuangan atas, tanggung
jawor, atau auditor, dan hal ini tidak dilarang oleh aturan perundang- undangan yang
berlaku, maka auditor harus mencantumkan paragraf dalam aturan auditor dengan
judul "Hal Lain" atau judul lain yang harus mantumkan paragraf tersebut segera
setelah paragraf Opini paragraf Penentu suatu Hal, atau di tempat lain dalam laporan
auditor jika isi Hal Lain sebut relevan dengan paragraf Tanggung Jawab Pelaporan (ef:
Pa 5-A11)

Komunikasi dengan Bertanggung Jawab atas Tata Kelola

9. Jika auditor aka mencantumkan suatu paragraf Penekanan Suatu Hal atau suatu
paragraf H al Lain dal am I apor annya, m aka aud itor haru s mengom unika sikan ek
spektasi tersebut beseila susunan kata-kata terkait dal am laporan auditor dengan pi
hak yang bei1anggung j awab atas tata kelola. (Ref: Para. A12)

5
Danar standar Audit yang Memuat Ketentuan untuk Paragraf Penekanan suatu Hal

Lampiran ini m engidentifikasi paragraf-paragraf yang terdapat dal am SA-SA lain yang berd
ampak terh adap audit atas laporan keuangan untuk periode yang dim ulai pada atau setelah:
(i) tanggal 1 J anuari 20 13 (untuk Emiten), atau (ii) tanggal 1 Janu ari 2014 (untuk entitas
selain Emiten; penerapan dini dianjurkan) yang mengharuskan auditor untuk mencantumkan
paragraf Penekanan Suatu Hal dalam laporan auditor dal am kondisi tei1entu. Daftar tersebut
bukan merupakan pengg anti bagi aud’ or untuk mempei1imbangkan ketentuan seila m ateri
penerapan dan penjelasan lain yang ait dal am SA.

 SA 210, "Persetujuan atas Ketentuan Perikatan


 SA 560, "Peristiwa Kemudian" - paragraf 12(b) dan 16.
 SA 570, "Kelangsungan U saha" - paragraf 1
 SA 800, "Pei1imbangan Khusus" – Audit dengan Kerangka Bertujuan Khusus" 19(b).

Danar standar Audit yang Memuat Ketentuan untuk Paragraf Hal Lain

Lampiran ini mengidentifikasi paragraf-paragraf dalam SA-SA lain yang berdampak terh
adap audit atas laporan keuangan untuk periode yang dim ulai pada atau setelah: (i) tanggal 1
Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) tanggal 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten;
penerapan dini di anjurkan) yang mengharuskan au ditor untuk mencantumkan paragraf H al
Lain d alam laporan aud itor d alam kondisi tei1entu. Daftar tersebut bukan m erupakan
pengganti bagi au ditor untuk mempei1imbang kan ketentuan eila materi penerapan dan
penjelasan I ainnya yang terkait dalam SP

6
2.2. SA 720 TANGGUNG JAWAB AUDITOR ATAS INFORMASI LAIN DALAM
DOKUMEN YANG BERISI LAPORAN KEUANGAN AUDITAN

PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
1. Stand ar Audit ("SA") ini mengatur tanggung jawab auditor ata s informasi
lain dalam dokumen yang berisi I aporan keuang an aud itan dan laporan
auditor lerkait. Dalam hal tidak terdapat ketentuan kh usus d alam perikatan,
opini auditor tidak m encakup informasi lain dan auditor tidak memiliki
tanggung jawab kh usus untuk menentukan apakah informasi lain tersebut
telah disajikan deng an tepat. N amun, auditor tetap haru s membaca
informasi lain tersebut karena kredibilitas I aporan keuangan aud itan dapat
terganggu oleh ketidakkonsistensian material antara laporan keuangan aud
itan dan informasi Iain tersebut. (Ref: Para. A1)
2. Dalam SA ini, "dokumen yang berisi laporan keuangan auditan" mengacu
pada laporan tahunan (atau dokumen setara lainnya yang ditujukan kepada
pemilik entitas pelapor (atau pemangku kepentingan setara lainnya), yang
berisi laporan keuangan auditan dan laporan auditor terkait SA ini juga
diterapkan, setelah disesuaikan dengan kondisinya, pada dokumen lain yang
berisi laporan keuangan auditan, seperti dokumen yang digunakan dalam
penawaran efek (ref: Para. A2)

Tanggal efektif

3. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan audit atas laporan
keuangan periode yang dimulai pada atau setelah: (i) tanggal 1 Januari 2013
(untuk emiten) , atau (ii) tanggal 1januari 2014 (untuk entitas selain
Emiten;penerapan dini dianjurkan)

Tujuan

4. Tujuan auditor adalah merespons dengan tepat ketika dokumen yang berisi
laporan keuangan auditan dan laporan auditor terkait mencakup informasi lain
yang dapat mengganggu kredibilitas laporan keuangan tersebut dan laporan
auditor terkait

7
Definisi
5. Untuk tujuan SA ini, istilah-istilah di bawah ini memiliki makna
sebagai berikut:
(a) Informasi lain: Informasi keuang an dan non-keuangan (selain
laporan keuangan dan laporan auditor terkait) yang tercantum,
baik yang dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan
atau kebiasaan, dalam suatu dokumen yang berisi laporan
keuangan auditan dan laporan auditor terkait. (Ref:para. A3-A4)
(b) Ketidak konsistensian: Informasi lain yang bertentangan den an
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan auditan. Suatu
ketidak konsistensian material dapat menimbulkan keraguan
tentang kesimpulan audit yang ditarik dari bukti audit yang
diperoleh sebelum nya dan, kemungkinan, tentang basis untuk
opini auditor atas laporan keuangan.
(c) Kesalahan penyajian atas fakta: Informasi lain yang tidak
berhubungan dengan hal-hal yang tercantum dalam laporan
keuangan auditan yang tidak disajikan dengan benar. Suatu
kesalahan penyajian material atas fakta dapat menggangg u kredi
bilitas dokumen yang beri si laporan keuangan auditan.

Ketentuan
Membaca Informasi Lain

6. Auditor harus membaca informasi lain untuk mengidentifikasi adanya ketidak


konsistensian material, jika ada, dengan laporan keuangan auditan.
7. Auditor harus melakukan pengaturan yang tepat dengan manajemen atau
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk memperoleh informasi
Iain sebelum tanggal laporan auditor. Jika tidak memungkinkan untuk
memperoleh seluruh informasi Iain sebelum tanggal laporan auditor, maka
auditor harus membaca informasi lain tersebut sesegera mungkin. (Ref: Para.
A5 )

Ketidak konsistensian Material

8. Jika dari membaca informasi lain,auditor mengidentifikasi adanya suatu


ketidak konsistensian material, maka auditor harus menentukan apakah
laporan keuangan auditan atau informasi lain perlu direvisi

8
9. Jika revisi terhadap laporan keuagan auditan diperlukan dan manajemen
menolak untuk melakukan revisi tersebut, maka auditor harus memodifikasi
opininya dalam laporan auditor sesuai dengan SA 705.
10. Jika revisi terhadap informasi lain diperlukan dan mananajemen menolak
untuk melakukan revisi tersebut, maka auditor harus mengomunikasikan hal
tersebut kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, kecuali
seluruh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam
pengelolaan entitas,* dan:

11. Jika revisi terhadap laporan keuangan auditan diperlukan, maka auditor harus
mengikuti ketentuan yang relevan dalam SA 560.”

12. Jika revisi terh ap informasi lain diperlukan dan manajemen bersedia untuk
melakukan revisi tersebut, maka auditor harus m elakukan prosedur yang
diperlukan dal am kondisi tersebut. (Ref: Para. A8)

13. Jika revisi terhadap informasi lain diperlukan, tetapi manajemen menolak
untuk melakukan revisi tersebut, maka aud itor haru s memberitah u pih ak
yang bei1angg ung jawab atas tata kelola (kecuali seluruh pih ak yang
bei1angg ung jawab atas tat

Kesalahan Penyajian Material atas Fakta


14. Jika,ketikamembaca informasi lain untuk tujuan mengidentifikasi
adanyaketidakkonsistensianmaterial, auditor menyadari adanya
suatukesalahan penyajian materialatas faktayangjelas-jelasnyata, makaauditor
harus mendiskusikan hal tersebut dengan manajemen. (Ref: Para. A10)
15. Jika, setelah melakukandiskusi tersebut, auditor masih mempertimbangkan
bahwaterdapatsuatu kesalahan penyajian material atasfaktayang jelas-
jelasnyata, makaauditor harus meminta manajemen untuk berkonsultasi
dengan pihak ketiga yang kompeten, seperti penasihat hukum entitas,
dan auditor harus mempertimbangkan pandanganyang diterima.
16. .Jika auditor menyimpulkan bahwa terdapatsuatu kesalahan penyajian
material atas fakta dalam informasi laindanmanajemenmenolak untuk
mengoreksinya, makaauditor harus memberitahu pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola(kecuali seluruhpihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola terlibatdalam pengelolaanentitas)tentang perhatianauditor
atasinformasi lain tersebutdan melakukan tindakan lebih lanjut yang tepat.
(Ref: Para. A11)
9
MateriPenerapandanPenjelasanLain
Ruang Lingkup
Tanggung Jawab Tambahan, melalui Ketentuan Statutoriatau Regulasi Lainnya,
Sehubungan dengan Informasi Lain (Ref: Para.1)
A1. Auditor mungkinmemiliki tanggung jawab tambahan, melaluiketentuan statutoriatau
regulasilainnya, sehubungandenganinformasi lain yang beradadi luar ruang lingkup SAini.
Sebagai contoh, beberapa yurisdiksi mungkin mengharuskan auditor untuk
menerapkanprosedur tertentuterhadapinformasi lain tertentu seperti data tambahan yang
diharuskan atau untuk menyatakan suatuopini atas keandalan indikator kinerja yang
dijelaskan dalam informasi lain. Ketikaterdapat kewajiban seperti itu, tanggung jawab
tambahan auditor ditentukan oleh sifat perikatansertaperaturan perundang-undangan
danstandar profesi. Jika informasi lain tersebutdiabaikanatau mengandung defisiensi,
makaauditor dapat diharuskan oleh peraturan perundang-undangan untuk mengacu hal
tersebut dalam laporan auditor
Pertimbangan Spesifikbagi Entitas yang Lebih Kecil
A2. Kecualidiharuskan oleh peraturan perundang-undangan, kemungkinankecilentitas yang
lebih kecil menerbitkan dokumen yang berisi laporan keuangan auditan. Namun, suatu
contoh atasdokumen sepertiituadalahketikaterdapat suatuketentuan peraturanperundang-
undanganyang mengharuskanadanyasuatulaporanterlampirolehpihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola. Contoh informasi lain yangmungkintercantumdalamdokumen
yang berisi laporan keuangan auditan entitas yang lebih kecil adalah laporan laba-rugi
yang terperinci dan suatu laporan manajemen.
Definisi Informasi Lain (Ref: Para. 5(a))
A3. Informasi lain dapat mencakupantara lain:Suatu laporan olehmanajemenatau pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola tentang kegiatanusaha.Ikhtisarkeuangan.Data
kepegawaian.Rencanapembelanjaanmodal.Rasio keuangan.Nama pejabatdandirektur.Data
kuartalanpilihan.
A4. Untuk tujuan SA, informasi lain tidak mencakupantara lain hal-halsebagaiberikut:Suatu
siaran pers atau memorandum penyerahan (transmittal memorandum), seperti surat pengantar
(covering letter), yang menyertaidokumen yang berisi laporan keuangan auditan dan laporan
auditorterkait.Informasi yang tercantumdalamlaporananalis.Informasi yang tercantumdalam
situs entitas.
Membaca Informasi Lain (Ref: Para. 7)
A5. Pemerolehan informasi lain sebelum tanggal laporan auditor memungkinkan auditor
untuk menyelesaikan ketidakkonsistensianmaterial yang mungkinadadan kesalahan
penyajian material atas fakta yang nyatadenganmanajemensecaratepatwaktu.Suatu
kesepakatan dengan manajemen tentang kapan informasi lain akan tersedia mungkin
berguna bagi auditor.Ketidak

10
konsistensian Material
Ketidak konsistensianMaterial yang Teridentifikasi dalam Informasi Lain yang Diperoleh
Sebelum Tanggal Laporan Auditor (Ref: Para.10)
A6. Ketikamanajemen menolak untuk merevisi informasi lain, auditor dapat
mendasarkan keputusannya tentang apa tindakan lebih lanjut yang akan dilakukan pada
saran dari penasihat hukum auditor.
Pertimbangan Spesifikbagi Entitas Sektor Publik
A7. Dalam sektor publik, penarikan diri dari perikatan atau
penangguhanpenerbitanlaporan auditor mungkinbukan merupakan suatu pilihan. Dalam
kondisitersebut, auditor dapat menerbitkan suatulaporan yang ditujukankepada badan
pengatur yang tepat yang memberikanperincian tentang ketidakkonsistensiantersebut.
Ketidak konsistensian Material yang Teridentifikasi dalam Informasi Lain yang
DiperolehSetelah Tanggal Laporan Auditor (Ref: Para.12-13)
A8. Ketikamanajemen menyetujuiuntuk merevisi informasi lain, prosedur auditor
dapatmencakuppenelaahanataslangkah-langkah yang dilakukanoleh manajemen
untukmemastikan bahwa pihak-pihak yang menerima:(i) laporan keuangan yang
diterbitkansebelumnya, (ii) laporan auditor terkait, dan (iii) informasi
lain,diinformasikantentang revisi tersebut.
A9. Ketikamanajemen menolak untuk merevisi informasi lain yang dipandangperluoleh
auditor, tindakan lebih lanjut yang tepat oleh auditor dapat mencakup permintaansaran
dari penasihat hukum auditor.
Kesalahan Penyajian Material atas Fakta (Ref: Para. 14-16)
A10.Ketikamendiskusikansuatu kesalahan penyajian material atasfakta yang jelas-
jelasnyatadenganmanajemen,auditor mungkin tidak dapat mengevaluasi validitas beberapa
pengungkapan yang tercantumdalam informasi lain dan respons manajemen
terhadappertanyaanauditor, sertadapatmenyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pertimbangan
atau opini yang valid.
A11. Ketikaauditor menyimpulkan bahwa terdapat suatukesalahan penyajian material atas
fakta danmanajemen menolak untuk mengoreksinya, tindakan lebih lanjut olehauditor
dapatmencakup permintaansaran dari penasihat hukum auditor.

11
2.3. SA 560 Peristiwa Kemudian
PendaHuluan
Ruang lingkup
1. Standar Audit (”SA”) 100–700 diterapkan dalam audit atas laporan
keuangan. SA 800 mengatur pertimbangan khusus dalam penerapan SA
100–700 dalam audit atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
kerangka bertujuan khusus.
2. 2.SA ini ditulis dalam konteks satu set lengkap laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus. SA 8051 mengatur
pertimbangan khusus yang relevan dengan audit atas suatu laporan
keuangan tunggal atau atas suatu unsur, akun, atau pos tertentu dalam laporan
keuangan.
3. 3.SA ini tidak menghilangkan ketentuan yang tercantum dalam SA–SA lain,
dan juga tidak ditujukan untuk mengatur seluruh pertimbangan khusus yang
mungkin relevan dengan kondisi perikatan

Tanggal Efektif
4. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau
(ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan
untuk entitas selain Emiten.
tujuan
5. Tujuan auditor, ketika menerapkan SA dalam audit atas laporan keuangan
yang disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus, adalah untuk
menangani dengan tepat pertimbangan khusus yang relevan dengan hal-hal
sebagai berikut:
(a) Penerimaan perikatan;
(b) Perencanaan dan pelaksanaan perikatan tersebut; dan
(c) Perumusan opini dan pelaporan atas laporan keuangan
Definisi
6. Untuk tujuan SA, istilah di bawah ini memiliki makna yang dijelaskan
sebagai berikut:
(a) Laporan keuangan bertujuan khusus: Laporan keuangan yang disusun
sesuai dengan suatu kerangka bertujuan khusus. (Ref: Para. A4)(
(b) Kerangka bertujuan khusus: Suatu kerangka pelaporan keuangan yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan bagi pengguna
tertentu. Kerangka pelaporan keuangan dapat berupa suatu kerangka
penyajian wajar atau kerangka kepatuhan.2 (Ref: Para. A1–A4)
7. Pengacuan pada “laporan keuangan” dalam SA ini berarti “satu set
lengkap laporan keuangan bertujuan khusus, termasuk catatan atas
laporan keuangan.” Catatan atas laporan keuangan pada umumnya
mencakup suatu ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi
penjelasan lainnya. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
menentukan bentuk dan isi laporan keuangan, dan apa yang membentuk satu
set lengkap laporan keuangan.

12
Ketentuan
pertimbangan dalam penerimaan perikatan
8. SA 210 mengharuskan auditor untuk menentukan keberterimaan
kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan.3 Dalam suatu audit atas laporan keuangan bertujuan khusus,
auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang: (Ref: Para. A5–A8)
(a) Tujuan disusunnya laporan keuangan;
(b) Pengguna laporan keuangan yang dituju; dan (
(c) Langkah-langkah yang dilakukan oleh manajemen untuk menentukan
bahwa kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dapat diterima sesuai
dengan kondisinya

pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit


9. SA 200 mengharuskan auditor untuk mematuhi seluruh SA yang relevan
dengan audit.4 Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan
keuangan bertujuan khusus, auditor harus menentukan apakah penerapan
SA mengharuskan pertimbangan khusus sesuai dengan kondisi perikatan.
(Ref: Para. A9–A12)
10. SA 315 mengharuskan auditor untuk memperoleh suatu pemahaman
tentang pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi entitas.5 Dalam hal
laporan keuangan disusun sesuai dengan klausul suatu kontrak, auditor
harus memperoleh suatu pemahaman tentang setiap interpretasi signifikan
atas kontrak yang dibuat oleh manajemen dalam penyusunan laporan
keuangan tersebut. Suatu interpretasi dianggap signifikan ketika
penggunaan interpretasi lain yang wajar akan menghasilkan suatu perbedaan
material dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
perumusan Opini dan pertimbangan dalam pelaporan
11. Ketika merumuskan suatu opini dan melaporkan laporan keuangan
bertujuan khusus, auditor harus menerapkan ketentuan dalam SA 700.6
(Ref: Para. A13)
12. SA 700 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan
mengacu atau menjelaskan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
secara memadai.7 Dalam hal laporan keuangan disusun sesuai dengan
klausul suatu kontrak, auditor harus mengevaluasi apakah laporan
keuangan menjelaskan secara memadai setiap interpretasi signifikan atas
kontrak yang mendasari penyusunan laporan keuangan.

13
13. SA 700 mengatur bentuk dan isi laporan auditor. Dalam hal laporan auditor
atas laporan keuangan bertujuan khusus, auditor harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
(a) Laporan auditor juga harus menjelaskan tujuan disusunnya laporan
keuangan, dan jika diperlukan, pengguna yang dituju, atau pengacuan
pada suatu catatan atas laporan keuangan yang berisi informasi
tentang hal tersebut; dan
(b) Jika manajemen memiliki suatu pilihan atas kerangka pelaporan
keuangan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut, penjelasan
tentang tanggung jawab manajemen8 atas laporan keuangan juga harus
dibuat sebagai suatu acuan pada tanggung jawabnya untuk
menentukan bahwa kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dapat
diterima sesuai dengan kondisinya.
14. Laporan auditor atas laporan keuangan bertujuan khusus harus
mencantumkan suatu paragraf Penekanan suatu Hal yang memperingatkan
pengguna laporan auditor bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan
suatu kerangka bertujuan khusus dan bahwa, sebagai akibatnya, laporan
keuangan belum tentu sesuai untuk tujuan lain. Auditor harus mencantumkan
paragraf ini dengan menggunakan suatu judul yang tepat. (Ref: Para. A14–
A15)

14
2.4. SA 805 PERTIMBANGAN KHUSUS- AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
TUNGGAL DAN UNSUR,AKUN,ATAU POS SPESIFIK DALAM SUATU
LAPORAN KEUANGAN
1. Ruang lingkup sebagai berikut :
 SA ini tidak berlaku untuk laporan auditor komponen, yang
diterbitkan sebagai hasil pekerjaan yang dilaksanakan atas informasi
keuangan suatu komponen atas permintaan dari tim perikatan grup
untuk tujuan suatu audit atas laporan keuangan grup (lihat SA 600).
 SA ini tidak menghapus ketentuan SA lain; dan juga tidak berarti
berlaku untuk semua pertimbangan khusus yang mungkin relevan
dengan keadaan perikatan.
2. Perumusan opini dan pertimbangan pelaporan:
 Menerapkan ketentuan dalam SA 700, disesuaikan seperlunya dengan
keadaan dalam perikatan.
 Opini terpisah untuk setiap perikatan
 Auditor harus membedakan opini atas suatu laporan keuangan tunggal
atau unsur spesifik dalam laporan keuangan dengan opini atas laporan
keuangan yang lengkap.
 Menentukan dampak paragraf Penekanan Suatu Hal atau paragraf Hal
Lain terhadap laporan auditor dalam laporan keuangan tunggal atau
unsur spesifik dalam laporan keuangan.
 Jika auditor menyatakan opini tidak wajar atau tidak menyatakan
pendapat atas laporan keuangan entitas yang lengkap: perlu opini
modifikasian dalam laporan keuangan tunggal yang membentuk
bagian laporan keuangan tersebut atau suatu unsur spesifik yang
membentuk bagian laporan keuangan tersebut.
 Jika auditor mempertimbangkan adalah tepat untuk menyatakan suatu
opini tanpa modifikasian atas unsur tersebut, auditor harus hanya akan
melakukan hal tersebut jika:
 Auditor tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan untuk
melakukan hal tersebut;
 Opini tersebut dinyatakan dalam suatu laporan auditor yang tidak
diterbitkan bersamaan dengan laporan auditor yang berisi opini tidak
wajar atau tidak menyatakan pendapat; dan
 Unsur spesifik tersebut tidak merupakan bagian utama dari laporan
keuangan yang lengkap.

15
 Auditor tidak boleh menyatakan suatu opini tanpa modifikasian dalam
laporan keuangan tunggal dari laporan keuangan yang lengkap jika
auditor telah menyatakan opini tidak wajar atau tidak menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang lengkap.
3. Pertimbangan pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit.
 Auditor dapat menggunakan bukti audit yang diperoleh sebagai bagian
dari audit atas laporan keuangan yang lengkap.
 Materialitas yang ditentukan untuk laporan keuangan tunggal atau
unsur spesifik dalam laporan keuangan mungkin lebih rendah dari
materialitas yang ditentukan untuk laporan keuangan suatu entitas
yang lengkap.

2.5. SA 580 Representasi Tertulis

Pendahuluan
Ruang Lingkup
1. Standar Audit (“SA”) ini mengatur tanggung jawab auditor yang berkaitan
dengan perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan yang berasal
dari laporan keuangan auditansesuai dengan SA oleh auditor yang sama.
Tanggal Efektif
2. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang
dimulai padaatau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1
Januari 2014 (untuk entitasselain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk
entitas selain Emiten.
Tujuan
3. Tujuan auditor adalah:
(a) Untuk menentukan apakah tepat menerima perikatan untukmelaporkan
ikhtisar laporan keuangan; dan
(b) Jika melakukan perikatan untuk melaporkanikhtisar laporan keuangan:
I. Untuk merumuskan opini atas ikhtisar laporan keuangan
berdasarkan suatu evaluasi atas kesimpulan yang diambil dari
bukti yang diperoleh; dan
II. Untuk menyatakan secara jelas opini tersebut melalui laporan
tertulis yang juga menjelaskan basis untuk opini tersebut.

16
Definisi
4. Untuk tujuan SA ini, istilah berikut mempunyai makna sebagaimana disajikan
di bawah ini:
(a) Kriteria terapan: Kriteria yang diterapkan oleh manajemen dalam
penyusunan ikhtisarlaporan keuangan.
(b) Laporan keuangan auditan: Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor
berdasarkan SAdan daripadanya ikhtisar laporan keuangan bersumber.
(c) Ikhtisar laporan keuangan: Informasi keuangan historis yang diperoleh
dari laporankeuangan tetapi berisi informasi yang kurang rinci
dibandingkan dengan laporan keuangan,namun tetap memberikan suatu
penyajian terstruktur yang konsisten dengan informasi yangdiberikan oleh
laporan keuangan entitas mengenai sumber daya ekonomi atau
kewajibanentitas pada tanggal tertentu atau perubahan yang terjadi selama
periode waktu tertentu Yurisdiksi yang berbeda mungkin menggunakan
terminologi yang berbeda untukmenjelaskan informasi keuangan historis.
Ketentuan
Penerimaan Perikatan
5. Auditor harus menerima suatu perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan
keuangan berdasarkan SA ini hanya ketika auditor telah melakukan perikatan
untuk melaksanakan audit berdasarkan SA yang dari laporan tersebut ikhtisar
laporan keuangan tersebut diperoleh. (Ref:Para. A1)
6. Sebelum menerima suatu perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan
keuangan, auditorharus: (Ref: Para. A2)
(a) Menentukan apakah kriteria terapan dapat diterima; (Ref: Para. A3 –A7)
(b)
(b) Memperoleh pernyataan dari manajemen bahwa manajemen mengakui
dan memahamitanggung jawabnya:
(i) Untuk penyusunan ikhtisar laporan keuangan yang sesuai dengan
kriteria terapan;
(ii) Untuk membuat laporan keuangan auditan tersedia bagi pengguna
ikhtisar laporankeuangan yang dituju tanpa adanya kesulitan yang
berarti (atau, jika peraturan perundang-undangan menyatakan
bahwa laporan keuangan auditan tidak perludisediakan bagi
pengguna ikhtisar laporan keuangan dan menetapkan kriteria untuk
penyusunan ikhtisar laporan keuangan, menjelaskan peraturan
perundang-undangantersebut dalam ikhtisar laporan keuangan);
dan
(iii) Untuk memasukkan laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan
dalam dokumenapapun yang berisi ikhtisar laporan keuangan dan
mengindikasikan bahwa auditortelah menerbitkan laporan atas
ikhtisar laporan keuangan tersebut.
(c) Menyetujuidengan manajemen atas bentuk opini yang akan dinyatakan
atas ikhtisar laporankeuangan (lihat paragraf 9–11)

17
7. jika auditor menyimpulkan bahwa kriteria terapan tidak dapat diterima atau
auditor tidakdapat memperoleh persetujuan dari manajemen seperti yang
diuraikan dalam paragraf 6(b),auditor tidak boleh menerima perikatan untuk
menerbitkan laporan atas ikhtisar laporankeuangan tersebut, kecuali jika
peraturan perundang-undangan mengharuskan auditor untukmelakukannya.
Suatu perikatan yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan tersebut tidak mematuhi SA ini. Oleh karena itu, laporan auditor
atas ikhtisarlaporan keuangan tidak boleh menunjukkan bahwa perikatan telah
dilakukan sesuai denganSA ini. Auditor harus mencantumkan pengacuan
yang tepat tentang fakta ini dalam ketentuan perikatan. Auditor harus juga
menentukan dampak yang mungkin timbul terhadap perikatanuntuk audit atas
laporan keuangan yang ikhtisar laporan keuangan diperoleh dari
laporankeuangan tersebut

Sifat Prosedur
8. Auditor harus melaksanakan prosedur berikut, dan prosedur lainnya yang
dipertimbangkan perlu oleh auditor, sebagai basis bagi opini auditor atas
ikhtisar laporan keuangan:
(a) Mengevaluasi apakah ikhtisar laporan keuangan telah mengungkapkan
secara memadaisifat ikhtisar laporan keuangan tersebut dan
mengidentifikasi laporan keuangan auditan.
(b) Ketika ikhtisar laporan keuangan tidak disertai dengan laporan keuangan
auditan,mengevaluasi apakah ikhtisar laporan keuangan tersebut telah
menggambarkan secara jelas:(i) Dari pihak mana atau di mana laporan
keuangan auditan tersebut tersedia; atau(ii) Peraturan perundang-
undangan yang mengatur bahwa laporan keuangan auditan tidakharus
tersedia. bagi pengguna ikhtisar laporan keuangan yang dituju dan
menetapkan kriteria untuk penyusunan ikhtisar laporan keuangan.
(c) Mengevaluasi apakah ikhtisar laporan keuangan telah mengungkapkan
kriteria terapansecara memadai.
(d) Membandingkan ikhtisar laporan keuangan dengan informasi terkait
dalam laporankeuangan auditan untuk menentukan apakah ikhtisar
laporan keuangan telah sesuai denganlaporan keuangan auditan atau dapat
direkalkulasi dari informasi yang terkait dalam laporankeuangan auditan
tersebut.
(e) Mengevaluasi apakah ikhtisar laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan kriteriaterapan.
(f) Dari sudut pandang tujuan ikhtisar laporan keuangan, mengevaluasi
apakah ikhtisarlaporan keuangan telah mencantumkan semua informasi
yang dibutuhkan, dan pada tingkatagregasi yang tepat, sehingga tidak

37
menyesatkan dalam kondisi tersebut.
(g) Mengevaluasi apakah laporan keuangan auditan tersedia bagi pengguna
ikhtisar laporankeuangan yang dituju tanpa kesulitan yang berarti, kecuali
jika peraturan perundang-undangan menyatakan bahwa laporan keuangan
auditan tidak perlu disediakan danmenetapkan kriteria untuk penyusunan
bagi ikhtisar laporan keuangan. (Ref: Para. A8)

Bentuk Opini
9. Pada saat auditor menyimpulkan bahwa opini tanpa modifikasian atas ikhtisar
laporankeuangan adalah tepat, opini auditor harus, kecuali jika diharuskan
lain oleh peraturan perundang-undangan, menggunakan salah satu frasa
berikut: (Ref: Para. A9)
(a) Ikhtisar laporan keuangan adalah konsisten, dalam semua hal yang
material, denganlaporan keuangan auditan, sesuai dengan [kriteria
terapan]; atau
(b) Ikhtisar laporan keuangan adalah ikhtisar wajar dari laporan keuangan
auditan, sesuaidengan [kriteria terapan].
10. Jika peraturan perundang-undangan menentukan penggunaan kata-kata
tertentu tentang opiniatas ikhtisar laporan keuangan yang berbeda dari yang
dijelaskan di paragraf 9, auditor harus:
(a) Menerapkan prosedur yang dijelaskan dalam paragraf 8 dan prosedur
lainnya yangdianggap perlu untuk memungkinkan auditor dapat
menyatakan opini; dan
(b) Mengevaluasi kemungkinan pengguna ikhtisar laporan keuangan salah
dalam memahamiopini auditor atas ikhtisar laporan keuangan dan, jika
demikian, mengevaluasi apakahdiperlukan penjelasan tambahan dalam
laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan untukmengurangi
kemungkinan salah dalam memahami laporan auditor tersebut.
11. Jika, dalam hal pada paragraf 10(b), auditor menyimpulkan bahwa penjelasan
tambahandalam laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan tidak dapat
mengurangi risikokemungkinan salah dalam memahami laporan auditor
tersebut, auditor tidak boleh menerima perikatan, kecuali jika diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan untuk menerima perikatan tersebut. Suatu
perikatan yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
tersebut adalah tidak mematuhi SA ini. Oleh karena itu, laporan auditor
atasikhtisar laporan keuangan tidak boleh menunjukkan bahwa perikatan
tersebut telah dilakukan berdasarkan SA ini.

37
BAB III

PENUTUP

Pekerjaan sebagai Auditor bukanlah hal yang mudah, karena pekerjaan tersebut melibatkan banyak
unsur penting seperti moral, habit, attitude, skills, knowledges dan pengalaman.Terutama bahwa
seorang auditor harus memegang teguh Standar Keahlian yang telah disahkan dan ditetapkan oleh
IAPI sebagai pedoman pelaksanaan, dan kriteria pribadi yang harus dimiliki seorang Auditor.
Sekali lagi berikut ini disebutkan semua faktor yang harus diperhatikan, dikuasai dan dipunyai oleh
seorang Auditor:
a. Mampu bersikap obyektif, dan independen, dalam artian, mempunyai kemampuan bersikap
netral tidak memihak pemberi atau penerima/pemakai informasi, dan memiliki panduan
sendiri yang bersifat baku dapat diterapkan (misalnya: PSAK, PSAP).
b. Memiliki keahlian dalam auditing yang memadai.
c. Telah mengikuti pelatihan yang mencukupi untuk melaksanakan proses audit.
d. Berketrampilan profesional yang cermat dan seksama (teliti).
e. Membuat perencanaan yang tepat, sebelum audit dimulai.
f. Mampu mempelajari dan memahami entitas dan lingkungannya, termasuk struktur organisasi
dan internal control entitas tersebut.
g. Auditor mampu memberikan pendapat atas Laporan Keuangan secara keseluruhan.
Tanpa semua yang disebutkan di atas, seseorang tidak dapat dianggap / diakui sebagai Auditor, dan
semua hasil audit yang telah dilakukantidak kredibel.

37
DAFTAR PUSTAKA

Arum Ardianingsih, S. E. (2021). Audit Laporan Keuangan. Bumi Aksara.


Arens. Loebbecke, Auditing dan Jasa Assurance. 2011. Jakarta. Penerbit Salemba Empat.
Kartawijaya. Slide Auditing Keuangan.
https://www.academia.edu/34196442/ANALISIS_STANDAR_AUDIT_SA_810]
https://id.scribd.com/document/190565121/SA-805

37

Anda mungkin juga menyukai