Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

Auditing 2

Audit Completion: Audit


Reporting

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

14
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 84062 Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI

Abstract Kompetensi
Tahap terakhir dari penugasan audit Mahasiswa mengetahui dan memahami
adalah pelaporan hasil temuan, bagaimana merumuskan pendapat/opini
dengan merumuskan hasil auditor sebagai tahap terakhir dari
opini/pendapat atas Laporan penugasan audit.
Keuangan Auditan dengan perumusan
kalimat yang tepat. Opini auditor
bergantung pada atau didasarkan atas
temuan-temuan auditnya. Acuan
standar yang digunakan dalam tahap
ini adalah ISA 700.
Pendahuluan
Tahap terakhir dari penugasan audit adalah pelaporan hasil temuan, dengan merumuskan hasil
opini/pendapat atas Laporan Keuangan Auditan dengan perumusan kalimat yang tepat. Opini auditor
bergantung pada atau didasarkan atas temuan-temuan auditnya. Acuan standar yang digunakan dalam tahap
ini adalah ISA 700. Sebagaimana disebutkan dalam ISA 700.6, tujuan auditor dalam tahap ini adalah:

1. Merumuskan opini atas laporan keuangan yang didasarkannya atas simpulan yang ditariknya dari bukti
audit yang dikumpulkan.
2. Memberikan dengan jelas opininya melalui laporan tertulis yang juga menjelaskan dasar dari opini
tersebut.

Untuk memenuhi tanggung jawab pelaporannya, auditor harus: 1) memiliki pemahaman yang mendalam
tentang empat standar pelaporan; 2) mengetahui laporan bentuk baku serta kondisi yang harus dipenuhi untuk
mengeluarkan laporan auditor bentuk baku; 3) memahami jenis-jenis penyimpangan dari laporan bentuk baku
dan keadaan-keadaan yang sesuai dengan masing-masing penyimpangan; 4) memahami berbagai
pertimbangan khusus dalam pelaporan.

Standar Pelaporan
Terdapat empat standar pelaporan berlaku umum. Standar-standar tersebut menyangkut prinsip akuntansi
berlaku umum; konsistensi; pengungkapan yang memadai; dan pernyataan pendapat.

Standar Pelaporan Pertama

Standar pelaporan yang pertama mengharuskan auditor untuk secara eksplisit menyatakan apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Standar ini
menghendaki suatu pernyataan pendapat, bukan pernyataan tentang fakta. Dasar pertimbangan auditor
dalam menyatakan pendapat tentang kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah:

1. Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah berlaku umum.


2. Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan.
3. LK beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat memengaruhi penggunaannya,
pemahamannya dan penafsiran (pengungkapan yang memadai).
4. Informasi yang disajikan dalam LK diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan semestinya (tidak terlalu
rinci atau ringkas).
5. LK mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam suatu cara penyajian posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang dapat diterima, yaitu bats-batas yang
rasional dan praktis untuk dicapai dalam LK.

2016 Auditing 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum adalah: 1) prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau
dinyatakan berlaku oleh badan pemegang standar; 2) literatur akuntansi lainnya: IAS Committee Statements,
pernyataan yang dibuat oleh asosiasi profesional lain atau badan pengatur; handbooks, atau artikel akuntansi.

Standar Pelaporan Kedua

Standar pelaporan kedua berkaitan dengan permasalahan konsistensi dalam penggunaan prinsip akuntansi.
Terdapat dua tujuan dalam standar ini, yaitu: 1) memberi jaminan bahwa komparabilitas di antara dua periode
akuntansi tidak dipengaruhi secara materialoleh perubahan dalam prinsip akuntansi; 2) mengharuskan
pelaporan yang tepat oleh auditor apabila komparabilitas telah dipengaruhi secara material oleh perubahan
prinsip akuntansi. Perubahan akuntansi yang memengaruhi konsistensi meliputi:

1. Perubahan dalam prinsip akuntansi itu sendiri. Perubahan dari dasar penjualan ke dasar produksi.
2. Perubahan dalam metode prinsip akuntansi. Misalnya perubahan metode depresiasi aktiva.
3. Perubahan dalam satuan usaha yang membuat laporan, seperti perubahan penyajian LK konsolidasian
atau gabungan sebagai ganti LK masing-masing perusahaan.

Perubahan yang tidak memengaruhi konsistensi, meliputi: perubahan dalam estimasi akuntansi; koreksi
kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi; perubahan dalam klasifikasi dan klasifikasi kembali;
transaksi/kejadian yang sangat berbeda; perubahan atas kondisi perusahaan, misalnya adanya akuisis anak
perusahaan; perubahan atas produk baru; bencana alam.

Dalam standar ketiga dinyatakan bahwa adanya pengharusan pengungkapan dalam LK terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi.

Standar Pelaporan Ketiga

Disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, berarti mencakup pula
kecukupan pengungkapan. Apabila LK dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) gagal dalam
mengungkapkan sesuatu yang diharuskan oleh prinsip, maka LK dinyatakan tidak disajikan secara wajar.
Pengungkapan informatif menyangkut hal-hal yang material yang berkaitan dengan bentuk, susunan, dan isi
LK serta CALK yang menyertainya, serta pengungkapan atas peristiwa kemudian dan pelaporan informasi
segmen.

Standar Pelaporan Keempat

Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah kesalahan penafsiran tingkat tanggung jawab
auditor apabila namanya dikaitkan dengan LK. Standar ini langsung berpengaruh terhadap bentuk, isi, dan
kalimat-kalimat dalam laporan auditor. Standar ini mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat
atau pernyataan bahwa suatu pendapat tidak dapat diberikan – alasannya harus dinyatakan dalam laporan
auditor. LK yang dimaksud dalam standar ini mencakup LK secara keseluruhan, 1) pendapat auditor
diberikan untuk masing-masing laporan secara keseluruhan; 2) “secara keseluruhan” tidak berarti bahwa
auditor dilarang untuk memberikan pendapat yang berbeda atas laporan-laporan yang termasuk dalam
seperangkat LK yang lengkap. Dalam menyatakan pendapatnya, auditor diminta untuk menunjukkan dalam
2016 Auditing 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
laporannya petunjuk yang jelas mengenai karakter audit yang dilakukannya. Dalam paragraf lingkup
menunjukkan bahwa suatu audit meliputi: 1) pemeriksaan bahan bukti berdasarkan pengujian (test basis), dan
2) memilih prinsip akuntansi yang digunakan, estimasi signifikan yang digunakan manajemen; dan penyajian
LK secara keseluruhan.

Kutipan ISA 700


ISA 700.7 tentang definisi. A) Laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements)
adalah laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan kerangka tujuan umum (general purpose framework) –
B) yaitu kerangka pelaporan keuangan (financial reporting framework) yang dirancang untuk memenuhi
keperluan informasi keuangan umum (common financial information) untuk beraneka ragam pemakai laporan.
Kerangka pelaporan keuangan bisa merupakan suatu kerangka penyajian yang wajar (fair presentation
framework) atau kerangka kepatuhan (compliance framework). Istilah kerangka penyajian yang wajar (fair
presentation framework) digunakan dalam kerangka pelaporan keuangan yang mengharuskan kepatuhan
terhadap syarat-syarat dalam kerangka tersebut dan:

1. Mengakui secara eksplisit (tegas) atau implisit (tersirat) bahwa untuk mencapai penyajian yang wajar
dalam LK, mungkin saja manajemen perlu menyajikan disclosures di luar syarat-syarat yang secara
spesifik ditetapkan kerangka tersebut; atau
2. Mengakui secara eksplisit, mungkin saja manajemen perlu menyimpang dari syarat-syarat yang
ditetapkan kerangka tersebut, untuk mencapai penyajian yang wajar dalam LK. Penyimpangan
(departures) itu diharapkan diperlukan dalam situasi yang sangat jarang (extremely rare
circumstances).

Istilah kerangka kepatuhan digunakan dalam kerangka pelaporan keuangan yang mengharuskan kepatuhan
terhadap syarat-syarat dalam kerangka tersebut, tetapi tidak berisi pengakuan dalam butir (1) dan (2) di atas:
C) Opini yang tidak dimodifikasi (unmodified opinion) – opini yang diberikan auditor ketika menyimpulkan
bahwa LK dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
(applicable financial reporting framework).

ISA 700.8 tentang Laporan Keuangan. Rujukan kepada LK dalam ISA berarti suatu perangkat lengkap LK dan
catatannya (CALK). Catatan yang berkaitan dengan LK terdiri atas ringkasan kebijakan akuntansi yang
signifikan dan informasi penjelasan (explanatory information) lainnya. Persyaratan dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku menentukan bentuk dan isi LK, dan apa yang dimaksud dengan perangkat LK yang
lengkap.

ISA 700.9 tentang IFRS, rujukan kepada IFRS adalah yang diterbitkan oleh IASB, dan rujukan kepada
International Public Sector Accounting Standard yang diterbitkan oleh IPSASB.

Pertimbangan-pertimbangan dalam Perumusan Opini

2016 Auditing 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Ketika merumuskan opini, auditor perlu memastikan apakah laporan keuangan sesuai dengan kerangka
pelaporan yang berlaku. Beberapa pertimbangan dalam merumuskan opini audit dapat dilakukan berdasarkan
penilaian dan simpulan yang harus diambil auditor sebagai berikut:

1. Materialitas. Auditor perlu membuat simpulan tentang materialitas, yaitu: a) apakah materialitas masih
tepat dalam konteks hasil keuangan entitas yang sebenarnya? b) apakah salah saji yang tidak
dikoreksi (termasuk yang berasal dari periode yang lalu), secara terpisah atau tergabung, dapat
menyebabkan salah saji yang material?
2. Bukti Audit. a) Apakah bukti audit yang tepat sudah diperoleh; b) apakah estimasi akuntansi yang
dibuat manajemen sudah layak; c) apakah prosedur analitikal yang dilakukan pada atau mendekati
akhir tahun menguatkan simpulan yang diambil selama audit.
3. Kebijakan akuntansi. a) apakah LK cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi yang signifikan yang
dipilih dan diterapkan; b) apakah kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan adalah konsisten
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan tetap.
4. Pengungkapan dan Laporan Keuangan. a) apakah LK merujuk atau menjelaskan dengan cukup
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; b) apakah semua pengungkapan dalam LK telah dibuat
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; c) apakah terminologi dalam LK, termasuk
judul setiap LK sudah tepat; d) apakah informasi yang disajikan dalam LK adalah relevan, andal, dapat
dibandingkan, dapat dipahami, dan cukup; e) apakah LK cukup memberikan disclosures yang
memungkinkan pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa yang material terhadap informasi
yang disampaikan dalam LK.
5. Fair Presentation Framework. a) apakah presentasi, struktur, dan isi secara keseluruhan dari LK
termasuk catatan (atas LK), mencerminkan dengan benar transaksi dan peristiwa yang mendasarinya,
sesuai kerangka pelaporan keuangan yang berlaku? jika tidak, apakah (auditor) perlu memberikan
disclosures tambahan untuk memastikan tercapainya fair presentation?; b) apakah LK, sesudah
memasukkan adjustment yang dibuat manajemen sebagai bagian dari audit proses, konsisten dengan
pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya;
6. Compliance framework. Apakah auditor menilai bahwa LK menyesatkan?

Berdasarkan hasil penilaian dan simpulan yang dilakukannya, auditor menentukan bentuk laporan audit
(apakah tidak dimodifikasi atau dimodifikasi) yang tepat, sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Perumusan Opini Audit


General Purpose Framework

Opini auditor atas LK dibuat dalam konteks general purpose framework, sebagaimana penjelasan dalam ISA
700 di atas terdapat dua jenis general purpose framework yaitu fair presentation framework dan compliance
framework. Dalam kerangka pelaporan keuangan ini ada beberapa yang secara luas diterima, seperti:

1. International Financial Reporting Standard for Small and Medium-sized Entities (Standar Pelaporan
Keuangan Internasional untuk Entitas Kecil dan Menengah).
2016 Auditing 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
2. International Financial Reporting Standards (Standar Pelaporan Keuangan Internasional).
3. International Public Sector Accounting Standards (Standar Internasional mengenai Akuntansi Sektor
Publik).

Dalam perumusan opini atas dua kerangka pelaporan keuangan di atas, auditor akan melaporkan apakah LK
dibuat dalam segala hal yang material, sesuai dengan undang-undang perseroan (peraturan) yang berlaku.
Untuk membuat perumusan opininya, berikut ini akan digambarkan decision tree (peta keputusan) – dalam
istilah baku ISA - untuk merumuskan opini dalam kedua kerangka umum.

Keterangan:

1. Apakah LK disusun sesuai dengan kerangka yang berlaku? Untuk fair presentation, pertanyaannya
adalah “Are F/S presented fairly?” Jika jawabannya “iya”, maka auditor dapat memberikan opini
standard audit opinion (WTP).
2. Untuk compliance, pertanyaannya adalah “Do F/S comply w/ framework?” (apakah LK taat atau patuh
terhadap ketentuan/persyaratan dalam kerangka pelaporannya?), jika jawabannya “iya” maka auditor
dapat memberikan standard audit opinion (WTP).
3. Jawaban tidak atas pertanyaan nomor 1 dan 2, auditor perlu mengkomunikasikannya dengan
manajemen dan TCWG), jika permasalahan terselesaikan, auditor dapat memberikan standard audit
opinion (WTP), jika unresolved, untuk fair presentation framework, auditor dapat membuat modified
audit opinion (salah satu di antara pilihan berikut sesuai dengan tingkat materialitas permasalahan
yang dihadapi, yaitu: WDP- wajar dengan pengecualian, TW - opini tidak wajar, TMP - tidak memberi
pendapat). Untuk compliance framework, adalah make changes to the auditor’s report yang setara
dengan modified audit opinion untuk fair presentation framework.
2016 Auditing 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Fair Presentation Framework

Ketika laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku – atas pertimbangan-pertimbangan yang dibuat auditor, maka pemberian opini yang
tidak dimodifikasi adalah tepat, jika:

1. berdasarkan bukti audit yang diperoleh, LK secara keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang
material;
2. bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa LK secara keseluruhan bebas dari salah
saji yang material tidak dapat diperoleh, maka auditor wajib memodifikasi opininya.

Berikut akan dijabarkan bagan perumusan opini untuk kerangka pelaporan keuangan penyajian yang wajar
(fair presentation).

Keterangan:

1. Berdasarkan evaluasi bukti-bukti audit yang diperoleh, auditor harus membuat simpulan apakah LK
disajikan “wajar?” – lihat ISA 700.10.
2. Jika jawaban “Ya”, maka auditor dapat merumuskan opini WTP (wajar tanpa pengecualian –
unqualified opinion).
3. Jika jawabannya “tidak” maka auditor perlu untuk merumuskan modifikasi atas opini – bukan WTP,
dilihat pada fakta-fakta berikut:
a. Fakta 1, auditor menemukan SSM dalam LK – lihat referensi 700.17a atau
b. Fakta 2, auditor tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat – lihat ISA 700.17b
Menginjak pada pertanyaan kedua, yaitu “pervasive1?”, dengan melihat fakta-fakta berikut:

1
ISA 705.5, yang dimaksud pervasif adalah dalam konteks salah saji, istilah ini digunakan untuk menjelaskan dampak
(nyata atau potensi) salah saji pada LK, yang tidak terdeteksi karena tidak berhasilnya auditor mengumpulkan bukti
audit yang cukup dan tepat. Dampak pervasif pada LK, adalah dampak yang menurut auditor: 1) tdk terbatas pada
unsur, akun, atau item tertentu dalam LK; 2) jika dampaknya terbatas, SS ini merupakan bagian yang besar dari LK;
atau 3) dalam hubungannya dengan pengungkapan, merupakansesuatu yang sangat fundamental bagi pengguna
dalam memahami LK.

2016 Auditing 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
a. Fakta 1, jika fakta pervasif, auditor dapat merumuskan opini TW (tidak wajar atau adverse
opinion). Jika fakta tidak pervasif, auditor dapat merumuskan opini wajar dengan pengecualian
(WDP atau qualified opinion).
b. Fakta 2, jika fakta pervasif, auditor dapat merumuskan opini TMP (tidak memberi pendapat atau
disclaimer of opinion). Jika fakta tidak pervasif, auditor dapat merumuskan opini wajar dengan
pengecualian (WDP atau qualified opinion).

Penjelasan ISA 700 tentang Perumusan Opini Auditor


Keempat standar pelaporan dalam SA dipenuhi dengan diterbitkannya sebuah laporan auditor dalam bentuk
yang sesuai dengan kondisinya. Terdapat dua bentuk laporan auditor, yaitu: standard audit opinion (laporan
bentuk baku – WTP; dan modified audit opinion (penyimpangan dari pelaporan bentuk baku). Bentuk
penyimpangan laporan bentuk baku, diberikan auditor jika sampai pada simpulan: 1) perlu ditambahkan
paragraf penjelasan pada laporan auditor, dengan tetap memberikan opini WTP; 2) harus diberikan jenis
pendapat yang lain atas LK – WDP, TW, TMP. Berikut ini akan dijabarkan acuan standar ISA 700 yang
relevan dengan perumusan opini.

1. ISA 700.10 – Sesuai kerangka pelaporan. Auditor wajib merumuskan opini mengenai apakah LK dibuat,
dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
2. ISA 700.11 – Simpulan untuk merumuskan opini. Untuk merumuskan opini, auditor wajib menyimpulkan
mengenai apakah auditor telah memperoleh asurans yang memadai/wajar tentang apakah LK secara
keseluruhan bebas dari SSM, apakah karena kecurangan atau kesalahan. Simpulan ini
memperhitungkan:
a. simpulan auditor, sesuai ISA 330, apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh;
b. simpulan auditor, sesuai ISA 450, apakah salah saji yang belum dikoreksi secara terpisah atau
tergabung adalah material
c. evaluasi yang diwajibkan oleh alinea 12-15.
3. ISA 700.12 – evaluasi atas LK. Auditor wajib mengevaluasi apakah LK dibuat, dalam segala hal yang
material, sesuai dengan ketentuan/persyaratan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Evaluasi ini
harus meliputi pertimbangan mengenai aspek kualitatif dari praktik akuntansientitas itu, termasuk indikator
mengenai kemungkinan bias dalam pandangan dan pemikiran manajemen.
4. ISA 700.13 – Pertimbangkan persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan. Secara khusus auditor
wajib mengevaluasi apakah dengan mempertimbangkan persyaratan dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku:
a. LK cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi yang signifikan yang dipilih dan diterapkan;
b. kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku dan (memang) tepat;
c. estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen adalah wajar;
d. informasi yang disajikan dalam LK adalah relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami;

2016 Auditing 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
e. LK cukup memberikan disclosures yang memungkinkan pemakai memahami dampak transaksi dan
peristiwa yang material terhadap informasi yang disampaikan dalam LK; dan
f. terminologi dalam LK, termasuk setiap judul dalam setiap LK sudah tepat.
5. ISA 700.14 – Apakah LK memenuhi syarat penyajian yang wajar? Ketika LK dibuat sesuai dengan
kerangka penyajian yang wajar - fair presentation framework, evaluasi yang diwajibkan pada alinea 12-13
juga termasuk apakah LK memenuhi syarat penyajian yang wajar. Evaluasi auditor mengenai apakah LK
memenuhi syarat penyajian yang wajar akan meliputi pertimbangan mengenai:
a. presentasi, struktur, dan isi secara keseluruhan dari LK; dan
b. apakah LK termasuk CALK mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya, dengan
cara yang mencapai penyajian yang wajar.
6. ISA 700.15 – merujuk kerangka pelaporan yang berlaku? Auditor wajib mengevaluasi apakah LK merujuk
atau menjelaskan dengan cukup, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
7. ISA 700.16 – Wajar Tanpa Pengecualian. Auditor wajib memberikan opini yang tidak dimodifikasi (bentuk
baku) ketika auditor menyimpulkan bahwa LK dibuat dalam segala hal yang material sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
8. ISA 700.17 – Bukan WTP. Jika auditor:
a. menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, LK secara keseluruhan tidak bebas dari
SSM;
b. tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa LK secara
keseluruhan bebas dari SSM.
c. auditor wajib memodifikasi opini – memberikan opini yang bukan WTP dalam laporan auditor sesuai
dengan ISA 705.
9. ISA 700.18 – Perlu modifikasi opini sesuai ISA 705. Jika LK dibuat sesuai dengan kerangka penyajian
yang wajar, tidak mencapai penyajian yang wajar, auditor wajib membahas hal ini dengan manajemen
dan tergantung pada persyaratan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan bagaimana masalah
itu diselesaikan, auditor wajib menentukan apakah perlu memodifikasi opini sesuai dengan ISA 705.
10. ISA 700.19 – Laporan Keuangan menyesatkan. Ketika LK dibuat sesuai dengan kerangka kepatuhan
(compliance framework), auditor tidak harus mengevaluasi apakah LK mencapai penyajian yang wajar.
Namun, dalam situasi yang sangat jarang, auditor menyimpulkan bahwa LK menyesatkan. Auditor wajib
membahas hal ini dengan manajemen dan tergantung pada bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor
wajib menentukan apakah dan bagaimana mengkomunikasikannya dalam laporan auditor.

Modifikasi terhadap Laporan Auditor


Acuan standar ISA yang relevan yang digunakan dalam hal auditor harus melakukan modifikasi atas laporan
auditor adalah ISA 705. Sebagaimana penjelasan-penjelasan di atas mengenai wajib modifikasi opini bagi
auditor sesuai ISA 705.6, yaitu: 1) auditor menyimpulkan, atas bukti audit yang diperoleh, bahwa LK secara
keseluruhan tidak bebas dari SSM; dan atau 2) auditor tyidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat untuk menyimpulkan bahwa LK secara keseluruhan bebas dari SSM.

2016 Auditing 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Opini WDP, ISA 705.7 – Auditor wajib meberikan opini WDP ketika: 1) auditor, setelah memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat menyimpulkan bahwa salah saji, sendiri-sendiri atau digabungkan adalah material,
tetapi tidak pervasif, untuk LK ybs; atau 2) auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
untuk dijadikan dasar pemberian pendapat, tetapi ia menyimpulkan bahwa dampak salah saji yang tidak
ditemukan mungkin material tapi tidak pervasif.

Opini TW, ISA 705.8 – Auditor wajib memberikan opini TW jika ia setelah memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat, menyimpulkan bahwa salah saji, sendiri-sendiri atau digabungkan adalah material dan pervasif
untuk LK ybs.

Opini TMP, ISA 705.9 – Auditor wajib memberi opini TMP jika ia tidak berhasil memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat untuk dijadikan dasar pemberian pendapat, tetapi ia menyimpulkan bahwa dampak salah saji
yang tidak ditemukan bisa material dan pervasif.

ISA 705.11- menghilangkan pembatasan, Jika sesudah menerima penugasan, auditor tahu bahwa
manajemen memberikan pembatasan dalam lingkup audit yang menurut auditor dapat mengarah pada
pemberian pendapat WDP atau TMP, auditor wajib meminta manajemen menghilangkan pembatasan
tersebut.

ISA 705.12 – manajemen menolak memberikan pembatasan, auditor wajib mengkomunikasikannya dengan
TCWG, kecuali jika ia terlibat dalam pengelolaan entitas, auditor harus mencari prosedur alternatif untuk untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.

ISA 705.13 – kegagalan memperoleh bukti, maka auditor wajib menemukan implikasinya sbb: 1) jika salah saji
yang tidak terdeteksi material namun tidak pervasif, auditor bisa mengeluarkan opini WDP; 2) jika material dan
pervasif, auditor dapat mengajukan pengunduran diri2 (jika praktis) berdasarkan ketentuan UU yang berlaku
atau jika pengunduran diri sebelum menerbitkan laporan auditor tidak praktis (tidak memungkinkan), auditor
dapat TMP.

ISA 705.15 – pendapat yang bertentangan, Laporan auditor adalah laporan atau pendapat yang berkenaan
dengan LK secara keseluruhan. Maka tidak boleh terjadi pendapat yang bertentangan antara satu unsur, item,
atau akun dalam LK.

ISA 705.16 – jelaskan penyebab modifikasi, auditor harus memasukkan alinea dalam laporannya yang
menjelaskan penyebab modifikasi.

ISA 705.17 – salah saji material, jika dinilai praktis, maka SSM mengenai angka/jumlah tertentu dalam LK
(termasuk pengungkapan kuantitatifnya), auditor wajib memasukkan dalam alinea modifikasi mengenai
dampak keuangan, kecuali jika tidak praktis.

2
ISA 705.14, sebelum mengundurkan diri, auditor harus mengkomunikasikannya dengan TCWG tentang segala hal
mengenai salah saji yang ditemukan dalam audit yang menyebabkan modifikasi dalam pendapat auditor.
2016 Auditing 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
ISA 705.18 – Pengungkapan disalahsajikan, Jika SSM dalam LK mengenai pengungkapan dalam bentuk
narasi, auditor wajib mencantumkan dalam alinea modifikasi, penjelasan mengenai bagaimana pengungkapan
itu disalahsajikan.

ISA 705.19 – informasi yang seharusnya diungkapkan, auditor wajib: 1) membahas informasi yang tidak
diungkapkan dengan TCWG; 2) jelaskan dalam alinea modifikasi sifat informasi yang tidak diungkapkan; 3)
kecuali jika dilarang oleh ketentuan perundang-undangan, masukkan pengungkapan yang diabaikan, dengan
catatan hal itu praktis dilakukan dan auditor sudah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai
informasi yang diabaikan.

ISA 705.20 – tidak mampu memperoleh bukti audit, wajib mencantumkan alasan mengenai ketidakmampuan
tersebut dalam alinea modifikasi.

ISA 705.21 – hal lain yang memerlukan modifikasi, meskipun auditor memberikan pendapat TW atau TMP
pada laporan keuangan, ia wajib menjelaskan dalam alinea modifikasi, alasan-alasan mengenai hal-hal lain
yang diketahuinya yang juga memerlukan modifikasi dalam pendapat auditor, dan apa dampaknya.

Penekanan pada Hal Tertentu


Emphasis of Matter and Other Matter Paragraphs, diatur dalam ISA 706. Alinea penekanan atas suatu hal
bukanlah substitusi atau pengganti dari: 1) modifikasi pendapat auditor jika modifikasi ini diperlukan; 2)
kewajiban manajemen menyajikan pengungkapan dalam LK. Jika auditor akan mencantumkan Alinea
Penekanan atas Suatu Hal atau alinea Hal Lain, ia mengkomunikasikannya dengan manajemen dan TCWG
mengenai: 1) mengapa alinea itu diperlukan; 2) usulan redaksi dari alinea tersebut.

Alinea Penekanan atas Suatu Hal

Alinea ini dimaksudkan untuk menekankan hal-hal penting yang sebenarnya sudah disajikan/diungkapkan
dalam LK, untuk meningkatkan pemahaman para pemakai LK mengenai LK itu. Ketentuan utama dalam
penggunaan alinea ini adalah: 1) sudah diungkapkan penuh (fully disclosed) dalam LK, bukan merupakan
substitusi dari disclosure; 2) tidak ada SSM, auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
bahjwa hal tersebut tidak disalahsajikan secara material dalam LK; 3) disajikan langsung sesudah pendapat
audit, alinea ini disajikan langsung setelah alinea yang berisi pendapat auditor, namun sebelum bagian
tanggung jawab pelaporan lainnya, dengan judul “Penekanan atas Suatu Hal”; 4) bukan modifikasi pendapat
audit.

ISA yang mewajibkan alinea Penekanan atas Suatu Hal, di antaranya: ISA 210.19b, agreeing the terms of
audit engagements; ISA 560.12b dan 16, tentang subsequent events; ISA 570.19, Going concern; ISA 800.14,
tentang Special Considerations-Audits of Financial Statement Prepared in Accordance with Special Purpose
Frameworks.

Alinea Hal Lain

2016 Auditing 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id
Alinea Hal Lain diperlukan untuk menekankan hal-hal sebagai berikut: 1) pembatasan mengenai penyebaran
LK, karena LK (dalam kerangka tujuan umum) seringkali dibuat untuk tujuan khusus. Alinea ini dapat
menyatakan bahwa laporan auditor dimaksudkan untuk pemakai tertentu saja dan tidak untuk disebarkan atau
digunakan oleh pihak-pihak lain; 2) menekankan tanggung jawab lain- UU, peraturan, praktik-praktik yang
sudah menjadi kelaziman di suatu negara atau wilayah hukum memperbolehkan auditor memperluas atau
memperdalam tanggung jawabnya; 3) tidak mungkinnya auditor mengundurkan diri dari penugasan – jika ini
terjadi, alinea ini merupakan tempat bagi auditor menjelaskannya.

ISA yang menunjukkan di mana Hal Lain dapat dimasukkan adalah: ISA 560.12b, 16 yaitu tentang subsequent
event; ISA 710, tentang comparative information- corresponding figures and comparative financial statements.

Daftar Pustaka
Jusuf, Al. Haryono. 2002. Auditing. Penerbitan SekolahTinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Tuanakotta, T. M. 2015. Audit Kontemporer. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

2016 Auditing 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Yulis Diana Alfia,SE., MSA., Ak., CPAI http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai