Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH AUDITING

STANDAR PELAPORAN

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahap terakhir dari penugasan audit adalah melaporkan semua

temuan yang didapat. Proses audit akan menghasilkan sebuah

laporan audit. Laporan audit berisi tentang opini auditor yang

merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material,

posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansiyang berlaku umum di Indonesia.

Laporan Audit dari seorang Auditor dipergunakan sebagai alat

komunikasi antaraAuditor dengan pihak Manajemen mengenai

temuan (finding) dari setiap audit yang telah dilakukan auditor.Dari

setiap audit yang telah diselesaikan harus dibuat satu laporan

tertulis danditanda tangani demikian standar internal audit

mengharuskan hal ini. Namun, standar tidak merekomendasikan

bentuk atau format laporan tertentu. Untuk hal tersebut standar

menyerahkan kepada masing-masing auditor.Laporan audit harus

ditandatangani oleh auditor yang berhak, penunjukkan auditor

yang menandatangani hal tersebut di tentukan oleh Kepala

Satuan Internal Audit. Tandatangan dapat dilakukan (diterakan)

pada body laporan atau pada coverletter (Surat Pengantar).Opini

yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam proses

audit atapun proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan

1
informasi utama yang dapat diinformasikan kepada pemakai

informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang

diperolehnya.

Dewasa ini Dalam pelaporan suatu audit, akan ada beberapa hal

yang sangat diperhatikan auditor, salah satunya mengenai standar

konsistensi. Konsistensi Penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku

Umum Di Indonesia (SA 420) Standar konsistensi menuntut auditor

independen untuk memahami hubungan antara konsistensi dengan daya

banding laporan keuangan. Kurangnya konsistensi penerapan prinsip

akuntansi dapat menyebabkan kurangnya daya banding laporan keuangan,

yang tentunya akan mempengaruhi kualitas opini audit Laporan, sehingga

memang dalam standar pelaporan yang menjadi perhatian khusus para

uditor yaitu konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum

diIndonesia, Pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan, dan

ketidak sesuaian dengn prinp yang berlaku umum di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Standar Laporan Keuangan yang berlaku umum di
Indonesia ?
2. Bagaimana Perubahan Akuntansi dan Dampaknya pada Konsistensi
Laporan Keuangan ?
3. Bagaimanakah Pengungkapan Laporan Keuangan dan Dampaknya
terhadap Pendapat Auditor ?

2
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan masalah
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Standar Laporan Keuangan yang Berlaku Umum di
Indonesia .
2. Mengetahui Perubahan Akuntansi dan dampaknya pada Konsistensi
Laporan Keuangan.
3. Untuk Mengetahui Pengungkapan Laporan Keuangan dan
Dampaknya terhadap Pendapat Auditor.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsistensi Penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum Di


Indonesia (SA 420)
PENDAHULUAN
01 Standar pelaporan kedua (disebut di sini sebagai standar konsistensi)
berbunyi: “Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya”.
02 Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika
daya banding laporan keuangan di antara dua periode dipengaruhi secara
material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan
perubahan tersebut dalam laporannya. Juga dinyatakan secara tersirat
dalam tujuan standar tersebut bahwa prinsip akuntansi tersebut telah
diamati konsistensi penerapannya dalam setiap periode akuntansi yang
bersangkutan. Standar pelaporan tersebut secara tersirat mengandung arti
bahwa auditor puas bahwa daya banding laporan keuangan di antara dua
periode akuntansi tidak dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip
akuntansi dan bahwa prinsip akuntansi tersebut telah diterapkan secara
konsisten di antara dua atau lebih periode akuntansi baik karena :
(1) Tidak terjadi perubahan prinsip akuntansi, atau
(2) Terdapat perubahan prinsip akuntansi atau metode penerapannya, namun
dampak perubahan prinsip akuntansi terhadap daya banding laporan
keuangan tidak material. Dalam keadaan-keadaan tersebut auditor tidak
perlu membuat pengungkapan mengenai konsistensi dalam laporan
auditnya.
03 Penerapan semestinya standar konsistensi menuntut auditor independen
untuk memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding
laporan keuangan. Walaupun ketidakkonsistenan penerapan prinsip

4
akuntansi dapat menyebabkan kurangnya daya banding laporan keuangan,
namun faktor lain yang tidak berhubungan dengan konsistensi dapat pula
menyebabkan kurangnya daya banding laporan keuangan.
04 Perbandingan laporan keuangan suatu entitas di antara beberapa periode
dapat dipengaruhi oleh :
a) Perubahan akuntansi,
b) Kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode
sebelumnya,
c) Perubahan penggolongan, dan
d) Peristiwa atau transaksi yang sangat berbeda dengan yang
dipertanggungjawabkan dalam laporan keuangan yang disajikan dalam
periode sebelumnya.
Perubahan akuntansi adalah suatu perubahan dalam :
a) Prinsip akuntansi,
b) Estimasi akuntansi,
c) Entitas yang membuat laporan keuangan (yang merupakan tipe khusus
perubahan prinsip akuntansi).
05 Perubahan dalam prinsip akuntansi yang mempunyai pengaruh material atas
laporan keuangan memerlukan penjelasan dalam laporan auditor independen
dengan cara menambahkan paragraf penjelasan (yang disajikan setelah
paragraf pendapat). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi daya banding
laporan keuangan mungkin membutuhkan pengungkapan, tetapi pada
umumnya tidak perlu komentar dalam laporan auditor independen.
Perubahan dalam Prinsip Akuntansi
06 Suatu perubahan dalam prinsip akuntansi terjadi karena adanya pemakaian
suatu prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dalam suatu
periode berbeda dengan yang digunakan untuk tujuan pelaporan dalam
periode sebelumnya. Istilah prinsip akuntansi meliputi tidak hanya prinsip-
prinsip akuntansi dan praktik-praktik akuntansi tetapi juga cara atau metode
penerapannya. Suatu perubahan dalam prinsip akuntansi meliputi, misalnya
suatu perubahan dari metode depresiasi garis lurus (straight line method)

5
untuk semua aktiva tetap atau aktiva tetap yang baru diperoleh dalam satu
golongan tertentu. Standar konsistensi dapat diterapkan untuk jenis
perubahan ini dan perlu diungkapkan dalam laporan auditor melalui
penambahan paragraf penjelasan yang dicantumkan setelah paragraf
pendapat. Perubahan dalam Entitas yang Membuat Laporan
07 Oleh karena perubahan dalam entitas yang membuat laporan merupakan
bentuk khusus perubahan dalam prinsip akuntansi, maka standar konsistensi
juga berlaku. Perubahan dalam entitas yang membuat laporan yang
menuntut pengakuan dalam laporan auditor meliputi:
a. Penyajian laporan keuangan konsolidasian atau gabungan sebagai
pengganti laporan keuangan masing-masing perusahaan.
b. Perubahan anak perusahaan tertentu yang merupakan anggota grup
perusahaan yang termasuk dalam laporan keuangan konsolidasian.
c. Perubahan perusahaan yang termasuk dalam laporan keuangan
gabungan.
d. Perubahan di antara metode-metode akuntansi: metode kos (cost
method), metode ekuitas (equity method), dan metode konsolidasian
untuk anak perusahaan atau investasi lainnya dalam bentuk saham
biasa. Laporan Setelah Terjadi Penggabungan Kepentingan (Pooling
of Interests)
08 Jika perusahaan telah melakukan penggabungan yang
dipertanggungjawabkan dengan metode penggabungan kepentingan
(pooling of interest), dampak penyatuan kepentingan harus
ditunjukkan dalam penyajian posisi keuangan, hasil usaha, arus kas,
serta data keuangan historis lain bisnis yang melanjutkan usaha untuk
tahun terlaksananya penggabungan tersebut, dan dalam laporan
keuangan komparatif untuk tahun-tahun sebelum terlaksananya
penggabungan tersebut, dan dalam laporan keuangan komparatif
untuk tahun-tahun sebelum terlaksananya penggabungan kepentingan
tersebut. Jika laporan keuangan tahun-tahun sebelum penggabungan
tidak dinyatakan kembali untuk mengakui adanya penggabungan

6
kepentingan tersebut, laporan keuangan komparatif tidak disajikan
secara konsisten. Dalam hal ini ketidakkonsistenan timbul sebagai
akibat suatu perubahan prinsip akuntansi dalam tahun sekarang,
namun bukan karena ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi
dalam tahun-tahun sebelumnya. Ketidakkonsistenan ini mengharuskan
auditor menambahkan paragraf penjelasan dalam laporannya. Sebagai
tambahan, dengan tidak diakuinya penyatuan kepentingan dalam
laporan keuangan komparatif, berarti terdapat penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
09 Jika laporan keuangan satu tahun saja yang disajikan dalam tahun
selesainya penggabungan, catatan atas laporan keuangan harus
mengungkapkan dengan lengkap transaksi penggabungan kepentingan
yang terjadi dan menyatakan pendapatan (revenues), unsur-unsur luar
biasa, dan laba bersih masing-masing perusahaan yang digabungkan
untuk tahun sebelumnya dalam bentuk gabungan. Tidak
diungkapkannya transaksi penggabungan kepentingan dan dampaknya
atas tahun sebelumnya mengharuskan auditor memberikan pendapat
wajar dengan pengecualian karena kurangnya pengungkapan dan
dapat menyebabkan auditor menambahkan paragraf penjelasan dalam
laporannya karena adanya ketidakkonsistenan.
10 Untuk tujuan penerapan standar konsistensi, suatu perubahan dalam
entitas yang membuat laporan dipandang tidak terjadi pada
pembentukan, penghentian, pembelian, atau pelepasan suatu anak
perusahaan atau unit usaha lainnya. Konsistensi Penerapan Prinsip
Akuntansi Yang Berlaku Umum di Indonesia Koreksi Kesalahan
Penerapan dalam Prinsip
11 Perubahan suatu prinsip akuntansi yang tidak berlaku umum ke suatu
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, termasuk koreksi
kesalahan dalam penerapan suatu prinsip, merupakan suatu koreksi
kesalahan. Walaupun bentuk perubahan prinsip akuntansi ini harus
dipertanggungjawabkan sebagai koreksi kesalahan, namun perubahan

7
ini harus dikemukakan dalam laporan auditor melalui penambahan
paragraf penjelasan. Perubahan dalam Prinsip yang Tidak Dapat
Dipisahkan dari Perubahan dalam Estimasi Akuntansi
12 Pengaruh suatu perubahan dalam prinsip akuntansi mungkin tidak
dapat dipisahkan dari pengaruh perubahan dalam estimasi akuntansi.
Walaupun perlakuan akuntansi untuk perubahan semacam itu sama
dengan perlakuan akuntansi untuk perubahan yang hanya menyangkut
estimasi akuntansi, tetapi di dalamnya tersangkut pula perubahan
dalam prinsip akuntansi. Oleh karena itu, perubahan semacam ini
harus dikemukakan dalam laporan auditor melalui penambahan
paragraf penjelasan. Perubahan dalam Penyajian Arus Kas
13 Untuk kepentingan penyajian arus kas, prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia menyatakan berikut ini: “suatu perusahaan harus
mengungkapkan kebijakannya dalam menentukan unsur-unsur yang
diperlakukan setara kas (cash equivalents)”. Suatu perubahan dalam
kebijakan ini merupakan perubahan dalam prinsip akuntansi yang
harus diperhitungkan dampaknya, dengan menyatakan kembali
laporan arus kas tahun sebelumnya, yang disajikan dalam bentuk
laporan kas komparatif. Oleh karena itu, perubahan semacam ini harus
dikemukakan dalam laporan auditor melalui penambahan paragraf
penjelasan.

PERUBAHAN AKUNTANSI YANG TIDAK MEMPENGARUHI


KONSISTENSI

Perubahan dalam Estimasi Akuntansi


14 Estimasi akuntansi (seperti masa manfaat dan nilai sisa aktiva yang
disusutkan dan pembentukan penyisihan untuk jaminan atau warranty
cost, penyisihan piutang yang tidak tertagih, dan penyisihan keusangan
sediaan) diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan. Estimasi
akuntansi berubah begitu suatu peristiwa baru terjadi dan begitu
pengalaman dan informasi baru diperoleh. Bentuk perubahan akuntansi

8
ini diperlukan oleh keadaan yang berubah yang mempengaruhi daya
banding laporan keuangan, tetapi tidak melibatkan standar konsistensi.
Auditor independen selain untuk memuaskan dirinya berkenaan dengan
keadaan-keadaan yang menimbulkan perubahan dalam estimasi
akuntansi, harus meyakinkan dirinya bahwa perubahan tersebut tidak
mempunyai pengaruh terhadap perubahan prinsip akuntansi. Jika ia telah
yakin, maka ia tidak perlu memberikan komentar mengenai perubahan
tersebut dalam laporan auditor. Namun, perubahan akuntansi semacam
itu mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan yang
memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan yang Tidak Melibatkan Prinsip Akuntansi
15 Koreksi kesalahan dari laporan keuangan tahun sebelumnya yang
disebabkan oleh kesalahan perhitungan (mathematical mistakes),
kekeliruan atau kesalahan penggunaan fakta yang timbul pada saat
laporan keuangan dipersiapkan, tidak melibatkan standar konsistensi, jika
tidak ada unsur prinsip akuntansi atau penerapannya yang terkait di
dalamnya. Oleh karena itu, auditor independen tidak perlu
mencantumkan koreksi tersebut dalam laporannya.
Perubahan dalam Klasifikasi dan Reklasifikasi
16 Klasifikasi dalam laporan keuangan tahun berjalan dapat berbeda dari
klasifikasi dalam laporan keuangan tahun sebelumnya. Walaupun
perubahan dalam klasifikasi biasanya tidak terlalu penting untuk
diungkapkan, tetapi perubahan yang material dalam klasifikasi harus
ditunjukkan dan dijelaskan dalam laporan keuangan atau catatannya.
Perubahan ini dan reklasifikasi yang dilakukan dalam laporan keuangan
yang diterbitkan dalam tahun sebelumnya dengan tujuan untuk
mempertinggi daya banding laporan tersebut dengan laporan keuangan
tahun berjalan, biasanya tidak perlu disebut dalam laporan auditor.
Transaksi atau Peristiwa yang Sangat Berbeda
17 Prinsip akuntansi dipilih pada saat peristiwa atau pada saat transaksi
pertama kali mempunyai pengaruh yang material. Penerapan prinsip

9
tersebut, demikian pula perubahan atau pemakaian suatu prinsip akuntansi
yang menjadi perlu oleh karena transaksi atau peristiwa yang secara jelas
berbeda sekali dengan yang terjadi dalam periode sebelumnya, tidak
berkaitan dengan standar konsistensi, walaupun pengungkapan dalam
catatan atas laporan keuangan mungkin diperlukan.
Perubahan Akuntansi yang Diperkirakan Berdampak Material di
Masa yang akan Datang
18 Bila perubahan akuntansi tidak mempunyai pengaruh material
terhadap laporan keuangan periode sekarang, tetapi perubahan tersebut akan
mempunyai pengaruh yang besar dalam periode yang akan datang,
perubahan ini harus diungkapkan oleh manajemen dalam catatan atas
laporan keuangan dalam periode terjadinya perubahan tersebut, namun
auditor tidak perlu mengungkapkan hal ini dalam laporannya.
Pengungkapan Perubahan yang Tidak Mempengaruhi Konsistensi
19 Walaupun masalah-masalah tersebut tidak memerlukan penambahan
paragraf penjelasan tentang konsistensi dalam laporan auditor, auditor harus
menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian karena masalah
pengungkapan jika pengungkapan yang diperlukan tidak dilakukan oleh klien
(lihat SA Seksi 431 [PSA No. 10] Kecukupan Pengungkapan dalam Laporan
Keuangan).
Periode-Periode Standar Konsistensi Berlaku
20 Bila auditor independen hanya menyatakan pendapatnya atas
laporan keuangan periode sekarang, ia harus memperoleh bukti audit
tentang konsistensi penerapan prinsip akuntansi, tanpa memperhatikan
disajikan atau tidaknya laporan keuangan periode sebelumnya. (Istilah
“periode sekarang” berarti tahun yang paling dekat, atau periode yang
kurang dari satu tahun, yang dilaporkan oleh auditor). Bila auditor
independen menyatakan pendapat atas laporan keuangan untuk dua tahun
atau lebih, maka ia harus melaporkan konsistensi penerapan prinsip
akuntansi di antara tahun-tahun tersebut dan juga konsistensi tahun-tahun
tersebut dengan tahun sebelumnya, jika laporan keuangan tahun sebelumnya

10
tersebut disajikan bersama laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor
independen.
Audit Tahun Pertama
21 Jika auditor independen tidak mengaudit laporan keuangan suatu
perusahaan tahun sebelumnya, ia harus melaksanakan prosedur yang praktis
dilaksanakan dan memadai sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh
auditor untuk memberikan keyakinan bagi dirinya bahwa prinsip akuntansi
digunakan secara konsisten di antara tahun sekarang dengan tahun
sebelumnya. Jika catatan memadai diselenggarakan oleh klien, biasanya
perluasan prosedur pemeriksaan menjadi praktis untuk dilaksanakan dan
memadai untuk memperluas prosedur pemeriksaan guna pengumpulan bukti
audit yang kompeten dan cukup konsistensi.
22 Tidak memadainya catatan keuangan atau pembatasan yang dikenakan
oleh klien menghalangi auditor independen untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan kompeten tentang konsistensi penerapan prinsip akuntansi
tahun sekarang dengan tahun sebelumnya, serta saldo aktiva dan utang pada
awal tahun sekarang. Jika jumlah tersebut berdampak material terhadap hasil
usaha tahun sekarang, auditor independen juga tidak dapat menyatakan
pendapatnya atas hasil usaha dan arus kas perusahaan tahun sekarang.
Tanggal Berlaku Efektif
23 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih
awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa
transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember
2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember
2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

11
B. Pengungkapan yang Memadai Dalam Laporan Keuangan (SA 431)

PENDAHULUAN

01 Standar pelaporan ketiga berbunyi: “Pengungkapan informatif


dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain
dalam laporan auditor”.

PENGUNGKAPAN MEMADAI DALAM LAPORAN KEUANGAN

02 Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang


berlaku umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif
yang memadai atas hal-hal material. Hal-hal tersebut mencakup bentuk,
susunan, dan isi laporan keuangan, serta catatan atas laporan keuangan, yang
meliputi, sebagai contoh, istilah yang digunakan, rincian yang dibuat,
penggolongan unsur dalam laporan keuangan, dan dasar-dasar yang
digunakan untuk menghasilkan jumlah yang dicantumkan dalam laporan
keuangan. Auditor harus mempertimbangkan apakah masih terdapat hal-hal
tertentu yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang
diketahuinya pada saat audit.

03 Bila manajemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi


yang seharusnya diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia, termasuk catatan atas laporan keuangan, auditor harus
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar
karena alasan tersebut dan harus memberikan informasi yang cukup dalam
laporannya, jika memungkinkan atau praktis; kecuali tidak disajikannya
informasi tersebut adalah sesuai dengan Pernyataan Standar Auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam hubungan ini, istilah
“memungkinkan atau praktis” diartikan bahwa informasi dapat diperoleh
secara wajar dari akun dan catatan manajemen dan bahwa penyajian
informasi demikian dalam laporannya tidak menempatkan auditor sebagai
pihak yang menyusun laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor tidak
diharapkan untuk menyusun laporan keuangan pokok atau informasi lain

12
mengenai perusahaan dan memasukkan informasi tersebut ke dalam laporan
auditnya, jika manajemen tidak menyajikan informasi tersebut.

04 Di dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengungkapan


dan dalam segala aspek lain auditnya, auditor menggunakan informasi yang
diterima dari kliennya atas dasar kepercayaan yang diberikan oleh kliennya,
bahwa auditor akan merahasiakan informasi tersebut. Tanpa kepercayaan
demikian, auditor akan sulit untuk memperoleh informasi yang diperlukan
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Oleh karena itu, tanpa
izin kliennya, auditor tidak boleh mengungkapkan informasi yang tidak
diharuskan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

05 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih


awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa
transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember
2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31
Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

C. Ketidaksesuaian Dengan Prinsip yang Berlaku Umum di Indonesia (SA


544)

PENDAHULUAN

01 Seksi ini menyediakan panduan bagi auditor tentang perumusan


pendapat dalam audit atas laporan keuangan yang disusun tidak sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
PERUSAHAAN YANG DIATUR SECARA KHUSUS OLEH
PEMERINTAH
02 Anggapan dasar dan luasnya prinsip akuntansi yang terdapat dalam
istilah “prinsip akuntansi yang berlaku umum” yang diterapkan dalam

13
perusahaan bisnis pada umumnya juga berlaku terhadap perusahaan yang
praktik akuntansinya ditetapkan secara khusus oleh badan pengatur
pemerintah. (Perusahaan tersebut melipui public utility, perusahaan angkutan
umum, perusahaan asuransi, lembaga keuangan, dan perusahaan lain
semacam). Oleh karena itu, standar pelaporan pertama berlaku juga terhadap
pendapat atas laporan keuangan perusahaan-perusahaan semacam itu yang
disajikan untuk tujuan selain yang diserahkan kepada badan pengawas yang
bersangkutan dengan perusahaan tersebut; dan penyimpangan material dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, dan dampaknya, harus
diperlakukan dengan cara yang sama dalam laporan auditor dengan yang
diterapkan terhadap perusahaan yang tidak diatur secara khusus oleh
pemerintah. Umumnya, kondisi ini mengharuskan auditor menyatakan
pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar atas laporan
keuangan tersebut. Pendapat tidak wajar dapat disertai dengan pendapat atas
data tambahan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Namun, laporan jenis ini harus diterbitkan hanya jika
laporan keuangan ditujukan semata-mata untuk diserahkan kepada badan
pengatur yang bersangkutan.
03 Namun, harus diakui bahwa terdapat perbedaan yang semestinya antara
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dalam
perusahaan yang tidak diatur khusus dengan dalam perusahaan yang diatur
secara khusus oleh pemerintah, karena dampak yang timbul sebagai akibat
proses penentuan tarif dalam perusahaan yang diatur secara khusus oleh
pemerintah. Perbedaan tersebut terutama terdapat pada periodisasi pemasukan
berbagai pos ke dalam penentuan laba bersih sesuai dengan prinsip
penandingan biaya dengan pendapatan (mathing costs with revenues). Perlu
juga diakui bahwa persyaratan akuntansi yang tidak berkaitan langsung
dengan proses penyusunan tarif umumnya diberlakukan terhadap perusahaan
yang diatur oleh pemerintah yang pemberlakuan persyaratan akuntansi
tersebut tidak selalu dapat diartikan sebagai kesesuaian dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

14
04 Bila laporan keuangan entitas yang diatur oleh badan pengatur
disusun sesuai dengan basis akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur
perusahaan yang bersangkutan atau sesuai dengan ketentuan pelaporan
keuangan badan lain, auditor independen dapat pula diminta untuk
melaporkan kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut sesuai dengan
basis akuntansi yang ditetapkan untuk didistribusikan kepada pihak selain
badan pengatur perusahaan yang bersangkutan. Dalam keadaan ini, auditor
harus menggunakan laporan bentuk baku. Lihat SA Seksi 508 [PSA No. 29]
Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan, paragraf 08, yang
dimodifikasi sebagaimana mestinya (lihat SA Seksi 508 [PSA No. 29],
paragraf 35 s.d. 60), karena adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia, dan menyatakan pendapat apakah laporan
keuangan tersebut disajikan sesuai dengan dasar akuntansi yang ditetapkan
oleh badan pengatur.
TANGGAL BERLAKU EFEKTIF
05 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih
awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa
transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember
2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31
Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

D. Pelaporan Auditor Atas Laporan Keuangan Konsolidasian Dan


Laporan Induk Perusahaan Saja (SA 9551)
PERTANYAAN
01 Jika suatu kantor akuntan publik melakukan audit atas laporan
keuangan konsolidasian dan pemakai laporan audit selain memerlukan
pendapat auditor atas laporan keuangan konsolidasian juga membutuhkan
pendapat auditor atas laporan keuangan induk perusahaan saja (parent
company only): a. Standar manakah yang harus diacu oleh akuntan publik

15
dalam pelaporan atas laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan
induk perusahaan saja? b. Bagaimanakah contoh isi laporan audit yang
berisi pendapat auditor atas laporan keuangan konsolidasian dan laporan
keuangan induk perusahaan saja?
INTERPRETASI
02 Pelaporan auditor atas audit terhadap laporan keuangan
konsolidasian dan laporan keuangan induk perusahaan saja mengacu ke
PSA No. 36 (SA Seksi 551 Pelaporan atas Informasi yang Menyertai
Laporan Keuangan Pokok dalam Dokumen yang Diserahkan oleh Auditor)
paragraf 18.SA Seksi 551 paragraf 18 berbunyi sebagai berikut: Bila laporan
keuangan konsolidasian berisi informasi konsolidasian yang tidak secara
terpisah diaudit, laporan auditor atas informasi konsolidasian berbunyi
sebagai berikut: Audit kami laksanakan dengan tujuan untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan pokok secara keseluruhan. Informasi
konsolidasian disajikan untuk tujuan analisis tambahan terhadap laporan
keuangan konsolidasian dan bukan ditujukan untuk menyajikan posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan-
perusahaan secara individual. Informasi konsolidasian tersebut telah
menjadi objek prosedur audit yang kami terapkan dalam audit atas laporan
keuangan konsolidasian, dan, menurut pendapat kami, disajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, berkaitan dengan laporan keuangan
konsolidasian secara keseluruhan.
03 Anak kalimat “Bila laporan keuangan konsolidasian berisi
informasi konsolidasian yang tidak secara terpisah diaudit,” mengandung
arti bahwa audit yang dilaksanakan oleh auditor ditujukan untuk
memberikan pendapat atas laporan keuangan konsolidasian, yang prosedur
auditnya mencakup pula informasi konsolidasian terpisah, namun terhadap
informasi konsolidasian terpisah tersebut auditor tidak menerbitkan laporan
audit tersendiri.
04 Contoh laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian yang
berisi informasi konsolidasian yang tidak secara terpisah diaudit dan

16
auditor diminta untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan
konsolidasian serta pendapat secara terpisah terhadap laporan keuangan
induk perusahaan saja, disajikan sebagai berikut:
Laporan Auditor Independen
[Pihak yang dituju oleh auditor]
Kami telah mengaudit neraca konsolidasian perusahaan KXT dan anak
perusahaannya tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1, serta laporan laba-
rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas konsolidasian untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan
adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami
terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit
kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami
merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu
audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan
estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit
kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan konsolidasian yang kami
sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan perusahaan KXT dan anak perusahaannya tanggal 31
Desember 20X2 dan 20X1, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Audit kami laksanakan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan pokok secara keseluruhan. Laporan keuangan induk
perusahaan disajikan untuk tujuan analisis tambahan dan bukan merupakan
bagian laporan keuangan pokok yang diharuskan menurut prinsip

17
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan keuangan induk
perusahaan tersebut telah menjadi objek prosedur audit yang kami
terapkan dalam audit atas laporan keuangan pokok, dan menurut pendapat
kami, disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, berkaitan
dengan laporan keuangan pokok secara keseluruhan.
[Tanda tanggan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin
kantor akuntan publik] [Tanggal]
TANGGAL BERLAKU EFEKTIF
05 Interpretasi Pernyataan ini berlaku efektif tanggal 1 Mei 1996.
Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam
Interpretasi ini diizikan.
E. Informasi Tambahan yang Diharuskan (SA 558)

PENDAHULUAN
01 Ikatan Akuntan Indonesia-Dewan Standar Akuntansi Keuangan
mengembangkan prinsip untuk pelaporan keuangan, termasuk prinsip untuk
laporan keuangan dan untuk informasi tambahan tertentu suatu laporan
keuangan. Seksi ini memberikan panduan bagi auditor independen tentang
sifat prosedur yang diterapkan terhadap informasi tambahan yang
diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, dan menjelaskan keadaan yang
mengharuskan auditor untuk melaporkan informasi tersebut.
PENERAPAN
02 Seksi ini berlaku untuk audit berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia atas laporan keuangan yang
dimasukkan dalam dokumen yang berisi informasi tambahan yang
diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Namun, Seksi ini tidak berlaku
jika auditor mengadakan perikatan untuk mengaudit informasi tambahan
tersebut.
03 Beberapa entitas mungkin secara sukarela memasukkan informasi
tambahan tertentu yang diharuskan bagi entitas lain dalam dokumen yang
berisi laporan keuangan auditan. Jika suatu entitas secara sukarela
memasukkan informasi tersebut sebagai tambahan terhadap laporan

18
keuangan atau dalam suatu catatan atas laporan keuangan yang tidak
diaudit, ketentuan dalam Seksi ini berlaku, kecuali jika entitas tersebut
menunjukkan bahwa auditor tidak menerapkan prosedur yang dijelaskan
dalam Seksi ini atau auditor mencantumkan pernyataan tidak memberikan
pendapat atas informasi tersebut dalam paragraf penjelasan laporan auditnya
atas laporan keuangan auditan. Berikut ini contoh suatu pernyataan tidak
memberikan pendapat yang dapat digunakan oleh auditor dalam keadaan
tersebut:
Informasi (sebutkan informasi tambahan) pada halaman XX (atau dalam
Catatan XX) tidak diharuskan sebagai bagian laporan keuangan pokok, dan
kami tidak melakukan audit atau menerapkan prosedur terbatas terhadap
informasi tersebut dan kami tidak memberikan keyakinan atas informasi
tersebut.
Jika auditor tidak menerapkan prosedur yang dijelaskan dalam Seksi ini
terhadap penyajian secara sukarela atas informasi tambahan yang diharuskan
bagi entitas lain, ketentuan SA Seksi 550 [PSA No. 44] Informasi Lain dalam
Dokumen yang Berisi Laporan Keuangan Auditan dapat diberlakukan.

KETERLIBATAN DENGAN INFORMASI DI LUAR LAPORAN KEUANGAN


04 Tujuan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia adalah untuk menyatakan pendapat atas
laporan tersebut. Auditor tidak bertanggung jawab untuk mengaudit informasi
di luar laporan keuangan pokok berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia. Namun, auditor memiliki tanggung jawab tertentu
terhadap informasi di luar laporan keuangan. Sifat tanggung jawab auditor
bervariasi dengan sifat informasi dan dokumen yang berisi laporan keuangan.
05 Tanggung jawab auditor atas informasi lain yang tidak diharuskan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia, namun dimasukkan ke dalam laporan
keuangan-yang merupakan dokumen yang dibuat oleh klien3 -diatur dalam
SA Seksi 550 [atau PSA No. 44] Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi
Laporan Keuangan Auditan. Tanggung jawab auditor atas informasi

19
tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diatur dalam
paragraf-paragraf berikut ini.

KETERLIBATAN DENGAN INFORMASI TAMBAHAN YANG


DIHARUSKAN
06 Informasi tambahan yang diharuskan adalah berbeda dari tipe
informasi lain di luar laporan keuangan pokok, karena Ikatan Akuntan
Indonesia-Dewan Standar Akuntansi Keuangan menganggap bahwa
informasi tersebut merupakan bagian pokok dalam pelaporan keuangan
entitas tertentu dan karena telah ditetapkan panduan untuk pengukuran dan
penyajian oleh pihak berwenang. Oleh karena itu, auditor harus menerapkan
prosedur terbatas tertentu terhadap informasi tambahan yang diharuskan dan
harus melaporkan kekurangan atau tidak adanya informasi tersebut.
PROSEDUR
07 Auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat informasi
tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam keadaan
tertentu. Jika informasi tambahan diharuskan, auditor harus menerapkan
prosedur berikut ini terhadap informasi tersebut.
a. Meminta keterangan kepada manajemen tentang metode penyusunan
informasi tambahan tersebut, termasuk (1) apakah metode pengukuran
dan penyajian sesuai dengan panduan yang ditetapkan, (2) apakah
metode pengukuran dan penyajian telah berubah dari yang digunakan
dalam periode yang lalu dan alasan perubahan tersebut, dan (3) adanya
asumsi signifikan yang melandasi pengukuran dan penyajian.
b. Membandingkan informasi tersebut tentang konsistensinya dengan (1)
tanggapan manajemen terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan
dalam butir a, (2) laporan keuangan auditan, dan (3) pengetahuan lain
yang diperoleh selama pemeriksaan atas laporan keuangan.
c. Mempertimbangkan apakah representasi atas informasi tambahan yang
diharuskan harus dimasukkan ke dalam representasi tertulis spesifik yang

20
diperoleh dari manajemen. Lihat SA Seksi 333 [PSA No. 17]
Representasi Manajemen.
d. Melaksanakan prosedur tambahan, jika ada, bahwa laporan, interpretasi,
panduan, atau pernyataan posisi (statement of position) yang dibuat untuk
tipe khusus informasi tambahan yang diharuskan.
e. Meminta keterangan tambahan jika penerapan prosedur di atas
menyebabkan auditor yakin bahwa informasi tersebut tidak diukur atau
disajikan sesuai dengan panduan.
KEADAAN YANG MENGHARUSKAN PELAPORAN ATAS
INFORMASI TAMBAHAN YANG DIHARUSKAN
08 Karena informasi tambahan tidak diaudit dan tidak diharuskan
sebagai bagian laporan keuangan pokok, auditor tidak perlu mengacu ke
informasi tambahan atau prosedur terbatas dalam paragraf penjelasan
laporan auditnya atas laporan keuangan auditan, kecuali jika terdapat
keadaan berikut ini: (a) informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia untuk disajikan dalam keadaan tertentu tidak disajikan
oleh klien, (b) auditor berkesimpulan bahwa pengukuran dan penyajian
informasi tambahan tersebut menyimpang secara material dari panduan
yang ditetapkan, (c) auditor tidak dapat melaksanakan prosedur yang
ditetapkan, (d) auditor tidak dapat menghilangkan kesangsian signifikan
mengenai apakah informasi tambahan sesuai dengan panduan yang
ditetapkan. Karena informasi tambahan yang diharuskan tidak mengubah
prinsip akuntasi dan pelaporan keuangan yang digunakan untuk menyusun
laporan keuangan pokok suatu entitas, keadaan yang dijelaskan di atas tidak
berdampak terhadap pendapat auditor atas kewajaran penyajian laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Lebih lanjut, auditor tidak perlu menyajikan informasi tambahan, jika
entitas yang bersangkutan tidak menyajikan informasi tambahan tersebut.
Berikut ini adalah contoh paragraf tambahan yang dapat digunakan oleh
auditor dalam berbagai keadaan:
Informasi Tambahan yang Diharuskan Tidak Disajikan

21
Perusahaan XX tidak menyajikan informasi [sebutkan informasi
tambahan yang diharuskan dalam keadaan tertentu] yang menurut Ikatan
Akuntan Indonesia ditetapkan sebagai informasi yang perlu ditambahkan
terhadap, walaupun bukan merupakan bagian dari, laporan keuangan pokok.
Penyimpangan Material dari Panduan
Informasi (sebut secara spesifik informasi tambahan) pada halaman
XX bukan merupakan bagian laporan keuangan pokok yang diharuskan, dan
kami tidak mengaudit serta tidak menyatakan pendapat atas informasi
tersebut. Namun, kami telah melaksanakan prosedur terbatas tertentu, yang
terdiri dari terutama permintaan keterangan kepada manajemen tentang
metode pengukuran dan penyajian informasi tambahan tersebut. Sebagai
hasil prosedur terbatas tersebut, kami percaya bahwa informasi (sebut secara
spesifik informasi tambahan) tidak sesuai dengan panduan yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia karena [jelaskan penyimpangan material dari
panduan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia]
Prosedur yang Ditetapkan Tidak Dilaksanakan
Informasi [sebut secara spesifik informasi tambahan] pada halaman XX
bukan merupakan bagian laporan keuangan pokok yang diharuskan, dan
kami tidak mengaudit serta tidak menyatakan pendapat atas informasi
tersebut. Lebih lanjut, kami tidak dapat menerapkan prosedur tertentu yang
ditetapkan dalam standar profesional atas informasi tersebut karena
[sebutkan alasannya]
Kesangsian yang Tidak Terselesaikan tentang Kesesuaian dengan
Panduan Informasi (sebut secara spesifik informasi tambahan) pada
halaman XX bukan merupakan bagian laporan keuangan pokok yang
diharuskan, dan kami tidak mengaudit serta tidak menyatakan pendapat atas
informasi tersebut. Namun, kami telah melaksanakan prosedur terbatas
tertentu yang ditetapkan dalam standar profesional yang menghasilkan suatu
kesangsian yang tidak dapat kami selesaikan mengenai apakah modifikasi
material harus dilakukan terhadap informasi tersebut agar sesuai dengan
panduan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. [Auditor harus

22
mempertimbangkan untuk memasukkan ke dalam laporan auditnya alasan
mengapa ia tidak dapat menyelesaikan kesangsian besarnya tersebut].
Meskipun ia tidak menyelesaikan prosedur yang ditetapkan, jika atas
dasar fakta yang diketahuinya, auditor berkesimpulan bahwa informasi
tambahan tidak diukur dan disajikan menurut panduan yang ditetapkan, ia
harus menyarankan revisi yang semestinya. Jika klien tidak melakukan
revisi terhadap informasi tambahan tersebut, ia harus menjelaskan sifat
penyimpangan material tersebut dalam laporan auditnya.
09 Jika terdapat informasi tambahan, entitas mencantumkan suatu
petunjuk bahwa auditor melaksanakan prosedur terhadap informasi tersebut,
tanpa menunjukkan pula bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas
informasi yang disajikan, laporan auditor atas laporan keuangan auditan
harus diperluas untuk mencakup pernyataan tidak memberikan pendapat
atas informasi tambahan tersebut.
10 Biasanya, informasi tambahan yang diharuskan harus berbeda dari
laporan keuangan auditan dan berbeda dari informasi lain di luar laporan
keuangan yang tidak diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Namun,
manajemen dapat memilih tidak meletakkan informasi tambahan yang
diharuskan di luar laporan keuangan pokok. Dalam keadaan ini, informasi
tersebut harus diberi tanda yang jelas sebagai tidak diaudit. Jika informasi
tersebut tidak diberi tanda yang jelas sebagai tidak diaudit, laporan auditor
atas laporan keuangan auditan harus diperluas untuk mencakup pernyataan
tidak memberikan pendapat atas informasi tambahan tersebut.
TANGGAL BERLAKU EFEKTIF
11 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih
awal dari tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa
transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember
2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31
Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

23
  BAB III

PEMBAHASAN

Standar Pelaporan

Standar pelaporan terdiri dari empat item, diantaranya:


a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Standar
pelaporan pertama ini tidak mengharuskan untuk menyatakan tentang
fakta (statement of fact), namun standar tersebut mengharuskan auditor
untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan
telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi tersebut. Prinsip
akuntansi berlaku umum atau “generally accepted accounting
principles” mencakup konvensi, aturan dan prosedur yang diperlukan
untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum diwilayah
tertentu dan pada waktu tertentu.
b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
Standar ini juga disebut dengan standar konsistensi. Standar
konsistensi menuntut auditor independen untuk memahami hubungan
antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan. Kurangnya
konsistensi penerapan prinsip akuntansi dapat menyebabkan
kurangnya daya banding laporan keuangan. Standar ini bertujuan
untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan
diantara kedua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan
prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut
dalam laporannya. Caranya, dengan menambahkan paragraf penjelasn
yang disajikan setelah paragraf pendapat.

24
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang
memadai atas hal-hal material, diantaranya bentuk, susunan, dan isi
laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Auditor harus
selalu mempertimbangkan apakah masih terdapat hal-hal tertentu yang
harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang
diketahuinya pada saat audit. Dalam mempertimbangkan cukup atau
tidaknya pengungkapan, auditor menggunakan informasi yang diterima
dari kliennya atas dasar kepercayaan bahwa auditor akan merahasiakan
informasi tersebut. Tanpa kepercayaan, auditor akan sulit untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk menanyatakan pendapat
atas laporan keuangannya.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.
Tujuan standar pelaporan ini adalah untuk mencegah salah tafsir
tentang tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya
dikaitkan dengan laporan keuangan. Seorang akuntan dikaitkan dengan
laporan keungan jika ia mengizinkan namanya dalam suatu laporan,
dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan tersebut. Bila
seorang akuntan menyerahkan kepada kliennya atau pihak lain suatu
laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu penyusunannya, maka ia
juga dianggap berkaitan dengan laporan keuangan tersebut, meskipun ia

25
tak mencantumkan namanya dalam laporan tersebut

Perubahan dan Penerapan Akuntansi yang Mempengaruhi konsisten

Perubahan Akuntansi yang Mempengaruhi konsisten


Perubahan dalam prinsip akuntansi Suatu perubahan dalam prinsip
akuntansi terjadi karena adanya pemakaian suatu prinsip akutansi yang
berlaku umum di Indonesia dalam suatu periode berbeda dengan yang
digunakan dalam periode sebelumnya. Istilah prinsip akuntansi meliputi,
misalnya suatu perubahan dari metode depresiasi garis lurus (straight line
method) menjadi metode double declining. Standar konsistensi harus dapat
diterapkan untuk jenis perubahan ini dan perlu diungkapkan dalam laporan
keuangan. bagi auditor keadaan ini harus dilaporkan melalui penambahan
paragraf penjelasan yang dicantumkan setelah paragraf pendapat. perubahan
ini dapat berupa : perubahan entitas, taksiran atau prinsip.
Perubahan dalam entitas Karena perubahan dalam entitas yang membuat
laporan merupakan betuk khusus perubahan dalam prinsip akuntansi, standar
konsistensi juga berlaku. Dalam standar pengungkapan, perubahan dalam
entitas dari penyaji laporan harus dinyatakan dalam laporan keuangan yang
meliputi :

e. Penyajian laporan keuangan konsolidasian atau gabungan sebagai


pengganti laporan keuangan masing-masing perusahaan.
f. Perubahan anak perusahaan tertentu yang merupakan anggota grup
perusahaan yag termasuk ke dalam laporan keuangan konsolidasian.
g. Perubahan perusahaan yang termasuk dalam laporan keuangan
gabungan.
h. Perubahan diantara metode-metode akutansi : metode kos (cost
method), metode ekuitas (equity method) dan metode konsolidasian
untuk anak perusahaan atau investasi lainnya dalam bentuk saham
biasa.

26
Laporan setelah terjadi penggabungan kepentingan (pooling of interest)
Jika perusahaan telah melakukan penggabunga yang
dipertanggungjawabkan dengan metode penggabungan kepentingan, dampak
penyatuan kepentingan harus ditunjukkan dalam penyajian posisi keuangan,
hasil usaha, arus kas, serta data keuangan historis lain bisnis yang melanjutkan
usaha untuk tahun terlaksananyapenggabungan tersebut dan dalam laporan
keuangan komparatif untuk tahun-tahun sebelum terlaksanya penggabungan
kepentingn tersebut.
Jika laporan keuangan tahun-tahun sebelum penggabungan tidak
dinyatakan kembali untuk mengakui adanya penggabungan kepentingan
tersebut, laporan keuangan komparatif tidak disajikan secara konsisten, dalam
hal ini ketidakkonsistenan timbul sebagai akibat suatu perubahan prinsip
akuntansi dalam tahun sekarang, namun bukan karena ketidakonsistenan
timbul sebagai akibat suatu perubahan prinsip akuntansi dalam tahun-tahun
sebelumnya. Ketidakkonsistenan ini harus diungkapkan oleh auditor harus
menambah paragraf penjelasan dalam laporannya. Sebagai tambahan, dengan
tidak diakuinya penyatuan kepentingan dalam laporan keuangan komparatif,
berarti terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Jika laporan keuangan satu tahun saja yang disajikan dalam tahun
selesainya penggabungan, catatan atas laporan keuangan harus
mengungkapkan dengan lengkap transaksi penggabungan kepentingan yang
terjadi dan menyatakan pendapatan (revenues), unsur-unsur luar biasa, dan
laba bersih masing-masing perusahaan yang digabungkan untuk tahun
sebelumnya dalam bentuk gabungan. Tidak diungkapkannya transaksi
penggabungan kepentingan dan dampaknya atas tahun sebelumnya
mengharuskan auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian
karena kurangnya pengungkapan dan dapat menyebabkan auditor menambah

27
paragraf penjelasan dalam laporannya karena adanya ketidakkonsistenan.

Untuk tujuan penerapan standar konsistensi, suatu perubahan dalam entitas


yang membuat laporan dipandang tidak terjadi pada pembentukan,
penghentian, pembelian atau pelepasan suatu anak perusahaan atau unit usaha
lainnya

Koreksi Kesalahan Penerapan dalam Prinsip


Perubahan suatu prinsip akutansi yang tidak berlaku umum ke suatu
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, termasuk koreksi
kesalahan dalam penerapan suatu prinsip keadaan ini merupakan suatu koreksi
kesalahan. Walaupun bentuk perubahan prinsip akuntansi ini harus
dipertanggungjawabkan sebagai bentuk koreksi kesalahan, namun perubahan
ini harus dikemukakan dalam laporan keuangan. oleh auditor harus dijelaskan
melalui penambahan parahraf penjelasan

Perubahan dalam Prinsip yang Tidak Dapat Dipisahkan dari Perubahan


dalam Estimasi Akuntansi

Suatu perubahan dalam prinsip akuntansi mungkin tidak dapat dipisahkan


dari pengaruh perubahan dalam estimasi akuntansi. Walaupun perlakuan
akuntansi untuk perubahan semacam itu sama dengan perlakuan akuntansi
untuk perubahan yang hanya menyangkut estimasi akuntansi, di dalamnya
tersangkut pula perubahan dalam prinsip akuntansi. Oleh karena itu,
perubahan semacam ini harus dikemukakan dalam laporan auditor melalui
penambahan paragraf penjelasan.

Penambahan dalam Penyajian Arus Kas


Untuk kepentingan penyajian arus kas, prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia menyatakan berikut ini: “Suatu perusahaan harus
mengungkapkan kebijakannya dalam menentukan unsur-unsur yang
diperlukan setara kas(cash equivalents)”. Suatu perubahan dalam kebijakan

28
ini merupakan perubahan dalam prinsip akuntansi yang harus diperhitungkan
dampaknya, dengan menyatakan kembali laporan arus kas tahun
sebelumnya, yang disajikan dalam bentuk laporan arus kas komparatif. Oleh
karena itu, perubahan semacam ini harus dikemukakan dalam laporan
auditor melalui penambahan paragraf penjelasan.
Perubahan Akuntansi yang tidak Mempengaruhi Konsistensi
Perubahan dalam Estimasi Akuntansi
 Taksiran akuntansi biasanya dilakukan seperti dalam hal:
 Menentukan masa manfaat dan nilai sisa aktiva;
 Pembentukan penyisihan untuk jaminan atau warranty cost;
 Penyisihan piutang yang tidak tertagih; dan
 Penyisihan keusangan persediaan.
Taksiran akuntansi berubah begitu suatu peristiwa baru terjadi dan
begitu pengalaman dan informasi baru diperoleh. Bentuk perubahan
akuntansi ini diperlukan oleh keadaan yang berubah yang mempengaruhi
daya banding laporan keuangan, tetapi tidak melibatkan standar
konsistensi. Perubahan ini harus tidak mempunyai pengaruh terhadap
perubahan prinsip akuntansi. Jika benar tidak mengubah prinsip
konsistensi, tidak perlu memberikan penjelasan mengenai perubahan
tersebut dalam laporan keuangan. Namun, jika perubahan akuntansi
semacam itu mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan
yang memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan.

Korelasi Kesalahan yang Tidak Melibatkan Prinsip Akuntansi

Korelasi kesalahan dari laporan keuangan tahun sebelumnya yang


disebabkan oleh kesalahan perhitungan(mathematical mistakes),
kekeliruan atau kesalahan penggunaan fakta yang timbul pada saat
laporan keuangan dipersiapkan, tidak melibatkan standar konsistensi, jika
tidak ada unsure prinsip akuntansi atau penerapannya yang terkait di
dalamnya. Oleh karena itu, tidak perlu koreksi dalam laporannya.

29
Perubahan dalam Klasifikasi dan Reklasifikasi

Klasifikasi dalam laporan keuangan tahun berjalan dapat berbeda dari


klasifikasi dalam laporan keuangan tahun sebelumnya. Walaupun
perubahan dalam klasifikasi biasanya tidak terlalu penting untuk
diungkapkan, perubahan yang material dalam klasifikasi harus
ditunjukkan dan dijelaskan dalam laporan keuangan yang diterbitkan
dalam tahun sebelumnya dengan tujuan untuk mempertinggi daya
banding laporan tersebut dengan laporan keuangan tahun berjalan,
biasanya tidak perlu disebut dalam laporan keuangan.

Transaksi atau Peristiwa yang Sangat Berbeda


Prinsip akuntansi dipilih pada saat peristiwa atau pada saat transaksi
pertama kali mempunyai pengaruh yang material. Penerapan prinsip
tersebut, demikian pula perubahan atau pemakaian suatu prinsip akuntansi
yang menjadi perlu karena transaksi atau peristiwa yang secara jelas
berbeda sekali dengan yang terjadi dalam periode sebelumnya, tidak
berkaitan dengan standar konsistensi, walaupun pengungkapan dalam
catatan atas  laporan keuangan mungkin diperlukan.

Perubahan Akuntansi yang Diperkirakan Berdampak Material di


Masa yang akan Datang

Bila perubahan akuntansi tidak mempunyai pengaruh material terhadap


laporan keuangan periode sekarang, tetapi perubahan tersebut akan
mempunyai pengaruh yang besar dalam periode yang akan datang,
perubahan ini harus diungkapakan oleh manajemen dalam catatan atas
laporan keuangan dalam periode terjadinya perubahan tersebut, namun
auditor tidak perlu mengungkapkan hal ini dalam laporannya.

30
Periode Standar Konsistensi
Menurut standar yang berlaku, agar laporan keuangan disusun sesuai
dengan standar akuntansi, konsistensi penerapan prinsip akuntansi harus
diterapkan tanpa memperhatikan disajikan atau tidaknya laporan keuangan
periode sebelumnya. Istilah “periode sekarang” berarti tahun yang paling
dekat, atau periode yang kurang dari satu tahun, yang dilaporkan oleh
auditor. Bila laporan keuangan dibandingkan untuk dua tahun atau lebih,
harus dilaporkan konsistensi penerapan prinsip akuntansi diantara tahun-
tahun tersebut dan juga konsistensi dengan tahun sebelumnya. Jika laporan
keuangan suatu perusahaan baru disajikan pertama kali dan tidak
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tidak perlu ada masalah konsisten.
Akan tetapi, jika seandainya laporan keuangan tahun sebelumnya ada,
harus dijelaskan apakah laporan ini disajikan secara konsisten atau tidak.

Laporan Keuangan Berdasarkan Peraturan Bapepam VIII.G.7


Pasar modal sebagai salah satu penggerak roda perekonomian nasional dan
sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi masyarakat,
mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat. Agar kegiatan di pasar modal dapat berjalan
dan dilaksanakan secara teratur dan wajar serta taat asas sehingga masyarakat
pemodal dapat terlindungi dari praktek yang merugikan dan yang tidak sejalan
dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta untuk
menyesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang
berbasis International Financial Reporting Standards (IFRS), BAPEPAM-LK
telah merevisi Peraturan No. VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
Berbeda dengan PSAK yang bersifat principle base, peraturan
Bapepam ini bersifat rule base. PSAK masih memberikan kebebasan bagi
entitas untuk menentukan pilihannya dari beberapa pilihan standar yang

31
diberikan, namun di dalam Peraturan Bapepam ini beberapa diantaranya
dinyatakan secara langsung. PSAK juga masih memberikan pernyataan yang
umum dalam pengartiannya, namun dalam Peraturan Bapepam ini beberapa
diantaranya dijelaskan lebih khusus.
Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa peraturan ini merupakan ketentuan
khusus dari yang disebutkan PSAK. Peraturan ini mengadopsi sebagian dari
PSAK (kecuali IFRS 1 & IAS 41 tidak diadopsi), untuk ketentuan yang tidak
diadopsi tetap berlaku. Jika terdapat perbedaan antara peraturan ini dengan
PSAK, maka Peraturan ini yang harus dikedepankan. Dalam hal terdapat
perubahan dalam PSAK setelah berlakunya Peraturan ini, EPP wajib
mengikuti ketentuan PSAK terkini, sepanjang tidak dinyatakan lain oleh
Bapepam dan LK.
Peraturan ini berlaku untuk laporan keuangan yang berakhir atau setelah
tanggal 31 Desember 2012, namun penerapan dini dianjurkan. Peraturan ini
berlaku untuk industri umum. Untuk industri khusus berlaku dengan
penyesuaian terhadap insutrinya. Format laporan keuangan yang diwajibkan
oleh Peraturan ini adalah untuk laporan laba rugi komprehensif wajib
berbentuk satu format laporan, artinya laba rugi komprehensif dan laba rugi
komprehensif lainnya (OCI) dibuat didalam format yang satu. Sementara
penyajian beban harus menggunakan metode fungsional, kecuali untuk
industri tertentu. Untuk laporan arus kas, khususnya aktifitas operasi,
peraturan ini mewajibkan menggunakan metode langsung.
Kebijakan Khusus
Beberapa pengaturan khusus yang selanjutnya dijabarkan dalam
peraturan ini antara lain.
a. Mata uang penyajian
Mata uang penyajian yang digunakan oleh EPP adalah mata uang
rupiah. Mata uang penyajian selain rupiah dapat digunakan apabila
mata uang tersebut memenuhi kriteria mata uang fungsional EPP.
Dalam hal mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional,
maka EPP menjabarkan hasil dan posisi keuangannya dalam mata

32
uang rupiah.

b. Revaluasi Asset
Dalam hal EPP menggunakan model revaluasi untuk aset tetap atau
aset tak berwujud, atau model nilai wajar untuk property investasi,
maka EPP wajib menggunakan penilai dalam penentuan nilai
wajarnya.  Aset yang mengalami perubahan nilai wajar secara
signifikan dan fluktuatif wajib direvaluasi secara tahunan. Aset yang
tidak mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan wajib
direvaluasi paling kurang setiap 3 (tiga) tahun.
c. Pihak berelasi dengan Pemerintah
Entitas berelasi dengan pemerintah merupakan entitas yang
dikendalikan, dikendalikan bersama, atau dipengaruhi secara
signifikan oleh pemerintah. Pemerintah dalam hal ini adalah Menteri
Keuangan atau Pemerintah Daerah yang merupakan pemegang saham
dari entitas.
d. Pengungkapan
EPP wajib mengungkapkan transaksi atau saldo dengan pihak berelasi,
yang jumlahnya lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
untuk transaksi dengan orang atau anggota keluarga terdekat; dan/atau
lebih dari 0,5% (nol koma lima perseratus) dari modal disetor untuk
transaksi dengan entitas berelasi.
EPP wajib mengungkapkan seluruh kompensasi yang diberikan
kepada masing-masing anggota atau kelompok direksi, komisaris,
pemegang saham utama yang juga sebagai karyawan, dan manajemen
kunci lainnya untuk masing-masing kategori berikut dengan tidak
mengacu pada ketentuan satu miliar atau 0,5% dari modal disetor:
 imbalan kerja jangka pendek;
 imbalan pascakerja;
 imbalan kerja jangka panjang lainnya;

33
 pesangon pemutusan kontrak kerja; dan
 pembayaran berbasis saham.

Ketentuan Umum Laporan Keuangan


Identifikasi laporan keuangan
Informasi yang wajib disajikan pada setiap halaman laporan keuangan
yaitu: Nama EPP, Cakupan laporan keuangan (konsolidasi/entitas tunggal),
Tanggal akhir periode/periode yang dicakup, Mata uang penyajian, Satuan
angka penyajian.
Tanggung jawab atas LK
Manajemen EPP bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian
laporan keuangan.
Pernyataan kepatuhan terhadap SAK
Manajemen Emiten wajib mengungkapkan kepatuhan terhadap SAK
dalam iktisar kebijakan akuntansi signifikan. Pernyataan ini merupakan
pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun dan disajikan sesuai
dengan SAK.
Periode pelaporan
Periode pelaporan EPP mencakup periode satu tahun. Dalam hal periode
pelaporan berubah dan laporan keuangan disajikan untuk periode yang lebih
panjang atau lebih pendek dari periode satu tahun, maka sebagai tambahan
terhadap periode cakupan laporan keuangan, EPP wajib mengungkapkan
alasannya dan fakta bahwa jumlah yang disajikan tidak dapat dibandingkan.
Untuk tujuan konsolidasi, Tanggal pelaporan keuangan entitas anak wajib
sama dengan tanggal pelaporan keuangan entitas induk. Tanggal pelaporan
keuangan entitas anak dapat berbeda dengan tanggal pelaporan keuangan
entitas induk, apabila; (1) perbedaan tanggal tidak lebih dari tiga bulan (2)
dilakukan penyesuaian atas dampak transaksi/peristiwa yang terjadi antara
tanggal laporan entitas anak dan entitas induk (3) lamanya periode pelaporan
dan perbedaan antar akhir periode pelaporan adalah sama dan period eke

34
periode.

Peristiwa setelah periode pelaporan


Peristiwa setelah periode pelaporan merupakan peristiwa yang terjadi
antara akhir periode pelaporan dan Tanggal Laporan Keuangan Diotorisasi
untuk Terbit, baik peristiwa yang menguntungkan maupun tidak
menguntungkan, yang meliputi (1) peristiwa yang memberikan bukti atas
adanya kondisi sampai dengan akhir periode pelaporan (peristiwa penyesuai
setelah periode pelaporan); dan (2) peristiwa yang mengindikasikan
terjadinya kondisi setelah periode pelaporan (peristiwa nonpenyesuai setelah
periode pelaporan).EPP wajib melakukan penyesuaian jumlah yang diakui
dalam laporan keuangan untuk mencerminkan peristiwa penyesuai setelah
periode pelaporan.
Saling hapus
EPP tidak diperkenankan melakukan saling hapus (offsetting) atas pos
Aset dan Liabilitas atau pendapatan dan beban, kecuali dipersyaratkan atau
diperkenankan oleh suatu SAK.
Materialitas dan agregasi
Materialitas untuk tujuan agregasi dalam Peraturan ini adalah sebagai
berikut:
 5% (lima perseratus) dari jumlah seluruh Aset untuk pos-pos Aset;
 5% (lima perseratus) dari jumlah seluruh Liabilitas untuk pos-pos
Liabilitas;
 5% (lima perseratus) dari jumlah seluruh ekuitas untuk pos-pos
ekuitas;
 10% (sepuluh perseratus) dari pendapatan untuk pos-pos laba rugi
komprehensif; atau
 10% (sepuluh perseratus) dari laba dari operasi yang dilanjutkan
sebelum pajak untuk pengaruh suatu peristiwa atau transaksi.

35
Pos-pos yang material, meskipun bukan merupakan komponen
utama laporan keuangan, wajib disajikan secara terpisah, dirinci, dan
dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.Pos-pos yang nilainya
tidak material tetapi merupakan komponen utama laporan keuangan
atau bersifat khusus untuk industri tertentu wajib disajikan secara
terpisah, dirinci, dan dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
Dalam hal komponen utama tidak mempunyai saldo, maka
komponen utama tersebut tidak disajikan dalam laporan keuangan. Pos-
pos yang nilainya tidak material dan tidak merupakan komponen utama,
dapat digabungkan dalam pos tersendiri dan wajib dijelaskan sifat dari
unsur utamanya dalam catatan atas laporan keuangan. Dalam hal
penggabungan beberapa pos sebagaimana dimaksud dalam huruf e
mengakibatkan jumlah keseluruhan menjadi material, maka unsur yang
jumlahnya terbesar wajib disajikan secara terpisah.
Informasi komparatif
Laporan keuangan tahunan diungkapkan secara komparatif dengan
periode sebelumnya. Sedangkan untuk laporan keuangan tengah tahunan
disajikan secara perbandingan dengan periode yang sama pada tahun
sebelumnya, kecuali untuk laporan posisi keuangan. Dalam hal EPP
menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali secara retrospektif atas pos-pos laporan keuangan atau
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan, maka EPP wajib
menyajikan paling sedikit 3 (tiga) laporan posisi keuangan, 2 (dua)
laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas laporan
keuangan terkait.
Penyajian kembali
Dalam hal EPP melakukan penyajian kembali (restatement) laporan
keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya, maka keterangan “disajikan
kembali” dan nomor referensi yang mengacu kepada catatan atas laporan
keuangan yang menjelaskan penyajian kembali tersebut wajib disajikan
pada kolom periode dimana laporan keuangan tersebut disajikan kembali,

36
masing-masing di laporan posisi keuangan, laporan laba rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Laporan Keuangan yang disajikan berlaku umum di Indonesia mengacu
pada peraturan yang berlaku yaitu pada Pedoman Standar Akuntansi dan
Peraturan lain yang mendukungnya.Di dalam penerapannya masih belum
sepenuhnya di penuhi oleh para pelaku baik sektor lembaga pemerintahan
dan sektor usaha yang ada.Menjadi tanggungjawab seluruh komponen yang
terlibat baik pihak yang berwenang maupun pihak pelaku dalam
kemampuan menyajikan Laporan Keuangan yang sesuai dengan ketentuan.

Standar pelaporan terdiri dari empat item, diantaranya:

1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun


sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut
dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang

37
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2016. Exposure Draft Kode Etik Akuntan Profesional.
Jakarta: Komite Etika Ikatan Akuntan Indonesia.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Jakarta: Salemba Empat.
SA Seksi 420, Konsistensi Penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di
Indonesia, Sumber PSA No. 09.

SA Seksi 431, Pengungkapan yang Memadai Dalam Laporan Keuangan, Sumber


PSA No. 10.

SA Seksi 544, Ketidaksesuaian dengan Prinsip yang Berlaku Umum di Indonesia,


Sumber PSA No. 45.

SA Seksi 9551, Pelaporan Auditor atas Laporan Keuangan Konsolidasian &


Laporan Induk Perusahaan Saja, Sumber PSA No. 36.

SA Seksi 558, Informasi Tambahan yang Diharuskan , Sumber PSA No. 50.

38
39

Anda mungkin juga menyukai