Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan disiplin ilmu yang


tidak lepas dari dunia ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam
memberikan kesejahteraan dan rasa aman kepada pekerja akan tetapi lebih
dari itu dapat memberikan dampak positif terhadap produktifitas para pekerja.
Oleh karenanya, isu mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada saat ini
bukan hanya berupa kewajiban yang harus diperhatikan oleh pekerja, akan
tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan.

Di Indonesia sendiri, payung hukum yang mengatur terkait keselamatan


para pekerja telah tersedia. Setiap perusahaan ditekankan untuk melaksanakan
program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang diharapkan bisa
menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Hal ini dikarenakan terdapat beragam
faktor dan kondisi yang memungkinkan terjadinya kecelakaan di tempat
kerja, seperti kurangnya perawatan terhadap peralatan kerja hingga kelayakan
alat yang digunakan oleh pekerja.

Di dalam ilmu keselamatan dan kesehatan kerja sendiri terdapat pokok


pembahasan yang membahas lebih dalam terkait kondisi tersebut, yaitu
ergonomi. Ergonomi dan K3 merupakan dua hal yang saling mempengaruhi
satu sama lain. Mayoritas ergonomi di anggap sebagai suatu proses atau
metode yang perlu dilakukan untuk mewujudkan kondisi yang safety bagi
pekerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa ergonomi merupakan faktor penting
yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan kondisi pekerjaan dan lingkungan
kerja yang aman dan nyaman untuk kesejahteraan para pekerja.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana konsep ergonomi dalam keselamatan dan kesehatan kerja?


2) Apa saja norma-norma yang terdapat di dalam ergonomi?
3) Apa saja ruang lingkup ergonomi?

1
4) Bagaimana sejarah perkembangan ergonomi?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui konsep ergonomi dalam keselamatan dan kesehatan


kerja.
2) Untuk mengetahui norma-norma yang terdapat di dalam ergonomi.
3) Untuk mengetahui ruang lingkup ergonomi.
4) Untuk mengetahui sejarah perkembangan ergonomi.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini dapat menjadi sumber informasi bagi pembaca mengenai


konsep, norma, ruang lingkup, dan sejarah perkembangan ergonomi dan
dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin mengkaji mengenai
permasalahan yang sama serta menjadi pertimbangan dosen dalam pemberian
nilai kepada mahasiswa yang bersangkutan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Ergonomi

IEA (International Ergonomic Association) mendefinisikan ergonomi


sebagai “ilmu yang mempelajari anatomi dan aspek psikologi dari manusia
dalam kaitannya dengan peralatan maupun lingkungan kerja, dimana hal
tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan
kenyamanan untuk pekerja baik saat bekerja, di rumah, atau saat bermain”.
Yang menjadi dasar permasalahan dalam bahasan ergonomi adalah adanya
interaksi antara manusia, mesin/alat kerja, dan lingkungan kerja. Namun
interaksi tersebut tidaklah selalu menguntungkan bagi setiap manusia.
Dalam konsep ergonomi, terdapat prinsip dasar yaitu bagaimana
menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja. Hal tersebut mengartikan bahwa
setiap alat atau pekerjaan harus dirancang sesuai dengan penggunaannya oleh
manusia dan juga harus dipertimbangkan berdasarkan kemampuan dan
kemauan manusia. Sederhananya, dari kacamata ergonomi ini sistem kerja
yang terdiri dari beragam perlatan, mesin, lingkungan, serta bahan harus
disesuaikan dengan sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia kerja bukan
manusia yang harus menyesuaikan dengan peralatan, meisn, lingkungan, dan
bahan. Sehingga untuk mengetahui bagaimana suatu alat atau pekerjaan telah
sesuai dengan konsep ergonomi tersebut, maka ditentukan beberapa poin
yang menjadi tolak ukur :
a. Pekerjaan
b. Keadaan fisik pekerja
c. Keadaan psikologis pekerja
Suatu peralatan kerja yang akan memberikan dampak negatif pada pekerjanya
dikatakan tidak ergonomis.

2.2 Norma Ergonomi

Norma-norma dalam Ergonomi yang hingga saat ini digunakan dan


berlaku di Indonesia adalah norma-norma yang telah disetujui bersama pada

3
Lokakarya Norma-norma Ergonomi di Tempat Kerja di Cibogo-Bogor,
tepatnya pada tanggal 13-16 Juli 1978, yang dimana di dalam norma ini telah
dirumuskan kesepakatan secara nasional yang meliputi :
a. Pembebanan Fisik
Agar suatu pekerjaan bisa sesuai dengan kemampuan pekerja, maka
perlu dilakukan analisis terhadap beban kerja. Analisis beban kerja ini
banya digunakan diantaranya dalam penentuan kebutuhan pekerja (man
power planning); analisis ergonomi; analisis Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3); hingga ke perencanaan penggajian.
Dalam Ergonomi, beban fisik yang dibenarkan normalnya tidak
melebihi 30-40% dari kemampuan maksimum seorang pekerja dalam
waktu 8 jam perhari. Untuk mengukur kemampuan kerja maksimum
seorang pekerja, digunakan pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak
melebihi 30-40 kali per menit di atas denyut nadi sebelum bekerja.
Di Indonesia sendiri, beban fisik untuk mengangkat dan mengangkut
yang dilakukan oleh seorang pekerja dianjurkan agar tidak melebihi dari
40 kg setiap kali mengangkat atau mengangkut.

Gambar 3.1. Batas Beban Angkat


b. Sikap tubuh dalam bekerja
Setiap sikap dalam pekerjaan senantiasa diupayakan agar merupakan
sikap ergonomik. Sikap yang tidak alamiah harus dihindari dan jika hal ini
tida mungkin dilaksanakan harus diusahakan agar beban statis menjadi
sekecil-kecilnya. Untuk membantu tercapainya sikap tubuh yang
ergonomik

4
umumnya diperlukan tempat duduk dan meja kerja yang kriterianya
disesuaikan dengan ukuran antropometri pekerja.

Gambar 3.2. Sikap tubuh dalam bekerja (posisi duduk)


Kondisi seperti ini sering dialami oleh para pekerja kantoran yang
menghabiskan waktu kerja didepan layar komputer atau laptop. Menurut
para peneliti dari San Fransisco State University, para pekerja terkadang
tanpa sadar menjulurkan kepala mendekati layar komputer. Posisi tersebut
mengubah kepala menjadi tumpuan di ujung leher. Berat kepala menean
leher dan bisa menyebabkan kelelahan, sakit kepala, mengganggu
onsentrasi, meningkatkan ketegangan otot, bahkan cedera pada tulang
belakang sering waktu.
Tidak hanya sikap kerja pada posisi duduk, sikap kerja yang terkadang
keliru juga terjadi pada posisi berdiri. Sikap kerja berdiri dalam waktu
lama akan membuat pekerja selalu berusaha menyeimbangkan posisi
tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya beban kerja statis pada otot-
otot punggung dan kaki. Kondisi demikian juga dapat menyebabkan
mengumpulnya darah pada anggota tubuh bagian bawah. Menjaga tubuh
dalam posisi tegak membutuhkan usaha otot yang lebih besar dan sangat
tidak sehat bahkan saat berdiri tak bergerak. Berdiri terlalu lama dan sering
tanpa bantuan dengan berjalan kaki, dapat mengakibatkan darah
berkumpul di kaki dan jika aktivitas kerja tersebut berlangsung dalam
waktu yang lama dan terus menerus maka akan menimbulkan penyakit
varises kronis, selain itu juga dapat memicu terjadinya penyakit rematik
degenratif akibat kerusakan pada tendon dan ligamen. Untuk itu pada

5
pekerja yang lebih sering melakukan pekerjaan dalam posisi berdiri dan
bertumpu pada meja

5
seperti pada pekerja di bidang industri perlu memperhatikan posisi
dalam bekerja.

Gambar 3. 3. Sikap tubuh dalam bekerja (posisi berdiri)


c. Mengangkat dan Mengangkut
Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses mengangkat dan
mengangkut adalah beratnya beban, intensitas, jarak yang harus ditempuh,
lingkungan kerja, keterampilan dan peralatan yang digunakan. Untuk
efisiensi dan kenyamanan kerja, perlu dihindari pemahaman bahwa
manusia sebagai “alat utama” untuk mengangkat dan mengangkut.

6
Gambar 3.4. Posisi mengangkat beban
Dalam aktivitas mengangkat dan mengangkut material ini umumnya
dilakukan secara manual oleh pekerja atau yang biasa disebut dengan
manual handling. Pekerjaan manual handling rentang menimbulkan
cedera berupa keseleo/ketegangan otot, terutama pada bagian otot
pinggang dan punggung disebabkan karena aplikasi pekerjaan yang tidak
benar dan pengerahan tenaga untuk periode lama. Sikap tubuh dalam
mengangkat dan mengangkut yang dipaksakan dan repetisi gerakan yang
berlebihan merupakan faktor utama penyebab terjadinya cedera.
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam proses mengangat dan
mengangkut atau pemindahan material sebagai berikut :
1) Berat beban yang harus diangkat dan perbandingan dengan berat
badan pekerja.
2) Jarak horizontal dari beban relatig terhadap pekerja
3) Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berat akan
memiliki pusat masa (center of gravity) yang letaknya jauh
dari badan operator, hal tersebut juga akan menghalangi
pandangan
4) Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan
beban. Mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih
sulit dari pada mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan
pingang

7
5) Stabilitas beban yang diangkat
6) Kondisi kerja yang meliputi pencahayaan,temperatur,
kebisingan dan kelicianan lantai
Beberapa batasan angkat yang secara legal dari berbagai negara bagian
benua Australia yaitu: pria di bawah usia 16 tahun maksimum angkat 14
kg, pria usia antara 16 - 18 , pria di atas 18 tahun tidak ada batasan angkat,
wanita usia 16- 18 th maksimum 11 k g dan wanita usia di atas 18 tahun
maksimum 16 kg.
d. Musik, dekorasi, dan latihan fisik
Menurut International Labour Organizational (ILO) dalam Halil, dkk
(2009), di bulan Oktober tahun 2000 terkait program dan kebijakan
program kejiwaan pada angkatan kerja di beberapa negara yaitu Finlandia,
Jerman, Polandia, Inggris, dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa stress
di tempat kerja atau lingkungan kerja dapat mengakibatkan depresi berat
pada pekerja dan meningkatkan kasus gangguan jiwa. Berdasarkan laporan
tersebut, satu dari sepuluh pekerja mengalami depresi, kecemasan, stres,
dan kehilangan semangat yang berakibat pekerja harus dirawat di rumah
sakit bahkan sampai kehilangan pekerjaannya. Kejadian stress kerja
demikian dapat diantisipasi dan dikendalikan melalui dekorasi termasuk
dekorasi warna pada area kerja, penggunaan musik saat bekerja, dan
memanfaatkan waktu istirahat untuk melakukan latihan fisik yang sesuai
bagi tenaga kerja (Suma’mur, 2009).
Musik dapat mengingkatkan kegairahan dan produktivitas kerja
dengan mempertimbangkan jenis, saat, lama, dan sifat pekerjaan. Dekorasi
dan pengaturan warna dapat memberikan kesan jarak, kejiwaan, dan suhu,
misalnya :
1) Biru; jarak jauh dan sejuk,
2) Hijau; menyegarkan,
3) Merah; dekat, hangat, merangsang,
4) Orange; sangat dekat, merangsang,
e. Lingkungan kerja

8
Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap produktifitas pekerja.
Lingkungan kerja dapat berupa lingkungan fisik, kimia, biologi, serta
psikologi.

2.3 Ruang Lingkup Ergonomi

Secara garis besar bidang ergonomi dibagi menjadi empat dari sudut
pandang objek kajian yang dipelajari, yaitu :
1) Ergonomi Fisik (physical ergonomics)
Hingga saat ini dan diperkirakan di masa yang akan datang, ergonomis
fisik merupakan aspek terbesar dalam keilmuan atau profesi ergonomi.
Beberapa topik yang berkaitan dengan ergonomi fisik meliputi: anatomi
tubuh manusia, biomekanika, antropometri, karakteristik fisiologis,
kekuatam fisik manusia kerja, postur kerja, beban fisik kerja, studi
gerakan, dan waktu kerja, Muscoloteral Disorder (MSD), pemindahan
material, fungsi indra dalam kerja, control and dislpay, dan masih banyak
lagi.
2) Ergonomi Kognitif (cognitive ergonomics)
Ergonomi kognitif merupakan ilmu yang berkaitan dengan proses mental
manusia kerja. Beberapa topik yang relevan dengan ergonomi kognitif
meliputi ingatan dalam kerja, reaksi dalam kerja, persepsi dalam kerja,
beban kerja, pengambilan keputusan, human-computer interaction,
kehandalan manusida, motivasi kerja, hingga performa kerja.
3) Ergonomi Organisasi (organizational ergonomics)
Ergonomi ini merupakan ilmu yang berkaitan dengan sosioteknik dalam
sistem kerja. Beberapa topik yang relevan dengan ergonomi kognitif
meliputi : struktur organisasi kerja, kebijakan dan proses, manajeme SDM,
komunikasi kerja, alokasi fungsi kerja, task analysis, teamwork, kultur
organisasi, perancangan waktu kerja, hingga produktivitas kerja
tim/individu.
4) Ergonomi Lingkungan (environmental ergonomics)
Ergonomi lingkungan merupakan ilmu yang berkaitan dengan beberapa
hal yang ada di sekitar orang yang melakukan pekerjaan, umumnya berupa

9
lingkungan fisik manusia kerja. Topik yang termask dalam ergonomi
organisasi diantaranya pencahayaan di tempat kerja, kebisingan di tempat

9
kerja, getaran di tempat lerja, desain interior tempat kerja termasuk bentuk
dan warna, hingga temperatur atau suhu di tempat kerja.

2.4 Sejarah Perkembangan Ergonomi

Istilah ergonomi pertama kali dipopulerkan oleh Murel dalam buku


karangannya pada tahun 1949. Menurut sejarah, ergonomi berasal dari bahasa
Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu “ergon” yang artinya kerja, dan
“nomos” yang artinya hukum atau peraturan. Dapat didefinisikan bahwa
ergonomi adalah ilmu pengetahuan yang mengatur dan mendalami hubungan
antara manusia (psycology dan physiologi), mesin/peralatan, lingkungan
kerja, organisasi dan tata cara kerja untuk dapat menyelesaikan task dengan
tepat, efisien, nyaman dan aman. Sanders dan Cornick (1993) mendefinisikan
lebih detail ilmu ergonomi sebagai ilmu yang mempelajari dan menerapkan
informasi tentanng perilaku manusia, kemampuannya, keterbatasannya serta
karakter manusia lainnya guna mendesain suatu peralatan bantu, mesin,
aktivitas, pekerjaan, dan lingkungannya agar semakin produktif, nyaman,
aman, dan efektif pada penggunaan oleh manusia. Hingga pada tahun 2017,
Alan Hedge juga mengemukakan pendapatnya tentang ergonomi sebagai ilmu
pengetahuan tentang kerja, yang fokus mengatus pada peningkatan
kemampuan manusia untuk mendapatkan performasi kerja yang baik.
Di wilayah Eropa, seperti negara Skandinavia, bidang ergonomi disebut
dengan “Bioteknologi”, sedangan di Amerika disebut juga “Human
Engineering” atau “Human Factors Engineering”. Sejak 4000 tahun lalu,
ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia (Dan
Mac Leod, 1995). Ilmu ergonomi ini mulai mengalami perkembangan saat
manusia mulai merancan benda-benda sederhana, contohnya seperti batu
untuk membantu manusdia dalam melakukan suatu pekerjaan.
Di awal perkembangannya, ergonomi masih tidak terarah dan segala
sesuatu teradang terjadi secara kebetulan. Perkembangan ergonomi modern
awal mulanya dimulai kurang lebih 100 tahun yang lalu, dimana peneliti
secara terpisah melakukan studi terkait waktu dan gerakan. Kemudian saat
memasuki era Perang Dunia I, penggunaan ergonomi kemudia direalisasikan.

10
Di Indonesia sendiri, kata ergonomi mulai dikenal sejak tahun 1969.
Pada saat itu ergonomi berkaitan erat dengan mata kuliah yang mempelajari
tentang ilmu faal. Kemudian ergonomi mulai berkembang dan menjadi mata
kuliah di berbagai jurusan seperti Kesehatan Masyarakat, Teknik, hingga
Desain Interior. Memasuki tahun 1970, berbagai bentuk kegiatan yang
berkaitan dengan permasalahan ergonomi semakin bermunculan, hal tersebut
ditandai dengan adanya ceramah, kursus, seminar dan beberapa penelitian.
Pada tahun 1978, hasil dari penelitian ergonomi terus diinformasikan hingga
di tingkat internasional.
Pada tanggal 10 Oktober 1987, bertempat di Institut Teknologi Bandung
(ITB), organisasi keilmuan bagi para akademisi dan praktisi di Indonesia
resmi didirikan dengan nama Perhimpunan Ergonomi Indonesia (PEI).
Organisasi ini memiliki misi memberikan pendidikan, penelitian dan
konsultasi mengenai aplikasi ergonomi untuk meningkatkan produktivitas
dan kualitas kehidupan kerja. PEI dikembangkan secara khusus untuk
mengorganisir akademisi, peneliti, praktisi industri, atau profesional untuk
menerapkan ergonomi dan pendekatan di bidang ergonomi mikri atau makro.
Istilah ergonomi sendiri saat ini banyak terdengar dari kalangan teknik
atau engineering terutama teknik industri atau human factors engineering.
Tidak hanya itu, ergonomi juga telah digunakan di berbagai bidang
pendidikan yang lain di Indonesia seperti psikologi, kesehatan masyarakat,
dan kedokteran. Sejarah ergonomi diwarnai oleh beberapa tokoh seperti
Taylor dan Gilberth yang bergerak di bidang engineering dan beberapa tokoh
yang bergerak di bidang kesehatan seperti Bernardino Ramazinni.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
IEA (International Ergonomic Association) mendefinisikan ergonomi
sebagai “ilmu yang mempelajari anatomi dan aspek psikologi dari manusia
dalam kaitannya dengan peralatan maupun lingkungan kerja, dimana hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan
kenyamanan untuk pekerja baik saat bekerja, di rumah, atau saat bermain”.
Dalam konsep ergonomi, terdapat prinsip dasar yaitu bagaimana menyesuaikan
pekerjaan dengan pekerja. Hal tersebut mengartikan bahwa setiap alat atau
pekerjaan harus dirancang sesuai dengan penggunaannya oleh manusia dan juga
harus dipertimbangkan berdasarkan kemampuan dan kemauan manusia. Norma-
norma dalam Ergonomi yang hingga saat ini digunakan dan berlaku di Indonesia
yang meliputi : a) Pembebanan fisik, b) Sikap tubuh dalam bekerja, c)
Mengangkat dan mengangkut, d) Musik, dekorasi, dan latihan fisik, e)
Lingkungan kerja.
Secara garis besar bidang ergonomi dibagi menjadi empat dari sudut
pandang objek kajian yang dipelajari, yaitu ergonomi fisik, ergonomi kognitif,
ergonomi lingkungan, dan ergonomi organisasi. Istilah ergonomi pertama kali
dipopulerkan oleh Murel dalam buku karangannya pada tahun 1949. Menurut
sejarah, ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu
“ergon” yang artinya kerja, dan “nomos” yang artinya hukum atau peraturan. Di
wilayah Eropa, seperti negara Skandinavia, bidang ergonomi disebut dengan
“Bioteknologi”, sedangan di Amerika disebut juga “Human Engineering” atau
“Human Factors Engineering”. Sejak 4000 tahun lalu, ergonomi telah menjadi
bagian dari perkembangan budaya manusia (Dan Mac Leod, 1995). Di Indonesia
sendiri, kata ergonomi mulai dikenal sejak tahun 1969. Pada saat itu ergonomi
berkaitan erat dengan mata kuliah yang mempelajari tentang ilmu faal.Memasuki

12
tahun 1970, berbagai bentuk kegiatan yang berkaitan dengan permasalahan
ergonomi semakin bermunculan. Pada tahun

12
1978, hasil dari penelitian ergonomi terus diinformasikan hingga di tingkat
internasional. Pada tanggal 10 Oktober 1987, organisasi keilmuan bagi para
akademisi dan praktisi di Indonesia resmi didirikan dengan nama Perhimpunan
Ergonomi Indonesia (PEI). Organisasi ini memiliki misi memberikan pendidikan,
penelitian dan konsultasi mengenai aplikasi ergonomi untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas kehidupan kerja. Sejarah ergonomi diwarnai oleh
beberapa tokoh seperti Taylor dan Gilberth yang bergerak di bidang engineering
dan beberapa tokoh yang bergerak di bidang kesehatan seperti Bernardino
Ramazinni.

3.2 Saran
Untuk lebih mengoptimalkan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja,
aspek ergonomi di suatu perusahaan maupun lingkungan kerja lainnya dapat
lebih diperhatikan demi mewujudkan kondisi kerja yang aman dan sejahtera bagi
para pekerja dan senantiasa mengedepankan upaya preventif di lingkungan kerja.

13
DAFTAR PUSTAKA
Augyantantari, D., 2017. Hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja
area workshop konstruksi box truck. The Indonesia Journal of Occupational
Safety and Health [Online] 6(2), l 216-224.
https://e-journal.unair.ac.id/IJOSH/article/view/4512 [diakses 23 Agustus 2020]
Irzal, 2016. Dasar-dasar kesehatan dan keselamatan kerja. [e-book]. Jakarta:
Kencana. https://books.google.co.id/books?
id=DVNDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=EBOOK+DASAR+K3&hl=id
&sa=X&ved=2ahUKEwiW4fm1vrPrAhUZWCsKHUraAiUQ6AEwAHoECA
MQAg [diakses 22 Agustus 2020]
Ni, W., Sutjana, & Putu, G.A., 2018. Pengaturan organisasi kerja berorientasi
ergonomi menurunkan respon fisiologis pekerja dan waktu bongkar muat di
komplek pergudangan bulog batubulan divisi regional Bali. Jurnal Ergonomi
Indonesia [Online] 4(2). https://ojs.unud.ac.id/index.php/jei/article/view/45926.
[diakses 23 Agustus 2020]
Russeng, S. S & Atjo, W. 2019. Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Makassar: UPT Unhas Press.
Sugiono, Wijayanto, W., & Indah, S., 2018. Ergonomi untuk pemula (Prinsip Dasar
& Aplikasinya) [e-book]. Malang: UB Press. https://books.google.co.id/books?
id=4QKGDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=EBOOK+ergonomi+untuk+
pemula&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjrouDxvrPrAhWIc30KHc4wCDsQ6AE
wAHoECAMQAg [diakses 22 Agustus 2020]
Siska, M., Bina, K., & Baju, W., 2017. Hubungan antara postur kerja berdiri dengan
keluhan nyeri kaki pada pekerja aktivitas mekanik section welding di PT.X.
Jurnal Kesehatan Masyarakat [Online] 5(5).
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/18952 [diakses 23
Agustus 2020]

14

Anda mungkin juga menyukai