Anda di halaman 1dari 19

“ERGONOMI DI PERKANTORAN”

ANALISIS JURNAL
ERGONOMI DI PERKANTORAN

I. Pendahuluan
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan KesehatanKerja) merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni
peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas
kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa
kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaanyang berujungpada
produktivitas dan kualitas kerja. Artinya, pekerja akan mempunyai motivasi yang tinggi
dalam bekerja (lebih produktif dan berkualitas) ketika aspek keselamatan, kesehatan,
dan kenyamanan mereka lebih diperhatikan.Pengalaman empiris menunjukkan bahwa
pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana faktor
ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut. Kenyataannya, kecelakaan kerja
masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara administratif telah lulusaudit sistem
manajemen K3.
Ada ungkapan bahwa “without ergonomics, safety management is not
enough”. Sangat disayangkan apabila ergonomi sering disalah-artikan dan hanya
dikaitkan dengan aspek kenyamanan (perancangan kursi) atau dimensi fisik tubuh
manusia. Akibatnya, aplikasi ergonomi masih belum dianggap penting, terutama di
perusahaan – perusahaan di Indonesia, sehingga banyak sekali rancangan sistem kerja
yang tidak ergonomi. Hal ini terlihat dari ketidaksesuaian antara pekerja dengan cara
kerja, mesin, atau alat kerja yang dipakai, lingkungan tempat kerja, atau menyangkut
pengaturan beban kerja yang tidak optimal.Padahal Ergonomi dapat di terapkan pada
beberapa aspek dalam bekerja, yaitu posisi kerja, proses kerja, tata letak tempat kerja
maupun cara pengangkatan beban, baik itu diterapkan di lingkungan kerja perusahaan
maupun di perkantoran. Dengan Penerapan ergonomi yang benar di lingkungan kerja
sehingga akan memberikan rasa nyaman selama bekerja serta meningkatkan
produktifitas bagi para pekerja .
Kantor merupakan salah satu lingkungan tempat kerjadan harus memenuhi
ketentuan dalam Workplace(Health, Safety and Welfare). Walaupun kantor
secaraumum dipandang aman, namun di dalamnya tetap memuat bahaya kesehatan
yang dapat menyebabkancedera serius. Sedangkan sebagian besar kecelakaandan
masalah kesehatan kerja di kantor semata-matadisebabkan oleh sikap kerja dan dapat
dihindaridengan cara meningkatkan kepedulian, memperhatikankeadaan sekitar dan
memperlakukan peralatan kerjadengan baik (Ridley, 2003).
Diperkantoran penggunaan computermerupakan suatu kebutuhan utama, dan
semakin intens tiap hari. Data menunjukkan bahwa semakin banyak pekerja yang
menderita keluhan nyeri punggung bawah (low back pain, LBP) dan sakit pada
pergelangan tangan (carpal tunnal syndrome, CTS). Berbagai survei baik di Indonesia
maupun luar negeri menunjukkan bahwa hampir 50-60% karyawan kantor melaporkan
keluhan yang tidak biasa pada bagian tubuhnya sesudah bekerja komputer di kantor.
Jika dibiarkan, berbagai keluhan akan memburuk menjadi sakit atau gangguan.Keluhan
– keluhan tersebut dikarenakan kondisi tempat kerja perkantoran saat ini tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip ergonomi, mulai dari penempatan monitor komputer, ketinggian
monitor, penempatan keyboard dan mouse. Untuk itu pengetahuan dan kemampuan
praktis office ergonomics diperlukan oleh setiap karyawan, terutama mereka yang
bertanggung jawab dalam penataan tempat kerja perkantoran.
Penerapan sikap tubuh yang tidak ergonomis pada tempat kerja perkantoran
dapat menimbulkan cidera. biasanya berkaitan dengan pekerjaan fisik yang mengalami
stress dan strain. misal pekerjaan pada postur yang sama dalam waktu yang lama,
pergerakan berulang-ulang (repetitif), penggunaan otot yang berlebihan. hal ini dapat
ditimbulkan keluhan – keluhan yang bervariasi, seperti: nyeri punggung,nyeri tangan,
pergelangan tangan, lengan, nyeri leher dan bahu dan termasuk sampai menderita yang
lebih berat pada persendian. disamping itu juga menyebabkan adanya kerugian dari segi
biaya, waktu, efisiensi dan efektifitas kerja, dan tentu berakibat pada produktifitas kerja.
Penerapan ergonomi perkantoran adalah bagaimana menata, mendesain ruang
kerja agar cocok dengan kapasitas dan keterbatasan diharapkan dalam melakukan
pekerjaan kantor dengan nyaman. Desain yang dilakukan pada ergonomi perkantoran
secara garis besar fokus kepada:
1. Penataan tempat kerja, cara duduk, postur tubuh, lama, frekuensi anda
melakukannya.
2. Bagaimana anda melakukan pekerjaan tertentu, pergerakannya seperti apa, apakah
berulang-ulang, dan dalam waktu yang lama.
3. Area kerja seperti: pencahayaan, kebisingan, temperatur, kelembaban
4. Peralatan-peralatan yang anda gunakan dalam bekerja. Apakah semuanya cocok
dengan kondisi ergonomis untuk anda.
II. Tinjau teoritis
Definisi
Ergonomi berasal dari bahasa yunani yaitu ergon yang berarti “Kerja” dan nomos
yang berarti “Hukum” jadi dari asal katanya ergonomi dapat diartikan sebagai hukum
kerja atau aturan kerja. Ergonomi juga mempelajari tentang desain/perancangan alat
kerja dan lingkungan kerja yang sesuai dengan kapasitas dan keterbatasan (Pheasant,
1999) Ergonomi di tujukan untuk mencapai kesesuaian antara manusia dan
pekerjaannya demi mencapai kesejahteraan (ILO, 1998)

Prinsip Ergonomi
Prinsip ergonomi menurut ILO dan Macleod (1999) dapat dikatakan hampir sama
yakni mengenai desain kerja yang lebih egonomis untuk mengurangi beban kerja
kepada pekerja ketika melakukan pekerjaannya. Prinsip – prinsip ergonomi tersebut
antara lain ialah :
 Bekerja dengan posisi yang netral atau normal, tidak melakukan postur janggal
seperti membungkuk, menunduk atau meraih benda yang jauh. oleh sebab itu,
diperlukan desain yang baik agar posisi yang janggal dapat diminimalisir seperti
desain meja kerja yang lebih dekat dengan pekerja pada pekerjaan yang
membentukkan ketelitian, pelatihan mengenai teknik mengangkat benda yang tepat
dan peletakan peralatan kerja yang mudah dijangkau pekerja.
 Mengurangi beban yang berlebihan saat bekerja dengan melakukan pengaturan
rotasi waktu kerja agar pekerjaan tidak melakukan gerakan berulang dimana
membutuhkan otot yang sama dalam jangka waktu yang lama serta memeyebabkan
kejenuhan. Mengurangi beban kerja juga dapat dan jarak yang ditempatnya. bekerja
dengan posisi berdiri sebaiknya dikurangi, posisi duduk ketika bekerja lebih baik
karena mengurangi kelelahan daripada posisi berdiri.
 Pada pekerjaan merakit, material sebaiknya ditempatkan pada posisi otot pekerja
yang paling kuat untuk melakukan pekerjaan serta peralatan kerja yang tidak
nyaman dan menyebabkan cidera sebaiknya atau diganti.

Dampak negatif dari ergonomis


Berikut ini beberapa efek negatif bagi karyawan yang tidak menerapkan ergonomi
diperusahaan:
1. Kelelahan, pegawai yang bekerja secara terus menerus dan tidak mengabaikan
waktu istirahat, mengabaikan cara mengetik yang baik, duduk sembarangan akan
rentan mengalami kelelahan. Tata letak kursi yang terlalu pendek atau terlalu tinggi
akan membuat mengetik menjadi tidak nyaman.
2. Kejenuhan, selain lelah hal lain yang sering terjadi pada pegawai karena tidak
mengindahkan ergonomi pada saat bekerja adalah perasaan jenuh. Perasaan ini
dapat membuat pegawai mengalami penurunan kinerja. Rasa jenuh dapat terjadi
karena pengaturan ruangan selalu sama setiap waktu.
3. Penyakit, penyakit dapat timbul karena lelah yang terus menerus tanpa ada
pengobatan. Melihat layar komputer secara terus menerus awalnya akan membuat
mata lelah, jika kelelahan itu dibiarkan terus menerus maka dapat menimbulkan
kerusakan pada mata. Hal tersebut dapat terjadi pada bagian tubuh yang lain, baik
itu pinggang, kaki, leher, maupun kepala.
4. Kematian, kematian merupakan tingkat paling ekstrim akibat tidak menerapkan
ergonomi di perusahaan. Penggunaan peralatan beresiko tinggi secara tidak benar
dapat mengakibatkan resiko fatal bagi pekerja. Misalnya jika penggunaan mesin-
mesin produksi di pabrik tidak sesuai prosedur perusahaan, hal ini akan
membahayakan operator mesin pabrik.

1. Postur.
Salah satu faktor yang mempengaruhi ergonomi adalah postur dan sikap tubuh
pada saat melakukan aktivitas tersebut. Hal tersebut sangat penting untuk
diperhatikan karena hasil produksi sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan
pekerja. Bila postur kerja yang digunakan pekerja salah atau tidak ergonomis,
pekerja akan cepat lelah sehingga konsentrasi dan tingkat ketelitiannya menurun.
Pekerja menjadi lambat, akibatnya kualitas dan kuantitas hasil produksi menurun
yang pada akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas.(Ramazini dalam
Pheasant 1991)
Berdasarkan ILO (1998) secara alamiah postur terbagi dua yaitu :
a. Postur Statis
Postur statis merupakan postur yang tetap atau sama hampir disepanjang waktu.
pada postur statis hampir tidak terjadi pergerakan otot dan sendi sehingga
beban yang ada adalah beban statis. dalam kondisi ini suplai darah yang
membawa nutrisi dan oksigen akan terganggu sehinga akan mengganggu proses
metabolisme tubuh. permasalahan dalam pekerjaan statis adalah postur yang
sama dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan
stress/tekanan pada bagian tubuh tertentu. melakukan pekerjaan dengan postur
apapun dalam waktu yang lama dapat meyebabakan ketidakefektifan pekerjaan,
sakit atau nyeri pada pekerja setelah bekerja dan dapat membawa pekerja dalam
masalah kesehatan yang berkepanjangan.yeng berhubungan dengan pekerjaan
dengan kapasitas pekerja

b. Postur Dinamis
Postur dinamis adalah postur yang terjadi dengan adanya perubahan panjang
dan perengangan pada otot serta adanya perpindahan beban. postur dinamis
melibatkan adanya gerakan. Posisi yang paling nyaman bagi tubuh adalah
posisi netral dengn pergerakan. akan tetapi jika pergerakan tersebut terjadi terus
menerus dan berkelanjutan maka dapat membahayakan kesehatan. hal ini dapat
terjadi karena pergerakan yang berkepanjangan akan membutuhkan energi yang
lebih besar daripada posisi statis, terutama pada pergerakan yang ekstrim atau
ketika menangani beban yang berat. Suatu pekerjaan yang dinamis sangat
penting untuk mencegah masalah pekerjaan stastis, Namun pekerjaan yang
membutuhkan gerakan lebih banyak/dinamis dapat mempengaruhi kesakitan
pada musculoskeletal dan pekerjaan dinamis ini menunjukkan angka risiko
yang lebih tinggi terhadap keluhan musculoskeletal dibandinglkan pekerjaan
yang tetap (Ueno et al, 1999).
Menurut Pheasant 1991, postur yang baik dalam bekerja adalah postur yang
mengandung tenaga otot statis yang paling minimim, atau secara umum dapat
dikatakan bahwa variasi dari postur saat bekerja lebih baik dibandingkan
dengan satu postur saja saat bekerja. Kenyaman melakukan postur yang janggal
saat bekerja dapat menjadi suatu kebiasaan yang dapat berdampak pada
pergerakan atau pemendekan jaringan lunak dan otot
Postur seseorang dalam bekerja merupakan hubugan antara dimensi tubuh
seseorang dengan dimensi berbagai benda yang dihadapinya dalam pekerjaaan
(Pheasant, 1986). postur kerja sendiri dapat diartikan sebagai posisi tubuh
pekerja pada saat melakukan aktivitas kerja yang biasanya terkait dengan
desain area kerja dan task requirement (Pulat, 1991). Postur kerja dipengaruhi
oleh berbagai hal, yaitu :
a. Karakteristik pekerja/personal factor, seperti umur, antropometri, berat
badan, fitnes, pergerakan sendi, gangguan musculoskeletal sebelumnya,
injuri/operasi yang pernahdialami sebelumnya, penglihatan, jangkauan
tangan dan obesitas
b. Task Requitments : Seperti kebutuhan visual, kebutuhan untuk pekerjaan
manual (posisi, force/gaya) pergantian shift, waktu istirahat, pekerjaan
statis, dinamis
c. Workspace design ; dimensi tempat duduk, dimensi permukaan kerja,
desain tempat duduk, dimensi ruang kerja, privasi, tingkat dan kulitas
pencahayaan

Postur tubuh harus berada dalam keadaan stabil untuk menghindari terjadinya
tekanan yang berlebihan pada tubuh, kestabilan postur dalam menangani suatau
obyek tergantung pada ukuran pusat pendukung dan tingginya dari pusat
garvitasi ada dua jenis postur yang sering terjadi ketika bekerja dengan pusat
pendukung yang berbeda, yaitu :
a. Postur berdiri
Manusia didesain untuk berdiri pada kedua kaki, akan tetapi bukan berarti
didesin untuk berdiri terus menerus (untuk itu postur kerja berdiri terus
nenerus masih belum dapat diterima secara fisiologis dan mekanik) (Hewes,
1757 : fahrni and Trueman, 1965 dalam Bridger, 1995), Beban Statis,
penekanan pada jaringan lunak dan pembekuan pada vena dapat
menyebabkan fatique, oleh sebab itu perlu adanya pergerakan dalam posisi
berdiri seperti berjalan-jalan atau bergerak dalam waktu yang singkat
sebagai relaksasi agar aliran darah ke kaki tetap aktif (Bridger, 1995)

b. Posisi duduk
Dalam Posisi duduk pusat pendukung tubuh adalah tulang punggung
terhadap pelvis. posisi duduk melibatkan fleksi pada bahu pada lutut dan
fleksi pada punggung terhadap paha (Pheasant, 1991), Kelebihan postur
duduk adalah untuk mendukung postur yang stabil pada tubuh dengan
nyaman sepanjang waktu, puas secara psikologis dan sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan. hal ini berari secara umum postur duduk lebih
disenangi secara psikologis (Pheasant, 1986) Pada umumnya orang tidak
bisa duduk dalam posisi tegak lurus dalam waktu yang lama sehingga
mereka akan duduk dalam posisi yang sedikit agak merosot dapat membuat
jaringan lunaka pada tulang punggung antara anterior dan postreior tertekan
sehngga menimbulkan kesakitan (Bridger, 1995)
Salah satu Postur kerja yang berbahaya bagi kesehatan dan paling
beresiko menimbulkan cedera adalah postural janggal. Postur janggal
adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi
normal saat melakukan pekerjaan (Departemen of EH&S 2002) bekerja
dengan posisi janggal meningkatkan energi yang dibutuhkan untuk bekerja.
posisi janggal menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke
jaringan rangka tidak efektif sehingga mudah menimbulkan lelah.
termasuk dalam postur janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam
menggapai, berputar (twisting) memiringkan badan, berlutut jongkok,
memegang dalam kondisi statis dan menjepit dengan tangan, postur ini
melibatkan beberpa area tubuh seperti bahu, punggung dan lutut karena
bagian inilah yang paling sering mengalami cedera Straker, 2000). Semakin
sering dan lama terjadinya postur janggal maka semakin perbesar
kemungkinan risiko yang ditimbulkan. selain itu derajat kejanggalan yang
terjadi juga menentukan risiko yang dapat ditimbulkan.

c. Repetisi
Repetisi merupakan jumlah rata – rata pergerakan atau peregangan sendi
atau bagaian tubuh tertentu dalam jangka waktu tertentu. pergerakan dan
peregangan yang sama pada bagain tubuh tertentu dalam jangka waktu yang
tertentu dapat menyebabkan over – extension atau penggunaan otot secara
berlebihan yang dapat mengakibatkan kelelahan (american Dental
Association, 2004). secara umum semakin besar pengulangan gerakan yang
terjadi maka akan semakin besar pula risiko kesehatan yang mungkin terjadi

d. Durasi
Durasi merupakan jumlah waktu/lamanya terpajan suatu faktor risiko.
durasi kerja dapat dilihat sebagai jam kerja/hari, hari kerja/minggu/ atau
lamakerja dalam satuan bulan atau tahun. secara umum semakin lama
seseorang bekerja semakin tinggi potensial seseorang tersebut terkena risiko
kesehatan dan cidera karena mereka terpajan faktor resiko dalam waktu
yang lama juga. durasi juga dapat dilihat sebagai pajangan pertahun faktor
risiko atau karateristik pekerjaan berdasarkan faktor risikonya

2. Nyeri Punggung Bawah


Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah sindroma nyeri yang terjadi
pada regio punggung bawah dengan penyebab yang bervariasi antara lain:
degenerasi, inflamasi, infeksi, metabolisme, neoplasma, trauma, konginetal,
muskuloskletal, viserogenik, vaskuler, dan psikogenik, serta paska operasi (Sinaki
dan Morki, 1996). Nyeri punggung bawah menyebabkan timbulnya rasa pegal,
linu, ngilu, atau tidak enak pada daerah lumbal berikut sakrum.
Nyeri punggung bawah diklasifikasikan kedalam 2 kelompok, yaitu kronik
dan akut. Kondisi akut akan terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu.
Sedangkan kondisi kronik terjadi dalam waktu 3 bulan. Nyeri punggung bawah
adalah nyeri punggung bawah yang berasal dari tulang belakang, otot, saraf atau
struktur lain pada daerah tersebut (Rachma, 2002). Dengan demikian nyeri
punggung bawah.adalah gangguan muskuloskeletal pada daerah punggung bawah
yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang kurang baik.
Insiden nyeri punggung bawah yang paling banyak dijumpai pada pekerja
atau karyawan sebagai akibat dari kelainan mekanika gerak atau postural yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (Brown and Makckler, 1999). Nyeri
punggung bawah miogenik berhubungan dengan stress atau strain otot-otot
punggung, tendon dan ligamen yang biasanya ada bila melakukan aktivitas sehari-
hari secara berlebihan, seperti duduk atau berdiri terlalu lama juga mengangkat
benda berat dengan cara yang salah. Kebanyakan kejadian nyeri punggung bawah
tidak mengakibatkan kecacatan tapi menyebabkan gangguan aktivitas kerja.

3. Kelelahan Kerja
a. Definisi
Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan,
kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja (Mississauga,
2012)Kelelahan adalah suatu keadaan ketika seseorang merasa lelah secara
fisik dan/atau mental, yang dapat disebabkan oleh :
1. Jam kerja yang panjang tanpa intervensi istirahat/periode penyembuhan
2. Aktivitas fisik yang kuat dan berkelanjutan
3. Usaha mental yang kuat dan berkelanjutan
4. Bekerja selama beberapa atau semua waktu alami untuk tidur (sebagai
akibat dari shift atau bekerja untuk waktu yang panjang)
5. Tidur dan istirahat yang kurang cukup (WSHCouncil,2010)
Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
ketahanan dalam bekerja, yang disebabkan oleh :
1. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)
2. Kelelahan fisik umum
3. Kelelahan saraf
4. Kelelahan oleh lingkungan yang monoton
5. Kelelahan oleh lingkungan yang kronis terus-menerus sebagai faktor
secara menetap (Suma’mur, 2009)

b. Jenis-jenis kelelahan
Berdasarkan proses dalam otot, kelelahan dapat dibagi dua (Budiono dkk,
2003) :
1. Kelelahan otot, fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadi tekanan
melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologis,
yang ditunjukkan tidak hanya dengan berkurangnya tekanan fisik tetapi juga
makin rendahnya gerakan.
2. Kelelahan umum, adalah suatu perasaan letih yang luar biasa.
Semuaaktivitas menjadi terganggu dan biasanya akan menimbulkan rasa
ngantuk.

Menurut Workplace Safety & Health Council (WSHCouncil) (2010) tipe


kelelahan dibagi menjadi :
a) Kelelahan fisik (berkurangnya kemampuan untuk bekerja manual).
b) Kelelahan mental (penurunan tingkat konsentrasi dan kewaspadaan).

c. Gejala-gejala kelelahan
Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptom) secara subjektif dan
objektif antara lain : perasaan lesu, mengantuk dan pusing, berkurangnya
konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan
lambat, tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja
jasmani dan rohani (Budiono dkk, 2003).
III. Pembahasan
Berdasarkan penjelasan diatas berikut beberapa Jurnal – jurnal penelitian terkait dengan
ergonomi pada perkantoranadalah sebagai berikut :

a. Hubungan sikap tubuh dengan kejadian nyeri punggung pada operator Komputer
Saat ini, penggunaan komputer mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Dengan adanya komputer, pekerjaan dapat diselesaikan dengan udah dan cepat.
Namun juga memberikan efek yang tidak baik untuk kesehatan. Salah satu
gangguan fisik yang dirasakan oleh penggunaan komputer adalah nyeri punggung
bawah (Fauzi, 2002). Sikap duduk yang dapat menimbulkan nyeri punggung salah
satunya apabila duduk terlalu lama dengan posisi yang salah. Terutama bila duduk
dengan posisi membungkuk dan tegak dalam jangka waktu yang lama dan desain
stasiun kerja yang buruk.
Dari hasil studi (Carayon, 1995) bahwa operator komputer biasanya dituntut
untuk dapat menyelesaikan pekerjaan naskah yang banyak dan dalam waktu yang
cepat serta dengan hasil yang lebih baik, sehingga dalam hal ini dituntut suatu
kinerja yang baik dan optimal, sedangkan pada kenyataannya apabila bekerja
terlalu lama di depan komputer tentu dapat mempengaruhi kesehatan. Seperti
halnya kelelahan pada mata, otot otot dan persendian adalah beberapa keluhan
yang dialami oleh operator komputer. Gangguan-gangguan yang dapat ditimbulkan
karena pemakaian komputer adalah 75 -90 % mengeluh adanya gangguan visual
seperti terasa lelah, nek, gatal dan berair, dan gangguan muskuloskeletal porsinya
hanya 22 %. Sedangkan menurut Jeffrey, (2003) bahwa gangguan yang lebih buruk
seperti iritasi pada mata, sakit kepala, sakit pada leher dan pegal-pegal di bagian
punggung.
Nyeri punggung adalah salah satu penyakit yang menyertai proses evolusi
manusia, yang diakibatkan oleh beban gravitasi pada tulang punggung (Tempo,
2013). Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit nyeri punggung ini dapat terjadi,
salah satunya dikarenakan posisi duduk yang salah dan ditunjang oleh meja serta
kursi yang tidak ergonomis. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan,
keluhan nyeri punggung yang akibat posisi duduk yang salah, adalah sebesar
39,7% (Andika, et al., 2012).
Punggung sendiri harus bekerja non stop 24 jam sehari. Dalam posisi duduk,
berdiri bahkan tidur, punggung harus bekerja secara terus menerus menyangga
tubuh kita. Penyebab backpain yang paling sering adalah duduk terlalu lama, sikap
duduk yang tidak ergonomis, postur tubuh yang tidak ideal, serta aktivitas yang
berlebihan. Selain itu, juga karena gangguan struktural seperti kerusakan piringan
sendi, penyakit sendi degeneratif dan strain pada otot-otot punggung (Gatam, 2006)
Penelitian yang dilakukan oleh PantoiyoI W (2016) sehubungan dengan
lama kerja karyawan dalam menggunakan komputer di kantor bpjs ketenagakerjaan
cabang manado Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama kerja pegawai dalam
penggunaan komputer sebanyak 57.1% > 8 jam dan 42.9% ≤ 8 jam, menurut
Suma’mur (2014)bahwa dalam sehari pada umumnya seseorang bekerja dengan
baik 6-10 jam, makin panjang waktu kerja, makin besar kecenderungan terjadinya
hal-hal yang tidak diingini, timbulnya hal-hal yang negatif bagi tenaga kerja yang
bersangkutan dan pekerjaannya itu sendiri. Sehingga hal ini dapat mengakibatkan
pekerja dapat mengalami keluhan muskuloskeletal yang merupakan salah satu
dampak gangguan kesehatan akibat penggunaan computer. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa didapatkan bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan oleh
pekerja yaitu untuk keluhan sakit ringan pada pinggang sebesar (46.4%)
Penelitian lain yang dilakukan Dyah Wulan Sumekar RW (2013) terhadap 77
operator komputer. yang berkerja dengan posisi lama duduk > 4 jam di Kecamatan
Bandar Jaya Kabupaten Lampung. menunjukkan bahwa pada ada pengaruh antara
posisi duduk dengan nyeri punggung Berdasarkan uji regresi logistik bivariat
diperoleh nilai p=0,011 dan Exp(B) sebesar 15,481 yang berarti responden yang
duduk dengan posisi tidak baik mempunyai risiko 15,481 kali lebih besar
terjadinya nyeri punggung dibanding responden yang duduk dengan posisi baik.
kemudian ada pengaruh antara lama duduk dan nyeri punggung Berdasarkan uji
regresi logistik diperoleh nilai p=0,006 dan nilai Exp(B) sebesar 18,497 yang
berarti duduk lama mempunyai risiko 18,497 kali lebih besar untuk nyeri punggung
dibandingkan dengan responden yang duduk tidak lama.
Penelitian yang dilakukan Zaman M (2014) terhadap karyawan kantor untuk
mengetahui hubungan antara ergonomi kursi dan meja serta sikap duduk dengan
keluhan nyeri punggung bawah pada karyawan kantor.menunjukkan bahwa
berdasarkan hasil analisis multivariathanya variabel sikap duduk yang mempunyai
hubungan dimana diperoleh nilai sig : 0.010 dengan exp (B) 40,426 halini
menunjukkan bahwa sikap duduk ada hubungan dengan terjadinya nyeri
punggung bawah artinya karyawan yang sikap sikap duduk yang tidakergonomis
berisiko 40 kali mengalami keluhan nyeri punggung bawahdibandingkan dengan
sikap duduk yang ergonomis. Karenaitu direkomendasikan agar karyawan tidak
mendeitakeluhan nyeri punggung bawah, karyawan harusmelakukan sikap duduk
yang ergonomis.
Penelitiann yang dilakukan Hidayat Tri Saputra, at el (2012) untuk
mengetahui faktor yang berhubungan dengan keluhan otot sendi pada 50 orang
operator komputer bagian keuangan universitas Hasanuddin Makassar Berdasarkan
uji statistik Chi-Square yang dilakukan dengan nilai p < 0.05, hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan dan lama kerja > 4jam (p=0.016)
terhadap keluhan otot sendi pada operator komputer. Apabila lama kerja yang
melebihi waktu kerja yang telah diperkenankan maka akan lebih mudah terkena
risiko keluhan otot skeletal sebab tingkat keluhan yang dirasakan juga akan
semakin lama (Suma’mur, 2009). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sumekar (2008) yang mengatakan bahwa adanya hubungan antara lama duduk
dengan keluhan otot sendi pada operator komputer, duduk> 4 jam mempunyai
hubungan dengan keluhan otot sendi.
Keluhan nyeri punggung bawah dapat terjadi karena kasalahan dalam sikap
duduk serta durasi waktu duduk dalam melakukan pekerjaan. Tanpa disadari,
karyawan melakukan kegiatan duduk pada posisi yang sama dalam waktu yang
lama. Selain itu, sikap duduk yang tidak alamiah dan terkesan dipaksakan menjadi
faktor pemicu keluhan nyeri punggung bawah. Santoso (2012) menyatakan bahwa
posisi kerja yang tidak alamiah/janggal, aktifitas berulang-ulang serta posisi kerja
statis merupakan faktor risiko terjadinya gangguan otot rangka (keluhan nyeri
punggung bawah).

b. Hubungansikap duduk yang ergonomis terhadap keluhan nyeri punggung


Sikap duduk seseorang dalam bekerja akan mempengaruhi produktivitas
kerja seseorang, di mana selama bekerja dengan sikap duduk yang baik, maka
produktivitas akan meningkat dan sebaliknya bila sikap duduk tidak baik, maka
produktivitas kerja akan menurun. Postur yang ergonomis akan mengurangi kerja
dari otot-otot ekstensor untuk melawan beban yang ditransmisikan pada tulang
belakang. Sehingga kemungkinan terjadinya spasme atau strain pada otot tersebut
dapat dihindari. Dan juga, ketika postur dalam posisi er-gonomis, struktur seperti
diskus intervertebralis mendapat pembebanan yang seimbang pada bagian anterior,
poste-rior, dan lateralnya. Sehingga kemungkinan terjadi keru-sakan struktur
bagian posterior dari tulang belakang yang pain sensitive dapat dicegah
Menurut Dr. Waseem Bashir dari Department of Radiology and Diagnostic
Imaging, dari University of Alberta Hospital, Kanada, mengatakan duduk dalam
posisi anatomis adalah sangat penting, karena jaringan pada tulang belakang
terhubung dengan ligamen yang bisa memicu rasa sakit jika posisi tidak sesuai
tempatnya, dan bisa berkembang menjadi penyakit yang kronis. Terlalu lama
duduk dengan posisi yang salah akan menyebabkan ketegangan otot-otot dan
keregangan ligamentum tulang belakang. Hal ini menyebabkan tekanan abnormal
dari jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni Luh G at el (2016) mengenai
hubungan sikap duduk yang ergonomis dengan keluhan nyeri punggung hasil
Analisis statistik menggunakan Saphiro-Wilk Test, Levene’s Test, dan Wilcoxon
Signed Rank Test. Ada perbedaan yang bermakna pada nilai rerata sebelum dan
sesudah perbaikan sikap duduk ergonomis sebesar 41,2% dengan p = 0,000 (p <
0,05. hasil tersebut menunjukkan bahwa Sikap duduk yang ergonomis efektif
dapat menurunkan nyeri punggung bawah non spesifik.
Postur yang anatomis akan mengurangi kerja dari otot-otot ekstensor untuk
melawan beban yang ditransmisikan pada tulang belakang. Se-hingga
kemungkinan terjadinya spasme atau strain pada otot tersebut dapat dihindari. Dan
juga, ketika postur da-lam posisi anatomis, struktur seperti diskus interverte-bralis
mendapat pembebanan yang seimbang pada bagi-an anterior, posterior, dan
lateralnya.Sehingga kemung-kinan terjadi kerusakan struktur bagian posterior dari
tulang belakang yang pain sensitive dapat dicegah.
Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Dharmayanti
(2011) yang menyatakan bahwa perbaikan sikap kerja mengikuti kaidah ergonomi
menurunkan keluhan muskuloskeletal perajin bola mimpi di Desa Budaga
Denpasar sebesar 11,31 % dan penurunannya bermakna (p < 0,05). Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Putra pada 2014 pada mahasiswa dengan
memberikan intervensi sikap duduk ergonomis dapat mengurangi keluhan
muskuloskeletal sebesar 78% dan secara bermakna (p < 0,05).
Selain itu Penerapan ergonomi bukan hanya ditujukan pada sikap tubuh
yang ergonomis dalam bekerja tetapi juga pada kursi dan meja kerja dimaksudkan
untuk memberikan efesiensi kerja dan mengurangi keluhan otot-otot skeletal.
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada
otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan
pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-
bagian tersebut.
Penelitian ika wardaningsih (2010) menunjukkan bahwa ada pengaruh
sikap kerja duduk pada kursi kerja yang tidak ergonomis terhadap keluhan otot-otot
skeletal. Keluhan yang terjadi pada otot-otot skeletal akibat sikap kerja duduk yang
tidak ergonomisdominan pada punggung (88%), pinggang (84%), bokong (80%),
pantat (68%) dan bahu (56%). Dengan kursi kerja yang tidak ergonomis (tidak ada
kesesuaian antara ukuran tubuh pekerja dengan rancangan kursi) maka tidak ada
kenyamanan pekerja dalam bekerja. Ketidaksesuaian ini dapat menyebabkan
timbulnya keluhan otot skeletal pada tenaga kerja.Saran dari penelitian ini adalah
bagi para tenaga kerja hendaknya membiasakan sikap duduk yang baik agar
terjadinya keluhan otot-otot skeletal dapat diminimalisir dan bagi perusahaan
hendaknya menyediakan sarana kerja yang memadai.

c. Hubungan kelelahan fisik dengan pekerjaan Operator komputer.


Dari hasil studi sebelumnya (Carayon, 1995) bahwa operator komputer
biasanya dituntut untuk dapat menyelesaikan pekerjaan naskah yang banyak dan
dalam waktu yang cepat serta dengan hasil yang lebih baik, sehingga dalam hal ini
dituntut suatu kinerja yang baik dan optimal, sedangkan pada kenyataannya apabila
bekerja terlalu lama di depan komputer tentu dapat mempengaruhi kesehatan.
Seperti halnya kelelahan pada mata, otot otot dan persendian adalah beberapa
keluhan yang dialami oleh operator komputer. Gangguan-gangguan yang dapat
ditimbulkan karena pemakaian komputer adalah 75 -90 % mengeluh adanya
gangguan visual seperti terasa lelah, nek, gatal dan berair, dan gangguan
muskuloskeletal porsinya hanya 22 %. Sedangkan menurut Jeffrey, (2003) bahwa
gangguan yang lebih buruk seperti iritasi pada mata, sakit kepala, sakit pada leher
dan pegal-pegal di bagian punggung.
Penelitian yang dilakukan Sundari N K (2012) untuk mengetahui keluhan
subjektifpada operator komputer sehubungan dengan konsep ergonomis. dimana
para operator kumputer inibiasanya melaksanakan tugas sehari-harinya di depan
komputer tidak lebih dari dua jam, lalu beralih ke pekerjaan lain yang tidak
menggunakan komputer dan selanjutnya melanjutkan lagi pekerjaannya dengan
komputer.Hasil penelitian menunjukkan bahwa operator komputer yang bekerja
selama 2 jam mengalami peningkatan kelelahan fisiksebesar 42,15%. terjadinya
Peningkatan kelelahan fisik secara bermakna menunjukkan keterkaitannya dengan
menurunnya performance kerja operator yang disebabkan oleh fisiknya yang lelah,
sehingga sangat memungkinkan terjadinya kesalahan dalam bekerja. Hal ini
didukung oleh pernyataan Nurmianto, (2003); dan Wignyosoebroto, (1995) bahwa
kelelahan yang ditandai dengan menurunnya efisiensi kerja, penampilan, dan
ketahanan fisik tubuh untuk melanjutkan suatu pekerjaan, sehingga menimbulkan
kesalahan kerja yang memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja.
Kondisi ini sesuai dengan temuan Sutajaya (2005) yang menyatakan bahwa,
ketidaksesuaian antara antropometrik stasiun kerja merupakan salah satu penyebab
terjadinya kelelahan dalam hal ini adalah terjadinya penurunan motivasi kerja.

d. Ditinjau dari faktor – faktor yang berhubungan dengan kelalahan mata


Penggunaan komputer dalam waktu lama beresiko terkena mata lelah atau
astenopia.Timbulnya kelelahan mata dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berasal dari faktor pekerja maupun faktor lingkungan. Faktor pekerja dapat berupa
kelainan refraksi, usia, perilaku yang beresiko, faktor keturunan, dan lama kerja.
Gejala visual juga dapat diakibatkan dari pencahayaan yang tidak sesuai, cahaya
yang silau dari monitor, ukuran objek dari layar monitor yang sulit dibaca, dan pola
istirahat mata.
Penelitian yang dilakukanYulyana K, D (2012)mengetahui faktor-fakor
yang berhubungan dengan kelelahan matapada operator komputer di Kantor
Samsat Palembang. Berdasarkanhasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan
yang signifikan antara umur dengan kelelahan mata. sedangkanantara lama
penggunaan VDT dengan kelelahan mata menunjukkanada hubungan yang
signifinikan juga antara frekuensi istirahat dengan kelelahan mata menunjukkan
ada hubungan yang signifikan sedangkan antara intensitas penerangan dengan
terjadinya kelelahan mata menunjukkan ada hubungan.yang signifikan.
Penelitian serupa oleh Riski R. M, at el (2014) tentang faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinyakeluhan kelelahan mata pada karyawan pengguna
Komputer di di Grapari Telkomsel. Berdasarkan hasil penelitian ini pada variabel
usia menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan keluhan
kelelahan mata sedangkan pada variabel lama durasi paparan menunjukkan ada
hubungan antara lama durasi paparan dengan keluhan kelelahan mata kemudian
berdasarkan hasil uji ststistik diperoleh (nilai ρValue =0,03 < α) berarti ada hubungan
antara tingkat pencahayaan komputer dengan keluhan kelelahan mata, selanjutnya
pada variabel jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata diperoleh mata (nilai
ρValue =0,346 > α). artinya bahwa tidak ada hubungan antara jarak monitor dengan
keluhan kelelahan. Penelitian serupa oleh Nur Zein (2015). tentang pengaruh
intensitas penerangan terhadap kelelahan mata pada operator komputer kantor
BPM PDT Provinsi Gorontalo. berdasarkan hasil pengujian ditemukan signifikan.
Dari nilai P value atau nilai Sig 2 (tailed) didapatkan nilai 0,000. hal ini
menunjukkan bahwa artinya ada hubungan antara intensitas penerangan terhadap
kelelahan mata
Penelitian lain yang dilakukan yusuf M (2015) tentang efek pencahayaan
terhadap prestasi dan kelelahan kerja operator, diperoleh hasil 0,000. Hal ini berarti
hasil tersebut signifikan karena <0,05, sehingga dapat dikatakan ada pengaruh
antara intensitas penerangan terhadap kelelahan mata pada tenaga kerja
Pencahayaan yang tepat cenderung mendorong pekerja untuk bekerja dan
berprestasi lebih baik serta menurunkan kelelahan kerja. Oleh karena itu
pencahayaan dalam suatu lingkungan kerja hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan visual pekerja
Dari penelitian diatas menunjukkan bahwa kelelahan mata juga
dipengaruhi oleh usia seseorang . dengan meningkatnya usia maka kelelahan mata
akan mudah terjadi. Grandjean (1988) mengatakan bahwa kondisi umur
berpengaruh terhadap kemampuan kerja fisik atau kekuatan otot seseorang.
Kemampuan fisik maksimal seseorang dicapai pada umur antara 25 – 39 tahun dan
akan terus menurun seiring dengan bertambahnya umur (Wahyudi 2006).
Selain itu penggunaan komputer secara berlebihan akan meningkatkan
risiko gangguan kerja. Salah satunya adalah gangguan kesehatan mata.Gangguan
kesehatan mata akibat penggunaan komputer terjadi karena mata terus-menerus
memandang monitor komputer atau visualdisplay terminal (VDT) (Wasisto, 2005).
Kelelahan mata berhubungan dengan lamanya penggunaan monitor komputer
(VDT) (Aprisupiati, 2007)
Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
VDT Studies and Information untuk melakukan istirahat selama 15 menit terhadap
pemakaian komputer selama dua jam. Frekuensi istirahat yang teratur berguna
untuk memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan bagi
pengguna komputer (Murtopo dan Sarimurni, 2005).Isrtirahat secara teratur dapat
memotong rantai kelelahan tetapi karena pekerjaan yang sibuk banyak responden
yang tidak beristirahat secara teratur setelah penggunaan komputer selama 2 jam
secara berturut- turut.
Kondisi pencahayaan yang redup maupun yang menimbulkan silau akan
dapat menyebabkan terjadinya keluhan seperti mata selalu terasa mengantuk
sebagai gejala umum adanya kelelahan mata (eye fatigue). Sedangkan keluhan
terasa tegang pada bagian leher dan bahu merupakan dampak akomodasi mata yang
berlebihan untuk menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan yang ada. Akomodasi
mata yang maksimal bahkan cenderung berlebihan dapat disebabkan oleh tingkat
pencahayaan yang rendah maupun tinggi atau menyilaukan.(Supriati, 2012).

IV. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
1. Penerapan ergonomi perkantoran adalah bagaimana menata, mendesain ruang kerja
agar cocok dengan kapasitas dan keterbatasan diharapkan dalam melakukan pekerjaan
kantor dengan nyaman. Desain yang dilakukan pada ergonomi perkantoran secara
garis besar fokus kepada:

o Penataan tempat kerja, cara duduk, postur tubuh, lama, frekuensi anda
melakukannya.
o Bagaimana anda melakukan pekerjaan tertentu, pergerakannya seperti apa, apakah
berulang-ulang, dan dalam waktu yang lama.
o Area kerja seperti: pencahayaan, kebisingan, temperatur, kelembaban
o Peralatan-peralatan yang anda gunakan dalam bekerja. Apakah semuanya cocok
dengan kondisi ergonomis untuk anda.

2. Dari beberapa hasil penelitian diatas menunjukkan penerapan sikap tubuh yang tidak
ergonomis di tempat kerja perkantoran dalam penggunaan komputer seperti sikap
duduk dan lama kerja sangat berhubungan erat terjadinya masalah kesehatan
diantaranya adalah nyeri punggung dan kelelahan pada mata, yang akhirnya akan
menurunkan produktivitas pekerja.
Saran
1. Perlunya penerapan ergonomi di semua aspek dalam bekerja, baik pada posisi kerja,
proses kerja, tata letak tempat kerja dan fasilitas yang terdapat di tempat kerja,
maupun dalam pengangkatan beban pada setiap perusahaan/kantor. Dengan
penerapan ergonomi yang benar di lingkungan kerjaakan memberikan rasa nyaman
selama bekerja serta meningkatkan produktifitas bagi para pekerja .

2. Memberikan pemahaman kepada karyawan perusahaan/kantor melalui promosi atau


pelatihan mengenai pentingnya sikap tubuh yang ergonomi dalam bekerja untuk
meningkatkan kesehatan dan produktifitas kerja karyawan.

Anda mungkin juga menyukai