Anda di halaman 1dari 7

J. Kesehat. Masy. Indones.

10(1): 2015 ISSN 1693-3443

RISIKO BAHAYA ERGONOMI PETUGAS KEBERSIHAN


OUTSOURCING DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN

Diki Bima Prasetio1 , Mubasysyir Hasanbasri 2 , Joko Hastaryo3


1
Universitas Muhammadiyah Semarang, Indonesia (dikibimaprasetio@unimus.ac.id)
2
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
3
Rumah Sakit Umum Daerah Sleman, Yogyakarta, Indonesia

Abstrak
Latar belakang:Petugas kebersihan mempunyai tuntutan fisik ya ng khas dalam setiap melakukan
pekerjaannya, faktor risiko yang paling signifikan terkait dengan pekerjaan yaitu beban fisik statis,
gerakan berulang dan membutuhkan kekuatan otot yang tinggi dalam melakukan
pekerjaannya.Tujuan:Untuk menganalisis risiko bahaya ergonomic petugas kebersihan outsourcing
di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman. Metode: Studi kasus deskriptif dengan rancangan penelitian
desain kasus tunggal holistik. Informan kunci terdiri dari dua orang petugas kebersihan, direktur,
kepala instalasi sanitasi dan sekretaris panitia keselamatan dan kesehatan kerja (K3) .Hasil:
Petugas kebersihan mempunyai risiko bahaya yang disebabkan oleh faktor ergonomi yaitu penyakit
musculoskeletal disorders. Tidak adanya dukungan dari manajemen rumah sakit tentang
keselamatan dan kesehatan kerja petugas kebersihan dikarenakan semua tanggungjawab sudah
diberikan kepada pihak penyedia tenaga kerja. Simpulan: Pihak manajemen rumah sakit belum
memberikan kesempatan yang sama kepada petugas kebersihan seperti karyawan rumah sakit
lainnya mengenai K3 sehingga mendapatkan risiko bahaya ergonomi yang mempunyai efek jangka
panjang yaitu penyakit musculoskeletal disorders.
Kata kunci: Ergonomi, Petugas kesehatan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja

RISK OF ERGONOMIC HAZARD CLEANING SERVICE


OUTSOURCING IN SLEMAN HOSPITAL

Abstract
Background: The cleaning service have special physical demands of each to do his job, the most
significant risk factors associated with physical work load is static, repetitive motion and muscle
strength requires high in doing his job. Purpose:Analyze the risk of ergonomic hazard cleaning
service outsourcing in Sleman Hospital.Methods:A descriptive case study with the study design a
holistic single case design. Key informants consists of two cleanin g service, director, head of
sanitary installations and secretary of the committee occupational safety and
health.Results:Cleaning Service at risk of harm caused by ergonomic factors such as disease,
musculoskeletal disorders. The absence of support from h ospital management of occupational safety
and health cleaning service because all responsibility has been given to the providers of
laborConclusions:The hospital management has not given the same opportunity to the cleaning
service as other hospital employees about occupational safety and healthto obtain ergonomic
hazards that have long-term effects of the disease musculoskeletal disorders.
Keywords: Ergonomic, Cleaning Service, occupational safety and health

PENDAHULUAN dilakukan sejak pekerja mulai bekerja, secara


Petugas kebersihan adalah aset penting rumah berkala, maupun khusus oleh tenaga medis yang
sakit yang harus dijaga dan dibina agar selalu mempunyai sertifikasi dokter pemeriksa K3
dalam kondisi sehat dan bebas dari pengaruh tenaga kerja dan dokter penanggungjawab K3
negatif yang disebabkan oleh bahaya di rumah tenaga kerja.1
sakit. Pemantauan kesehatan pekerja harus

10
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones.10(1): 2015

Mengelola outsourcing membutuhkan melingkar dan menggosok menunjukkan risiko


kemampuan untuk menentukan strategi, manfaat, yang tinggi. Pekerjaan petugas kebersihan terkait
risiko, proses evaluasi dan metode. Dengan risiko tinggi yang berhubungan dengan gangguan
pengelolaan yang tepat, strategi outsourcing harus muskuloskeletal. Petugas kebersihan memerlukan
menyediakan pelayanan eksekutif dengan strategi strategi intervensi, perbaikan alat pembersih dan
yang layak untuk mengendalikan biaya dengan lingkungan kerja, jika aturan ergonomi bisa
mempertahankan kualitas perawatan pada pasien. diintegrasikan ke dalam perbaikan alat pembersih
Penggunaan penyedia tenaga kerja petugas yang ada dan lingkungan kerja maka risiko
kebersihan di Rumah Sakit di Taiwan sangat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja akan
besar yaitu sebesar 94,6% sedangkan di sisi lain berkurang.5
yaitu outsourcing gizi, keperawatan, dan farmasi Penyakit akibat kerja dan risiko kecelakaan
hanya sebesar kurang dari 3%.2 bisa dikurangi dan dicegah karena pada
Akreditasi adalah salah satu cara untuk hakikatnya kesehatan dan keselamatan kerja tidak
memenuhi tuntutan dari para konsumen sehingga dapat dipisahkan antara satu sama lain.
dirancang untuk meningkatkan keamanan dan Keselamatan kerja berkaitan dengan alat kerja,
kualitas pelayanan. Standar akreditasi bahan, proses pengolahannya, tempat kerja dan
memberikan komitmen nyata dari sebuah lingkungannya serta cara-cara melakukan
organisasi untuk meningkatkan keamanan dan pekerjaan.6
kualitas perawatan pasien, untuk memastikan Alat pembersih dan desain bangunan jika
suatu lingkungan perawatan yang aman, dan terus memiliki ergonomi yang jelek maka akan
bekerja untuk mengurangi risiko terhadap pasien menimbulkan pengaruh negatif terhadap postur
dan staf. Staf adalah semua orang yang pekerja, membuat pekerjaan mereka lebih berat,
memberikan perawatan, pengobatan, dan jasa meningkatkan beban kerja mereka dan akibatnya
dalam organisasi (misalnya, staf medis dan staf mengurangi kualitas pekerjaan. Spesifikasi teknis,
keperawatan), termasuk personil permanen, konsultasi pembersih untuk pembelian peralatan
sementara, paruh waktu, karyawan kontrak, pembersih, pelatihan pekerja pada penggunaan
relawan, dan mahasiswa kesehatan profesi yang yang aman dari peralatan, pemeliharaan dan
ada di rumah sakit.3 prosedur untuk peralatan yang digunakan, dan
Risiko kerja yang dialami oleh petugas pemantauan kesehatan pekerja akan membantu
kebersihan merupakan masalah keselamatan dan mengurangi perkembangan penyakit
kesehatan kooerja di rumah sakit yang perlu musculoskeletal disorders di kalangan petugas
mendapat perhatian dan selama ini belum banyak kebersihan.7
muncul di permukaan. Sumber bahaya yang ada Berdasarkan latar belakang yang telah
di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai dipaparkan, tujuan yang akan dikaji dalam
untuk menentukan tingkat risiko, yang penelitian adalah untuk mengetahui risiko bahaya
merupakan tolak ukur untuk kemungkinan ergonomik petugas kebersihan outsourcing rumah
terjadinya kecelakaan akibat kerja dan penyakit sakit.
akibat kerja. Bahaya potensial di rumah sakit
meliputi bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya METODE PENELITIAN
biologi, bahaya ergonomi dan bahaya
4
psikososial. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Petugas kebersihan mempunyai tuntutan fisik penelitian studi kasus deskriptif dengan
yang khas dalam setiap melakukan pekerjaannya, rancangan penelitian desain kasus tunggal
faktor risiko yang paling signifikan terkait dengan holistik. Informan kunci terdiri dari dua orang
pekerjaan yaitu beban fisik statis, gerakan petugas kebersihan, direktur, kepala instalasi
berulang dan membutuhkan kekuatan otot yang sanitasi dan sekretaris panitia keselamatan dan
tinggi dalam melakukan pekerjaannya. Pekerjaan kesehatan kerja (K3). Dilakukan observasi
menyapu, mengepel (basah), mengepel (minyak), partisipatif dan wawancara mendalam
mendorong gerobak, membuang kantong sampah, menggunakan panduan wawancara. Setelah
sikap tubuh membersihkan alat, sikap tubuh informasi terkumpul dianalisis menggunakan

11
J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 ISSN 1693-3443

pattern matching. karena faktor risiko ergonomi yaitu pekerjaan


manual, postur yang salah dan pekerjaan
HASIL DAN PEMBAHASAN berulang.
Risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang Petugas kebersihan melakukan pekerjaaan
dialami oleh petugas kebersihan adalah penyakit secara manual yaitu memasukkan sampah medis
Musculoskeletal disorders (MSDs). Petugas ke dalam kantung plastik besar khusus limbah
kebersihan mengeluhkan rasa sakit di daerah medis, petugas kebersihan tidak menuangkannya
punggung, leher, bahu, tangan, pergelangan tetapi mengambilnya dari tempat sampah
tangan, jari, lutut, pinggul, dan kaki. Pemeriksaan sementara dengan tangannya dan juga pernah ada
kesehatan sebelum bekerja, berkala, khusus dan yang tertusuk oleh limbah jarum suntik
paripurna tidak pernah diterima oleh petugas dikarenakan safety box jarum suntik tidak
kebersihan.Penyakit akibat kerja ini didapatkan tertutup rapat.

Tabel 1 Risiko Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Risiko
Bahaya Posisi Kerja Keluhan yang Dirasakan
Ergonomik
Pergelangan tangan, jari, tangan, punggung
Petugas kebersihan memindahkan limbah dan lutut merasa nyeri ketika memindahkan
Pekerjaan
medis dari tempah sampah sementara ke limbah medis dari tempah sampah
manual
dalam kantong plastik limbah medis sementara ke dalam kantong plastik limbah
medis
Petugas kebersihan menyapu dan mengepel
Pergelangan tangan, jari, tangan, punggung,
dengan posisi badan yang membungkuk dan
Postur yang bahu, pinggang, leher dan lutut merasa
juga ketika mengangkat limbah medis posisi
salah nyeri ketika menyapu, mengepel dan
badan yang menyesuaikan beban yang akan
mengangkat beban
diangkat
Petugas kebersihan menyapu dan mengepel
Pergelangan tangan, jari, tangan, punggung,
dengan posisi tangan menarik ulur pegangan
Pekerjaan bahu, leher, pinggang, lutut, kaki dan
alat menyapu dan mengepel dan
berulang pergelangan kaki merasa nyeri ketika
menggerakkan badan ke depan dan ke
mengepel dan menyapu secara berulang
belakang secara berulang

Postur yang salah pada saat petugas “ saya sudah setahun lebih bekerja di sini
kebersihan dalam mengepel, menyapu posisi dan saya belum pernah sakit parah,
badan terlalu membungkuk dan terkadang palingan sakit batuk pilek biasa kok mas
bahkan jongkok dan mengangkat limbah medis tapi kadang bagian punggung, leher, jari,
dari dalam ruangan perawatan pasien ke luar pinggang dan kaki apabila di buat tegak
ruangan dengan posisi badan yang mengikuti terkadang sakit tapi itu jarang mas”
menyesuaikan barang yang akan diangkat. (Reponden 1)
Pekerjaan yang berulang yaitu pada saat
petugas kebersihan mengepel dan menyapu. “ sakit semua badan ini mas apabila
Risiko ergonomik memang tidak akan pasien sedang ramai, terasa sekali
dirasakan dalam jangka waktu dekat setelah sakitnya di punggung, pergelangan
melakukan pekerjaannya tetapi akan dirasakan tangan, leher dan kaki, karena sebentar-
oleh petugas kebersihan dalam jangka waktu sebentar berhenti apabila ada pasien
yang panjang bahkan bisa dirasakan setelah lewat mondar-mandir, benar-benar tidak
petugas kebersihan tersebut sudah tidak ada istirahat sewatu kunjungan pasien
bekerja lagi di Rumah Sakit Umum Daerah ramai dan harus siap siaga berdiri terus.
Sleman. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kalau musim hujan itu lebih parah lagi
yang diungkapkan oleh responden : mas, lantai pasti cepat sekali kotor

12
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones.10(1): 2015

sehingga kami harus bekerja ekstra dan kesehatan lingkungan kerja, sanitasi rumah
sakit di badan sangat terasa apabila sakit, sertifikasi, kalibrasi sarana dan
sudah selesai kerja untuk istirahat di prasarana, pengelolaan limbah padat, cair dan
waktu musim hujan” (Responden 2) gas, pendidikan dan latihan K3, pengumpulan,
pengelolaan dan pelaporan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa petugas Hasil dari seluruh program kerja,
kebersihan selama ini telah melakukan pelaksanaan, evaluasi, rekomendasi dan tindak
pekerjaan yang mempunyai risiko bahaya lanjut mengenai keselamatan dan kesehatan
ergonomik yang tidak disadari oleh petugas kerja tertulis rapi dan lengkap di dalam
kebersihan. Tidak adanya sosialisai dan laporan pelaksanaan progaram keselamatan
pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana.
kerja untuk petugas kebersihan merupakan Adanya dua orang sebagai ahli K3 umum di
faktor penting yang menyebabkan hal ini bisa Rumah Sakit Umum Daerah Sleman semakin
terjadi. mempertegas bahwa pihak manajemen rumah
Keluhan yang dirasakan petugas kebersihan sakit sangat serius dalam menangani
akan terus berlangsung terus-menerus selama keselamatan dan kesehatan kerja di dalam
masih bekerja sebagai petugas kebersihan dan rumah sakit umum daerah Sleman.
apabila rantai kondisi ini tidak diputus dengan Pihak manajemen belum melakukan
menerapkan keselamatan dan kesehatan rumah pelatihan mengenai K3 ini kepada seluruh
sakit dengan baik maka akan sangat karyawan rumah sakit apalagi terhadap
membahayakan keselamatan dan kesehatan petugas kebersihan yang bukan merupakan
petugas kebersihan dan juga membahayakan karyawan rumah sakit tetapi tahun depan akan
karyawan rumah sakit yang lain, pasien dan diusulkan dilakukan pelatihan mengenai K3
keluarga pasien dikarenakan petugas terhadap karyawan yang belum mendapatkan
kebersihan akan bekerja tidak maksimal. Oleh pelatihan K3. Petugas kebersihan kurang
karena itu perlu perhatian lebih dari pihak mendapatkan dampak positif dari adanya surat
manajemen mengenai keselamatan dan keputusan mengenai K3RS ini dikarenakan
kesehatan petugas kebersihan sehingga tidak pihak manajemen tidak lagi bertanggungjawab
merugikan dan menurunkan kualitas pelayanan terhadap petugas kebersihan dan seluruh
dari Rumah Sakit. tanggungjawab dilimpahkan kepada pihak
Pihak manajemen Rumah Sakit membentuk penyedia tenaga kerja.
panitia keselamatan dan kesehatan kerja Pihak manajemen rumah sakit tidak
(PK3) rumah sakit umum daerah Sleman yang membuat suatu ketegasan di dalam surat
di dalam struktur organisasi Rumah Sakit perjanjian kontrak kerja mengenai
langsung di bawah komando Direktur Rumah keselamatan dan kesehatan kerja petugas
Sakit. PK3 ini lah yang bertanggungjawab kebersihan dan juga mengenai upah dan
akan seluruh kegiatan keselamatan dan jaminan sosial tenaga kerja sehingga pihak
kesehatan di rumah sakit dan segala penyedia tenaga kerja tidak memenuhi hak
aktivitasnya langsung dilaporkan kepada yang harus diterima petugas kebersihan
Direktur Rumah Sakit. dengan maksimal. Pihak manajemen hanya
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum melakukan pelatihan terhadap karyawan
Daerah Sleman No.107/Kpts.Dir/2008 tanggal rumah sakit dan belum pernah melakukan
2 Januari 2008 menetapkan bahwa pelatihan terhadap petugas kebersihan.
menetapkan kebijakan umum keselamatan dan Petugas kebersihan bekerja di dalam
kesehatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan lingkungan rumah sakit tetapi pihak
bencana RSUD Sleman, yaitu kewaspadaan manajemen seolah-olah tidak menganggap
bencana, pencegahan dan pengendalian mereka ada dan bukan merupakan bagian dari
kebakaran, keamanan pasien, pengunjung dan rumah sakit sehingga tidak adanya komunikasi
petugas, kesehatan dan keselamatan pegawai, dua arah antara manajemen rumah sakit dan
pengelolaan bahan dan barang berbahaya, petugas kebersihan. Petugas kebersihan

13
J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 ISSN 1693-3443

merasa takut apabila berurusan dengan pihak petugas kebersihan tapi hanya berurusan
manajemen rumah sakit sehingga apabila ada dengan pihak rekanan tersebut”
kejadian kecelakaan kerja ataupun kesehatan (Responden 5)
kerja yang terjadi terhadap petugas kebersihan
tidak akan dilaporkan kejadian tersebut “ tahun depan ketika surat perjanjian
kepada pihak PK3 rumah sakit. kontrak kerja tahun ini sudah habis
Pihak manajemen hanya memikirkan kontraknya maka akan di evaluasi
bagaimana agar kegiatan yang akan dilakukan kembali mengenai isi dari surat
itu bisa menghemat atau menekan biaya perjanjian kontrak kerja tersebut, akan di
operasional sehingga petugas kebersihan di tekankan mengenai upah yang layak
alih daya kan kepada pihak penyedia tenaga sesuai UMR dan juga mendapatkan
kerja yang akan lebih bisa menghemat jamsostek dan hak -hak petugas
pengeluaran rumah sakit, karena tidak adanya kebersihan yang lainnya” (Responden 3)
tanggungjawab kepada pekerja, tidak
memberikan pesangon, jamsostek, upah dan “ kami belum memberikan pelatihan
biaya operasional lainnya sudah tidak mengenai pelatihan K3 kepada seluruh
memikirkan hal tersebut. Manajemen rumah karyawan rumah sakit apalagi kepada
sakit mencari keuntungan tanpa melihat dari petugas kebersihan, karena petugas
sisi lain dampak keselamatan dan kesehatan kebersihan bukan merupakan
kerja yang akan terjadi kepada petugas tanggungjawab kami. Tetapi tahun depan
kebersihan. Keadaan ini sesuai dengan kami akan merencanakan untuk pelatihan
pernyataan yang dikemukakan oleh responden: dan meningkatkan sosialisasi tentang K3
“ Rumah sakit adalah padat karya yaitu kepada seluruh karyawan dan juga
padat masalah, padat penyakit dan petugas kebersihan termasuk di
lainnya, jadi sudah seharusnya rumah dalamnya” (Responden 4)
sakit memiliki K3 dan juga mengacu
kepada peraturan pemerintah mengenai Semua petugas kebersihan berstatus sosial
K3RS yang wajib di berlakukan di semua rendah dengan pendidikan SMA, setelah lulus
rumah sakit” (Responden 3) SMA mereka tidak ada pilihan untuk
melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi
“ Pemeriksaan kesehatan dilakukan ataupun mendapatkan pekerjaan yang bisa
sewaktu pertama kali masuk RS dan mengangkat status sosial kehidupan mereka.
pemeriksaan kesehatan berkalanya kami Hal ini selaras dengan penelitian yang
ikut dalam program askes jadi tidak ada dilakukan di Italia, banyak dari petugas
dilakukan oleh RS. Untuk petugas kebersihan adalah dari status sosial yang lebih
kebersihan tidak dilakukan pemeriksaan rendah, dengan pendidikan pada tingkat yang
awal ataupun berkala karena yang rendah dan tanpa dukungan sosial yang
seharusnya melakukan pemeriksaan signifikan.8 Jam kerja petugas kebersihan
tersebut adalah pihak rekanan (pihak biasanya pagi, selama periode makan siang dan
penyedia tenaga kerja)” (Responden 4) sore hari (untuk menghindari gangguan dengan
kegiatan lain), kebanyakan petugas kebersihan
“ kami tidak tahu mengenai upah, pemula belajar keterampilan dalam melakukan
jamsostek dan apa saja dan bagaimana pekerjaannya dengan cara dipasangkan dengan
mekanisme gajiannya petugas kebersihan, pekerja berpengalaman dan melaksanakan
yang jelas pihak rekanan (pihak penyedia tugas-tugas yang paling rutin.9
tenaga kerja) yang menjadi rekanan Penyakit akibat kerja yang dialami oleh
rumah sakit akan menerima secara petugas kebersihan adalah penyakit
borongan jadi apabila surat perjanjian Musculoskeletal disorders (MSDs) atau
kontrak sudah ditandatangani maka pihak gangguan tulang belakang. Ini dikarenakan
rumah sakit tidak ada urusan terhadap petugas kebersihan sering melakukan

14
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones.10(1): 2015

pekerjaan manual, postur yang salah dalam mendapatkan risiko bahaya ergonomi yang
bekerja dan melakukan pekerjaan berulang mempunyai efek jangka panjang yaitu penyakit
sehingga petugas kebersihan merasa sakit di musculoskeletal disorders.
daerah punggung, leher, bahu, tangan,
pergelangan tangan, jari, lutut, pinggul, dan DAFTAR PUSTAKA
kaki. Beberapa studi tentang petugas
kebersihan menggambarkan tuntutan fisik dari 1. Wagenaar AF, Kompier MA, Houtman IL,
pekerjaan ini.10,11,12 Semua penulis menemukan van den Bossche SN, Taris TW.
bahwa faktor risiko yang paling signifikan (2012).Impact of Employment Contract
yang terkait dengan pekerjaan fisik petugas Changes on Workers' Quality of Working
kebersihan adalah beban otot statis (banyak Life, Job insecurity, Health and work-
yang melibatkan membungkuk dan memutar related Attitudes. Journal of occupational
dari belakang) dan gerakan berulang pada health
lengan dan tangan menggunakan kekuatan
tinggi. 2. Hsiao, C.-T., Pai, J.-Y. & Chiu, H., (2009).
Sekitar 80% dari pekerjaan pembersihan The Study on outsourcing of Taiwan's
manual, tidak menggunakan alat dan sekitar hospitals : a questionnaire survey research.
30% dari ini dihabiskan untuk mengepel.13 BMC health services research
Jenis kegiatan otot statis yang berkepanjangan
dan berulang-ulang menyebabkan kelelahan 3. Joint Commission International(JCI).
otot dan dapat menyebabkan gangguan (2011). Joint Commission International
muskuloskeletal.14,15 Studi di Denmark dan Accreditation Standards for Hospitals
Swedia pada kesehatan kerja antara petugas
kebersihan wanita menggambarkan pekerjaan 4. Depkes RI. (2009). Standar Kesehatan dan
kebersihan memiliki risiko tinggi gangguan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS).
muskuloskeletal.16,17,18,19 Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Penelitian lain telah menemukan bahwa cara
dan peralatan yang digunakan dalam 5. Lee K, Lee I, Kim H, Choi K, Bahk J, Jung
membersihkan mengharuskan pengguna untuk M. (2011). Ergonomics Job Hazard
melakukan kedua aktivitas otot dinamis dan Evaluation of Building Cleaners. Journal of
statis.11 Pekerja yang lebih tua yang terlibat the Ergonomics Society of Korea. Vol. 30,
dalam aktivitas otot statis berkepanjangan, No. 3 pp.427-435
terlalu sering menggunakan otot, gerakan
berulang, mengangkat, membawa, 6. Aditama, T. Y. (2010). Kesehatan dan
membungkuk dan gerakan memutar dalam keselamatan kerja. Jakarta: UI-Press.
pekerjaan pembersihan adalah kelompok risiko
tertinggi untuk gangguan muskuloskeletal. 20 7. Health & Safety Matters Pty Ltd. (2006).
Kegiatan kerja di mana postur kerja yang Assess ment of the repetitive ma nual tasks
sesuai (misalnya mencapai dan membungkuk of cleaners-Evidence based guide for safer
untuk mengakses keluar dari jalan tempat), cleaning Work. WorkCover NSW
daerah kerja tidak dirancang untuk dapat
dengan mudah dibersihkan dan membersihkan 8. De Vito, G., Molteni, G., Camerino, D.,
alat-alat yang membutuhkan tingkat kekuatan Bordini, L., Molinari, M ., Capodaglio, P.,
otot. (2000). Ageing at work: health aspects in
cleaners. Medival del Lavero 91 (4), 387–
402
KESIMPULAN DAN SARAN
Pihak manajemen rumah sakit belum
9. USDL (U.S. Department of Labor), Bureau
memberikan kesempatan yang sama kepada
of Labor Statistics, (2005). Occupational
petugas kebersihan seperti karyawan rumah
Outlook Handbook 2006–07 Edition (BLS
sakit lainnya mengenai K3 sehingga

15
J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 ISSN 1693-3443

Bulletin 2570). US Government Printing 15. Kumar, R., Chaikumarn, M., Kumar, S.,
Office,Washington, DC (2005). Physiological, subjective and
postural loads in passenger train wagon
10. Hagner, I.M., Hagberg, M., (1989). cleaning using a conventional and
Evaluation of two floor-mopping work redesigned cleaning tool. International
methods by measurement of load. Journal of Industrial Ergonomics 35, 931–
Ergonomics 32 (4), 401–408. 938.

11. Hopsu, L., Louhevaara, V., Korhonen, O., 16. Ahlstrand, H., Lideha¨ll, P., (1981). Work
Miettinen, M., Huikko, K., Lehtonen, T., environment, job sharing, exclusion: a
Wilkman, A., (1994). Feasibility and effects study of cleaners’ working conditions,
of the intervention for developing work Doctorial Thesis, Department of Human
organisation on stress and strain in Work Science, Lulea˚ University of
professional cleaning. Rakennushallitus. Technology, Lulea˚ , Sweden.

12. Søgaard, K., Fallentin, N., Nielsen, J., 17. Holm, G., Sabby, J.A., Richter, A., (1984).
(1996). Workload during floor cleaning. Women in cleaning: a survey of the
The effect of cleaning methods and work incidence of and causes for musculoskeletal
technique. European Journal of Applied disorders among female cleaners.
Physiology 73, 73–81 Technological insitute, Copenhgen,
Denmark.
13. Hopsu, L., Toivonen, Louhevaara, V.,
Sjøgaard, K., (2000). Muscular strain 18. Petersson, N. F., (1992). Cleaning 1970–
during floor mopping with different 1990: Workload, Risks and Prevention.
cleaning methods. Proceedings of the XIV Arbete och Ha¨lsa, vol. 24,
Triennial Congress of the International Arbetsmiljo¨institutet, Solna, Sweden
Ergonomics Association and the 44th
Annual Meeting of the Human Factors and 19. Nielsen, J., (1995). Occupational health
Ergonomics Society, San Diego, CA, USA, among cleaners. University of Copenhagen.
29 July–4 August 2000, vol. 5. Human National Institute of Occupational Health,
Factors and Ergonomics Society, Santa Copenhagen, Denmark
Monica, CA, USA, pp. 521-523.
20. Ilmarinen, J., 1(994). The ageing worker.
14. Kru¨ger, D., Louhevaara, V., Nielsen, J., Scandinavian Journal of Work Environment
Schneider, T., (1997). Risk assessment and and Health. 18, 1–141
Preventive Strategies in Cleaning Work.
Wirtschafts-verl. NW, Verl. fu¨r Neue
Wiss, Bremerhaven,Germany.

16

Anda mungkin juga menyukai