Disusun oleh:
Fatimah Nur Rosida 17013010222
Salma Diana 17013010225
Asri Nariswari 17013010229
Tahap ketiga dalam proses audit merupakan tahap melaporkan atau tahap
pelaporan. Pada tahap ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Perlu
pekerjaan
tambahan?
Dalam semua hal ketika asurans yang layak tidak dapat diperoleh dan suatu
qualified opinion dalam laporan auditor tidak cukup dalam situasi yang dihadapi
untuk tujuan pelaporan bagi pemakai laporan keuangan yang dituju. ISAs
mengharuskan auditor menolak memberikan pendapatnatas mengundurkan diri dari
penugasan, jika mengundurkan diri dimungkinkan oleh ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Tahap terakhir proses audit ini terdiri atas dua bagian utama yaitu
mengevaluasi bukti audit yang sudah dikumpulkan dan membuat laporan auditor.
BAB 36
Terdapat ISA 700. ISA 700.6 yang menetapkan tujuan auditor dalam tahapan
audit ini yaitu:
Dibawah ini merupakan terjemahan beberapa alinea lain dari ISA 700
1. ISA 700.7
untuk tujuan ISAs mempunyai makna yaitu:
a. Laporan keuangan bertujuan umum.
Laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan kerangka tujuan umum.
b. Kerangka tujuan umum
Kerangka pelaporan keuangan yang dirancang untuk memenuhi keperluan
informasi keuangan umum untuk beraneka ragam pemakai laporan.
Kerangka pelaporan keuangan bisa merupakan suatu kerangka penyajian
yang wajar atau kerangka kepatuhan. Istilah kerangka fair presentation
framework digunakan dalam kerangka laporan keuangan yang
mengharuskan kepatuhan terhadap syarat-syarat dalam kerangka tersebut
dan:
- Mengakui secara eksplisit (tegas) atau implisit (tersirat) bahwa untuk
mencapai penyajian yang wajar dalam laporan keuangan, mungkin
saja manajemen perlumenyajikan disclosures di luar syarat-syarat yang
secara spesifik ditetapkan kerangka tersebut).
- Mengakui secara eksplisit, mungkin saja manajemen perlu
menyimpang dari syarat-syarat yang ditetapkan kerangka tersebut,
untuk mencapai penyajian yang wajardalam laporan keuangan.
Penyimpangan (departures) itu diharapkan diperlukan dalamsituasi
yang jarang (extremely rare circumtances).
Istilah compliance framework digunakan dalam kerangka pelaporan
keuangan yangmengharuskan kepatuhan terhadap syarat-syarat dalam
kerangka tersebut, tetapi tidak berisi pengakuan yang sudah dijelaskan
diatas.
c. Opini yang tidak dimodifikasi (unmodified opinion) – opini yang
diberikan auditor ketika ia menyimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat,
dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku
2. ISA 700.8 Laporan Keuangan
Rujukan kepada “laporan keuangan” dalam ISA ini berarti “suatu perangkat
lengkap laporan keuangan bertujuan umum dan catatannya (catatan atas
laporan keuangan)”. Catatan yang berkaitan dengan laporan keuangan terdiri
atas ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan
(explanatory information) lainnya. Persyaratan dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku menentukan bentuk dan isi laporan keuangan dan apa
yang dimaksud dengan perangkat laporan keuangan yang lengkap.
3. ISA 700.9 IFRS
Rujukan kepada IFRS dalam ISA berarti IFRS yang diterbitkan oleh IASB
dan rujukan kepada “International Public Sector Accounting Standards”
berarti International Public Sector Accounting yang diterbitkan International
Public Sector Accounting Standards Board.
SELAYANG PANDANG
Langkah terakhir dalam proses audit ialah mengevaluasi bukti audit yang
diperoleh, mempertimbangkan dampak salah saji yang ditemukan, merumuskan opini
audit, dan membuat laporan audit dengan perumusan kalimat yang tepat.
1. Laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan kerangka tujuan umum (fair
presentation framework dan compliance framework) yang memenuhi
keperluan informasi keuangan umum untuk beraneka ragam pemakai laporan.
2. Merumuskan opini atas suatu perangkat lengkap laporan keuangan.
Didasarkan atas evaluasi mengenai kesimpulan yang ditarik dari bukti audit
yang diperoleh.
3. Memberikan dengan jelas opininya melalui laporan tertulis yang juga
menjelaskan dasar dari opini tersebut.
Opini auditor atas laporan keuangan dibuat dalam konteks “general purpose
framework”. Dalam kerangka pelopran keuangan ini ada beberpa yang secara luas
dapat diterima seperti:
Selain itu general purpose framework juga terbagi menjadi dua jenis yaitu:
Standar Nasional
Auditor hanya akan menyebut satu standar apabila terdapat perbedaan antara
international standard dan national standard, tergantung mana yang digunakan dalam
membuat laporan auditor.
Merumuskan Opini
Beberapa dibawah ini terdapat kutipan ISA 700 yang relevan dengan perumusan
opini auditor
Jika laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dnegan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, maka pemberi opini yang tidak
dimodifikasi adalah tepat. Jika:
a. Berdasarkan bukti audt yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan
tidak bebas dari salah saji yang material
b. Bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan
keuagan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material tidak dapat
diperoleh, maka auditor wajib memodifikasi opininya.
1. Materialitas
a. Apakah materialitas masih dalam konteks hasil keuangan entitas yang
sebenarnya?
b. Apakah salah saji yang tidak dikoreksi (termasuk yang berasal dari
periode yang lalu), secara terpisah atau tergabing dapat menyebabkan
salah saji yang material?
2. Bukti Audit
a. Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh?
b. Apakah estimasi akuntansi yang dibuat manajemen sudah layak?
c. Apakah prosedur analaitikal yang dilakukan mendekati akhir tahun
menguatkan kesimpulan yang diambil selama audit?
3. Kebijakan Akuntansi
a. Apakah laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntasi yang
signifikan yang dipilih dan diterapkan?
b. Apakah kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan adalah konsisten
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan memang tepat?
4. Pengungkapan Pelaporan Keuangan
a. Apakah laporan keuangan merujuk atau menjelaskan dengan cukup,
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku?
b. Apakah semua pengungkapan dalam laporan keuangan telah dibuat sesuai
dnegan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku?
c. Apakah terminilogi dalam laporan keuangan termasuk judul setiap laporan
keuangan sudah tepat?
d. Apakah informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan,
andal, dapat dibandingkan, dapat dipahami dan cukup?
e. Apakah laporan keuangan memberi cukup discloures yang memungkinkan
pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa yang material
terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan?
5. Fair presentation Frameworks
a. Apakah presentasi, struktur da nisi secara keseluruhan dari laporan
keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan, mencerminkan dengan
benar transaksi dan peristiwa yang mendasarinya, sesuai kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku? Jika tidak, apakah auditor perlu
memberikan disclore tambahan untuk memastikan tercapainya fair
presentation.
b. Apakah laporan keuangan sudah memasukkan adjustment yang dibuat
manajemen sebagai bagian dari proses audit, konsisten dengan
pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya?
6. Compliance Frameworks
a. Apakah laporan keuangan menyesatkan?
Mulai
Wajar Tidak
?
Ya
Pervasive? Pervasive?
Tidak
Ya Ya
WTP WDP TMP WDP
TW
Penjelaasan bagan diatas:
1. Dalam jajaran genjang pertama ada keputusan yang harus dibuat oleh auditor
sesudah mengevaluasi bukti-bukti audit yang diperoleh dan tidak
diperolehnya. Keputusan ini dalam bentuk sederhananya menjawab
pertanyaan “wajar”
2. Jika jawaban atas pertanyaan “wajar” adalah Ya, maka auditor merumuskan
opini Wajar Tanpa Pengeceualian. Jika jawabannya Tidak maka auditor
merumuskan modifikasi atas opini. Opini yang dimodifikasi adalah opini yang
bukan WTP.
3. Fakta pertama, auditor menemukan salah saji material dalam laporan
keuangan referensi dari ISA 700.17 a. atau fakta kedua yaitu auditor tidak
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Referensinya dari ISA 700.17
b.
4. Pertanyaan kedua, ditumjukkan dengan dua jajaran genjang berisi pertanyaan
“Pervasif?” pertanyaan ini ditujukan kepada fakta pertama dan kedua yang
telah dibahas sebelumnya.
5. Jika fakta pertama pervasive, maka auditor merumuskan opini Tidak Wajar.
Jika fakta pertama tidak pervasive maka auditor merumuskan Wajar dengan
Pengecualian.
6. Jika fakta keuda pervasive maka auditor mermuskan opini Tidak Memberikan
Pendapat. Jika fakta kedua tidak pervasive maka auditor merumuskan opini
Wajar dengan Pengecualian.