Anda di halaman 1dari 15

BAB 35

AUDIT TAHAP 3 – SELAYANG PANDANG


&
BAB 36
MERUMUSKAN PENDAPAT AUDIT

Disusun oleh:
Fatimah Nur Rosida 17013010222
Salma Diana 17013010225
Asri Nariswari 17013010229

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2020
BAB 35

AUDIT TAHAP 3 – SELAYANG PANDANG

Tahap ketiga dalam proses audit merupakan tahap melaporkan atau tahap
pelaporan. Pada tahap ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Faktor risiko baru &


Evaluasi Bukti Tentukan pekerjaan prosedur audit perubahan
Audit audit tambahan yg materialitas kominikasi
diperlukan temuan audit. Kesimpulan
atas prosedur audit yg
dilaksanakan

Perlu
pekerjaan
tambahan?

Membuat Rumusan opini Keputusan penting


laporan audit berdasarkan temuan tandatangani opini
audit

ISA 200,11 menegaskan:

Dalam mengaudit laporan keuangan, tujuan menyeluruh auditor adalah sebagai”

a. Memperoleh asuns yang layak mengenai apakah laporan keuangan secara


menyeluruh bebas dari salah saji yang material, yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan. Yang memungkinakan auditor memberikan
pendapat/opini atas laporan keuangan yang dibuat dalam segala hal yang
material, sesuai dengan kerangka pelporan keuangan yang berlaku atau
diterapkan.
b. Melaporkan mengenai laporan keuangan dan mengomunikasikan
sebagaimana ditetapkan ISAs seusai dengan temuan auditor.

ISA 200.12 mengingatkan

Dalam semua hal ketika asurans yang layak tidak dapat diperoleh dan suatu
qualified opinion dalam laporan auditor tidak cukup dalam situasi yang dihadapi
untuk tujuan pelaporan bagi pemakai laporan keuangan yang dituju. ISAs
mengharuskan auditor menolak memberikan pendapatnatas mengundurkan diri dari
penugasan, jika mengundurkan diri dimungkinkan oleh ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Tahap terakhir proses audit ini terdiri atas dua bagian utama yaitu
mengevaluasi bukti audit yang sudah dikumpulkan dan membuat laporan auditor.

 Mengevaluasi bukti audit yang sudah dikumpulkan:


1. Menyelesaikan semua review yang harus dilakukan
2. Memperhatikan salah saji yang ditemukan
3. Menselsaikan semua masalah dengan manajaemen
4. Mengkomunikasikan semua temuan audit dengan TWC, mereka yang
bertanggung jawab atas pengawas secara umum dan menyeluruh dalam entitas
tersebut.
 Membuat laporan auditor
1. Menselsesaikan semua dokumentasi audit
2. Mendokumentasikan keputusan-keputusan audit yang penting
3. Merumuskan pendapat/opini
4. Menerbitkan laporan auditor.
 Konsep-konsep dasar yang relevan untuk tahap ketiga dalam proses audit
yaitu:
1. Peristiwa kemudian
2. Kesinambungan usaha
3. Mendokumentasikan pekerjaan audit
4. Merumuskan opini auditor
5. Komunikasikan dnegan TCWG

BAB 36

MERUMUSKAN PENDAPAT AUDITOR

Dalam merumuskan pendapat auditor membahas tentang ketentuan,


kewajiban, dan pertimbangan dalam merumuskan opini atas laporan keuangan dan
dalam menyusun laporan auditor dengan redaksi yang tepat.

Opini auditor tergantung pada atau didasarkan atas temuan-temuan yang


diaudit. Ada beberapa keputusan penting yang harus dibuat oleh auditor, sebelum ia
menandatangani laporan yang berisi opininya.

Terdapat ISA 700. ISA 700.6 yang menetapkan tujuan auditor dalam tahapan
audit ini yaitu:

Tujuan audior adalah:

1. Merumuskan opini atas laporan keuangan yang didasarkan atas evaluasi


terhadap kesimpulan yang ditariknya dari bukti audit yang
dikumpulkannya.
2. Memberikan dengan jelas opinina melalui laporan tertulis yang juga
menjelaskan dasar dari opini tersebut.

Dibawah ini merupakan terjemahan beberapa alinea lain dari ISA 700

1. ISA 700.7
untuk tujuan ISAs mempunyai makna yaitu:
a. Laporan keuangan bertujuan umum.
Laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan kerangka tujuan umum.
b. Kerangka tujuan umum
Kerangka pelaporan keuangan yang dirancang untuk memenuhi keperluan
informasi keuangan umum untuk beraneka ragam pemakai laporan.
Kerangka pelaporan keuangan bisa merupakan suatu kerangka penyajian
yang wajar atau kerangka kepatuhan. Istilah kerangka fair presentation
framework digunakan dalam kerangka laporan keuangan yang
mengharuskan kepatuhan terhadap syarat-syarat dalam kerangka tersebut
dan:
- Mengakui secara eksplisit (tegas) atau implisit (tersirat) bahwa untuk
mencapai penyajian yang wajar dalam laporan keuangan, mungkin
saja manajemen perlumenyajikan disclosures di luar syarat-syarat yang
secara spesifik ditetapkan kerangka tersebut).
- Mengakui secara eksplisit, mungkin saja manajemen perlu
menyimpang dari syarat-syarat yang ditetapkan kerangka tersebut,
untuk mencapai penyajian yang wajardalam laporan keuangan.
Penyimpangan (departures) itu diharapkan diperlukan dalamsituasi
yang jarang (extremely rare circumtances).
Istilah compliance framework digunakan dalam kerangka pelaporan
keuangan yangmengharuskan kepatuhan terhadap syarat-syarat dalam
kerangka tersebut, tetapi tidak berisi pengakuan yang sudah dijelaskan
diatas.
c. Opini yang tidak dimodifikasi (unmodified opinion) – opini yang
diberikan auditor ketika ia menyimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat,
dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku
2. ISA 700.8 Laporan Keuangan
Rujukan kepada “laporan keuangan” dalam ISA ini berarti “suatu perangkat
lengkap laporan keuangan bertujuan umum dan catatannya (catatan atas
laporan keuangan)”. Catatan yang berkaitan dengan laporan keuangan terdiri
atas ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan
(explanatory information) lainnya. Persyaratan dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku menentukan bentuk dan isi laporan keuangan dan apa
yang dimaksud dengan perangkat laporan keuangan yang lengkap.
3. ISA 700.9 IFRS
Rujukan kepada IFRS dalam ISA berarti IFRS yang diterbitkan oleh IASB
dan rujukan kepada “International Public Sector Accounting Standards”
berarti International Public Sector Accounting yang diterbitkan International
Public Sector Accounting Standards Board.

SELAYANG PANDANG

Langkah terakhir dalam proses audit ialah mengevaluasi bukti audit yang
diperoleh, mempertimbangkan dampak salah saji yang ditemukan, merumuskan opini
audit, dan membuat laporan audit dengan perumusan kalimat yang tepat.

Pada bab ini akan membahas tentang:

1. Laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan kerangka tujuan umum (fair
presentation framework dan compliance framework) yang memenuhi
keperluan informasi keuangan umum untuk beraneka ragam pemakai laporan.
2. Merumuskan opini atas suatu perangkat lengkap laporan keuangan.
Didasarkan atas evaluasi mengenai kesimpulan yang ditarik dari bukti audit
yang diperoleh.
3. Memberikan dengan jelas opininya melalui laporan tertulis yang juga
menjelaskan dasar dari opini tersebut.

Untuk audit yang dilaksanakan sesuai dengan ISAs, perumusan redaksi


laporan audit yang tidak dimodifikasi harus berisi sekurang-kurangnya beberapa
unsur tertentu. Redaksinya baku, kecuali jika ada alinea tambahan untuk menekankan
hal-hal tertentu.

Konsistensi dalam laporan auditor membantu:


1. Meningkatkan kredibilitas di pasar global dengan menyediakan lebih banyak
audit yang sudah dikenal dan dilaksanakan sesuai standar-standar yang
dikenal secara global
2. Meningkatkan pemahaman pemakai dan membantu mengenali situasi luar
biasa, misalnya ketika pemakai melihat laporan auditor yang dimodifikasi.

Dalam beberapa wilayah hukum, ketentuan peurndang-undangan yang


mengatur audit laporan keuangan mungkin mengatur redaksi opini auditor yang
berbeda dari ISA. Namun, kewjiban sebagai auditor untuk merumuskan opini tetap
sama. Jika redaksi opini secara signifikan berbeda dari redaksi baku ISA, auditor
perlu mempertimbangkan risiko bahwa pemakai bisa keliru dalam memahami asurans
yang diperolehnya.

Kerangka Pelporan Keuangan

Opini auditor atas laporan keuangan dibuat dalam konteks “general purpose
framework”. Dalam kerangka pelopran keuangan ini ada beberpa yang secara luas
dapat diterima seperti:

a. International Financial Reporting Standard for Small and Medium –sized


Entites (Standar Pelaporan Keuangan Internasional untuk Entitas Kecil dan
Menengah)
b. International Financial Reporting Standards (Standar Pelaporan Keuangan
Internasional)
c. International Public Sector Accounting Standards (Standar Internasional
mengenai Akuntansi Sektor Publik).

Selain itu general purpose framework juga terbagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Fair presentation network


Pelaporan keuangan harus mengikuti ketentuan dan standar tertentu agar
laporan keuangan yang dihasilkan wajar
2. Compliance network
Mengikuti standar, namun tidak berkenaan dengan persyaratan wajar.
Merumuskan Opini Audit

Bagan diatas menunjukkan Decision Tree yang mengajukan serangkaian


pertanyaan dengan jawaban “yes” atau “no” yang dimana menunjukkan kea rah mana
“perjalanan” akan diteruskan. Pertanyaan-pertanyaan inin akan diabahas dibawah ini:

1. Apakah laporan keuangan disusun sesuai dnegan kerangka yang berlaku?


Untuk “fair presentation” pertanyaannya adalah F/S presented fairly? Jika
jawabannya “yes” maka auditor memberikan standard audit opinion atau opini
wajar tanpa pengecualian (WTP)
2. Untuk compliance pertanyaan adalah DO F/S comply with framework?
(Apakah laporan keuangan taat atau patuh terhadap ketentuan/persyaratan
dalam kerangka pelporannya?) jika jawabannya “yes” maka auditor akan
memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP).
3. Jawaban “no” atas pertanyaan 1 dan 2 akan membawa pada kotak “Report
issues to management and those charged with the governance”. Kotak ini akan
dilanjutkan dengan pertanyaan “Issue resolved?”. Jika jawabannya “yes”
maka panah menunjukkan ke kotak yang berisi opini wajar tanpa
pengecualian. Jika jawabnnya no maka akan menunjukkan ke 2 kotak. Yaitu
yang pertama untuk “fair presentation” framework adalah “Modified audit
opinion” atau salah satu diantara opini wjar tanpa pengecualian, opini tidak
wajar (WT), atau tidak memberi pendapat (TMP). Sedangkan untuk kotak
kedua untuk “compliance” framework adalah “Make changes to the auditor’s
report” yang setara dengan “Modified audit opinion” untuk “fair presentation”
framework.

Standar Nasional

Merujuk pada laporan auditor ke Internatioal Standards on Auditing (ISAs)


dan, pada waktu yang bersamaan, ke standar nasional dapat dibenarkan jika tidak ada
perbedaan di antara persyaratan dalam kedua perangkat standar.

Auditor hanya akan menyebut satu standar apabila terdapat perbedaan antara
international standard dan national standard, tergantung mana yang digunakan dalam
membuat laporan auditor.

Sebagai contoh, ISA 570 mewajibkan auditor menambah dalam Emphasis of


Master Paragraph untuk menekankan adanya masalah yang going concern padahal
national auditing standards melarang pencantuman alinea seperti itu.

Merumuskan Opini
Beberapa dibawah ini terdapat kutipan ISA 700 yang relevan dengan perumusan
opini auditor

1. ISA700.10 Sesuai kerangka pelaporan


Auditor wajib merumuskan opini mengenai apakah laporan keuangan dibuat,
dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan yang
berlaku.
2. ISA 700.11 Kesimpulan untuk merumuskan opini
Untuk merumuskan opini, auditor wajib menyimpulkan mengenai apakah
auditor telah memperoleh asurans yang memadai/wajar tentang apakah
laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material,
apakah karena kecurangan atau kesalahan. Kesimpulan ini akan
memperhitungkan:
a. Kesimpulan auditor, sesuai ISA 330, apakah bukti audit yang cukup dan
tepat telah diperoleh
b. Kesimpulan auditor, sesuai ISA 450, apakah salah saji yang belum
dikoreksi, secara terpisah atau tergabung adalah material
c. Evaluasi yang diwajibkan dalam alinea 12-15.
3. ISA 700.12 Evaluasi atas laporan keuangan
Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan dibuat dalam segala hal
yang material sesuai dengan ketentuan/persyaratan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku. Evaluasi ini harus meliputi pertimbangan mengenai
aspek kualitatif dari praktik akuntansi entitas itu, termasuk indikator mengenai
kemungkinan bias dalam pandangan dan pemikiran manajemen.
4. ISA 700.13 Pertimbangkan syaratan dalam kerangka pelaporan keuangan
Secara khusus, auditor wajib mengevaluasi apakah dengan
mempertimbangkan persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku :
a. Laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi yang
signifikan yang dipilih dan diterapkan
b. Kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan adalah konsisten dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan (memang) tepat
c. Estimasi akuntansi yang dibuat manajemen adalah wajar
d. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, andal
dan dapat dibandingkan serta dapat dipahami
e. Laporan keuangan memberikan cukup disclosure yang memungkinkan
pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa yang material
terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan
f. Terminology dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap laporan
keuangan, sudah tepat.
5. ISA 700.14 Apakah laporan keuangan memenuhi syarat penyajian yang
wajar?
Ketika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang
wajar, evaluasi yang diwajibkan pada alinea 12-13 juga termasuk apakah
laporan keuangan memenuhi syarat penyajian yang wajar. Evaluasi auditor
mengenai apakah laporan keuangan memenuhi syarat penyajian yang wajar
akan meliputi pertimbangan mengenai :
a. Presentasi, struktur, dan isi secara keseluruhan dari laporan keuangan
b. Apakah laporan keuangan, termasuk catatan (atas laporan keuangan)
mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya dengan cara
mencapai penyajian yang wajar.
6. ISA 700.15 Merujuk kerangka pelaporan yang berlaku?
Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk atau
menjelaskan dengan cukup, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
7. ISA 700.16 WTP
Auditor wajib memberikan opini yang tidak dimodifikasi (WTP) ketika
auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang
material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
8. ISA 700.17 bukan WTP
9. Jika auditor :
a. Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan
secara keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang material
b. Tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
salah saji yang material
c. Auditor wajib memodifikasi opini (artinya memberikan opini yang bukan
WTP) dalam laporan auditor sesuai dengan ISA 705.
10. ISA 700.18 Perlu modifikasi opini sesuai ISA 705?
Jika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang wajar,
tidak mencapai penyajian yang wajar, auditor wajib membahas hal ini dengan
manajemen dan tergantung pada persyaratan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku dan bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor wajib
menentukan apakah perlu memodifikasi opini dalam laporan auditor sesuai
dengan ISA 705.
11. ISA 700.19 Laporan keuangan menyesatkan
Ketika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka kepatuhan, auditor
tidak harus mengevaluasi apakah laporan keuangan mencapai penyajian yang
wajar. Namun, jika dalam situasi yang sangat jarang, auditor menyimpulkan
bahwa laporan keuangan menyesatkan, auditor wajib membahas hal ini
dengan manajemen dan tergantung pada bagaimana masalah itu diselesaikan,
auditor wajib menentukan apakah dan bagaimana mengomunikasikannya
dalam laporan auditor.

Ketika merumuskan opini, auditor peril memastikan apakah laporan keuangan


dibuat sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku. Berdasarkan ISAs yang telah
dijelaskan diatas bahwa auditor menentukkan bentuk laporan audit (apakah tidak
dimodifikasi atau dimodifikasi) yang tepat, sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Jika laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dnegan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, maka pemberi opini yang tidak
dimodifikasi adalah tepat. Jika:
a. Berdasarkan bukti audt yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan
tidak bebas dari salah saji yang material
b. Bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan
keuagan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material tidak dapat
diperoleh, maka auditor wajib memodifikasi opininya.

Pertimbangan dalam Merumuskan Opini

1. Materialitas
a. Apakah materialitas masih dalam konteks hasil keuangan entitas yang
sebenarnya?
b. Apakah salah saji yang tidak dikoreksi (termasuk yang berasal dari
periode yang lalu), secara terpisah atau tergabing dapat menyebabkan
salah saji yang material?
2. Bukti Audit
a. Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh?
b. Apakah estimasi akuntansi yang dibuat manajemen sudah layak?
c. Apakah prosedur analaitikal yang dilakukan mendekati akhir tahun
menguatkan kesimpulan yang diambil selama audit?
3. Kebijakan Akuntansi
a. Apakah laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntasi yang
signifikan yang dipilih dan diterapkan?
b. Apakah kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan adalah konsisten
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan memang tepat?
4. Pengungkapan Pelaporan Keuangan
a. Apakah laporan keuangan merujuk atau menjelaskan dengan cukup,
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku?
b. Apakah semua pengungkapan dalam laporan keuangan telah dibuat sesuai
dnegan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku?
c. Apakah terminilogi dalam laporan keuangan termasuk judul setiap laporan
keuangan sudah tepat?
d. Apakah informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan,
andal, dapat dibandingkan, dapat dipahami dan cukup?
e. Apakah laporan keuangan memberi cukup discloures yang memungkinkan
pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa yang material
terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan?
5. Fair presentation Frameworks
a. Apakah presentasi, struktur da nisi secara keseluruhan dari laporan
keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan, mencerminkan dengan
benar transaksi dan peristiwa yang mendasarinya, sesuai kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku? Jika tidak, apakah auditor perlu
memberikan disclore tambahan untuk memastikan tercapainya fair
presentation.
b. Apakah laporan keuangan sudah memasukkan adjustment yang dibuat
manajemen sebagai bagian dari proses audit, konsisten dengan
pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya?
6. Compliance Frameworks
a. Apakah laporan keuangan menyesatkan?

Bagan untuk merumuskan opini audirtor

Mulai

Wajar Tidak
?

ISA 700.17 a ISA 700.17 b

Ya

Pervasive? Pervasive?

Tidak
Ya Ya
WTP WDP TMP WDP
TW
Penjelaasan bagan diatas:

1. Dalam jajaran genjang pertama ada keputusan yang harus dibuat oleh auditor
sesudah mengevaluasi bukti-bukti audit yang diperoleh dan tidak
diperolehnya. Keputusan ini dalam bentuk sederhananya menjawab
pertanyaan “wajar”
2. Jika jawaban atas pertanyaan “wajar” adalah Ya, maka auditor merumuskan
opini Wajar Tanpa Pengeceualian. Jika jawabannya Tidak maka auditor
merumuskan modifikasi atas opini. Opini yang dimodifikasi adalah opini yang
bukan WTP.
3. Fakta pertama, auditor menemukan salah saji material dalam laporan
keuangan referensi dari ISA 700.17 a. atau fakta kedua yaitu auditor tidak
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Referensinya dari ISA 700.17
b.
4. Pertanyaan kedua, ditumjukkan dengan dua jajaran genjang berisi pertanyaan
“Pervasif?” pertanyaan ini ditujukan kepada fakta pertama dan kedua yang
telah dibahas sebelumnya.
5. Jika fakta pertama pervasive, maka auditor merumuskan opini Tidak Wajar.
Jika fakta pertama tidak pervasive maka auditor merumuskan Wajar dengan
Pengecualian.
6. Jika fakta keuda pervasive maka auditor mermuskan opini Tidak Memberikan
Pendapat. Jika fakta kedua tidak pervasive maka auditor merumuskan opini
Wajar dengan Pengecualian.

Bentuk dan Redaksi Laporan Audit

Anda mungkin juga menyukai