Anda di halaman 1dari 14

STANDAR AUDIT

“AUDITING 1”

OLEH :

KELOMPOK 6

1. ANDI MASRIDAYANTI (B1C1006)


2. DEVI FITRI CASYA (B1C100
3. HELDA YULISTINA (B1C120025)
4. MARDIAN (B1C120035)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah auditing 1. Dalam menyelesaikanmakalah ini telah dilakukan
untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan yang dimiliki,kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat, khususnya
bagibpenulis pribadi dan mahasiswa pada umumnya. Semoga pembahasan yang
dikemukakan dapat menjelaskan setiap materi dengan baik,

sehingga dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu saran dan
kritik yangmembangun dibutuhkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
tulisanselanjutnya.

Oleh karena itu, Kami membutuhkan kritik dan saran agar pembuatan makalah
kedepannya bisa jauh lebih baik. Terimakasih

Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kendari 24 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR.............................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

2.1. SA 520 Prosedur Analitis..........................................................................................3

2.2. SA 530 Sampling Audit..............................................................................................4

2.3. SA 540 Audit Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar,
dan Pengungkapan Yang Bersangkutan...............................................................................5

2.4. SA 550 Pihak Berelasi................................................................................................7

BAB III PENUTUP.................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Standar audit, ini merupakan sebuah aturan yang ditetapkan agar bisa dijadikan
sebagai pedoman khusus untuk menilai dan melakukan evaluasi. Evaluasi tersebut
merupakan evaluasi mengenai laporan keuangan perusahaan tersebut.Proses auditing
ini juga bisa dianggap sebagai sebuah proses melakukan pemeriksaan dan juga
penilaian serta evaluasi mengenai hasil laporan keuangan. Proses tersebut dilakukan
oleh seseorang baik internal maupun eksternal.
Langkah melakukan penilaian terhadap laporan keuangan tersebut tentu
berpegang pada standar auditing yang ada untuk dijadikan acuannya. Acuan tersebut
ditetapkan dan juga disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dengan
beberapa standar yang ada. Standar tersebut meliputi standar umum, pekerjaan
lapangan, dan juga pelaporan interpretasinya.
SPA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang
tercantum di dalam standar auditing. SPA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman
utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit.
Kepatuhan terhadap SPA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh
anggota IAPI. Termasuk di dalam SPA adalah Interpretasi Standar Perikatan Audit
(ISPA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap
ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam SPA. Dengan demikian, ISPA
memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-
ketentuan yang dimuat dalam SPA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut berbagai
ketentuan dalam SPA.

1
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah


sebagai berikut :

a) SA 520 “Prosedur Analitis”?


b) SA 530 “sampling Audit” ?
c) SA 540 “Audit atas estimasi akuntansi,termasuk estimasi nilai wajar,dan
pengungkapan yang bersangkutan ” ?
d) SA 550 “Pihak berelasi”?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. SA 520 Prosedur Analitis

1. Pendahuluan
Prosedur analitis berarti pengevaluasian Informasi keuangan melalui analisis
hubungan (yaitu rasio & tren) antara data keuangan & non – keuangan.
Hal ini juga termasuk investigasi fluktuasi yang teridentifikasi atau inkonsistensi di
hubungan.

2. Sifat & Tujuan


a. Termasuk perbandingan dengan:
 Periode sebelumnya.
 Anggaran.
 Estimasi auditor.
 Standar industri.

b. Sementara menggunakan Analitis Prosedur, auditor harus:


 Menentukan kesesuaian.
 Evaluasi keandalan data.
 Mengembangkan sebuah harapan.
 Menentukan perbedaan.

3. Berguna di semua tahap.


a. Tingkat Ketergantungan
 Materialitas item.
 Prosedur audit lain untuk tujuan yang sama.
 Prediksi akurasi.
 Penilaian risiko inheren & pengendalian.
3
b. Menyelidiki Item Luar biasa
 Pertanyaan dengan manajemen.
 Prosedur audit lainnya.

4. Studi Kasus SA 520 prosedur analitis

2.2. SA 530 Sampling Audit

1. Pendahuluan
a. Definisi:

1) Pengambilan sampel audit:


Penerapan prosedur audit untuk kurang dari 100% populasi.

b. Anomali
2) Salah saji atau penyimpangan yang terbukti tidak mewakili salah saji
atau penyimpangan dalam populasi.

2. Resiko pengambilan sampel


a. Risiko pengambilan sampel muncul dari kemungkinan bahwa kesimpulan
auditor, berdasarkan sampel, mungkin berbeda dari kesimpulan yang akan
dicapai jika seluruh populasi dikenakan prosedur audit yang sama. Risiko
pengambilan sampel dapat menyebabkan dua jenis kesimpulan yang salah:
a) Dalam kasus pengujian pengendalian, bahwa pengendalian lebih efektif
daripada yang sebenarnya, atau dalam kasus pengujian detail, bahwa salah
saji material tidak ada, padahal sebenarnya ada.
b) Dalam kasus pengujian pengendalian, pengendalian tersebut kurang efektif
daripada yang sebenarnya, atau dalam kasus pengujian detail, bahwa
kesalahan penyajian material ada padahal sebenarnya tidak.

3. Pengambilan sampel statistik:


a. Pendekatan pengambilan sampel yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Pemilihan acak dari item sampel; dan
b) Penggunaan teori probabilitas untuk mengevaluasi hasil sampel, termasuk
pengukuran risiko pengambilan sampel.

4. Kesalahan yang dapat ditoleransi:


Ini adalah kesalahan maksimum dalam populasi yang akan diterima oleh
auditor dan masih menyimpulkan bahwa hasil dari sampel telah mencapai tujuan
audit.

5. Kesalahan yang diharapkan:


4
Hal tersebut merupakan ekspektasi auditor atas kesalahan dalam audit LK
yang dilakukan.

Kebutuhan
1. Contoh Desain, Ukuran & Pemilihan
 Rancangan: Tergantung Tujuan Prosedur Audit & Karakteristik Populasi.
Misalnya: Stratifikasi.
 Ukuran: Tergantung pada Tingkat Risiko Sampling, auditor siap untuk
mengambil.
 Pilihan: Sehingga setiap unit harus memiliki kesempatan untuk memilih.

2. Melakukan prosedur audit & menemukan penyimpangan & salah saji.

3. Menyelidiki sifat & penyebab penyimpangan & salah saji. Jika itu Anomali,
dapatkan tingkat kepastian yang tinggi.

4. Memproyeksikan salah saji.


5. Mengevaluasi hasil sampling audit.
6. Metode pengambilan sampel:
 Acak – sederhana atau stratifikasi
 Sistematis
 Haphazard/serampangan
 Blok
 Unit moneter.

6. Studi kasus SA 530 Sampling Audit

2.3. SA 540 Audit Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar,
dan Pengungkapan Yang Bersangkutan

1. Pendahuluan

a) Risiko salah saji material lebih tinggi ketika estimasi akuntansi dilibatkan.
b) Manajemen dapat menggunakan wewenang untuk membuat atau mengubah
estimasi akuntansi sebagai alat untuk memanipulasi pembukuan.

2. Definisi:
a) Estimasi akuntansi: Adalah perkiraan jumlah tanpa alat ukur yang tepat.
b) Ketidakpastian estimasi: Kemungkinan bahwa perkiraan bisa salah.

3. Tujuan

5
1) Estimasi akuntansi termasuk Estimasi Nilai Wajar adalah Wajar; dan
2) Pengungkapan di LK sudah memadai.

4. Ketentuan Auditor
• Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
• Tanggapan terhadap Risiko yang Dinilai
• Prosedur Substantif Lebih Lanjut untuk Merespon Risiko Signifikan –
Ketidakpastian Estimasi
• Mengevaluasi Kewajaran & Pengungkapan Estimasi Akuntansi
• Indikator Kemungkinan Penyimpangan Manajemen
• Representasi Tertulis
• Dokumentasi

5. Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait


Auditor harus memperoleh pemahaman tentang:
• Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
• Bagaimana managemen mengidentifikasi transaksi tersebut, peristiwa yang
membutuhkan estimasi akuntansi
• Bagaimana manajemen membuat estimasi akuntansi yaitu metode,
pengendalian yang relevan; apakah ahli digunakan; asumsi; perubahan
metode, dll.

6. Ketentuan

a) Respon Terhadap Risiko yang Dinilai


Auditor harus menentukan:
• Apakah manajemen telah tepat menerapkan ketentuan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku; dan
• Apakah metode tersebut sesuai.

Auditor harus melakukan hal berikut:


• Apakah peristiwa yang terjadi hingga tanggal laporan auditor
memberikan bukti audit.
• Uji bagaimana Management. membuat estimasi akuntansi.
• Uji efektivitas pengoperasiannya.
• Kembangkan titik estimasi atau rentang.

7. Ketidakpastian Estimasi
Untuk ketidakpastian estimasi, auditor harus mengevaluasi hal-hal berikut:
• Bagaimana manajemen mempertimbangkan asumsi alternatif, dan mengapa
manajemen menolaknya.
• Apakah asumsi signifikan yang digunakan oleh manajemen sudah wajar

8. Studi Kasus

6
2.4. SA 550 Pihak Berelasi

1. Tujuan

a) Tujuan auditor adalah:


1) Terlepas dari ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, untuk
mendapatkan pemahaman tentang hubungan pihak terkait dan transaksi cukup
untuk dapat:
a. Untuk mengenali faktor risiko fraud atau kecurangan, jika ada, yang timbul
dari hubungan dan transaksi pihak berelasi; dan
b. Untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan, sepanjang dipengaruhi oleh
hubungan dan transaksi tersebut:
 Mencapai penyajian yang benar dan wajar; atau
 Tidak menyesatkan; dan

2) Di mana kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan


pihak terkait, untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
apakah pihak berelasi hubungan dan transaksi memiliki telah diidentifkasi
dengan tepat, dicatat dan diungkapkan.

2. Ketentuan Auditor

a. Manajemen bertanggung jawab atas identifikasi dan pengungkapan pihak terkait


dan transaksinya.
b. Auditor harus memiliki tingkat pengetahuan tentang bisnis dan industri entitas
yang memungkinkannya mengidentifikasi pihak-pihak berelasi.

Ketentuan Auditor

a. Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait


 Memahami Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi Entitas
 Menjaga Kewaspadaan untuk Informasi Pihak Terkait Saat Meninjau Catatan
atau Dokumen
 Berbagi Informasi Pihak Terkait dengan Tim Perikatan.

b. dentifikasi dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Terkait dengan


Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi
c. Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material Terkait dengan Hubungan
dan Transaksi Pihak Berelasi
 Identifikasi Pihak Berelasi yang Sebelumnya Tidak Diidentifikasi atau Tidak
Diungkapkan atau Transaksi Pihak Berelasi yang Signifikan
 Transaksi Pihak Berelasi Signifikan yang Diidentifikasi di luar Kursus
Normal Entitas Bisnis
 Asersi Bahwa Transaksi Pihak Berelasi Dilakukan dengan Ketentuan yang
Setara dengan yang Berlaku dalam Transaksi Arm’s Length

d. Evaluasi Akuntansi dan Pengungkapan Pihak Berelasi Teridentifikasi Hubungan


7
e. dan Transaksi
f. Representasi Tertulis
g. Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola

3. Dokumentasi
Pengujian Transaksi Pihak Berelasi yang Diidentifikasi

4. Memahami Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi Entitas

Menanyakan manajemen tentang:


a) Identitas pihak berelasi dari entitas;
b) Sifat hubungan; dan
c) Transaksi dengan pihak terkait.

5. Memperoleh pemahaman tentang pengendalian, yang telah ditetapkan oleh


manajemen untuk:

I. Mengidentifikasi, memperhitungkan, & mengungkapkan hubungan dan transaksi


pihak terkait sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;
II. Mengotorisasi dan menyetujui transaksi signifikan dengan pihak berelasi; dan
III. Izinkan dan setujui transaksi signifikan di luar kegiatan bisnis normal.

6. Identifikasi Pihak Berelasi yang Sebelumnya Tidak Diidentifikasi atau Tidak


Diungkapkan atau Transaksi Pihak Berelasi yang Signifikan

 Segera berkomunikasi dengan anggota lain dari tim perikatan;


 Meminta manajemen untuk mengidentifikasi semua transaksi dengan pihak
terkait yang baru diidentifikasi; dan
 Minta keterangan mengapa manajemen gagal untuk mengidentifikasi atau
mengungkapkan;
 Melakukan prosedur audit substantif yang tepat yang berkaitan dengan pihak
berelasi yang baru diidentifikasi tersebut atau transaksi pihak berelasi yang
signifikan;
 Pertimbangkan kembali risiko dan lakukan prosedur audit tambahan jika
diperlukan; dan
 Jika non-disclosure oleh manajemen muncul sengaja mengevaluasi
implikasinya untuk audit

7. Studi Kasus

Prosedur Audit Dan Pengungkapan Transaksi Antar Pihak Berelasi (related Party
Transaction): (studi Kasus Pada Proses Pembelian Bahan Baku PT. BM Di Gresik)

Laporan Kerja Lapangan ini membahas mengenai prosedur audit yang


dilakukan oleh KAP AAJ Associates – RSM International atas transaksi antar pihak-
pihak berelasi dan pengungkapan transaksi antar pihak berelasi (Related Party
Transaction) pada laporan keuangan terkait proses pembelian bahan baku di PT BM
tahun 2012. Pemeriksaan yang dilakukan maupun prosedur audit terkait transaksi
8
antar pihak berelasi yang dibahas pada laporan kerja lapangan ini lebih mengarah pada
pemeriksaan atas akun utang (accounts payable), khususnya utang kepada pihak
berelasi yang timbul karena transaksi pembelian bahan baku yang terjadi pada pihak
berelasinya yaitu PT GS.
Berdasarkan hasil audit, diketahui bahwa prosedur audit yang dilakukan telah
sesuai dengan standar auditing yang berlaku. Tidak adanya transfer pricing policy
untuk mendukung adanya transaksi antar pihak berelasi membuat auditor melakukan
prosedur alternatif lain untuk memeriksa kewajaran atas transaksi yang telah
dilakukan dengan menggunakan listing data penjualan kepada pihak ketiga sebagai
pembanding dan mengirimkan konfirmasi kepada supplier utama yang merupakan
pihak berelasinya (PT GS). Sedangkan pengungkapan pihak-pihak berelasi pada
laporan keuangan juga telah sesuai dengan PSAK 7 (2012). Dengan demikian , dapat
disimpulkan bahwa laporan keuangan PT BM secara keseluruhan telah disajikan
secara wajar dan bebas dari salah saji material.

9
BAB III

PENUTUP

Pekerjaan sebagai Auditor bukanlah hal yang mudah, karena pekerjaan tersebut
melibatkan banyak unsur penting seperti moral, habit, attitude, skills, knowledges dan
pengalaman.Terutama bahwa seorang auditor harus memegang teguh Standar Keahlian yang
telah disahkan dan ditetapkan oleh IAPI sebagai pedoman pelaksanaan, dan kriteria pribadi
yang harus dimiliki seorang Auditor.
Sekali lagi berikut ini disebutkan semua faktor yang harus diperhatikan, dikuasai dan
dipunyai oleh seorang Auditor:
a. Mampu bersikap obyektif, dan independen, dalam artian, mempunyai kemampuan
bersikap netral tidak memihak pemberi atau penerima/pemakai informasi, dan
memiliki panduan sendiri yang bersifat baku dapat diterapkan (misalnya: PSAK,
PSAP).
b. Memiliki keahlian dalam auditing yang memadai.
c. Telah mengikuti pelatihan yang mencukupi untuk melaksanakan proses audit.
d. Berketrampilan profesional yang cermat dan seksama (teliti).
e. Membuat perencanaan yang tepat, sebelum audit dimulai.
f. Mampu mempelajari dan memahami entitas dan lingkungannya, termasuk struktur
organisasi dan internal control entitas tersebut.
g. Auditor mampu memberikan pendapat atas Laporan Keuangan secara keseluruhan.
T anpa semua yang disebutkan di atas, seseorang tidak dapat dianggap / diakui sebagai
Auditor, dan semua hasil audit yang telah dilakukantidak kredibel.
10
DAFTAR PUSTAKA

Arum Ardianingsih, S. E. (2021). Audit Laporan Keuangan. Bumi Aksara.


Arens. Loebbecke, Auditing dan Jasa Assurance. 2011. Jakarta. Penerbit Salemba Empat.
Kartawijaya. Slide Auditing Keuangan.
https://www.academia.edu/34196442/ANALISIS_STANDAR_AUDIT_SA_810]
https://id.scribd.com/document/190565121/SA-805

11

Anda mungkin juga menyukai