Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Audit II.
Kelompok 2 :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sampling
Audit dan Piutang Usaha ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Auditing II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Sampling Audit dan Piutang Usaha bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Marsyaf, SE, Ak, M.Ak
selaku dosen mata kuliah Auditing II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam materi pemerikasaan akuntansi ini, setelah materi pengujian
pengendalian dan pengujian substantive adalah materi sampling audit. Setelah
auditor memutuskan prosedur pengujian yang dipilih, auditor perlu menentukan
jumlah item yang tepat sebagai sampel dari suatu populasi untuk pengujian tersebut.
Disamping itu, auditor harus menentukan bagian populasi mana yang dipilih sebagai
sampel.
Disamping itu sampel harus mengandung stabilitas. Yang dimaksud disini adalah
apabila jumlah sampel ditambah atau dikurangi maka hasilnya harus sama dan tidak
berubah.
Pada kenyataanya, auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel yang diambil
kerupakan sampel yang representative, meskipun ia telah selesai melaksanakan
seluruh pengujian. Auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas
pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang representative. Hal
tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan cara merancang dan melakukan seleksi
sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti.
Selanjutnya akan dibahas pula mengenai pengujian dalam siklus penjualan dan
penagihan : Piutang Usaha. Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari
1
penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang
yang timbul dari transaksi diluar dari kegiatan usaha notmal perusahaan. Perkiraan
piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri
(tidak di bangun dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda. Piutang
dinyatakan dari sejumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat
di tagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disjikan pada neraca diikuti dengan
penyisihan untuk piutang yang tidaj dapat ditagih. Disamping itu piutang juga
mempunyai tujuan dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara tersendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep sampling representative ?
2. Bagaimana cara membedakan sampling statistic dan nonstatistik?
3. Bagaimana cara membedakan sample probabilistic dan nonprobabilistik?
4. Bagaimana memilih sample representative ?
5. Apa definisi sampling audit untuk tingkat pengecualian ?
6. Bagaimana menggunakan sampling nonstatistik dalam pengujian
pengendalian dan pengujian substantive antar transaksi ?
7. Bagaimana metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo dengan
menggunakan model risiko audit ?
8. Bagaimana merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk akun-akun
dalam siklus penjualana dan penagihan?
9. Bagaimana merancang dan melaksanakan pengujian atas rincian saldo untuk
piutang usaha?
10. Bagaimana memperoleh dan mengevaluasi konfirmasi piutang usaha ?
11. Bagaimana merancang prosedur audit untuk audit piutang usaha dengan
menggunakan neraca lajur perencanaan bukti sebagai pedoman?
C. Tujuan
Isi makalah ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah diatas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sampel Representatif
Standar audit mendefinisikan sampling sebagai Pemilihan dan evaluasi yang lebih
kecil dari 100% populasi menyangkut relevansi audit seperti yang diharapkan auditor
ketika memilih item-item sample yang representative dengan populasi sehingga
memberikan dasar yang layak bagi pembuatan kesimpulan tentang populasi.
Ketika memilih sample dari populasi auditor berusaha untuk memperoleh sample
yang representative. Sample representative (representative sample) adalah sample
yang karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi. Ini berarti
bahwa item-item yang dijadikan sample serupa dengan item-item yang tidak
dijadikan sample.
3
2. Sampling Statistik vs Sampling Nonstatistik dan Pemilihan Sample
Probabilistik vs Nonprobabilistik
Metode sampling dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu sampling statistic
dan sampling nonstatistik. Kategori tersebut serupa karena keduanya melibatkan
tiga tahap :
Perencanaan sample
Pemilihan sample dan pelaksanaan pengujian
Pengevaluasian hasil
4
Pemilihan sample probabilistik (probabilistic sample selection), audit memilih
secara acak item-item sehingga setiap item populasi memiliki probabilitas yang sama
untuk dimasukan kedalam sample.
Dalam sampel acak (random sample) sederhana, setiap kombinasi dari item
populasi yang mungkin memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam
sampel . Auditor menggunakan sampling random atau acak sederhana untuk
populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih
item populasi. Sebagai contoh, katakanlah auditor ingin mengambil sampel
pengeluaran kas klien untuk tahun tersebut. Mereka mungkin memilih sampel acak
5
sederhana sebanyak 60 item dari jurnal pengeluaran kas, menerapkan prosedur
audit yang sesuai terhadap 60 item yang dipilih, dan menarik kesimpulan mengenai
semua transaksi pengeluaran kas yang dicatat.
Sebagian besar auditor sering kali menghasilkan angka acak dengan meng
gunakan salah satu dari tiga teknik pemilihan sampel dengan komputer: spreadsheet
elektronik, generator angka acak, dan perangkat lunak audit tergeneralisasi. Gambar
3.1 menunjukkan pemilihan acak faktur penjualan bagi audit Hillsburg Hardware Co.
dengan menggunakan program spreadsheet elektronik. Dalam contoh tersebut,
auditor menginginkan 50 sampel item dari populasi faktur penjualan yang memiliki
nomor 3689 hingga 9452. Program tersebut hanya memerlukan parameter input
untuk menghasilkan sampel yang akan dipilih auditor Program tersebut juga memiliki
fleksibilitas yang besar, dan mampu menghasilkan tanggal acak atau rentang dari
serangkaian nomor (seperti nomor halaman dan barang atau nomor cek untuk
berbagai rekening bank), serta menyediakan output dalam urutan yang disortir atau
dipilih.
6
Table 3.1
Dalam banyak situasi audit, jauh lebih menguntungkan memilih sampel yang
menekankan item-item populasi dengan jumlah tercatat yang lebih besar. Ada dua
cara untuk memperoleh sampel semacam itu:
7
a. Mengambil sampel di mana probabilitas pemilihan setiap item populasi
individual bersifat proporsional dengan jumlah tercatatnya. Metode ini
disebut sebagai sampling dengan probabilitas yang proporsional dengan
ukuran (PPS), dan dievaluasi dengan menggunakan sampling nonstatistik atau
sampling statistik unit moneter.
b. Membagi populasi ke dalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran dolar dan
mengambil sampel yang lebih besar dari subpopulasi itu dengan ukuran yang
lebih besar. Hal ini disebut sebagai sampling bertahap, dan dievaluasi dengan
menggunakan sampling nonstatistik atau sampling statistik variable.
Dalam Pemilihan sampel blok (block sample selection), auditor memilih pos
pertama dalam suatu blok, dan sisanya dipilih secara berurutan. Sebagai contoh.
asumsikan sampel blok adalah berupa urutan transaksi penjualan sebanyak 100 dari
jurnal penjualan untuk minggu ketiga bulan Maret. Auditor dapat memilih total
8
sampel sebanyak 100 dengan mengambil 5 blok dari 20 pos, 10 blok dari 10. 50 blok
dari 2 atau satu blok dari 100.
Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah blok yang
digunakan masuk akal. Jika hanya segelintir blok yang digunakan, probabilitas
memperoleh sampel nonrepresentatif sangatlah besar, dengan mempertimbangk
kemungkinan perputaran karyawan, perubahan sistem akuntansi, dan sifat musiman
dari sejumlah bisnis. Sebagai contoh, dalam contoh sebelumnya, sampling 10 blok
dari 10 dalam minggu ketiga bulan Maret sangatlah tidak tepat keti.nbang memilih
10 blok dari 10 dalam 10 bulan yang berbeda.
9
6. Aplikasi Sampling Audit Nonstatistik
Merencanakan Sampel
Mengevaluasi Hasil
10
13) Menganalisis pengecualian.
14) Memutuskan akseptabilitas populasi.
11
7) Membandingkan kuantitas yang tercantum pada setiap salinan faktur
penjualan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman terkait (pengujian
substantif atas transaksi).
Sampling audit tidak dapat diterapkan bagi dua prosedur pertama dalam
program audit ini. Prosedur yang pertama adalah prosedur analitis di mana sampling
tidak layak diterapkan. Sementara yang kedua adalah prosedur observasi yang tidak
memiliki dokumentasi untuk melaksanakan sampling audit. Sampling audit dapat
digunakan untuk ketiga prosedur lainnya. Sampling audit umumnya menerapkan
pengendalian manual.
c. Mendefinisikan Populasi
Populasi adalah item-item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor
dapat mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap item yang mereka
inginkan, tetapi ketika memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari seluruh
populasi seperti yang telah didefinisikan. Auditor harus menguji populasi
menyangkut kelengkapan dan rinciannya sebelum suatu sampel dipilih untuk
memastikan bahwa semua item populasi merupakan subjek pemilihan sampel.
Auditor mungkin saja hanya menggeneralisasi populasi yang telah dijadikan sampel.
Sebagai contoh, ketika melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi, biasanya auditor mendefinisikan populasi sebagai faktur
penjualan yang tercatat selama tahun tersebut. Jika auditor hanya mengambil
sampel dari transaksi selama satu bulan, tidaklah valid menarik kesimpulan
mengenai Semua faktur untuk satu tahun. Auditor harus mendefinisikan populasi
dengan cermat terlebih dahulu, sejalan dengan tujuan pengujian audit. Dalam
beberapa kasus, auditor mungkin harus mendefinisikan populasi secara terpisah
untuk berbagai prosedur audit yang berbeda.
12
d. Mendefinisikan Unit Sampling
Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan
pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berhubungan dengan angka
acak yang dihasilkan auditor. Jadi sangatlah bermanfaat memikirkan unit sampling
sebagai titik awal untuk melakukan pengujian audit. Untuk siklus penjualan dan
penagihan, unit sampling biasanya berupa nomor faktur penjualan atau dokumen
pengiriman. Sebagai contoh, jika auditor ingin menguji keterjadian penjualan, unit
sampling yang sesuai adalah faktur penjualan yang dicatat dalam jurnal penjualan
Jika tujuannya adalah untuk menentukan apakah kuantitas barang yang diuraikan
pada pesanan pelanggan telah dikirimkan dan ditagih dengan benar, auditor dapat
mendefinisikan unit sampling sebagai pesanan pelanggan, dokumen pengiriman,
atau salinan faktur penjualan, karena arah pengujian audit bukan merupakan
masalah bagi prosedur audit ini.
7. Distribusi Sampling
13
sampel dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi binomial, di
mana memiliki satu dari dua nilai yang mungkin, seperti ya/tidak, hitam/putih, atau
deviasi pengendalian/tidak ada deviasi pengendalian.
a. Merencanakan Sampling
1) Menyatakan tujuan pengujian audit. Sama untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
2) Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. Sama untuk sampling
atribut maupun sampling nonstatistik.
3) Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian. Sama untuk sampling
atribut maupun sampling nonstatistik.
4) Mendefinisikan populasi. Sama untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik
5) Mendefinisikan unit sampling. Sama untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
6) Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER). Sama untuk
sampling atribut maupun sampling nonstatistik.
7) Menetapkan ARO. Konsep penetapan risiko ini sama baik untuk sampling
statistik maupun nonstatistik.
8) Mengestimasi tingkat pengecualian populasi.
9) Menentukan ukuran sampel awal. Ada empat factor yang menentukan
ukuran sampel awal baik untuk sampling statistik maupun nonstatistik.
10) Memilih sampel. Satu-satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi
sampling statistik dan nonstatistik terletak pada persyaratan bahwa metode
probabilistik harus digunakan untuk sampling statistic.
11) Melaksanakan prosedur audit. Sama untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatstik.
12) Menggeneralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor
menghitung batas ketepatan atas (CUER) dengan ARO tertentu, yang sekali
14
lagi menggunakan program computer khusus atau table yang dikembangkan
dari rumus statistik.
13) Menganalisis pengecualian. Sama untuk sampling atribut dan sampling
nonstatistik.
14) Memutuskan akseptabilitas populasi. Metodologi untuk memutuskan
akseptabilitas populasi pada intinya sama baik untuk sampling atribut
maupun sampling nonstatistik
Atribut (attribute)
Karakteristik yang sedang di uji dalam populasi
15
Distribusi sampling (sampling distribution)
Distribusi frekuensi hasil semua sampel yang mungkin dalam ukuran
tertentu yang dapat diperoleh dari populasi yang mengandung beberapa
parameter khusus.
Detail tie-in. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk
terkait,dan totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar
umum.
a) Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan file induk terkait dan
totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar
umum.
b) Keberadaan. Piutang usaha dicatat ada.
c) Kelengkapan. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan.
d) Keakuratan. Piutang usaha sudah akurat.
e) Klasifikasi. Piutang usaha sudah diklasifikasikan dengan benar.
f) Pisah Batas. Pisah batas piutang sudah benar.
g) Nilai Realisasi. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi.
16
h) Hak. Klien memiliki hak atas piutang usaha.
b. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren
(Tahap I)
Dalam melakukan tugasnya, auditor pertama-tama akan memutuskan
pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan secara
keseluruhan, dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke
setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Alokasi ini disebut
sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.
17
d. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi (Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko
pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Sedangkan,
auditor menggunakan hasil pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan
sejauh mana risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo piutang usaha.
18
diandalkan. Dalam industri tertentu, seperti rumah sakit, tingkat respons
terhadap konfirmasi sangatlah rendah.
Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian adalah rendah yang
mencukupi. Jikaklien memiliki pengendalian internal yang efektif dan risiko
inheren yang rendah untuk siklus penjualan dan penagihan, auditor sering
kali bisa memenuhi persyaratan bukti dengan pengujian pengendalian,
pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis.
19
2) Populasi item-item yang terkena prosedur konfirmasi negatif terdiri
dari sejumlah besar saldo akun, transaksi, atau pos-pos lainnya yang
bernilai kecil dan homogen.
3) Auditor memperkirakan tingkat pengecualian yang rendah.
4) Auditor yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi negatif akan
memberikan pertimbangan yang masuk akal. Sebagai contoh, jika
tingkat respons terhadap konfirmasi positif pada tahun-tahun
sebelumnya sangat tinggi atau jika ada tingkat respons yang tinggi
dalam audit atas klien yang serupa, penerima mungkin akan
memberikan pertimbangan konfirmasi negatif yang masuk akal.
Konfirmasi negatif sering kali digunakan untuk mengaudit rumah sakit, toko
ritel, bank, dan industri lainnya di mana piutang berasal dari masyarakat umum.
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika
konfirmasi itu dikirim sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Hal ini akan
memungkinkan auditor untuk menguji secara langsung saldo piutang usaha pada
laporan keuangan tanpa harus membuat kesimpulan apa pun mengenai transaksi
yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca.
c. Keputusan Sampling
Ukuran Sampel Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk
mengkonfirmasi piutang usaha berada dalam beberapa kategori dan mencakup hal-
hal berikut :
Materialitas kinerja
Risiko inheren (ukuran relatif total piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun
sebelumnya, dan salah saji yang diharapkan)
Risiko pengendalian
Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya (luas dan hasil
pengujian substantifatas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian yang
terinci lainnya)
Jenis konfirmasi (negatif yang biasanya memerlukan ukuran sampel yang
lebih besar)
20
Auditor harus melaksanakan prosedur demi menverifikasi alamat surat atau
alamat email yang dipakai dalam konfirmasi. Sebagai contoh, auditor harus
mempertimbangkan pelaksanaan prosedur tambahan apabila alamatnya adalah
kotak pos atau alamat email tidak sesuai dengan alamat situs Web pelanggan.
Konfirmasi yang dikirim tetapi tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak boleh
dianggap sebagai bukti audit yang signifikan. Sebagai contoh, nonrespons terhadap
konfirmasi positif tidak meyediakan bukti audit. Demikian juga, untuk konfirmasi
negatif auditor tidak boleh menyimpulkan bahwa penerima menerima permintaan
konfirmasi dan memverifikasi informasi yang diminta. Akan tetapi, konfirmasi negatif
menyediakan sejumlah bukti untuk asersi ekstensi atau keberadaan.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau
jasa secara kredit. piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar
kegiatan usaha normal perusahaan. Perkiraan piutang pemegang saham dan pitang
perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri karena sifatnya yang berbeda.
22
Daftar Pustaka
Arens, Alvin A. , Randal J. Elder dan Mark S. Beasly. 2014. Auditing Jasa & Assurance.
Edisi kelimabelas. Jakarta: Erlangga.
23