Anda di halaman 1dari 19

MINAT MASYARAKAT MILLENIAL TERHADAP

REKSADANA SYARIAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah


Akuntansi Syariah.

Dosen Pembimbing:
Safira, SE, Ak, M.Si

Asyifah Ramadhanti
NIM. 43217010052

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang membahas
mengenai Minat Masyarakat Millenial Terhadap Reksadana Syariah ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang instrumen investasi syariah khususnya Reksadana Syariah bagi
para pembaca dan juga penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Safira, SE, Ak, M.Si selaku dosen
mata kuliah Akuntansi Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan dinantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 6 Januari 2020

Penulis
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan reksadana di Indonesia bermula sejak diberlakukannya Undang-


undang tentang pasar modal pada tahun 1995. Kebijakan ini berperan memobilisasi dana
untuk pertumbuhan dan pengembangan perusahaan-perusahaan nasional baik Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).

Maraknya lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia diikuti oleh instrumen


investasi berdasarkan prinsip syariah yang berkembang cukup pesat diantaranya obligasi
syariah, saham syariah, dan reksadana syariah. Dengan semakin beragamnya sarana dan
produk investasi syariah, diharapkan masyarakat akan memiliki alternatif berinvestasi
yang dianggap sesuai dengan keinginannya serta akan semakin memperbesar peran pasar
modal syariah, disamping investasi yang selama ini sudah dikenal dan berkembang di
salah satu sektor keuangan yaitu perbankan.

Reksadana syariah pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997, dimana perusahaan
sekuritas milik negara yaitu PT. Danareksa menjadi pioner dalam menerbitkan reksadana
syariah. Reksadana ini menjadi instrumen pasar modal pertama yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah dan sebagai langkah awal lahirnya pasar modal syariah,
sehingga hal ini dapat menjadi solusi bagi seorang muslim untuk menginvestasikan
dananya dalam industri reksadana.

Reksadana syariah hingga saat ini terus mengalami perkembangan yang signifikan. Hal
ini terlihat dari peningkatan jumlah produk dan dana yang dikelola manajer investasi.
Sejak diluncurkan reksadana syariah pertama kalinya, perkembangan instrument syariah
terus mengalami perkembangan walaupun lambat namun pasti.

Dibentuknya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal diharapkan


dapat memenuhi tingkat kebutuhan masyarakat khususnya untuk mendorong,
mengarahkan dan mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi.
Pasar modal memiliki peran strategis yaitu sebagai lembaga pembiayaan bagi dunia
usaha dan sebagai wahana investasi bagi masyarakat termasuk investor kecil maupun
menengah.

Seiring dengan peran pasar modal tersebut maka seringkali terdapat suatu persepsi
yang muncul dalam benak masyarakat umum, khususnya bagi calon investor, bahwa
untuk dapat berinvestasi di pasar modal memerlukan modal yang cukup besar dan
keahlian khusus untuk menganalisis pergerakan harga saham termasuk instrumen pasar
modal lainnya. Oleh karena itu, untuk menghilangkan persepsi yang sedemikan rupa,
maka UUPM (Undang-Undang Pasar Modal) telah mengintrodusir suatu lembaga
investasi baru yang dikenal dengan nama reksadana.

Berdasarkan data Otorisasi Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan bulan November
2019 terdapat 263 Reksadana Syariah yang aktif dengan Nilai Aset Bersih (NAB) sebesar
Rp 55.300,47 milyar dengan proporsi 12,16% dari reksadana aktif, yang mana dapat
disimpulkan jika reksadana syariah mengalami peningkatan yang diiringi dengan
meningkatnya minat investor. Namun, jika dibandingkan dengan reksadana konvensional
yang tercatat sebanyak 1.900 dengan NAB sebesar Rp 489.115,32 milyar, dapat dikatakan
proporsi reksadana konvensional lebih mendominasi, yang mana dapat dikatakan minat
investor terhadap reksadana syariah masih tergolong sedikit. Untuk mengetahui apa yang
mempengaruhi minat investor ini akan dibahas pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Reksadana?
2. Apa saja bentuk-bentuk Reksadana?
3. Apa perbedaan Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah?
4. Bagaimana sistem atau akad yang digunakan?
5. Bagaimana minat masyarakat millennial terhadap Reksadana Syariah?
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi minat masyarakat?

C. Tujuan
1. Memberikan pengetahuan mengenai Reksadana Syariah kepada pembaca.
2. Menjelaskan perbedaan Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah.
3. Memberikan informasi mengenai seberapa besar minat masyarakat terhadap
Reksadana Syariah dan faktor
4. Menganalisis apa saja faktor yang mempengaruhi minat masyarakat terhadap
Reksadana Syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Investasi

Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengembangkan harta. Selain daripada itu, tujuan investasi merupakan suatu
komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat
sekarang ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan
datang. Dalam kamus lengkap ekonomi, investasi didefinisikan sebagai penukaran uang
dengan bentuk- bentuk kekayaan lain, seperti saham atau harta tidak bergerak yang
diharapkan dapat ditahan selama periode waktu supaya menghasilkan pendapatan. Dua
hal yang menjadi landasan dalam ekonomi Islam yaitu Al- Quran dan Hadist.1

Berdasarkan pengertian investasi tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa


investasi merupakan kegiatan meletakkan sejumlah dana di masa sekarang untuk
mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

B. Reksadana Syariah

1. Gambaran Umum Reksadana Syariah

Menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pasal 1 ayat 27, reksadana
adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi
yang telah mendapat ijin dari Bapepam.

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSNMUI/IV/2001, reksadana


syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam,
baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (Shahibul maal/ rabb al-
maal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahibul maal, maupun antara manajer
investasi sebagai wakil shahibul maal dengan pengguna investasi.

Reksadana merupakan suatu bentuk pemberian jasa yang didirikan untuk membantu
investor yang ingin berpartisipasi dalam pasar modal tanpa adanya keterlibatan secara
langsung dalam prosedur, administrasi, dan analisis dalam sebuah pasar modal. Hal ini
dikarenakan Reksadana, termasuk yang dikenal di Indonesia baik yang berbentuk Kontrak
Investasi Kolektif (KIK) maupun Reksadana berbentuk perseroan dikelola oleh Manajer
Investasi yang mewakili para investor yang berpartisipasi dalam Reksadana.2

Dalam pengertian-pengertian diatas terkandung tiga unsur penting. Pertama, adanya


dana dari masyarakat pemodal (investor). Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam
portofolio efek. Ketiga, dana tersebut dikelola oleh Manajer Investasi. Dana yang dikelola
oleh Manajer Investasi tersebut merupakan milik bersama dari para pemodal, dan
Manajer Investasi adalah pihak yang dipercayakan untuk mengelola atau
menginvestasikan dana tersebut dalam reksadana.

Secara bahasa, reksadana tersusun dari dua konsep, yaitu reksa yang berarti jaga atau
pelihara dan konsep dana yang berarti himpunan uang. Dengan demikian secara bahasa
reksadana berarti kumpulan uang yang dipelihara. Reksadana (mutual fund) adalah
wahana yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat (pemodal) untuk kemudian
diinvestasikan ke dalam portofolio efek oleh manajer investasi (MI). Portofolio efek
tersebut bisa berupa saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau kombinasi dari
beberapa di antaranya. Dengan demikian, sebuah reksadana merupakan hubungan
trilateral karena melibatkan beberapa pihak yang terkait sebuah kontrak atau trust deed
secara legal.Mereka adalah pemilik modal, manajer investasi, dan bank kustodian.

Panduan bagi masyarkat muslim untuk berinvestasi pada produk Reksadana Syariah
sudah diberikan melalui fatwa DSN-MUI No.20 tahun 2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

Pemilik dana (investor) yang menginginkan investasi halal akan mengamanahkan


dananya dengan akad wakalah kepada Manajer Investasi. Reksadana merupakan jalan
keluar bagi para pemodal kecil yang ingin ikut serta dalam pasar modal dengan modal
minimal yang relatif kecil dan kemampuan menanggung resiko yang sedikit.

Reksadana memiliki andil yang amat besar dalam perekonomian nasional karena
dapat memobilisasi dana untuk pertumbuhan dan pengembangan perusahaan-
perusahaan nasional, baik BUMN maupun swasta. Disisi lain, reksadana memberikan
keuntungan kepada masyarakat berupa keamanan dan keuntungan materi yang
meningkatkan kesejahteraan material.

Pembeda reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah reksadana syariah


memiliki kebijaksanaan investasi yang berbasis instrumen investasi pada portfolio yang
dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika perusahaan yang menerbitkan instrumen
investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
Islam. Tidak melakukan riba atau membungakan uang. Saham, obligasi dan sekuritas
lainnya yang dikeluarkan bukan perusahaan yang usahanya berhubungan dengan
produksi atau penjualan minuman keras, produk mengandung babi, bisnis hiburan
berbau maksiat, perjudian, pornografi, dan sebagainya.

Disamping itu, dalam pengelolaan dana reksadana ini tidak mengizinkan penggunaan
strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan
investasi tersebut dibagihasilkan diantara para investor dan manajer investasi sesuai
dengan proporsi modal yang dimiliki. Produk investasi ini bisa menjadi alternatif yang
baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada saat ini dirasakan memberikan
hasil yang relatif kecil.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa reksadana syariah ialah


produk investasi dimana pemodal menitipkan dananya kepada manajer investasi untuk
selanjutnya diinvestasikan ke dalam portofolio efek yang dikategorikan halal, dan
manajer investasilah yang mengelola dana tersebut dimana kegiatan operasionalnya
harus sesuai syariah.

2. Pandangan Islam terhadap Reksadana

Pada prinsipnya setiap sesuatu dalam muamalat adalah dibolehkan selama tidak
bertentangan dengan syariah, mengikuti kaidah fiqih yang dipegang oleh mazhab
Hambali dan para fuqaha lainnya yaitu,

“Prinsip dasar dalam transaksi dan syarat-syarat yang berkenaan dengannya ialah boleh
diadakan, selama tidak dilarang oleh Syariah atau bertentangan dengan nash Syariah.”

Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman agar memenuhi akad yang
mereka lakukan seperti yang disebut, dalam Al Qur’an surat al Maidah ayat 1:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhillah akad-akad itu. Dihalalkan


bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu)
yang tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya
Allah menetapkan hukum- hukum yang dikehendaki-Nya”.

Syarat-syarat yang berlaku dalam sebuah akad, adalah syarat- syarat yang ditentukan
sendiri kaum muslimin, selama tidak melanggar ajaran Islam. Dalam reksadana
konvensional berisi akad muamalah yang dibolehkan dalam Islam, yaitu jual beli dan bagi
hasil (mudharabah/musyarakah). Dan disana terdapat banyak maslahat, seperti
memajukan perekonomian, saling memberi keuntungan diantara para pelakunya,
meminimalkan resiko dalam pasar modal dan sebagainya. Namun didalamnya juga ada
hal-hal yang bertentangan dengan syariah, baik dalam segi akad, operasi, investasi,
transaksi dan pembagian keuntungannya. Syariah dapat menerima usaha semacam
reksadana sepanjang hal yang tidak bertentangan dengan syariah.

Prinsip dalam berakad harus mengikuti hukum yang telah digariskan oleh Allah SWT yang
disebutkan dalam Al-Qur'an surat an Nisaa ayat 29 yang berbunyi:

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu.”

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, penulis berkesimpulan bahwa selama suatu


kegiatan muamalah tidak bertentangan dengan prinsip syariah baik dalam segi akad,
operasi, investasi, transaksi dan pembagian keuntungannya, kegiatan tersebut boleh
dilakukan. Maka kegiatan reksadana syariah boleh dilakukan selama tidak bertentangan
dengan prinsip syariah.

3. Jenis-jenis Reksadana Syariah

Jenis-jenis reksadana ditinjau dari portofolio investasinya, terdapat 4 (empat) jenis


reksadana yaitu:

(1) Reksadana Pasar Uang (money market funds)

Reksadana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek yang bersifat utang dengan
jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan
pemeliharaan modal.

(2) Reksadana Pendapatan Tetap (fixed income funds)

Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund) adalah reksadana yang melakukan
investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya kedalam efek yang
bersifat hutang. Efek yang bersifat hutang umumnya memberikan penghasilan dalam
bentuk bunga, seperti deposito, obligasi syariah, SWBI, dan instrumen lainnya. Salah satu
keuntungan yang diperoleh dari jenis reksadana ini adalah hasil investasi yang lebih besar
dari pada reksadana pasar uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan keuntungan yang
stabil. Jenis reksadana ini cocok untuk tujuan investasi jangka menengah panjang (>3
tahun) dengan resiko menengah.

(3) Reksadana Saham (equity funds)

Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktiva dalam


bentuk efek yang bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka
risikonya lebih tinggi dari dua jenis reksadana sebelumnya, namun menghasilkan tingkat
pengembalian yang tinggi.

(4) Reksadana Campuran (discretionary funds)

Reksadana jenis ini melakukan investasi dalam efek yang bersifat ekuitas dan efek
yang bersifat utang dengan porsi alokasi yang lebih fleksibel.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa ada empat jenis reksadana,
yakni: reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, dan
reksadana campuran. Pemilihan jenis portofolio yang tepat sesuai dengan tingkat risiko
yang diinginkan tentunya akan lebih memberikan kenyaman bagi investor itu sendiri dan
bagi manajer investasi.

C. Minat Investasi

1. Pengertian Minat

Minat sebagai aspek kejiwaan bukan hanya mewarnai perilaku seseorang untuk
melakukan aktifitas yang menyebabakan seseorang merasa tertarik kepada sesuatu.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, minat diartikan sebagai niat atau kehendak. Menurut
Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan) dari Fishbein dan Ajzen, yaitu :

“Perilaku manusia dipengaruhi oleh kehendak/niat/minat. Minat merupakan keinginan


individu untuk melakukan perilaku tertentu sebelum perilaku tersebut dilaksanakan.
Adanya niat/minat untuk melakukan suatu tindakan akan menentukan apakah kegiatan
tersebut akhirnya akan dilakukan”.

Crow and Crow berpendapat bahwa minat erat hubungannya dengan daya gerak
yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau
bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh kegiatan itu sendiri. Dengan
kata lain minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi dalam kegiatan itu.
Selain itu Crow and Crow mengemukakan juga bahwa minat erat hubungannya dengan
dorongan (drive), motif, dan reaksi emosional.
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwasannya minat investasi adalah
keinginan dan daya gerak yang mendorong seseorang untuk berinvestasi. Minat investasi
menjadi sebab seseorang untuk melakukan investasi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Beberapa faktor yang bisa muncul antara niat atau minat pembelian dan keputusan
pembelian antara lain adalah sebagai berikut:

(1) Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mempengaruhi pilihan konsumen
tergantung pada kekuatan sikap orang lain terhadap keputusan pembelian dan pada
motivasi konsumen untuk memenuhi keinginan orang lain.
(2) Faktor situasi yang tidak terantisipasi, konsumen membentuk suatu niat membeli atas
dasar faktor-faktor pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan,
dan manfaat yang diharapkan dari suatu produk.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap orang lain dan situasi yang
tidak terantisipasi akan mempengaruhi minat seseorang dalam melakukan suatu
kegiatan, termasuk dalam kegiatan berinvestasi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan seorang mengenai


investasi seringkali menjadi faktor penentu dibalik keputusan investasinya. Tingkat
pemahaman seorang investor yang memiliki pengetahuan mengenai keuangan (financial
literacy) yang lebih tinggi cenderung untuk lebih baik dalam mengelola keuangan,
termasuk dalam berinvestasi pada berbagai jenis investasi yang bersifat produk finansial.
Begitupun halnya bahwa seorang investor yang memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai pasar modal maka besar kemungkinannya investor tersebut untuk dapat
berinvestasi di pasar modal.

Faktor Internal :

 Keyakinan bahwa efek syariah tidak bertentangan dengan prinsip syariah.


 Kehalalan tingkat imbal hasil yang akan diperoleh dalam berinvestasi pada efek
syariah.
 Kesan positif pada efek syariah.
 Diversifikasi portofolio investasi.
 Kinerja imbal hasil yang akan diperoleh dalam berinvestasi pada efek syariah.
 Pengetahuan yang dimiliki mengenai efek syariah.
 Trend (happening) efek syariah.
 Turut berpartisipasi dalam pengembangan industry keuangan syariah.

Faktor eksternal:

 Masih terbatasnya instrument syariah.


 Ketersediaan informasi mengenai efek syariah.
 Regulasi yang memadai.
 Kondisi ekonomi.
 Sosialisasi dari perusahaan penerbit efek.
 Pengetahuan kesyariahan yang dimiliki tenaga marketer pasar modal syariah.
 Edukasi serta sosialisasi mengenai efek syariah.

Faktor:

 Pengaruh resiko
 Pengaruh tingkat pendapatan
 Pengaruh motivasi
 Pengaruh pengetahuan tentang investasi
 Pengaruh persepsi
3. Unsur Minat

Di dalam minat terkandung unsur motif dan perhatian. Adapun unsur-unsur tersebut
mengandung hal-hal di bawah ini:

(1) Awareness (Kesadaran)

Receiver atau penerima pesan dengan sadar menerima rangsangan berupa pesan
yang dikirim oleh komunikator yaitu perusahaan yang menawarkan produknya melalui
media cetak atau elektronik.

(2) Interest (Minat)

Bagaimana agar penerima pesan (calon pembeli) berminat dan ingin tahu lebih jauh.
Kesadaran akan meningkat sebagai perhatian dan timbul rasa ingin tahu secara lebih
rinci. Untuk itu membujuk mereka agar mau mengikuti pesan yang disampaikan.

(3) Desire (Keinginan)

Menggerakkan dan membangkitkan keinginan untuk memiliki atau menikmati


produk.

(4) Action (Tindakan)

Membujuk calon pembeli agar sesegera mungkin melakukan tindakan pembelian.


Bujukan yang diberikan berupa harapan agar calon pembeli segera mungkin melihat-lihat
historis keuangan. Dalam hal ini diharapkan adanya tindakan pembelian.

D. Marketing MIX (Bauran Pemasaran)

Pengertian Marketing Mix secara bahasa adalah Bauran Pemasaran, sedangkan


menurut istilah marketing mix adalah strategi pemasaran yang dilaksanakan secara
terpadu atau strategi pemasaran yang dilakukan secara bersamaan dalam menerapkan
elemen strategi yang ada dalam marketing mix itu sendiri. Menurut Kotler, bauran
pemasaran adalah sejumlah alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
menyakinkan obyek pemasaran atau target pasar yang dituju.

Ada beberapa tahapan formula marketing mix. Hermawan mengawalinya dengan 4A


(assortment, affordable, available, announcement), kemudian 4B (best, bargaining,
buffer-stocking, bombarding), selanjutnya 4P (product, price, place, promotion), 4V
(variety, value, venue, voice), dan 4C (consumer solution, cost, convenience,
communication).20

Menurut Stanton, bauran pemasaran (marketing mix) adalah kombinasi dari 4


variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yaitu
produk, harga, kegitan promosi dan sistem distribusi. 21 McCarthy mempopulerkan
pembagian kiat pemasaran ke dalam 4 (empat) faktor yang disebut the four P‟s: product,
price, place, and promotion. Keempat bauran pemasaran tersebut secara singkat
dijelaskan sebagai berikut:

a) Product (produk) adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat untuk
dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi. Produk seringkali didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau
kebutuhan. Produk dapat terdiri dari product variety, quality, design, feature, brand
name, packaging, sizes, services, warranties, dan returns.

Dalam perspektif syariah, memproduksi suatu barang harus mempunyai


hubungan dengan kebutuhan hidup manusia. Islam juga mengajarkan untuk
memperhatikan kualitas dan keberadaan produk tersebut, dan melarang jual beli
produk yang belum jelas (gharar). Rasulullah mengharamkan jual beli gharar (yang
tidak jelas produknya).23 Barang yang dijual harus terang dan jelas kualitasnya,
pernyataan tegas disebutkan dalam Al Quran surat Al Muthaffifiin ayat 1-3:

“Kecelakaan besarlah bagi orang-


orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang
lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk
orang lain, mereka mengurangi”.

Uraian diatas jelas mengatakan bahwa hukum menjual produk cacat dan
disembunyikan adalah haram. Artinya, produk meliputi barang dan jasa yang
ditawarkan pada calon pembeli haruslah yang berkualitas sesuai dengan yang
dijanjikan. Persyaratan mutlak yang juga harus ada dalam sebuah produk adalah
harus memenuhi kriteria halal. An-Nahl ayat 116 menyebutkan:

”Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut- sebut oleh lidahmu
secara Dusta „Ini halal dan ini haram‟, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah. Sesungguhnya orang- orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah Tiadalah beruntung”.

b) Price (harga), 24 yaitu sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli produk
atau mengganti hak milik produk. Harga meliputi last price, discount, allowance,
payment period, credit terms, dan retail price. Namun harga bukan hanya sejumlah
uang yang dibayarkan atas barang atau jasa, ia juga meliputi nilai lain yang
“diberikan” konsumen dalam proses transaksi. Karenanya, harga sesungguhnya yang
dibayarkan konsumen juga meliputi biaya nonmoneter seperti waktu, usaha, risiko
psikologis, atau ketidaknyamanan fisik yang mungkin saja dialami. Kotler mengatakan
harga adalah satu-satunya elemen dalam marketing mix yang menghasilkan
pendapatan sedangkan elemen lain hanya menghasilkan biaya.

Dalam konsep Islam, penentuan harga ditentukan oleh mekanisme pasar, yakni
bergantung pada kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran. Dan pertemuan
antara permintaan dan penawaran itu harus berlangsung secara sukarela („an
taradhiin). Ini bermakna tidak ada yang menganiaya dan didzalimi.25

Praktik yang dilarang dalam islam adalah ikhtikar, yakni mengambil keuntungan di
atas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang
lebih tinggi, atau istilah ekonominya monopoly‟s rent-seeking. Dalam praktik fiqih
muamalat, pricing mengambil posisi tengah, tidak melebih-lebihkan, tidak pula
merendah-rendahkan.Ini berarti pricing mestinya proporsional. Allah SWT berfirman
dalam Al Qur’an surat al-Furqaan ayat 67:

“Dan orang-orang yang saleh apabila membelanjakan hartanya, mereka tidak


berlebih-lebihan, tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah
antara yang demikian.”

c) Place (tempat), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang
dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Tempat meliputi antara
lain channels, coverage, assortments, locations, inventory, dan transport. Tempat
juga meliputi keputusan penting berkaitan dengan dimana, kapan, dan bagaimana
pelanggan akan mengakses tawaran, seringkali disebut sebagai jalur distribusi.

Tujuan dari fungsi distribusi adalah mempercepat sampainya barang di tangan


konsumen atau pasar pada saat yang tepat. Kebijakan distribusi setidaknya harus
memenuhi tiga kriteria. Pertama, yaitu ketepatan dan kecepatan waktu tiba di tangan
konsumen. Kedua, keamanan yang terjaga dari kerusakan, dan yang ketiga sarana
kompetisi dalam memberikan kecepatan dan ketepatan memenuhi kebutuhan
konsumen.

d) Promotion (promosi), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk mengkomunikasikan


dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran. Variabel promosi meliputi antara
lain sales promotion, advertising, sales force, public relation, dan direct marketing.
Variabel promosi atau yang lazim disebut bauran komunikasi pemasaran:
(1) Advertising, yaitu semua bentuk presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang,
atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran.
(2) Sales promotion, yaitu insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan
mencoba atau pembelian produk dan jasa.
(3) Public relations dan publicity, yaitu berbagai program yang dirancang untuk
mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau produk individual
yang dihasilkan.
(4) Personal selling, yaitu interaksi langsung antara satu atau lebih calon pembeli
dengan tujuan melakukan penjualan.
(5) Direct marketing, yaitu melakukan komunikasi pemasaran secara langsung untuk
mendapatkan respon dari pelanggan dan calon tertentu, yang dapat dilakukan
dengan menggunakan surat, telepon, dan alat penghubung nonpersonal lain.

Pada prinsipnya, dalam Islam mempromosikan suatu barang diperbolehkan,


hanya saja dalam berpromosi harus mengedepankan faktor kejujuran dan menjauhi
penipuan. Di samping itu, metode yang dipakai dalam promosi tidak bertentangan
dengan syariah Islam. 4P adalah marketing mix yang paling mendasar yang harus
dipahami.

Bagi perusahaan syariah, untuk komponen tawaran (offer), produk dan harga
haruslah didasari dengan nilai kejujuran dan keadilan, sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah. kualitas produk yang diberikan harus sesuai dengan yang ditawarkan. Jadi,
sangat dilarang bila perusahaan menyembunyikan kecacatan dari produk-produk
yang mereka tawarkan. Sedangkan dalam menentukan harga, perusahaan haruslah
mengutamakan nilai keadilan. Jika kualitas produknya bagus, harganya tentu bisa
tinggi, begitu pula sebaliknya.
Penulis menyimpulkan bahwa marketing mix yang terdiri dari produk, harga,
lokasi, dan promosi semuanya harus berjalan sesuai dengan prinsip syariah dan
dilakukan dengan jujur sehingga tidak ada yang menganiaya atau yang didzalimi.

E. Kemampuan Finansial

1. Pengertian Kemampuan

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas


dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat
dilakukan seseorang. Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu:

a. Kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan


untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar dan memecahkan
masalah.
b. Kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang
menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis berkesimpulan bahwa kemampuan adalah


kapasitas melakukan suatu pekerjaan yang dimiliki oleh individu, dan terdiri dari dua jenis
kemampuan yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

2. Pengertian Finansial

Finansial atau penghasilan menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2004 adalah


“Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun”.

Dalam pengertian umum, pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono


mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi
yang dimilikinya kepada sektor produksi. Selanjutnya, pendapatan juga dapat di
definisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga
selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau
penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden,
serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau
asuransi pengangguran.

Pendapatan bagi pelajar atau mahasiswa bisa pula didapat dalam bentuk uang saku
atau uang jajan. Uang Saku adalah uang yang dibawa untuk keperluan sewaktu-waktu.
Uang Jajan adalah uang diberikan (disediakan) untuk dibelanjakan sewaktu-waktu
(biasanya untuk anak-anak yang belum punya penghasilan dan jumlah tidak terlalu besar.
Pendapatan bisa dibagi atas 4 macam pengeluaran yaitu Consumption, Social, Saving,
and Investation. Misal sebagai perbandingan secara berturut-turut adalah 70:10:10:10.
Apabila pendapatan 1.000.000 maka dapat dibagi menjadi 700.000 untuk
konsumsi, 100.000 untuk sosial (termasuk sumbangan-sumbangan, infaq), 100.000
tabungan, dan 100.000 untuk investasi. Semakin besar pendapatan maka porsi konsumsi
semakin kecil sehingga porsi yang lain bisa lebih besar.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa finansial atau pendapatan


adalah jumlah uang yang diterima seseorang dalam suatu periode tertentu. Bagi pelajar
dan mahasiswa, pendapatan bisa pula diperoleh dari uang saku atau uang jajan.
Kemudian pengeluaran diklasifikasi menjadi empat macam, yaitu pengeluaran untuk
konsumsi, sosial, tabungan, dan investasi.

Menurut Hailwood, financial literacy akan mempengaruhi bagaimana orang


menabung, meminjam, berinvestasi dan mengelola keuangan lebih jauh, kecakapan
finansial disini juga lebih menekankan pada kemampuan untuk memahami konsep dasar
dari ilmu ekonomi dan keuangan, hingga bagaimana menerapkannya secara tepat. 36
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan seseorang mengenai
investasi seringkali menjadi faktor penentu di balik keputusan investasinya.

Kecerdasan finansial dibutuhkan agar seseorang tidak terjebak dalam dua kutub
permasalahan keuangan; kekurangan uang atau kelebihan uang. Penelitian yang
dilakukan oleh Hogarth dkk, menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki tingkat
melek keuangan (financial literacy) yang lebih tinggi cenderung lebih baik dalam
mengelola keuangan, termasuk dalam berinvestasi pada berbagai jenis produk finansial.

Jadi, kemampuan finansial ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah


atau mengelola keuangannya, baik yang didapat dari gaji ataupun uang saku, yang berarti
menunjuk pada economic situation dimana keadaan ekonomi seseorang akan
mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu produk
tertentu.39 Keadaan ekonomi yang dimaksud adalah jumlah pendapatan yang
dihasilkannya setiap periodenya.

3. Minat masyarakat terhadap Reksadana Syariah

Reksadana syariah hingga saat ini terus mengalami perkembangan yang signifikan. Hal
ini terlihat dari peningkatan jumlah produk dan dana yang dikelola manajer investasi.
Sejak diluncurkan reksadana syariah pertama kalinya, perkembangan instrument syariah
terus mengalami perkembangan walaupun lambat namun pasti.

Berdasarkan data Otorisasi Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan bulan November
2019 terdapat 263 Reksadana Syariah yang aktif dengan Nilai Aset Bersih (NAB) sebesar
Rp 55.300,47 milyar dengan proporsi 12,16% dari reksadana aktif, yang mana dapat
disimpulkan jika reksadana syariah mengalami peningkatan yang diiringi dengan
meningkatnya minat investor. Namun, jika dibandingkan dengan reksadana konvensional
yang tercatat sebanyak 1.900 dengan NAB sebesar Rp 489.115,32 milyar, dapat dikatakan
proporsi reksadana konvensional lebih mendominasi, yang mana dapat dikatakan minat
investor terhadap reksadana syariah masih tergolong sedikit.

Kegiatan pemasaran produk investasi syariah berupa sosialisasi, edukasi dan promosi
dilakukan Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku penyelenggara bursa, bekerjasama dengan
OJK, KSEI, KPEI, dan perusahaan-perusahaan sekuritas dengan melakukan Sekolah Pasar
Modal, Seminar Reksadana, dan sebagainya, di BEI dan universitas-universitas, telah
berhasil menjaring 88.397 investor baru di tahun 2014. Hal ini diumumkan oleh Ibu Ir.
Nurhaida, MBA di acara Launching Gerakan Nasional Cinta Pasar Modal (GeNTa Pasar
Modal) yang diadakan tanggal 12 November 2014 di Istora Senayan Jakarta yang
menghadirkan sekitar 5066 investor muda yang berasal dari 27 perguruan tinggi yang
berasal dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bandung.

Kemudian untuk memperkenalkan teori dan praktik di pasar modal kepada kalangan
akademisi, BEI bekerjasama dengan pihak perguruan tinggi dan Anggota Bursa
mendirikan Galeri Investasi BEI yang juga berfungsi sebagai tempat bagi para mahasiswa
untuk melakukan penelitian, dan mempraktikkan kegiatan pasar modal. Sampai dengan
Desember 2014, jumlah Galeri Investasi BEI telah mencapai 116 Galeri Investasi. 6 Dari
116 Galeri Investasi, 14 diantaranya berada di Perguruan Tinggi Agama Islam yang
tersebar di beberapa wilayah Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah dan STEI Tazkia
merupakan Perguruan Tinggi Agama Islam di wilayah JABOTABEK yang memiliki fasilitas
Galeri Investasi BEI.

Apakah masyarakat akan langsung tertarik untuk berinvestasi? Tentu saja masyarakat
memiliki berbagai faktor untuk membuat keputusan, salah satunya ialah kemampuan
finansial yang dimiliki. Pendapatan atau finansial dapat mencakup beberapa aspek,
misalnya ilmu keuangan dan aset lainnya, pengelolaan atau manajemen aset, dan
bagaimana menghitung dan mengatur risiko proyeknya. Cardak dan Wilkins mengukur
pendapatan dari berapa banyak individu yang menjadi sumber pendapatan dalam suatu
rumah tangga (labor income earner/s satu atau multiple earners). Ditemukan bahwa
semakin banyak yang berpenghasilan dalam rumah tangga maka akan semakin besar
pendapatan yang diperoleh, alhasil mengurangi risiko pendapatan rumah tangga serta
meningkatkan alokasi dana yang dapat diinvestasikan.

Indonesia dengan jumlah populasi penduduk sekitar 248 juta jiwa di mana 85%-nya
beragama Islam dan memiliki potensi yang cukup besar sebagai investor terhadap Efek
syariah di pasar modal. Namun, berdasarkan data statistik, investor di pasar modal yang
berinvestasi di pasar modal termasuk Efek syariah masih sangat kecil yaitu hanya 0,1%
dari populasi penduduk.
Pertumbuhan yang terbilang lambat ini dikarenakan banyaknya masyarakat Indonesia
yang masih banking minded, yang sering dibicarakan dalam berbagai buku yang
membahas tentang investasi. Kemudian hal ini juga menyangkut persoalan yang
diungkapkan oleh Sudin Haron yang menyebutkan bahwa faktor agama bukanlah
pertimbangan utama dalam pemilihan bank, dan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara responden muslim dan nonmuslim dalam penetapan kriteria-kriteria
utama dalam pemilihan bank. Padahal produk syariah sudah banyak di pasaran, termasuk
reksadana syariah yang sudah ada sejak tahun 1997, namun dari yang bisa dilihat hingga
saat ini masih banyak masyarakat yang belum mau atau berminat mencoba produk
investasi yang satu ini, bahkan masih banyak pula yang belum mengetahui ke- eksis-an
produk ini.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Perkembangan produk syariah di pasar modal di Indonesia dalam beberapa tahun


terakhir memang cukup menggembirakan. Namun, pengembangan produk syariah
tersebut juga mengalami beberapa hambatan. Berdasarkan hasil studi tentang investasi
syariah di Indonesia oleh tim studi BAPEPAM-LK menunjukkan terdapat beberapa
hambatan dalam pengembangan pasar modal berbasis syariah di Indonesia, diantaranya
adalah :

1. Tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang pasar modal syariah.


2. Ketersediaan informasi tentang pasar modal syariah.
3. Minat pemodal atas efek syariah.
4. Kerangka peraturan tentang penerbitan efek syariah
5. Pola pengeawsan dari sisi syariah oleh lembaga terkait.
6. Persiapan penerbitan efek syariah
7. Kelembagaan atau institusi yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal
syariah di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai