Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MATA KULIAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI

Audit Sampling
Dosen Pengampu:
Rini Herliani, S.E, M.Si, Ak,CA
Andri Zainal SE,M.Si.Ph,D.AK.CA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Erni Fitri Daeli (7192442013)
Febry Indah Regina Sitio (7192442005)
Poybe Sihite (7192442006)
KELAS : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Audit Sampling” ini dengan baik. Dan juga
kami berterimakasih kepada Bapak Andri Zainal SE,M.Si.Ph,D.AK.CA serta Ibu Rini
Herliani SE.M.Si.AK selaku dosen mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi yang telah
memberikan tugas kepada kami. Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tulisan ini ke waktu yang akan datang.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Pemeriksaan Akuntansi. Dan juga kami menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat, yang bersifat membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya.

Medan, Oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah .......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3
2.1 Definisi Sampling Audit ............................................................................................................. 3
2.2 Alasan Menggunakan Sampel ...................................................................................................... 4
2.3 Tahapan Sampling Audit ............................................................................................................. 4
2.4 Sampling Statistik dan Nonstatistik ............................................................................................ 6
2.5 studi kasus................................................................................................................................. 14
BAB III ............................................................................................................................................... 16
PENUTUP .......................................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 16
3.2 Saran ......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Audit merupakan proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti


secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekenomi untuk
memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Mulyadi, 2002).
Dalam menyampaikan opini, auditor harus mendapatkan bukti yang cukup.
Sebagaimana yang dicantumkan dalam standar audit pekerjaan lapangan yang ketiga yaitu
bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit. Makna cukup menunjukkan tidak semua bukti audit harus
dikumpulkan, melainkan dapat menggunakan sebagian bukti audit yang disebut dengan
sampel.
Sampling merupakan prosedur yang umum digunakan oleh auditor. IAI melalui
Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 350 mendefinisikan sampling sebagai penerapan
prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang
dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau
kelompok transaksi tersebut.
Untuk memperoleh bukti yang memadai, auditor tidak harus memeriksa seluruh
transaksi yang ada. Dalam setiap pemeriksaan auditor harus mempertimbangkan manfaat
dan biaya karena pertimbangan ini kemudian dalam profesi dikenal secara luas bahwa
sebagian besar bukti diperoleh melalui sampel.
Hall et al. (2002) menyebutkan bahwa pengadilan federal di Amerika Serikat sesuai
dengan Federal Judicia Center 1994 memutuskan menerima bukti sampel tergantung dari
fakta atau data sampel tersebut merupakan “tipe sampel data yang digunakan oleh ahli
dalam bidang tertentu untuk membentuk opini atau menarik kesimpulan atas subyek
tertentu.” Dengan demikian bukti sampel yang dihimpun oleh auditor layak dijadikan bukti
di pengadilan. Dan ini merupakan tantangan bagi profesi audit untuk meningkatkan kualitas
pengambilan sampel. Pada kenyataannya auditor tidak akan mengetahui apakah sampel
yang diambilnya merupakan sampel yang representatif maka auditor maksimal hanya dapat
meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang
representatif (Halim, 2001).

1
Untuk menentukan teknik pengambilan sampel, auditor dapat
menggunakan sampling non statistical atau pertimbangan (nonstatistical or judgement
sampling). Dalam hal ini auditor tidak menggunakan teknik statistik untuk menentukan
ukuran sampel, pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko sampling pada saat
mengevaluasi hasil sampel. Selain sampel non statistical auditor dapat juga menggunakan
sampling statistik (statistical sampling). Dalam metode ini auditor menggunakan hukum
probabilitas untuk menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan
demikian memungkinkan auditor untuk menggunakan ukuran sampel yang paling efisien
dan mengkuantifikasi hasilnya, sehingga dapat mengambil kesimpulan yang lebih akurat.
1.2 Identifikasi Masalah

a. Apa definisi dan tujuan sampling audit?


b. Apa alasan menggunakan sampel?
c. Bagaimana tahapan sampling audit?
d. Apakah perbedaan sampling statistik dan nonstatistik?
e. Apa risiko sampling dan nonsampling?

1.3 Tujuan Makalah

a. Untuk mengetahui definisi dan tujuan dari sampling audit.


b. Untuk mengetahui alasan menggunakan sampel.
c. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam sampling audit.
d. Untuk mengetahui perbedaan-perbedaan dari sampling statistik dengan sampling
nonstatistik.
e. Untuk mengetahui apa saja risiko dari sampling dan nonsampling.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sampling Audit

Menurut PSA No. 26 Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap
kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan
tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam audit sampling yaitu non statistical
dan statistik. Pada non statistik untuk menentukan ukuran sampel, pemilihan sampel dan
atau pengukuran risiko sampling pada saat mengevaluasi hasil sampel. Sedangkan sampel
statistik (statistical sampling) menggunakan hukum probabilitas untuk menghitung ukuran
sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan demikian memungkinkan auditor untuk
menggunakan ukuran sampel yang paling efisien dan mengkuantifikasi risiko sampling
untuk tujuan mencapai kesimpulan statistik atas populasi. Kedua pendekatan tersebut
mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan.
Pelaksanaan dan pengevaluasian bukti sampel.
Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006 : 374) keuntungan utama dari sampling
statistik adalah membantu auditor dalam (1) merancang ukuran sampel yang efisien, (2)
mengukur kecukupan dari bukti yang diperoleh, dan (3) mengkuantifikasi risiko sampling.
Kerugian dari sampling statistik di antaranya adalah adanya tambahan biaya untuk (1)
pelatihan auditor dalam menggunakan tehnik sampling yang memadai, (2) perancangan dan
pelaksanaan penerapan sampling, dan (3) kurangnya konsistensi penerapan antara tim audit
karena kompleksitas dari konsep yang mendasarinya.
Secara lebih rinci auditor memeriksa sebagian bukti dengan berbagai cara seperti
yang ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel Cara Pengambilan Bukti Audit
Tipe Sampel Contoh Penerapan Cara Pemilihan Pengambilan
Sampel Sampel Kesimpulan di
dasarkan
1. Sampel 100% Semua faktur penjualan di Unsur kunci Konklusif
atas Rp 400.000 diperiksa
oleh auditor
2. Judgement Semua faktur penjualan Pertimbangan auditor Pertimbangan
Sampling yang dibuat mulai bulan auditor
Juni s.d September 19X1
3. Representatif Lima puluh faktur Acak Pertimbangan
3
sampel penjualan yang dibuat auditor
dalam tahun yang diaudit
4. Statistical sample Enam puluh faktur Acak Matematik
penjualan yang di buat
dalam 10 bulan pertama
dalam tahun yang di audit
Sumber : Mulyadi
2.2 Alasan Menggunakan Sampel

Ada beberapa alasan yang mendorong pengambilan sampel. Alasan pertama


menggunakan sampel adalah biaya yang lebih rendah dari pada menggunakan populasi,
alasan lain adalah akurasi hasil yang lebih besar. Karena jumlah bukti yang lebih sedikit,
maka kecepatan pengumpulan data lebih tinggi, dan tersedianya elemen populasi. Menurut
Gaffor dan Charmichael (1984) baik non statistical sampling maupun statistical
sampling mempunyai dasar karakeristik sebagai berikut :
1. Penggunaan sampel dapat menekan biaya
2. Dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan audit, apakah suatu akun secara
material disajikan terlalu tinggi atau tidak ada kesalahan yang terdeteksi.
3. Dapat menghindarkan masalah yang kompleks dan inefisiensi seperti dalam
menentukan deviasi standar atas populasi.
Di samping ciri dasar diatas, ada kelemahan-kelemahan dalam menggunakan sampel
yang harus dipertimbangkan auditor. Jika sampling digunakan, terdapat suatu unsur
ketidakpastian dalam kesimpulan audit. Unsur ketidakpastian ini disebut risiko sampling
(sampling risk). Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006 : 369) risiko sampling adalah
kemungkinan bahwa sample yang telah diambil tidak mewakili populasi, sehingga sebagai
akibatnya atas dasar sampel tersebut auditor menarik kesimpulan yang salah atas saldo akun
atau kelompok transaksi.

2.3 Tahapan Sampling Audit

Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap:


1. Menyusun Rencana Audit
Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap ini
ditetapkan:
 Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis
sampling yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya
digunakan sampling atribut, dan pada pengujian substantif digunakan

4
sampling variabel.

 Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat


keandalan pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti
kewajaran nilai informasi kuantitatif yang diteliti.
 Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian
yang akan dilakukan.
 Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang
diperlukan untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit,
seperti tingkat keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.
2. Menetapkan Jumlah/Unit Sampel

Tahap berikutnya adalah menetapkan unit sampel. Jika digunakan metode


sampling statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula
statistik sesuai dengan jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya
berupa pernyataan mengenai jumlah unit sampel yang harus diuji pada populasi
yang menjadi objek penelitian.
3. Memilih Sampel

Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah
memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik,
pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random).
4. Menguji Sampel

Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus
diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut.
Hasilnya, auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.
5. Mengestimasi Keadaan Populasi

Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor


melakukan evaluasi hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan
populasi. Misalnya berupa estimasi tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai
interval populasi, dan sebagainya.

6. Membuat Simpulan Hasil Audit

Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat


simpulan hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan
memperhatikan/ membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan batas
kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih

5
dalam batas toleransi, berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan
dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.
2.4 Sampling Statistik dan Nonstatistik

Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan Lapangan ketiga


menyatakan bahwa:“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”.
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk
memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah:
i. Sampling statistik (statistical sampling)
ii. Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling)
Kedua pendekatan tersebut sama-sama memerlukan pertimbangan profesional dalam
perencanaan, pelaksanaan rencana penarikan sampel, dan penilaian hasilnya, serta dalam
menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam
penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.
Penilaian kompetensi bukti tidak ditentukan oleh rancangan dan penilaian atas
sampel audit. Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan pertimbangan
audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan bahwa keberadaan salah saji,
atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang
ditetapkan adalah dimasukkan dalam sampel secara proporsional. Oleh karena itu,
pemilihan metode sampling statistik atau sampling non statistik tidak secara langsung
mempengaruhi keputusan auditor mengenai:
a. Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih.
b. Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel
individual.
c. Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.
Pemilihan antara kedua pendekatan tersebut didasarkan terutama pada pertimbangan
manfaat dan biaya. Auditor dapat menggunakan sampling statistik atau sampling non
statistik atau kedua-duanya dalam melaksanakan pengujian audit.
Kedua tipe penarikan sampel tadi dapat menyodorkan bahan bukti yang memadai
sebagaimana yang diharuskan oleh standar pekerjaan lapangan yang ketiga, kedua jenis
penariakan sampel (nonsampling risk). Perbedaan utama dalam kedua tipe penarikan
tersebut adalah bahwa hukum probabilitas dipakai untuk mengendalikan risiko penarikan
sampel dalam pendekatan penarikan sampel statistikal.
Pilihan antara rencana penarikan sampel statistikal dan nonstatistikal terutama

6
didasarkan pada penilaian auditor terhadap biaya dan manfaat relatifnya. Penarikan sampel
nonstatistikal barangkali lebih murah dibandingkan penarikan sampel statistikal, namun
manfaat penarikan sampel statistikal kemungkinan jauh lebih besar ketimbang penarikan
sampel nonstatistikal. Penarikan sampel statistikal dan nonstatistikal dilakukan secara
independent dan seleksi prosedur audit.
Dalam keadaan tertentu penarikan sampel audit baik statistikal dan nonstatistikal
tidaklah tepat, dan karena itu auditor harus menguji seluruuh populasi. Penarikan sampel
juga tidak tepat dalam pengujian prosedur pengendalian yang sangat tergantung pada
pembagian tugas atau tidak memberikan jejak atau jalur audit bukti dokumenter.

1. Sampel Statistik

Penarikan sampel statistikal (statistical sampling) merupakan rencana


penarikan sampel yang memakai hukum probabilitas (probability law) untuk
membuat pernyataan atau generalisasi terhadap suatu populasi. Penarikan sampel
statistikal memakai ancangan matematis untuk mengambil kesimpulan yang
melibatkan komputasi banyaknya sampel, nilai populassi, dan kisaran presisi,
dengan suatu parameter yang berhubungan dengan keandalan dan presisi yang
dibutuhkan. Pendekatan penarikan sampel statistikal haruslah memenuhi dua syarat
berikut :
 Sampel,yang di proyeksikan sebagai karakteristik populasi,semestinya

mempunyai probabilitas seleksi yang diketahui.


 Hasil sampel haruslah di evaluasi secara kuantitatif dan matematis.

Penarikan sampel berlandaskan pada hukum probabilitass, auditor mampu


mengendalikan luas resiko penarikan sampel dalam menyandarkan diri pada hasil
sampel. Penarikan sampel statistikal dapat menolong auditor dalam :
 Merancang sampel yang efisien.
 Mengukur kecukupan bukti yang diperoleh.
 Mengevaluasi secara objektif hasil sampel.

Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non


statistik. Namun, tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat
yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik
menguntungkan manajemen dalam tiga hal berikut :
a. Perencanaan sampel yang efisien
b. Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun

7
c. Pengevaluasian hasil sampel

Disamping itu, sampling statistik mendukung auditor untuk mengkuantufikasi


dan mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam tehnik sampling statistik, yaitu:
a. Attribute Sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian.Kegunaanya adalah
untuk memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian
yang ditentukan dalam populasi.
b. Variable Sampling

Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif.Kegunaan variables


sampling adalah untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi
atau jumlah rupiah kesalahan dalam populasi.

Keunggulan utama penarikan sampel statistikal adalah kesempatan untuk


menentukan banyaknya sampel minimal yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan
tes audit dan kesempatan untuk menyatakan hasi secara kuatitatif. Teknik penarikan
sampel statistikal juga memiliki kelemahan dan bisa menimbulkan masalah praktis
yang dapat membuat penggunaan teknik statistikal kurang efisien ketimbang teknik
penarikan sampel nonstatistikal.

2. Sampling Nonstatistik

Sampling nonstatistik merupakan sampel yang dilakukan berdasarkan


kriteria subyektif. Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam
sampling non statistik, dengan melakukan pertimbangan subyektif berdasarkan
pengalamanannya. Pelaksaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasar kriteria
subyektif dan pengalaman auditor yang bersangkutan.
a. Risiko Sampling dan Nonsampling
 Risiko Sampling
Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor
mencapai kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak
representatif. Risiko sampling adalah bagian sampling yang melekat
akibat menguji lebih sedikit dari populasi secara keseluruhan. Sebagai
contoh, asumsikan auditor memutuskan bahwa pengendalian dianggap
tidak efektif jika terdapat tingkat pengecualian populasi 6%. Asumsikan
auditor menerima bahwa pengendalian dianggap efektif berdasarkan
pengujian pengendalian dengan sampel sebanyak 100 item yang
memiliki dua pengecualian. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat
8
pengecualian sebesar 8%, auditor menerima populasi yang salah karena
sampel tidak cukup mewakili populasi. Berkaitan dengan kemungkinan
bahwa sampel yang diambil tidak menggambarkan secara benar
populasi tersebut. Dalam melakukan pengujian pengendalian jenis
risiko sampling berikut dapat terjadi :
a. Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu
rendah (the risk of assessing control risk too low) adalah risiko
bahwa penilaian tingkat risiko pengendalian berdasarkan sampel
mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang
direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari prosedur atau
kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap tidak
cukup mendukung tingkat penilaian yang di rencanakan,
b. atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (the
risk od assessing control risk too high) adalah risiko bahwa
penilaian tingkat risiko pengendalian berdasarkan sampel tidak
mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang
direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari prosedur atau
kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap cukup
untuk mendukung tingkat penilaian yang direncakan.

Risiko-risiko tersebut mempunyai dampak yang signifikan


terhadap efektivitas dan efesiensi audit.Risiko penilaian tingkat risiko
pengendalian yang terlalu rendah dan risiko kesalahan penerimaan,
masing-masing dijelaskan sebagai risiko beta (beta risk) dalam istilah
umum statistik, berkaitan dengan efektivitas audit.Pada saat auditor
menarik kesimpulan yang salah ini, prosedur-prosedur auditor tidak
cukup untuk mendeteksi salah saji secara material, dan dia tidak
mempunyai dasar alasan untuk pendapatnya.Sebaliknya, risiko
penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi dan risiko
kesalahan penolakan, masing-masing dapat dijelaskan sebagai risiko
alfa (alpha risk) adalah istilah umum statistik berrkaitan ddengan
efisiensi audit. Ketika kesimpulan yang salah ini terjadi, auditor akan
meningkatkan pengujian substantive. Namun demikian, upaya-upaya
ini akan mengarah kepada kesimppulan yang benar, dan audit akan
efektif.Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko

9
sampling:

1. Menyesuaikan ukuran sampel,

2. Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari


populasi.

Meningkatkan ukuran sampel dapat mengurangi risiko


sampling, dan sebaliknya. [ada satu ekstrem, sampel dari semua item
populasi tidak memiliki risiko sampling. Sementara pada ekstrem
lainnya, sampel sebanyak satu atau dua item memiliki risiko sampling
yang sangat tinggi.

Penggunaan metode pemilihan sampel yang sesuai dapat


meningkatkan kemungkinan keterwakilan sampel bersangkutan. Hal ini
tidak menghilangkan atau bahkan mengurangi risiko sampling, tetapi
memungkinkan auditor untuk mengukur risiko yang berkaitan dengan
ukuran sampel tertentu jika metode pemilihan sampel dan evaluasi
statistik digunakan.
 Risiko Nonsampling
Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa
pengujian audit tidak menemukan pengecualian yang ada dalam
sampel. Dua penyebab risiko nonsampling adalah kegagalan auditor
untuk mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak sesuai
atau tidak efektif.
Auditor mungkin gagal mengenali pengecualian karena
kelelahan, bosan atau tidak memahami apa yang harus dicari. Contoh di
asumsikan 3 dokumen pengiriman tidak dilampirkan ke salinan faktur
penjualan dalam sampel sebanyak 100. Jika auditor menyimpulkan
bahwa tidak ada pengecualian, hal tersebut merupakan kesalahan
nonsampling. Prosedur audit yang tidak efektif untuk mendeteksi
pengecualian yang diragukan adalah dengan memeriksa sampel
dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing-masing telah
dilampirkan ke faktur penjulan, dan bukan memeriksa sampel salinan
faktur penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman telah
dilampirkan. Dalam kasus ini, auditor telah melakukan pengujian
dengan arah yang salah karena memulainya dengan dokumen
pengiriman dan bukan salinan faktur penjualan. Prosedur audit yang
10
dirancang dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan, dan review
merupakan cara untuk mengendalikan risiko nonsampling. Sumber-
sumber risiko nonsampling meliputi :
a. Kesalahan manusia
b. Penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit
c. Salah menginterpretasikan hasil sampel
d. Kepercayaan pada informasi yang salah diterima dari pihak lain
b. Metode Pemilihan Sampel
 Sampel Probabilistik

Auditor memilih secara acak item-item sehingga setiap item


populasi memiliki probabilitas yang sama untuk dimasukkan dalam
sampel.Ada empat jenis metode pemilihan sampel probabilistik
yaitu :

1. Pemilihan sampel acak sederhana

Auditor menggunakan sampel ini untuk populasi


sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk menekankan satu
atau lebih item populasi

2. Pemilihan sampel sistematis

Auditor menghitung suatu interval dan kemudian


memilih item-item yang akan dijadikan sampel berdasarkan
ukuran interval tersebut.

3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional


dengan ukuran

4. Pemilihan sampel bertahap


 Sampel Nonprobabilistik

Auditor memilih item sampel dengan menggunakan


pertimbangan professional dan bukan metode probabilistik. Auditor
dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode pemilihan
sampel nonprobabilistik.Ada tiga jenis metode pemilihan sampel
nonprobabilistik yaitu :

1. Pemilihan sampel terarah

Auditor dengan sengaja memilih setiap item dalam

11
sampel berdasarkan criteria pertimbangannya sendiri
ketimbang menggunakan pemilihan acak.
2. Pemilihan sampel blok

Auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, dan


sisanya dipilih secara berurutan.

3. Pemilihan sampel sembarangan

Auditor memilih item atau pos tanpa bias yang disengaja.

c. Sampling untuk Tingkat Pengecualian


Auditor menggunakan sampling pada pengujia pengendalian dan
pengujian substantifatas transaksi untuk mengestimasi persentase item item
dalam populasi yang memiliki karakteristik atau atribut kepentingan.
Persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian (accurence rate) atau tingkat
pengecualian(exception rate). Sebagai contoh jika auditor menetukan bahwa
tingkat pengecualianuntuk ferivikasi internal faktur penjualan adalah sekitar 3
persen, maka rata rata 3dari tiap 100 faktur tidak diverifikasi secara layak.
Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam
populasi data akuntansi:
a. Menyimpan atau deviasi daripengendalian yang diterapkan klien
b. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
c. Salah saji moneter dalam rincian transaksi saldo akun
Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaat bagi dua jenis
pengecualian yang pertama, yang melibatkan transaksi. Karena itu, auditor
menggunakan secara ekspensif sampling audit yang mengukur tingkat
pengecualian ketika melakukanpengujian pengendalian dan pengujian
ekspensif atas transaksi. Perihal jenis pengecualian ketiga, biasanya auditor
harus mengestimasi jumlah total dolar dari pengecualian itu karena mereka
harus memutuskan apakah salah saji yang ada bersifat material. Jika ingin
mengetahui jumlah salah saji, auditor akan menggunakan mode yang
mengukur nilai uang, bukan tingkat pengecualian.
Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk
mengestimsi tingkat pengecualian dalam populasi yang merupakan “estimasi
terbaik” auditor atas tingkat pengecualian populasi. Istilah pengecualian
(exception) harus dipahami sebagai mengacu pada deviasi dari prosedur

12
pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter, apakah hal
itudisebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab
lainnya. Istilah deviasi (deviation) terutama mengacu pada penyimpangan
dari pengendalian yang telahdigariskan.
Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat
pengecualian, auditor ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian
itu, dan bukan lebar interval keyakinannya. Karena itu auditor berfokus pada
batas estimasi interval, yang disebut tingkat pengecualian atas yang
dihitung(computed upper exception rate = CUER) atau yang diestimasi dalam
melakukan pengujian pengendalian dan pengujian supstantif atas transaksi.
Dengan menggunakan angka dari contoh sebelumnya, auditor dapat
menyimpulkan bahwa CUER untuk dokumen pengiriman yang hilang adalah
4% dengan risikosampling sebesar 5% yang berarti auditor menyimpulkan
bahwa tingkat pengecualian populasi tidak lebih besar dari 4% dengan risiko
sebesar 5% tingkat pengecualian itu akan melampaui 4%. Setelah dihitung,
auditor dapat mempertimbangkan CUER dalam konteks tujuan audit khusus.
Sebagai contoh, jika pengujian dilakukan atas dokumen pengiriman yang
hilang, auditor harus menentukan apakah tingkat pengecualian sebesar 4% itu
merupakan risiko pengendalian yang dapat bagi tujuan keterjadian
(occurrence).

d. Distribusi Sampling
Auditor mendasarkan pengujian statistiknya pada distribusi
sampling. Disribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel
berukuran khusus yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki
beberapa karakteristik tertentu. Distribusi sampling memungkinkan auditor
untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan terwakilinya
setiap sampel dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi
binominal, dimana setiap sampel dalam populasi memiliki satu dari dua
nilai yang mungkin atau deviasi pengendalian.
e. Aplikasi Sampling Audit
Merencanakan sampel :

• menyatakan tujuan pengujian audit


• memutuskan apakah sampling aidit dapat diterapkan
• mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian

13
• mendefinisikan populasi
• menetapkan tingkat pengencualian yang dapat ditoleransi
• menetapakan ARACR yang terlalu rendah
• mengestimasi tingkat pengecualia populasi
• menentukan ukuran sampel awal

Jika auditor menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel


awal, mereka akan mengikuti empat langkah berikut :
 memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR.
 menempatkan TER pada bagian atas tabel.
 menempatkan EPER pada kolom bian kiri.
 membaca kebawah kolom bawah TER yang sesuai hingga
berpotongn dengan baris EPER yang tepat. Angka pada perpotongan
tersebut adalah ukuran sampel awal dampak ukuran populasi.
Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit :
a) Satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling statistikdan
nonstatistik adalah terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik
harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana
maupun sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut.
b) Melaksanakan prosedur audit, sama untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik.
c) Mengevaluasi hasil.
d) Menggenaralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor
menghitung batas kemampuan atas CUER dengan ARACR tertentu, yang
sekali lagi menggunakan program komputer khusus atau tabel yang
dikembangkan dari rimus statistik.

2.5 studi kasus

Pada sebuah artikel yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan


Metode Sampling Audit Oleh Akuntan Publik (Studi pada KAP di Jakarta) berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Zakiatul Isnaeni, Penelitian ini menguji tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi penggunaan metode sampling audit oleh akuntan publik, dimana
variabel independen yang digunakan adalah persepsi mengenai sampling statistik, persepsi
mengenai risiko audit, tekanan waktu, pengalaman dan kompleksitas dokumen audit.
Sedangkan variabel dependennya adalah metode sampling audit. Responden penelitian ini
14
berjumlah 85 auditor yang bekerja di 30 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di
Jakarta berdasarkan Direktori KAP yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) tahun 2016.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari kelima variabel yang diuji, hanya
variabel persepsi mengenai sampling statistik dan kompleksitas dokumen audit yang
berpengaruh terhadap penggunaan metode sampling audit. Dalam penelitian ini, pemahaman
mengenai sampling statistik oleh auditor ternyata belum cukup untuk membuat metode
sampling statistik sebagai metode yang digunakan. Hasil uji statistik menunjukkan koefisien
variabel persepsi mengenai sampling statistik berarah negatif, yang mengindikasikan
semakin baik persepsi audtor terhadap sampling statistik, mengakibatkan adanya penurunan
terhadap penggunaan metode sampling statistik dan bahkan cenderung menggunakan
metode non-statistik atau judgmental. Di sisi lain, dokumen audit yang terdiri dari jumlah
yang bayak dan saling terkait membuat auditor harus berhati-hati dalam menentukan jumlah
sampel.
Hasil uji statistik menunjukkan koefisien variabel kompleksitas dokumen audit
berarah positif, yang mengindikasikan adanya kenaikan terhadap penggunaan 109 metode
sampling statistik saat dokumen tersebut semakin kompleks. Hal tersebut terjadi karena
metode sampling statistik dianggap lebih menguntungkan dalam perencanaan sampel yang
efisien, mengukur kecukupan bukti yang diperoleh, mengevaluasi hasil sampel dan
memungkinkan auditor dalam mengkuantifikasi dan mengendalikan risiko sampling. Dari
hasil jawaban responden menunjukkan sebesar 75,3% diantaranya memilih sampling non-
statistik sebagai metode yang paling sering digunakan untuk menentukan sampel.
Penggunaan metode sampling non-statistik memang sah dilakukan, hal ini tertera dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak ada satu pihak pun yang dapat
menjamin salah satu diantara kedua metode tersebut lebih baik dari pada yang lain.

Namun, format statistik yang sudah baku membuat metode ini lebih dapat
dipertanggungjawabkan apabila terdapat masalah dikemudian hari. Tindakan preventif yang
dapat dilakukan terhadap penggunaan metode non-statistik yaitu pemerolehan keyakinan
yang memadai bahwa sampel yang diambil dapat mewakili karakteristik populasi serta
meminimalisir adanya risiko dari berbagai hal atas ketidakpastian dalam sampling audit.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Ketika memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk memperoleh sampel
yang representatif. Sampel representatif (representative sample) adalah sampel yang
karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi.ini berarti item item yang
dijadikan sampel populasi serupa dengan item item yang tidak dijadikan sampel.
Dalam praktek, auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu sampel bersifat
representatif, bahkan setelah semua pengujian selesai dilakukan. Satu satunya cara untuk
mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah dengan melakukan audit
lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Akan tetapi, auditor dapat meningkatkan
kemungkinan sampel yang dianggap representatif dengan menggunakannya secara cermat
ketika merancang proses sampling, pemilihan sampel, dan evaluasi sampel. Hasil sampel
dapat menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan sampling.
Risiko dari dua jenis kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko nonsampling
dan risiko sampling. Keduanya dapat dikendalikan.
Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit tidak
menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Prosedur audit yang tidak efektif untuk
mendeteksi pengecualian uang diragukan adalah dengan memeriksa sampel dokumen
pengiriman dan menentukan apakah masing masing telah dilampirkan ke faktur penjualan,
dan bukan memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah dokumen
pengiriman telah dilampirkan.
Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan
yang salah karna sampel populasi yang tidak representatif. Risiko sampling adalah bagian
sampling yang melekat akibat pengujian lebih sedikit dari populasi secara keseluruhan. Jika
populasi sebenarnya memiliki tingkat pengecualian, auditor menerima populasi yang salah
karenaa sampel tidak cukup mewakili populasi.
3.2 Saran
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat menambah
pengetahuan berkaitan dengan Audit sampling. Tak lupa, kami meminta saran dan kritik atas
tulisan kami demi melengkapi dan menjadi bahan pertimbangan pada penulisan-penulisan
berikutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Elder, Randal J. 2011. Audit Dan Jasa Assurance Jilid 2. Jakarta : ERLANGGA.
http://memebali.blogspot.co.id/2013/07/sampling-audit.html
http://kamarujung.blogspot.co.id/2015/05/makalah-auditing-penarikan-audit.html
http://mimiakuntansi.blogspot.co.id/2013/12/audit-sampling.html
http://yasinibnmaftuh.blogspot.co.id/2013/05/makalah-samplin-audit.html

17

Anda mungkin juga menyukai