Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH AUDIT

STATISTICAL SAMPLING FOR TESTING CONTROL PROSEDURES


AND FOR SUBSTANTIVE TESTING
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Audit
Dosen: Prof. Dr. Rita Anugerah, SE., MAFIS., Ak., CA

KELOMPOK 5

MAZIYAH 2110246786

RENY NOVITASARI 2110246943

RINTO RAHMAD 2110247017

TRI SETYA HADISTI 2110246990

TUMPAL PANDIANGAN 2110247008

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2021

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi ....................................................................................................................................... 2


Kata Pengantar .............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 6
2.1 Overview of Audit Sampling ...................................................................................... 6
2.2 Pengambilan Sampel Atribut ...................................................................................... 12
2.3 Pengambilan sampel nonstatistik untuk pengujian pengendalian ............................... 20
2.4 Sampling Unit Moneter (Mus)/ Monetary Unit Sampling .......................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................. 35
3.1 Contoh penerapan statistica sampling dalam audit siklus pendapatan........................ 35
3.2 Langkah-langkah audit yang dilakukan oleh Andrew Judd ........................................ 36
BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................... 43
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 44

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 03 Oktober 2021

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor selalu
dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan waktu audit
yang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, auditor berkepentingan
dengan keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap keseluruhan isi laporan dan/atau
kegiatan yang diauditnya. Mengingat tanggung jawab ini, maka auditor hanya akan dapat
menerbitkan laporan yang sepenuhnya benar, jika dia memeriksa seluruh bukti transaksi.
Namun demikian, hal ini tidak mungkin dilakukan. Pertama, dari segi waktu dan biaya hal
iniakan memerlukan sumberdaya yang sangat besar. Kedua, dari segi konsep, audit memang
tidak dirancang untuk memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuai dengan
kondisinya. Oleh karena itu, auditor harus merancang cara untuk mengatasi hal tersebut.
Cara yang dapat dilakukan auditor adalah hanya memeriksa sebagian bukti yang ditentukan
dengan cara seksama, sehingga bisa untuk mengambil kesimpulan secara menyeluruh. Hal
ini dapat dilakukan dengan metode sampling audit. Dengan cara demikian maka audit dapat
dilakukan dengan biaya dan waktu yang rasional. Jadi digunakannya metode pengujian
dengan sampling audit diharapkan auditor dapat memperoleh hasil pengujian yang objektif
dengan waktu dan biaya yang minimal, sehingga pekerjaan audit bisa efektif dan efisien.
Auditor melakukan pemilihan sampel dengan maksud untuk memperoleh sampel yang
representative. Sampel yang representative adalah sampel yang mempunyai karakteristik
populasi. Sebagai contoh auditor menemukan 2% kesalahan atas faktur penjualan ,
seandainya ia melakukan inspeksi atas seluruh faktur penjualanDisamping itu sampel harus
mengandung stabilitas. Yang dimaksud disini adalah apabila jumlah sampel ditambah atau
dikurangi maka hasilnya harus sama dan tidak berubah. Pada kenyataanya, auditor tidak
dapat mengetahui apakah sampel yang diambil kerupakan sampel yang representative,
meskipun ia telah selesai melaksanakan seluruh pengujian. Auditor maksimal hanya dapat
meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang

4
representative. Hal tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan cara merancang dan
melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti.
1.2 Rumusan Masalah
Apa definisi dan tujuan sampling audit?
Bagaimana tahapan sampling audit?
Apakah perbedaan sampling statistik dan nonstatistik?
Apa risiko sampling dan nonsampling?

1.3 Tujuan Penulisan


a) Mengetahui definisi dan tujuan dari sampling audit.
b) Mengetahui tahapan-tahapan dalam sampling audit.
c) Mengetahui perbedaan-perbedaan dari sampling statistik dengan sampling nonstatistik.
d) Mengetahui apa saja risiko dari sampling dan nonsampling.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Overview of Audit Sampling

Saat memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk mendapatkan sampel yang
dapat mewakili populasi. Sampel yang representatif adalah salah satu karakteristik dalam
sampel yang kurang lebih sama dengan karakteristik populasinya. Risiko pengambilan sampel
adalah risiko auditor membuat kesimpulan yang salah karena sampelnya tidak representatif.

Standar auditing mengakui dan mengizinkan metode sampling audit baik statistik
maupun nonstatistik. Dengan pengambilan sampel nonstatistik, auditor tidak secara ketat
menerapkan teknik statistik dan memiliki kemampuan untuk menerapkan beberapa
pertimbangan untuk mengevaluasi hasilnya. Penelitian menunjukkan bahwa kedua metode
tersebut umum dilakukan dalam praktik. Baik metode nonstatistik maupun statistik didasarkan
pada teori sampling fundamental yang sama. Faktanya, langkah dan teknik yang digunakan
untuk kedua pendekatan pengambilan sampel ini jauh lebih mirip daripada perbedaannya, dan
standar auditing menunjukkan ukuran sampel untuk kedua pendekatan tersebut kira-kira
sama.

Dua kemajuan telah mengurangi berapa kali auditor perlu menerapkan teknik
pengambilan sampel untuk mengumpulkan bukti audit. Pertama, banyak perusahaan telah
mengembangkan sistem akuntansi otomatis yang terkendali dengan baik yang dapat
memproses transaksi rutin tanpa atau sangat sedikit kesalahan. Daripada mengandalkan
sampling audit untuk menguji transaksi rutin yang diproses oleh sistem informasi otomatis ini,
auditor menguji konfigurasi kontrol perangkat lunak pemrosesan dan kontrol komputer umum
(misalnya, akses terbatas, manajemen perubahan program) yang terkait dengan kontrol
otomatis. Kedua, munculnya perangkat lunak audit yang kuat seperti IDEA, serta teknik
analisis data audit, memungkinkan auditor, dalam beberapa situasi, untuk mengunduh dan
memeriksa seluruh populasi data daripada mengandalkan sampel dari populasi.

Penggunaan teknologi telah mengurangi jumlah di mana pengambilan sampel audit


diperlukan. Namun, teknologi tidak akan pernah sepenuhnya menghilangkan kebutuhan

6
auditor untuk mengandalkan pengambilan sampel sampai tingkat tertentu. Hal ini
dikarenakan:

1. banyak proses kontrol dan prosedur input data memerlukan keterlibatan manusia
(misalnya, rekonsiliasi, peninjauan, dan penyelesaian laporan pengecualian yang
dihasilkan sistem);
2. banyak prosedur pengujian mengharuskan auditor untuk memeriksa secara fisik suatu
aset (misalnya, persediaan) atau memeriksa karakteristik suatu transaksi atau saldo
(misalnya, estimasi nilai wajar);
3. dalam banyak kasus auditor diharuskan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti dari
pihak ketiga (misalnya, surat yang mengkonfirmasi saldo piutang usaha dari pelanggan
entitas);
4. audit analitik data hanya sebaik kualitas data yang mendasarinya dan seringkali
kelengkapan, akurasi, dan validitas data yang mendasarinya perlu diuji dan pengambilan
sampel dapat menjadi teknik yang efektif dan efisien; dan
5. analitik data audit sering kali mengidentifikasi sejumlah besar pengecualian potensial
yang dapat diuji oleh auditor dengan menggunakan pengambilan sampel. Situasi ini
memerlukan perhatian "langsung" auditor.

Ketika jumlah item atau transaksi dalam populasi ini besar, mungkin tidak ekonomis
bagi auditor untuk menguji 100% dari populasi; sebaliknya mereka menggunakan sampling
untuk mengumpulkan bukti audit yang cukup.

Definitions and Key Concepts

Audit sampling didefinisikan sebagai pemilihan dan evaluasi kurang dari 100% item
dalam populasi relevansi audit yang dipilih sedemikian rupa sehingga auditor mengharapkan
sampel tersebut mewakili populasi dan dengan demikian kemungkinan memberikan dasar
yang masuk akal untuk kesimpulan mengenai populasi. Ketika pengambilan sampel
digunakan oleh auditor, unsur ketidakpastian masuk ke dalam kesimpulan auditor. Unsur
ketidakpastian ini disebut sebagai risiko sampling.

Risiko pengambilan sampel mengacu pada kemungkinan bahwa sampel yang diambil
tidak mewakili populasi dan akibatnya auditor akan membuat kesimpulan yang salah tentang

7
saldo akun atau golongan transaksi berdasarkan sampel. Dengan demikian, sampel yang
representatif adalah sampel di mana evaluasi hasil sampel mengarah pada kesimpulan yang
sama yang akan ditarik jika prosedur audit yang sama diterapkan pada seluruh populasi.

Ketika menggunakan sampling audit untuk memperoleh bukti, auditor harus selalu
menerima beberapa risiko sampling hanya karena dia tidak memeriksa semua item dalam
suatu populasi. Risiko pengambilan sampel adalah salah satu alasan mengapa auditor harus
menerima beberapa risiko deteksi dan audit.

Karena risiko pengambilan sampel, auditor menghadapi kemungkinan bahwa evaluasi


sampel dapat menyebabkan salah satu dari dua kemungkinan jenis kesalahan keputusan: (1)
memutuskan bahwa populasi yang diuji tidak dapat diterima padahal kenyataannya dapat
diterima dan (2) memutuskan bahwa populasi yang diuji dapat diterima padahal
kenyataannya tidak dapat diterima. Dalam istilah statistik, kesalahan ini masing-masing
dikenal sebagai kesalahan Tipe I dan Tipe II. Secara lebih formal, kesalahan Tipe I dan Tipe
II didefinisikan sebagai berikut:

1) Risiko penolakan yang salah (Tipe I)


Dalam menguji pengendalian internal, ini adalah risiko bahwa sampel mendukung
kesimpulan bahwa pengendalian tidak beroperasi secara efektif, padahal sebenarnya
pengendalian beroperasi secara efektif. Ketika seorang auditor mengevaluasi tingkat
kepercayaan yang dapat ditempatkan pada suatu pengendalian dalam konteks audit
laporan keuangan, risiko ini juga sering disebut sebagai risiko ketidakpercayaan atau
risiko penilaian control risk yang terlalu tinggi.
Dalam pengujian substantif, ini adalah risiko bahwa sampel mendukung kesimpulan
bahwa saldo akun yang dicatat salah saji secara material padahal sebenarnya tidak salah
saji secara material.

2) Risiko salah penerimaan (Tipe II)


Dalam menguji pengendalian internal, ini adalah risiko bahwa sampel mendukung
kesimpulan bahwa pengendalian beroperasi secara efektif ketika, sebenarnya, tidak
beroperasi secara efektif. Ketika seorang auditor mengevaluasi tingkat kepercayaan yang
dapat ditempatkan pada suatu pengendalian dalam konteks audit laporan keuangan, risiko

8
ini juga sering disebut sebagai risiko ketergantungan yang berlebihan, atau risiko
penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah.
Dalam pengujian substantif, ini adalah risiko bahwa sampel mendukung kesimpulan
bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara material padahal sebenarnya salah
saji material.

Risiko penolakan yang salah (kesalahan keputusan Tipe I) berkaitan dengan efisiensi
audit. Jenis kesalahan keputusan ini dapat mengakibatkan auditor melakukan pekerjaan audit
lebih dari yang diperlukan untuk mencapai kesimpulan yang benar.

Risiko penerimaan yang salah (kesalahan keputusan Tipe II) berkaitan dengan efektivitas
audit. Jenis kesalahan keputusan ini dapat mengakibatkan auditor gagal mendeteksi salah saji
material dalam laporan keuangan, yang dapat menyebabkan litigasi terhadap auditor oleh pihak-
pihak yang mengandalkan laporan keuangan. Karena konsekuensi yang berpotensi parah dari
kesalahan keputusan Tipe II, auditor merancang aplikasi pengambilan sampel mereka untuk
menjaga risiko ini ke tingkat yang dapat diterima rendah.

Prosedur audit juga dapat melibatkan risiko nonsampling. Nonsampling risk adalah risiko
bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah karena alasan apa pun yang tidak terkait dengan
risiko pengambilan sampel; bahwa auditor akan membuat kesalahan penilaian yang disebabkan
oleh penggunaan prosedur audit yang tidak tepat atau salah tafsir atas bukti audit dan kegagalan
untuk mengenali salah saji atau penyimpangan.

Tiga faktor yang tercantum merupakan input terpenting untuk menentukan ukuran sampel
untuk semua jenis sampling audit. Ketiga input ini adalah (1) tingkat jaminan yang diinginkan
dalam hasil sampel (atau tingkat kepercayaan), (2) tingkat cacat yang dapat diterima (atau
kesalahan yang dapat ditoleransi), dan (3) tingkat cacat historis (atau kesalahan yang
diharapkan).

1) Confidence Level
Dalam terminologi statistik, tingkat kepercayaan mewakili probabilitas bahwa interval
tertentu mencakup ukuran yang benar, tetapi tidak diketahui, dari karakteristik yang
diinginkan. Misalnya, untuk mengandalkan pengendalian, auditor mungkin ingin 95

9
persen yakin bahwa pengendalian beroperasi secara efektif setidaknya 97 persen dari
waktu (atau gagal beroperasi tidak lebih dari 3 persen dari waktu).
Tentukan tingkat risiko pengambilan sampel yang dapat diterima dengan
mempertimbangkan jumlah ketergantungan yang akan ditempatkan pada pengujian dan
konsekuensi dari kesalahan keputusan. Semakin banyak ketergantungan yang
ditempatkan pada inspeksi Anda (dibandingkan pengujian lain atau tindakan
pengendalian kualitas) dan semakin parah konsekuensi kesalahan, semakin sedikit risiko
yang ingin auditor terima dan semakin yakin auditor ingin berada dalam pengujian
auditor.
Misalnya, auditor dapat menetapkan risiko pengambilan sampel pada saat penerapan
pengambilan sampel tertentu sebesar 5 persen, yang menghasilkan tingkat kepercayaan
95 persen. Tingkat kepercayaan dan risiko pengambilan sampel terkait dengan ukuran
sampel: semakin besar sampel, semakin tinggi tingkat kepercayaan dan semakin rendah
risiko pengambilan sampel.

2) Tolarable and Expected Error


Setelah confidence level yang diinginkan ditetapkan, ukuran sampel yang sesuai sebagian
besar ditentukan oleh seberapa banyak kesalahan yang dapat ditoleransi melebihi
kesalahan yang diharapkan. Semakin kecil perbedaan antara kedua variabel ini, semakin
tepat hasil pengambilan sampelnya, dan oleh karena itu semakin besar ukuran sampel
yang dibutuhkan.
Dalam terminologi sampling statistik tipikal, istilah presisi berhubungan dengan seberapa
mendekati estimasi sampel dengan karakteristik populasi yang diestimasi, dengan risiko
sampling tertentu. Dengan demikian, presisi pada tahap perencanaan aplikasi sampling
audit adalah perbedaan antara tingkat penyimpangan atau salah saji yang diharapkan dan
yang dapat ditoleransi.
Perlu diketahui bahwa untuk menggunakan sampling audit untuk mengumpulkan bukti
audit, auditor harus dapat "menoleransi" beberapa penyimpangan (untuk pengujian
kontrol) atau salah saji (untuk pengujian substantif) untuk menyediakan penyisihan risiko
sampling. Satu-satunya cara untuk sepenuhnya menghilangkan risiko ini adalah dengan
menguji semua item dalam suatu populasi.

10
3) Audit Evidence Choice That Do and Do Not Involve Sampling
Dalam menilai risiko salah saji material, atau dalam mengaudit saldo akun atau golongan
transaksi, auditor jarang mengandalkan satu pengujian. Umumnya, auditor menerapkan
sejumlah prosedur audit untuk mencapai suatu kesimpulan. Beberapa prosedur audit
melibatkan pengambilan sampel sebagaimana didefinisikan oleh standar auditing,
sementara yang lain tidak melibatkan pengambilan sampel. Berikut adalah beberapa
contoh aplikasi pengambilan sampel yang khas:
• Inspection of tangible assets
Seorang auditor biasanya ikut serta dalam penghitungan persediaan akhir tahun
suatu entitas. Karena jumlah item inventory bisa sangat besar, auditor dapat
menggunakan sampling audit untuk memilih item inventory untuk diperiksa dan
dihitung secara fisik.

• Inspection of records and documents


Suatu pengendalian mungkin mensyaratkan bahwa sebelum cek ditulis ke vendor,
petugas bagian hutang harus mencocokkan pesanan pembelian yang disetujui
dengan laporan penerimaan yang disetujui dan faktur vendor dan menunjukkan
kecocokan yang dapat diterima dengan membubuhkan paraf pada salinan cek
yang distaples ke tiga dokumen lainnya. Untuk perusahaan besar, kontrol
semacam ini akan dilakukan berkali-kali dalam sehari. Auditor dapat
mengumpulkan bukti tentang efektivitas pengendalian dengan menguji sampel
paket dokumentasi.

• Reperformance
Suatu entitas publik harus mendokumentasikan dan menguji kontrol atas asersi
penting untuk akun yang signifikan. Dalam menilai kompetensi dan objektivitas
pekerjaan entitas, auditor dapat melakukan reperformance sampel pengujian yang
dilakukan oleh entitas.

11
• Confirmation
Teknik umum untuk mengumpulkan bukti bahwa saldo piutang ada dan dicatat
secara akurat adalah dengan mengirim surat kepada pelanggan yang meminta
mereka untuk mengkonfirmasi saldo mereka. Daripada mengirim surat kepada
semua pelanggan, auditor dapat memilih sampel pelanggan.

2.2 Pengambilan Sampel Atribut

Pengambilan Sampel Atribut adalah metode pengambilan sampel statistik yang


digunakan untuk memperkirakan proporsi suatu karakteristik dalam suatu populasi. Dalam
menerapkan teknik ini untuk pengujian pengendalian, auditor biasanya mencoba untuk
menentukan efektivitas operasi pengendalian dalam hal penyimpangan dari pengendalian
internal yang ditentukan.

Dalam melakukan sampel statistik untuk pengujian pengendalian, standar auditing


mengharuskan auditor untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi aplikasi
pengambilan sampel dengan tepat dan mendokumentasikan setiap fase aplikasi pengambilan
sampel secara memadai dalam kertas kerja.

Langkah-langkah dalam Pengambilan Sampel Atribut

A. Perencanaan

1. Tentukan tujuan pengujian.

Menentukan Tujuan Pengujian Standar audit mengharuskan aplikasi pengambilan


sampel direncanakan dengan baik dan mempertimbangkan hubungan sampel dengan
tujuan pengujian. Tujuan pengambilan sampel atribut ketika digunakan untuk
pengujian pengendalian adalah untuk mengevaluasi efektivitas operasi pengendalian
internal untuk tujuan audit pengendalian internal untuk perusahaan public atau untuk
menentukan tingkat ketergantungan yang dapat ditempatkan pada pengendalian. untuk
audit laporan keuangan. Dengan demikian, auditor menilai tingkat penyimpangan atau
kesalahan yang ada untuk setiap pengendalian yang dipilih untuk pengujian.
Pengambilan sampel audit untuk pengujian pengendalian umumnya tepat ketika

12
penyelesaian prosedur pengendalian meninggalkan bukti dokumenter (misalnya,
inisial atau tanda tangan elektronik persetujuan).
Tiga prosedur pengendalian dan definisinya adalah sebagai berikut:
- Kontrak penjualan dan layanan diotorisasi dengan benar untuk persetujuan kredit.
- Penjualan tidak dicatat tanpa kontrak penjualan dan sewa yang disetujui
- Kontrak penjualan dan sewa diberi harga yang sesuai.

2. Tentukan karakteristik populasi


Tentukan Populasi Sampling. Semua atau sebagian dari pos-pos yang membentuk
kelas transaksi (atau saldo akun ketika tidak menguji pengendalian) membentuk
populasi sampling. Auditor harus menentukan bahwa populasi dari mana sampel
dipilih sesuai untuk asersi tertentu, karena hasil sampel hanya dapat diproyeksikan ke
populasi dari mana sampel dipilih. Sebagai contoh, anggaplah auditor tertarik untuk
menguji efektivitas pengendalian yang dirancang untuk memastikan bahwa semua
pengiriman ke pelanggan ditagih dengan menguji apakah semua pengiriman, pada
kenyataannya, ditagih. Jika auditor menggunakan populasi faktur penjualan sebagai
populasi sampling, dia tidak mungkin mendeteksi barang yang dikirim tetapi tidak
ditagih, karena populasi faktur penjualan hanya mencakup penjualan yang ditagih.
Dalam contoh ini, populasi sampling yang benar untuk menguji asersi kelengkapan
adalah:

populasi semua barang yang dikirim seperti yang didokumentasikan oleh catatan
pengiriman seperti bill of lading. Ada kecenderungan alami untuk menunjuk seluruh
kelas transaksi (atau semua item dalam saldo akun) sebagai populasi. Namun,
populasi sampel harus dibatasi terhadap transaksi dan periode waktu di bawah sistem
pengendalian yang sama yang relevan dengan asersi yang diuji. Misalnya, jika
pengujian interim akan dilakukan pada bulan Oktober untuk entitas akhir tahun
kalender, populasi sampling dapat didefinisikan sebagai semua transaksi dalam
sembilan bulan pertama tahun tersebut. Hasil penerapan sampling dalam hal ini hanya
berlaku untuk periode sembilan bulan yang diuji. Namun, auditor juga harus
mempertimbangkan apakah akan melakukan pengujian tambahan pada sisa periode
audit hingga akhir tahun.

13
Setelah populasi ditentukan, auditor harus menentukan bahwa representasi fisik
(disebut sebagai kerangka) populasi telah lengkap. Penentuan ini biasanya dibuat
dengan membandingkan kerangka—misalnya, daftar piutang usaha—dengan buku
besar atau dengan memeriksa dan menghitung urutan numerik dari dokumen faktur
penjualan yang telah diberi nomor sebelumnya. Karena auditor memilih sampel dari
kerangka, kesimpulan apa pun hanya terkait dengan representasi fisik populasi
tersebut. Jika kerangka dan populasi berbeda, auditor mungkin menarik kesimpulan
yang salah tentang populasi. Pada contoh di atas, jika frame dan populasi berbeda,
jurnal penjualan (frame) tidak akan mencakup semua transaksi penjualan selama
periode bunga (populasi).

Tentukan Unit Pengambilan Sampel. Anggota individu dari populasi sampling


disebut unit sampling. Dalam contoh inspektur apel, unit pengambilan sampel adalah
apel individual. Dalam audit, unit sampling dapat berupa dokumen, seperti kontrak
atau faktur, item dalam dokumen, entri, atau item baris. Setiap unit sampling
membentuk satu item dalam populasi. Unit sampling harus ditentukan dalam
kaitannya dengan kontrol yang diuji.
Tentukan Kondisi Deviasi Kontrol. Untuk pengujian pengendalian, penyimpangan
adalah penyimpangan dari kinerja pengendalian internal yang memadai. Penting bagi
auditor untuk mendefinisikan dengan cermat apa yang dianggap sebagai
penyimpangan.
Judd telah mendefinisikan penyimpangan pengendalian untuk masing-masing dari
tiga pengendalian internal yang dinilai sebagai berikut:
i. Kontrak penjualan dan layanan diotorisasi dengan benar untuk persetujuan
kredit.
ii. Penjualan tidak dicatat tanpa kontrak penjualan dan sewa yang disetujui. Untuk
pengendalian ini, penyimpangan didefinisikan sebagai tidak adanya kontrak
penjualan atau sewa yang disetujui.
iii. Kontrak penjualan dan sewa diberi harga yang sesuai. Penyimpangan dalam hal
ini adalah penggunaan harga yang tidak sah untuk perangkat nirkabel atau biaya
akses atau sewa yang salah.

14
3. Tentukan ukuran sampel, dengan menggunakan input berikut

Menentukan Ukuran Sampel


Pertimbangan yang cukup diperlukan dalam menentukan nilai yang sesuai untuk
input yang digunakan untuk menghitung ukuran sampel." Tiga kunci utama untuk
menentukan penyelesaian adalah sama seperti yang dibahas sebelumnya, yaitu yang
diinginkan tingkat kepercayaan, tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi, dan
tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan. Standar audit mengharuskan auditor
memberikan pertimbangan yang memadai terhadap nilai yang sesuai dari input ini.
Karena sulitnya membuat penilaian masukan ini, menentukan ukuran sampel
biasanya merupakan salah satu langkah yang paling sulit dari aplikasi pengambilan
sampel audit.
Tingkat Keyakinan yang Diinginkan. Seperti yang dibahas sebelumnya dalam bab
ini, pelengkap dari tingkat kepercayaan adalah risiko bahwa hasil sampel akan
mendukung kesimpulan bahwa pengendalian berfungsi secara efektif padahal
sebenarnya tidak (yaitu, risiko penerimaan yang salah). Dalam audit laporan
keuangan, hal ini dapat mengakibatkan penilaian risiko pengendalian terlalu rendah.
Risiko ini mempengaruhi siveness audit. Jika auditor menetapkan risiko pengendalian
terlalu rendah dan terlalu mengandalkan pengendalian, tingkat prosedur substantif
mungkin terlalu rendah untuk mendeteksi salah saji material yang mungkin ada dalam
akun laporan keuangan. Hal ini karena ketika risiko pengendalian menurun secara
tidak semestinya, auditor meningkatkan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
terkait dengan pengujian substantif untuk mengimbanginya. Jadi, jika risiko
pengendalian salah ditetapkan pada tingkat rendah, risiko deteksi akan ditetapkan
terlalu tinggi.
Tingkat Deviasi yang Dapat Ditoleransi. Tingkat penyimpangan yang dapat
ditoleransi adalah tingkat penyimpangan maksimum dari pengendalian yang
ditentukan yang bersedia diterima oleh auditor dan masih menganggap pengendalian
tersebut efektif (yaitu, prosedur pengendalian yang dapat diandalkan).

15
Ada dua alasan auditor akan mentolerir penyimpangan dan masih menganggap
kontrol efektif. Alasan pertama adalah teknis dan berkaitan dengan risiko sampling.
Ingatlah bahwa untuk auditor (atau inspektur apel) menggunakan pengambilan
sampel untuk mengumpulkan bukti harus ada beberapa margin kesalahan, karena ada
risiko bahwa penyimpangan sampel berbeda dari penyimpangan populasi kecepatan.
Alasan kedua auditor bersedia menoleransi beberapa penyimpangan pengendalian
berkaitan dengan tujuan dan penerapan pengendalian.
Tingkat Deviasi Penduduk yang Diharapkan. Tingkat deviasi populasi yang
diharapkan adalah tingkat yang diharapkan auditor ada dalam populasi. Beberapa
tingkat penyimpangan mungkin diharapkan karena kontrol yang biasanya digunakan
auditor untuk menguji sampel akan bergantung pada beberapa keterlibatan manusia
(misalnya, mencocokkan dokumen, persetujuan kredit, menindaklanjuti laporan
pengecualian yang dihasilkan sistem), dan manusia tidak sempurna. Auditor dapat
mengembangkan harapan ini berdasarkan hasil tahun-tahun sebelumnya atau pada
sampel percontohan. Jika auditor yakin bahwa tingkat penyimpangan populasi yang
diharapkan melebihi tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi, pengujian statistik
tidak boleh dilakukan, karena dalam situasi seperti itu tidak ada jumlah pengambilan
sampel yang dapat mengurangi tingkat penyimpangan populasi di bawah tingkat yang
dapat ditoleransi. Sebaliknya, auditor harus melakukan prosedur substantif tambahan
daripada mengandalkan pengendalian.
Auditor sering menetapkan satu ukuran sampel untuk semua kontrol yang diuji dalam
proses bisnis; hal ini terutama benar jika semua pengujian pengendalian harus
dilakukan pada unit pengambilan sampel yang sama. Ini adalah praktik yang dapat
diterima karena auditor akan menggunakan ukuran sampel yang dihitung terbesar.

Performance

Setelah aplikasi pengambilan sampel direncanakan, auditor melakukan setiap


langkah berikut.

Langkah 4: Pilih Item Sampel Standar audit mengharuskan item sampel


menjadi dipilih sedemikian rupa sehingga sampel diharapkan dapat mewakili
populasi. Dengan demikian, semua item harus memiliki kesempatan yang sama

16
untuk dipilih. Dua metode pemilihan berikut dapat diterima untuk pengambilan
sampel atribut.

Pilihan Nomor Acak. Auditor dapat memilih sampel acak menggunakan angka acak
yang dihasilkan oleh aplikasi spreadsheet atau perangkat lunak pengambilan sampel
audit. Menggunakan metode ini pemilihan, setiap item dalam populasi (seperti
dokumen atau akun pelanggan) memiliki probabilitas yang sama untuk dipilih seperti
setiap unit sampling lainnya dalam populasi Sampling statis mengharuskan audiens
dapat mengukur probabilitas pemilihan unit sampling dipilih. Dengan demikian,
pemilihan nomor acak digunakan dalam banyak aplikasi pengambilan sampel
statistik. Auditor biasanya menggunakan pengambilan sampel acak tak terbatas tanpa
aplikasi pengambilan sampel pengganti.

Seleksi Sistematis. Saat menggunakan pendekatan pemilihan sistematis untuk


memilih sampel, auditor menentukan interval pengambilan sampel dengan membagi
populasi sampel dengan ukuran sampel. Nomor awal dipilih dalam interval pertama,
dan kemudian setiap item ke-n dipilih. Ketika titik awal acak digunakan, pemilihan
sistematis memberikan sampel di mana setiap unit pengambilan sampel memiliki
peluang yang sama untuk dipilih.

Langkah 5: Lakukan Prosedur Audit Setelah item sampel dipilih, auditor


melakukan prosedur audit yang direncanakan.

Dalam melaksanakan prosedur audit untuk pengujian pengendalian, auditor mungkin


menghadapi situasi berikut:

Dokumen batal. Auditor kadang-kadang dapat memilih dokumen batal dalam


sampel. Jika transaksi telah dibatalkan dengan benar, itu tidak mewakili
penyimpangan. Item tersebut harus diganti dengan item sampel baru.

Dokumen yang tidak digunakan atau tidak dapat diterapkan. Terkadang item yang
dipilih tidak sesuai untuk definisi kontrol. Misalnya, auditor dapat mendefinisikan
penyimpangan untuk transaksi pembelian sebagai tagihan vendor yang tidak
didukung oleh laporan penerimaan. Jika auditor memilih tagihan telepon atau utilitas,
tidak akan ada laporan penerimaan untuk diperiksa. Dalam kasus seperti itu, tidak

17
adanya laporan penerimaan tidak akan menjadi penyimpangan. Auditor hanya akan
mengganti item tersebut dengan transaksi pembelian lain.

Ketidakmampuan untuk memeriksa item sampel. Standar auditing mengharuskan


auditor mempertimbangkan efek dari tidak dapat menerapkan prosedur audit yang
direncanakan pada item sampel. Untuk sebagian besar pengujian pengendalian,
auditor memeriksa dokumen sebagai bukti pelaksanaan pengendalian. Jika auditor
tidak dapat memeriksa dokumen atau menggunakan prosedur alternatif untuk
menguji apakah pengendalian telah dilakukan secara memadai, item sampel
merupakan penyimpangan untuk tujuan mengevaluasi hasil sampel.

Menghentikan tes sebelum selesai. Jika sejumlah besar penyimpangan terdeteksi di


awal pengujian pengendalian, auditor harus mempertimbangkan untuk menghentikan
pengujian segera setelah jelas bahwa hasil pengujian tidak akan mendukung tingkat
risiko pengendalian yang telah ditentukan yang direncanakan. Jika kasus tersebut
terjadi dalam konteks audit pengendalian internal untuk perusahaan publik, entitas
akan diinformasikan, dan pengecualian akan dianggap sebagai defisiensi
pengendalian kecuali remediasi dan pengujian ulang berhasil atau ada pengendalian
lain yang secara memadai mengatasi peningkatan risiko salah saji. Dalam konteks
audit laporan keuangan, auditor akan mengandalkan pengendalian internal lain atau
menetapkan risiko pengendalian maksimum untuk asersi audit yang terpengaruh, dan
secara tepat meningkatkan pengujian substantif terkait.

Setiap kali penyimpangan diamati dalam pengendalian, auditor harus menyelidiki


sifat, penyebab, dan konsekuensi dari penyimpangan tersebut.

Memahami dan Menganalisis Penyimpangan yang Diamati. Auditor harus


mengevaluasi aspek kualitatif dari penyimpangan yang diidentifikasi. Ini melibatkan
dua pertimbangan. Pertama, sifat dari setiap penyimpangan dan penyebab serta
konsekuensinya harus dipertimbangkan. Sebagai contoh, auditor harus menentukan
apakah suatu penyimpangan merupakan kesalahan yang tidak disengaja atau
penipuan dan apakah penyimpangan tersebut benar-benar mengakibatkan salah saji
moneter pada laporan keuangan. Pemeriksa juga harus berusaha untuk menentukan
apakah suatu penyimpangan disebabkan oleh suatu sebab seperti salah pengertian

18
terhadap instruksi atau kecerobohan. Memahami sifat dan penyebab penyimpangan
membantu auditor menilai risiko pengendalian dengan lebih baik dan mengevaluasi
apakah penyimpangan tersebut mencerminkan defisiensi pengendalian. Kedua,
auditor harus mempertimbangkan bagaimana penyimpangan dapat berdampak pada
fase audit lainnya. Misalnya, deviasi yang ditemukan dalam pengujian proses
pendapatan diakibatkan oleh pemberian kredit yang tidak tepat. Akibatnya, risiko
bahwa asersi penilaian tidak terpenuhi untuk piutang akan meningkat, dan oleh
karena itu auditor akan meningkatkan prosedur substantif untuk penyisihan piutang
tak tertagih.

Evaluasi

Langkah 6: Hitung Deviasi Sampel dan Perhitungan Tingkat Deviasi Atas

Setelah menyelesaikan prosedur audit, auditor merangkum penyimpangan untuk


setiap kontrol yang diuji dan mengevaluasi hasilnya. Menentukan hasil sampel untuk
aplikasi pengambilan sampel atribut dapat dilakukan dengan menggunakan program
komputer atau tabel pengambilan sampel atribut. Auditor menghitung tingkat deviasi
sampel dan tingkat deviasi atas yang dihitung.

Langkah 7: Menarik Kesimpulan Akhir

Dalam menarik kesimpulan tentang penerapan sampling statistik untuk pengujian


pengendalian, auditor membandingkan tingkat deviasi yang dapat ditoleransi dengan
tingkat deviasi atas yang dihitung. Jika tingkat deviasi atas yang dihitung kurang dari
atau sama dengan tingkat deviasi yang dapat ditoleransi, auditor dapat
menyimpulkan bahwa pengendalian yang diuji dapat diandalkan. Jika tingkat deviasi
atas yang dihitung melebihi tingkat deviasi yang dapat ditoleransi, auditor biasanya
akan menyimpulkan bahwa pengendalian tidak beroperasi pada tingkat yang dapat
diterima. Untuk audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan, pengendalian
yang tidak efektif akan dianggap sebagai defisiensi pengendalian kecuali jika entitas
memulihkan pengendalian tersebut dan baik entitas maupun auditor menguji ulang
untuk mendukung efektivitas pengendalian yang diremediasi. Untuk tujuan audit

19
pengendalian internal, auditor harus mengevaluasi kemungkinan dan besarnya
potensi salah saji yang timbul sebagai akibat dari defisiensi pengendalian.

Untuk audit laporan keuangan, kesimpulan akhir tentang risiko pengendalian untuk
sistem akuntansi yang diuji didasarkan pada pertimbangan profesional auditor atas
hasil sampel dan pengujian pengendalian lain yang relevan seperti permintaan
keterangan dan observasi. Jika auditor menyimpulkan bahwa bukti mendukung
tingkat risiko pengendalian yang direncanakan, maka tidak diperlukan modifikasi
prosedur substantif yang direncanakan.

Sebaliknya, jika tingkat risiko pengendalian yang direncanakan tidak didukung oleh
hasil sampel dan pengujian pengendalian lainnya, auditor harus

(1) menguji prosedur pengendalian lain yang dapat mendukung tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan atau
(2) meningkatkan tingkat risiko pengendalian yang dinilai dan memodifikasi sifat,
luas, atau waktu prosedur substantif

2.3 Pengambilan sampel nonstatistik untuk pengujian pengendalian

Ketika dihadapkan dengan tugas yang memerlukan penerapan atau metode


pengambilan sampel, auditor harus memilih untuk menerapkan baik pengambilan sampel
statistik maupun nonstatistik. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, standar auditing
mengizinkan kedua pendekatan tersebut. Untuk membuat pilihan yang rasional, auditor harus
mengenali perbedaan antara kedua metode tersebut.

Sampling statistik adalah pendekatan matematis untuk inferensi yang melibatkan


perhitungan ukuran sampel, nilai populasi, dan rentang presisi, dengan menetapkan parameter
yang berkaitan dengan keandalan dan presisi yang diperlukan. Dalam menentukan ukuran
sampel, dalam memilih sampel, dan dalam mengevaluasi hasil sampel, dilakukan pendekatan
yang konsisten dan teratur.

Populasi besar menyediakan akses siap pakai ke setiap item yang lebih kondusif untuk
metode pengambilan sampel statistik daripada populasi yang lebih kecil atau populasi yang
berisi item yang tidak mudah diakses oleh auditor. Populasi besar dari voucher yang telah

20
diberi nomor sebelumnya, misalnya, semuanya diajukan secara berurutan, dapat diuji
efektivitas pengendalian-nya melalui penggunaan sampling statistik.

Untuk aplikasi audit, metode sampling statistik yang umum digunakan adalah sebagai
berikut:

• Pengambilan sampel atribut: perkiraan frekuensi kejadian (kesalahan atau penipuan).


metode ini tercakup dalam bab ini karena digunakan untuk melakukan pengujian
pengendalian.
• Pengambilan sampel variabel: perkiraan jumlah (saldo akun atau jumlah dolar
kesalahan). pengambilan sampel variabel digunakan untuk tujuan pengujian
substantif
• Pengambilan sampel penemuan: pendekatan yang teratur untuk menemukan peristiwa
tertentu. Dalam aplikasi audit, metode ini digunakan untuk menemukan contoh
kesalahan atau kecurangan ketika kecurigaan auditor muncul.

Sampling nonstatistik adalah pendekatan yang lebih subjektif untuk inferensi, dalam
teknik matematika yang tidak digunakan secara konsisten dalam menentukan ukuran sampel,
memilih sampel, atau mengevaluasi hasil sampel. Sebagai gantinya, auditor menggunakan
pertimbangan profesional dalam membuat penentuan ini. Populasi yang lebih kecil, atau
populasi yang berisi item yang tidak mudah diakses oleh auditor, seringkali lebih kondusif
untuk penerapan teknik sampling nonstatistik. Mengingat jumlah akun pelanggan yang relatif
kecil, misalnya, auditor mungkin menganggap biaya yang efektif untuk memeriksa
persentase akun yang lebih besar daripada yang disyaratkan oleh penerapan metode
pengambilan sampel statistik. Demikian pula, sejumlah besar voucher yang diproses oleh
sistem online real-time mungkin tidak diajukan dengan cara yang memungkinkan pemilihan
acak. Dalam kondisi ini, metode pengambilan sampel nonstatistik mungkin lebih tepat.

Perbedaan antara pengambilan sampel nonstatistik dan statistik terjadi di salah satu
atau semua langkah berikut:

• Menentukan ukuran sampel.

• Memilih item sampel.

21
• Menghitung tingkat deviasi atas.

Menentukan Ukuran Sampel

Ketika melakukan pengambilan sampel nonstatistik yang digunakan dalam


menentukan ukuran sampel, auditor harus mempertimbangkan tingkat kepercayaan yang
diinginkan, tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi, dan tingkat penyimpangan
populasi yang diharapkan. Sementara Auditor tidak diharuskan menggunakan rumus atau
tabel statistik untuk menentukan ukuran sampel, standar profesional menunjukkan bahwa
ukuran sampel untuk aplikasi nonstatistik dan statistik harus sebanding. Dengan kata lain,
"nonstatistik" tidak membenarkan auditor menggunakan ukuran sampel yang terlalu kecil
untuk memberikan bukti yang cukup. Ukuran sampel nonstatistik ditentukan dengan
menerapkan pertimbangan dan panduan profesional dalam kebijakan firma audit.

Sejumlah kantor akuntan publik menetapkan pedoman untuk ukuran sampel


nonstatistik dalam pengujian pengendalian. Biasanya, pedoman nonstatistik kantor
akuntan konsisten dengan teori sampling dan dirancang untuk memberikan dua manfaat
utama, yaitu:

1. untuk menyederhanakan penilaian yang dibutuhkan auditor lapangan ahli dalam


membuat penilaian secara keseluruhan pada kantor pusat perusahaan, dan
2. untuk meningkatkan konsistensi dalam pengambilan sampel dengan dan antara
seluruh tim. Misalnya, sebuah perusahaan mungkin menetapkan pedoman sebagai
berikut untuk populasi yang lebih besar dari 250.

Dalam mengembangkan pedoman pengambilan sampel nonstatistik seperti di atas,


para ahli perusahaan telah memutuskan tingkat kepercayaan jaminan rendah, sedang, dan
tinggi (katakanlah, 60-65, 75-80, dan 90-95 persen kepercayaan, masing-masing). Para
ahli telah memutuskan tingkat yang wajar dari tingkat penyimpangan yang dapat
ditoleransi (katakanlah, antara 5 dan 10 persen), dan mereka telah memutuskan untuk
mendasari sampel awal pada penyimpangan nol sesuai yang diharapkan. Mengikuti
panduan ini, jika satu atau lebih penyimpangan ditemukan dalam sampel, auditor perlu
memperluas sampel atau meningkatkan tingkat risiko pengendalian.

22
Memilih Item Sampel

Sementara pemilihan sampel acak atau sampel sistematis (dengan awal acak)
diperlukan untuk pengambilan sampel statistik, pengambilan sampel nonstatistik
memungkinkan penggunaan metode pemilihan tersebut serta metode seleksi lainnya
seperti pengambilan sampel serampangan. Ketika pendekatan seleksi serampangan
digunakan, unit pengambilan sampel dipilih tanpa bias sadar—yaitu, tanpa alasan khusus
untuk memasukkan atau menghilangkan item dari sampel. Ini tidak berarti bahwa item-
item tersebut dipilih dengan cara yang ceroboh; melainkan, unit sampling dipilih untuk
mewakili populasi. Seleksi serampangan mungkin berguna untuk pengambilan sampel
nonstatistik, tetapi sebaiknya tidak digunakan untuk pengambilan sampel statistik karena
auditor tidak dapat mengukur probabilitas suatu item terpilih. Saat menggunakan
sampling audit, auditor harus menghindari distorsi sampel dengan memilih hanya item
yang tidak biasa atau besar atau item yang merupakan item pertama atau terakhir dalam
bingkai, karena auditor membutuhkan sampel yang mewakili populasi untuk menarik
kesimpulan tentang populasi dari sampel. Ini tidak untuk mengatakan bahwa pemilihan
tidak biasa, besar, atau peristiwa berisiko, transaksi, atau saldo harus dihindari dalam
prosedur audit lain yang tidak melibatkan sampling audit. Sebaliknya, auditor harus
memfokuskan prosedur audit khusus pada semua item tersebut, menggunakan pengujian
100 persen daripada sampling audit, karena sampling audit membutuhkan pemilihan item
dalam populasi menggunakan kesempatan (yaitu, pemilihan acak atau serampangan).

Menghitung Tingkat Deviasi Atas

Dengan sampel nonstatistik, auditor dapat menghitung tingkat penyimpangan


sampel tetapi tidak dapat mengukur tingkat deviasi atas dan risiko sampling yang terkait
dengan pengujian. Panduan Audit AICPA - Audit Sampling memberikan saran berikut
untuk mempertimbangkan risiko sampling dalam pengujian pengendalian nonstatistik:

Jika auditor melakukan sampling nonstatistik, risiko sampling - tidak bisa diukur
secara langsung; namun, biasanya sesuai dengan kesimpulan auditor bahwa hasil sampel
tidak mendukung tingkat pengendalian risiko yang direncanakan jika tingkat
penyimpangan yang diidentifikasi dalam sampel melebihi tingkat penyimpangan populasi
yang diharapkan yang digunakan saat merancang sampel.

23
Misalkan auditor merencanakan pengambilan sampel nonstatistik dengan
menetapkan tingkat kepercayaan yang diinginkan "tinggi" (yaitu, 90 hingga 95 persen),
tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan pada 0,5 persen, dan tingkat
penyimpangan yang dapat ditoleransi sebesar 8 persen. Diasumsikan auditor menentukan
untuk memilih ukuran sampel 50 item dan membuat pemilihan sembarangan. Jika auditor
tidak mendeteksi deviasi kontrol, tingkat penyimpangan sampel adalah 0 persen. Dalam
hal ini, tingkat penyimpangan sampel, 0 persen, kurang dari tingkat penyimpangan
populasi yang diharapkan, 0,5 persen, dan ada risiko yang dapat diterima bahwa tingkat
penyimpangan populasi sebenarnya melebihi tingkat penyimpangan yang dapat
ditoleransi.

Sekarang asumsikan bahwa satu deviasi kontrol terdeteksi. Tingkat


penyimpangan sampel adalah 2 persen, lebih besar dari tingkat penyimpangan populasi
yang diharapkan (0,5 persen). Sekarang ada risiko tinggi yang tidak dapat diterima bahwa
tingkat penyimpangan populasi sebenarnya melebihi yang dapat ditoleransi tingkat
penyimpangan. Mengacu pada tabel hasil evaluasi sampel statistik yang menggambarkan
mengapa hasil sampel nonstatistik tidak mungkin mendukung efektivitas pengendalian.
Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa jika satu deviasi ditemukan dalam 50 item
sampel, deviasi atas yang dihitung adalah 9,2 persen. Ini melebihi tingkat penyimpangan
yang dapat ditoleransi sebesar 8 persen.

Pendekatan nonstatistik jika (1) pertimbangan digunakan untuk menentukan


ukuran sampel, (2) teknik pemilihan sampel yang serampangan digunakan, dan/atau (3)
mengevaluasi hasil sampel. Pendekatan nonstatistik dapat melibatkan pemilihan acak dan
evaluasi yang menghakimi. Sampel yang dipilih secara sembarangan tidak boleh
dievaluasi secara statistik dengan cara formal (walaupun evaluasi semacam itu dapat
digunakan untuk menginformasikan pertimbangan auditor). Namun, itu penting untuk
dicatat bahwa setiap sampel yang diambil secara acak dapat dievaluasi secara statistik —
bahkan jika auditor memberi label pendekatan "nonstatistik" dan bahkan jika ukuran
sampel tidak secara statistik berasal dari. Ini adalah poin penting karena menyoroti
kebutuhan auditor untuk memahami konsep kunci teori sampling bahkan jika mereka
menggunakan pendekatan nonstatistik. Ingat, jika auditor secara acak memilih sampel

24
dan kemudian mengevaluasi hasilnya dengan pertimbangan, kualitas penilaiannya dapat
dievaluasi terhadap teori statistik oleh para ahli luar.

Kesimpulan

Penggunaan sampling biasa dalam audit karena kebutuhan untuk mengumpulkan


bukti dalam jumlah besar dari populasi entitas data dengan efektivitas biaya. Dalam bab
ini kita membahas konsep dasar yang relevan dengan semua bentuk audit sampling,
seperti risiko sampling. Kapan pun auditor menggunakan teknik pengambilan sampel,
mereka menghadapi risiko bahwa sampel mereka tidak representatif, yang dapat
menyebabkan mereka menarik kesimpulan yang salah. Teori statistik memungkinkan
auditor untuk mengukur risiko dan mengelolanya dengan mengambil ukuran sampel yang
sesuai. Di dalam bab ini kami berfokus terutama pada pengambilan sampel atribut
statistik untuk pengujian kontrol dan kami menyediakan pendekatan langkah demi
langkah untuk merencanakan sampel, melaksanakan pengujian sampel, dan mengevaluasi
hasil dari sampel. Pengambilan sampel nonstatistik juga digunakan dalam praktik, tetapi
penting untuk mengingat bahwa pendekatan nonstatistik harus didasarkan pada teori
statistik.

Pengambilan sampel untuk pengujian substantif rincian dari saldo akun

Seperti halnya atribut pengambilan sampel, tiga penentu penting ukuran sampel
untuk menguji saldo akun adalah tingkat kepercayaan yang diinginkan, salah saji dapat
ditoleransi, dan salah saji dapat diestimasi. Ukuran populasi tidak mempengaruhi
perhitungan pengambilan sampel saat menguji saldo akun moneter. Salah saji yang
ditemukan dalam sampel audit digunakan untuk menguji saldo akun yang harus
diproyeksikan ke populasi, dan auditor harus mempertimbangkan penyisihan untuk risiko
sampling.

Dalam kata pengantar Bab 8, kami meminta Anda untuk membayangkan bahwa
Anda adalah seorang inspektur apel. Kita melakukan ini untuk mengilustrasikan beberapa
konsep dasar sampling audit sebelum membahas rincian teknis. Sebelum kita masuk ke
rincian sampling audit untuk pengujian substantif, kami ingin Anda untuk menggunakan
penilaian profesional Anda untuk mengembangkan dan memahami tentang pengambilan

25
sampel untuk mengevaluasi hasil pengambilan sampel yang terkait dengan pengujian
saldo persediaan di bawah ini. Misalkan salah saji sebesar $2.000 merupakan perbedaan
antara jumlah pengujian persediaan oleh auditor dan jumlah dalam catatan entitas
berdasarkan prosedur penghitungan persediaan entitas:

Tujuan pengambilan sampel audit adalah untuk menarik kesimpulan tentang


seluruh populasi (saldo akun persediaan yang dilaporkan pada contoh di atas) dari hasil
sampel.

Dalam Bab 8, perkiraan terbaik kami dari tingkat deviasi populasi untuk
pengujian kontrol adalah sampel tingkat penyimpangan. Demikian pula, ketika
menggunakan sampling audit untuk menguji saldo akun, kita akan menginginkan untuk
memproyeksikan salah saji yang diamati dalam sampel ke populasi. Pada contoh di atas,
salah saji yang diamati dapat diproyeksikan ke populasi dengan menghitung rasio salah
saji terhadap total dolar pada sampel: 2 persen ($2.000÷$100.000). Menerapkan rasio ini
ke seluruh saldo akun menghasilkan estimasi terbaik atau salah saji yang diproyeksikan
dalam persediaan akun $60.000 (2% × $3.000.000). Jika perkiraan terbaik Anda adalah
bahwa akun tersebut dilebih-lebihkan sebesar $60.000, apakah menurut Anda akun
tersebut dinyatakan secara wajar? Jawaban untuk pertanyaan ini, seperti banyak
pertanyaan dalam audit, adalah "itu tergantung." Itu sebagian tergantung pada jumlah
salah saji yang dapat ditoleransi untuk akun persediaan. Jika jumlah salah saji yang dapat
ditoleransi untuk akun ini adalah $50.000, maka kami tidak dapat menyimpulkan bahwa
akun tersebut dinyatakan wajar karena estimasi terbaik kami (atau salah saji yang
diproyeksikan) lebih tinggi dari jumlah yang dapat kami toleransi. Apabila salah saji
yang dapat ditoleransi adalah $110.000; apakah Anda akan menyimpulkan bahwa akun
tersebut disajikan secara wajar? Jawabannya sekali lagi, “tergantung.” Kapan pun
pengambilan sampel digunakan, evaluasi harus mencakup penyisihan untuk risiko
sampling. Ketika pengambilan sampel digunakan untuk memperkirakan salah saji
moneter, batas kepercayaan atau batas yang harus ditetapkan sebagai penyisihan untuk
risiko pengambilan sampel. Dalam contoh di atas, salah saji aktual dalam populasi bisa
menjadi $60.000, tetapi mungkin juga lebih tinggi atau lebih rendah karena perkiraan
didasarkan pada sampel. Jika salah saji yang dapat ditoleransi adalah $110.000, dan batas

26
atas kemungkinan salah saji akun kurang dari $110.000, maka akun tersebut dianggap
wajar. Ukuran batas atas salah saji sebagian besar tergantung pada ukuran sampel, yang
secara langsung berhubungan dengan tingkat kepercayaan yang diinginkan. Konsep
penting yang perlu dipahami adalah bahwa ketidakpastian yang melekat dalam
pengambilan sampel (sampling) risiko) menurun dengan meningkatnya ukuran sampel.

Konsep seperti "standar deviasi" dan "distribusi normal" (yaitu, skor Z atau
koefisien kepercayaan) digunakan untuk menghitung kepercayaan batas dan interval.
Pendekatan statistik tradisional ini digunakan untuk pengambilan sampel variabel klasik.
Menanggapi perhitungan matematika sulit yang terlibat dalam pengambilan sampel
variabel klasik dan karena keterbatasan lain yang dibahas nanti, auditor mengembangkan
pendekatan sampling audit untuk menguji saldo yang disebut sampling unit moneter.
Sampling unit moneter didasarkan pada konsep sampling atribut. Sedangkan perhitungan
terlibat dalam pengambilan sampel variabel klasik sekarang dapat dengan mudah
dilakukan dengan komputer pribadi, auditor telah menemukan bahwa sampling unit
moneter memberikan keuntungan penting lainnya. Namun, pengambilan sampel unit
moneter bukanlah pendekatan terbaik untuk semua pengujian detail substantif; oleh
karena itu, dalam bab ini kami juga membahas sampling nonstatistik dan sampling
variabel klasik.

2.4 Sampling Unit Moneter (Mus)/ Monetary Unit Sampling

Sampling unit moneter (MUS) didasarkan pada teori sampling atribut yang
dimodifikasi untuk mengekspresikan kesimpulan moneter daripada tingkat kejadian. MUS
dikembangkan oleh auditor untuk mengatasi kompleksitas komputasi teknik sampling statistik
lainnya dan karena sebagian besar populasi akuntansi mengandung salah saji yang relatif
sedikit. Pengambilan sampel variabel klasik tidak terlalu efektif dalam menangani populasi
dengan sedikit atau tanpa salah saji . Penelitian menunjukkan bahwa saldo akun sampel oleh
auditor biasanya memiliki tingkat kesalahan yang rendah. MUS biasanya digunakan oleh
auditor untuk menguji akun seperti piutang, pinjaman piutang, sekuritas investasi, dan
persediaan.

27
Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan MUS.

Keuntungan
• MUS tidak mengharuskan pengguna untuk membuat asumsi tentang distribusi salah saji,
sedangkan pengambilan sampel variabel klasik bergantung pada teori distribusi normal
dan memerlukan perkiraan variasi (atau standar deviasi) salah saji dalam populasi.
• Ketika auditor mengharapkan sedikit atau tidak ada salah saji, lebih sulit untuk
menentukan ukuran sampel menggunakan sampling variabel klasik mengingat kebutuhan
untuk mengasumsikan distribusi salah saji. Dengan tidak adanya salah saji, pengganti
konservatif digunakan
• dalam pengambilan sampel variabel klasik. Dalam situasi dengan sedikit atau tanpa salah
saji, MUS biasanya menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil daripada sampling
variabel klasik.
• Ketika diterapkan menggunakan prosedur pemilihan sampel probabilitas-proporsional-
ke-ukuran sebagaimana diuraikan dalam teks ini, MUS secara otomatis menghasilkan
sampel bertingkat karena item sampel dipilih secara proporsional dengan jumlah dolar
mereka. Dengan demikian, item dolar yang lebih besar memiliki kemungkinan lebih
tinggi untuk dipilih. Dengan pengambilan sampel variabel klasik, populasi harus
distratifikasi agar fokus pada item yang lebih besar.

Kekurangan
• Pemilihan saldo nol atau negatif umumnya memerlukan pertimbangan desain khusus.
Sebagai contoh, jika pemeriksaan saldo nol adalah penting (seperti halnya ketika mencari
liabilitas yang tidak tercatat dalam utang usaha), auditor harus menguji pos-pos tersebut
secara terpisah karena pos-pos tersebut tidak akan dipilih menggunakan metode
pemilihan probabilitas-proporsional-untuk-ukuran. Sebagai alternatif, jika akun seperti
piutang usaha berisi saldo kredit, auditor harus memisahkan item-item tersebut dan
mengujinya secara terpisah.
• Ketika lebih dari beberapa salah saji terdeteksi menggunakan pendekatan MUS,
perhitungan hasil sampel seperti yang ditunjukkan dalam buku teks dapat melebih-
lebihkan penyisihan risiko pengambilan sampel. Hal ini terjadi karena metode yang
digunakan untuk menentukan jumlah salah saji bersifat konservatif. Dengan demikian,

28
auditor lebih mungkin untuk menolak nilai buku tercatat yang dapat diterima dan
overaudit.

TABLE 9–1 Steps in a Monetary-Unit Sampling Application

1. Determine the test


Planning
objectives.

2. Define the population characteristics:

• Define the population.


Performance
4.• Select
Definesample items. unit.
the sampling

5.• Perform
Define athe
Evaluation auditing procedures:
misstatement.
6. Calculate the projected misstatement and the upper limit on misstatement.
3.• Determine
Understand theand analyze
sample size,any misstatements
using observed.
the following inputs:
T A B L7.
E 9Draw finaldalam
– 1 Langkah conclusions.
Aplikasi Sampling Unit Moneter
• Desired confidence level or risk of incorrect acceptance.

• Tolerable misstatement.
Tahap Perencanaan
• Expected population misstatement.
1. Tentukan tujuan pengujian.
• Population size.
2. Tentukan karakteristik populasi:

• Tentukan populasi.
• Tentukan unit sampling.
• Tentukan salah saji.

3. Tentukan ukuran sampel, dengan menggunakan input berikut:

• Tingkat kepercayaan yang diinginkan atau risiko penerimaan yang salah.


• Salah saji yang dapat ditoleransi.
• Salah saji populasi yang diharapkan.
• Ukuran populasi.

29
Tahap Penyajian

4. Pilih item sampel.

5. Lakukan prosedur audit:

• Memahami dan menganalisis setiap salah saji yang diamati.

Tahap Evaluasi

6. Hitung salah saji yang diproyeksikan dan batas atas salah saji.

7. Menarik kesimpulan akhir.

➢ Pengambilan Sampel Nonstatistik untuk Pengujian Saldo Akun

Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan


berdasarkan kriteria subyektif berdasarkan pengalaman auditor. Guy (1981) mendefinisikan
sampling yang sampelnya dipilih secara subyektif, sehingga proses pemilihan sampel tidak
random dan hasil penyampelan tidak dievaluasi secara matematis. Ada beberapa
metode pemilihan sampel yang dikategorikan dalam sampling non statistik, sebagai berikut :
a. Haphazard sampling. Auditor memilih sampel yang diharapkan representatif terhadap
populasi lebih berdasar judgement individu tanpa menggunakan perandom probabilistik
(misalnya semacam tabel bilangan random). Untuk menghindari bias, sampel dipilih tanpa
memperhatikan ukuran, sumber, atau ciri-ciri khas lainnya (Arrens dan Loebbecke,
2000). Tetapi kelemahan utama metode ini adalah kesulitan untuk benar-benar
menghilangkan bias pemilihan.
b. Block sampling. Menggunakan seleksi satu atau lebih kelompok elemen populasi secara
berurut. Bila satu item dalam blok terpilih maka secara berurut item-item berikutnya dalam
blok akan terpilih dengan otomatis. Metode ini secara teoritis merupakan metode pemilihan
sampel yang representatif namun jarang digunakan karena tidak efisien. Waktu dan biaya
untuk memilih sampel yang memadai agar representatif terhadap populasi sangat mahal (Guy
dan Carmichael, 2001).
c. Systematic sampling. Menggunakan start point yang ditentukan secara judgement kemudian
memilih tiap elemen populasi ke n. Sampel dipilih berdasarkan interval yang ditentukan dari
pembagian jumlah unit dalam populasi dengan jumlah sampel.

30
d. Directed sampling. Menggunakan seleksi berdasarkan judgement elemen bernilai (high
value) atau elemen yang diyakini mengandung error. Auditor tidak mendasarkan pada
pemilihan yang mempunyai kesempatan sama (probabilistik), namun lebih menitik beratkan
pemilihan berdasarkan kriteria. Kriteria yang biasa digunakan adalah:
1. Item-item yang paling mungkin mengandung salah saji.
2. Item-item yang memiliki karakteristik populasi tertentu.
3. Item yang mempunyai nilai tinggi (large dollar coverage).

Dibanding sampling statistik, judgement atau sampling non statistik sering


dikritik karena secara berlebihan mengandalkan intuisi dan juga sering secara irasional
dipengaruhi faktor-faktor subyektif. Kecukupan ukuran sampel tidak bisa secara obyektif
ditentukan. Misalnya reaksi personal auditor terhadap karyawan klien, proses pengadilan,
dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penugasan bisa sangat mempengaruhi
ukuran sampel (Guy, 1981). Namun demikian terlepas dari kemungkinan terjadinya hal-
hal tersebut, sampling non statistik yang direncanakan secara tepat akan dapat seefektif
sampling statistik. Banyak situasi yang membuat judgement sampling lebih sesuai dari
pada sampling statistik. Harus dicatat bahwa sampling statistik merupakan alat yang
berguna untuk sebagian, tidak semua situasi. Apakah sampling statistik harus digunakan,
tergantung dari keputusan, tujuan audit, pertimbangan cost diferensial (dibandingkan
dengan judgement sampling) serta trade-offs antara biaya dan manfaat yang didapat
dalam pengauditan.

Pengambilan sampel audit nonstatistik umumnya digunakan oleh Auditor, pengambilan


sampel “nonstatistik” bukanlah pengambilan sampel yang “buruk” dan bahwa standar audit
mengharuskan pendekatan nonstatistik menghasilkan ukuran sampel dan evaluasi yang
sebanding dengan sampling statistic.

Perusahaan audit menemukan bahwa ada beberapa keuntungan menggunakan pendekatan


pengambilan sampel nonstatistik yang disesuaikan (misalnya, penilaian ahli perusahaan
dibangun ke dalam template dan panduan seperti tingkat kepercayaan yang didefinisikan sebagai
jaminan tinggi, sedang, dan rendah; lebih aplikasi yang konsisten dari sampling, dan penyisihan
penilaian auditor yang tepat selama evaluasi akhir.

31
Ketika aplikasi pengambilan sampel nonstatistik digunakan, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dan memerlukan penjelasan lebih lanjut :

1. Mengidentifikasi item yang signifikan secara individual.


2. Menentukan ukuran sampel.
3. Memilih item sampel.
4. Menghitunghasilsampel.

➢ Mengidentifikasi Item Signifikan Secara Individual

Dalam banyak aplikasi pengambilan sampel nonstatistik, auditor menentukan item


mana yang harus diuji secara individual dan item mana yang harus dijadikan sampel. Item
yang akan diuji secara individual adalah item yang mungkin mengandung salah saji
potensial yang secara individual melebihi salah saji yang dapat ditoleransi. Item-item ini
diuji 100 persen karena auditor tidak bersedia menerima risiko sampling apa pun. Sebagai
contoh, auditor yang menggunakan sampling nonstatistik mungkin memeriksa saldo
piutang suatu entitas di mana 10 saldo akun pelanggan lebih besar dari salah saji yang
dapat ditoleransi. Auditor akan menguji semua 10 akun besar, dan seandainya 10 akun
tersebut merupakan 40 persen dari total saldo akun, auditor akan menerapkan sampling
audit nonstatistik ke akun pelanggan yang tersisa yang merupakan 60 persen lainnya dari
total saldo. Menguji semua item yang signifikan secara individual menghasilkan
penekanan pada item besar yang mirip dengan pemilihan probabilitas-proporsional-ke-
ukuran. Ingatlah bahwa pemilihan probabilitas-proporsional-ke-ukuran menjamin bahwa
semua item yang lebih besar dari interval pengambilan sampel akan dimasukkan dalam
sampel.

➢ Menentukan Ukuran Sampel

Ketika menentukan ukuran sampel, auditor harus mempertimbangkan tingkat


kepercayaan yang diinginkan, risiko salah saji material, salah saji yang dapat ditoleransi
dan diharapkan, dan ukuran populasi. Sementara auditor dapat menentukan ukuran
sampel nonstatistik dengan menggunakan penilaian profesional, standar audit
menunjukkan bahwa ukuran sampel untuk sampling statistik dan nonstatistik harus
serupa. Dengan demikian, adalah umum bagi perusahaan untuk mengembangkan
32
panduan untuk pengambilan sampel nonstatistik berdasarkan teori statistik seperti rumus
yang diberikan di bawah ini, yang diadaptasi dari Sampling Audit Panduan Audit.

Sampling population book value


Sample size = ______________________________ × Confidence factor
Tolerable - Expected misstatement

"Nilai buku populasi sampel" tidak termasuk jumlah item yang akan dijadikan individual
diaudit.

➢ Memilih Item Sampel

Ketika setiap bentuk sampling audit digunakan untuk mengumpulkan bukti,


standar auditing mengharuskan item sampel dipilih sedemikian rupa sehingga sampel
dapat diharapkan mewakili populasi. Sementara beberapa bentuk sampel acak atau
pemilihan sistematis (misalnya, probabilitas sebanding dengan ukuran) diperlukan untuk
pengambilan sampel statistik, standar audit memungkinkan penggunaan metode
pemilihan ini, serta metode pemilihan lainnya termasuk pengambilan sampel
serampangan saat menggunakan pengambilan sampel nonstatistik

➢ Menghitung Hasil Sampel

Standar auditing mengharuskan auditor memproyeksikan jumlah salah saji yang


ditemukan dalam sampel kepada populasi. Ada dua metode umum untuk
memproyeksikan jumlah pernyataan yang salah yang ditemukan dalam sampel
nonstatistik.

1. Metode pertama untuk memproyeksikan hasil sampel ke populasi adalah dengan


menerapkan rasio salah pernyataan yang diamati dalam sampel terhadap populasi
2. Metode kedua, disebut sebagai proyeksi perbedaan, memproyeksikan salah saji rata-
rata setiap item dalam sampel untuk semua item dalam populasi dan digunakan ketika
salah saji diharapkan relatif konstan untuk semua item dalam populasi terlepas dari
ukuran dolar mereka.

33
Dalam mengevaluasi hasil sampel nonstatistik, auditor menggunakan
pertimbangan dan pengalaman profesional untuk menarik kesimpulan. Jika sampel
diambil secara serampangan (dibandingkansecaraacak). penyisihan untuk risiko
pengambilan sampel tidak dapat diukur secara statistik dalam tingkat kepercayaan
tertentu. Panduan Pengambilan Sampel Audit memberikan arahanberikut:
Jika total salah saji faktual dan proyeksi kurang dari salah saji yang dapat
ditoleransi untuk saldo akun atau golongan transaksi, maka auditor harus
mempertimbangkan risiko bahwa hasil tersebut mungkin diperoleh meskipun salah saji
moneter yang sebenarnya untuk populasi melebihi salah saji yang dapat ditoleransi. .
Sebagai alternatif, auditor dapat membandingkan salah saji yang diproyeksikan dengan
salah saji yang diharapkan yang digunakan dalam menentukan ukuran sampel. Ketika
salah saji yang diproyeksikan melebihi salah saji yang diharapkan, sampel mungkin tidak
cukup besar untuk memberikan risiko yang direncanakan atas penerimaan yang salah
(yaitu, menghasilkan penyisihan yang tidak memadai untuk risiko pengambilan sampel).
Jadi, pendekatan umum yang digunakan dalam praktik untuk mengevaluasi hasil sampel
nonstatistik adalah membandingkan salah saji yang diproyeksikan dengan salah saji yang
diperkirakan. Jika salah saji yang diproyeksikan lebih kecil dari salah saji yang
diharapkan, tujuan sampel telah tercapai dan populasi sampel dianggap telah dinyatakan
secara wajar.

34
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Contoh penerapan statistica sampling dalam audit siklus pendapatan

Calabro Wireless, Inc.

Calabro Wireless Services, Inc adalah perusahaan layanan bisnis yang menggunakan teknologi
komunikasi nirkabel untuk mengembangkan solusi bisnis. Perusahaan menekankan sistem,
keandalan, pemasaran berorientasi solusi, dan tingkat pelayanan terhadap pelanggan yang tinggi.
Perusahaan menyediakan layanan berkualitas tinggi dan berbiaya rendah untuk pasar. Dalam
beberapa tahun terakhir, perusahaan telah mengalami pertumbuhan tahunan sekitar 20 persen per
tahun. Andrew Judd adalah senior audit di audit Calabro dan firmanya telah mengaudit Calabro
selama 10 tahun. Auditor telah mengembangkan pemahaman tentang proses pendapatan Calabro
dan telah memutuskan untuk mengandalkan kontrol yang dipilih untuk mengurangi risiko
pengendalian di bawah maksimum untuk audit laporan keuangan tahun berjalan.

Transaksi pendapatan Calabro muncul dengan cara berikut:

Pelanggan dapat menyewa perangkat nirkabel dari perusahaan atau membeli perangkat nirkabel
dan hanya membayar biaya bulanan untuk penggunaan perangkat lunak dan sistem perusahaan.
Setiap pelanggan masuk ke kontrak layanan dengan perusahaan, yang menyediakan pembayaran
biaya akses dan membeli atau menyewa satu atau lebih perangkat nirkabel. Kontrak dengan
pelanggan dengan jumlah besar perangkat biasanya untuk jangka waktu tiga sampai lima tahun,
sedangkan kontrak untuk jumlah yang lebih kecil biasanya untuk jangka waktu satu tahun
dengan opsi perpanjangan di akhir jangka waktu.

Sehingga terdapat tiga kontrol dalam proses pendapatan Calabro adalah sebagai berikut:

1. Kontrak penjualan dan layanan diotorisasi dengan benar untuk persetujuan kredit.
Personel departemen kredit Calabro memeriksa kelayakan kredit pelanggan baru dan
menetapkan batas kredit berdasarkan evaluasi. Untuk pelanggan yang sudah ada, jumlah dari
penjualan atau sewa baru ditambahkan ke saldo piutang yang ada, dan totalnya dibandingkan
dengan limit kredit nasabah. Jika jumlahnya kurang dari batas kredit, transaksi diproses. Jika

35
total melebihi batas kredit, maka transaksi harus ditinjau oleh manajer kredit sebelum
penjualan disetujui.
2. Penjualan tidak dicatat tanpa kontrak penjualan dan sewa yang disetujui.
Proses pendapatan Calabro berisi kontrol bahwa tidak ada transaksi pendapatan yang harus
dicatat kecuali jika kontrak penjualan atau sewa yang disetujui dikirim ke departemen
penagihan.
3. Kontrak penjualan dan sewa diberi harga yang sesuai.
Proses pendapatan Calabro juga termasuk kontrol yang mengharuskan personel departemen
penagihan untuk menggunakan daftar harga penjualan perangkat nirkabel. Biaya akses dan
sewa ditentukan berdasarkan pada struktur biaya yang mencakup diskon volume untuk
pelanggan unit besar.

3.2 Langkah-langkah audit yang dilakukan oleh Andrew Judd

1. Langkah pertama, Menentukan tujuan tes/pengujian.


Andrew Judd menetapkan tujuan pengujian:
a. apakah proses pendapatan Calabro telah berfungsi seperti yang didokumentasikan?
b. apakah kontrolnya diidentifikasi mengenai otorisasi kredit, persetujuan kontrak, dan
harga yang tepat sedang beroperasi efektif dan dengan demikian memungkinkan risiko
pengendalian ditetapkan di bawah maksimum.
2. Langkah kedua : Menentukan karakteristik populasi
✓ Populasi pengujian
Untuk audit proses pendapatan Calabro, Judd telah memutuskan populasi akan
mencakup semua penjualan dan sewa yang dicatat sepanjang tahun. Representasi fisik
dari populasi adalah file kontrak penjualan dan sewa yang disimpan di departemen
penjualan. Populasi penjualan dan sewa transaksi untuk tahun tersebut berisi 125.000
item yang diberi nomor dari 1 hingga 125.000.
✓ Unit sampling
Unit pengambilan sampel untuk pengujian pengendalian dalam audit Calabro
didefinisikan sebagai unit penjualan atau kontrak sewa. Judd dapat melakukan semua
tes untuk kontrol yang dipilih dengan memeriksa satu set dokumen tersebut.

36
✓ Kondisi deviasi control/penyimpangan
Untuk aplikasi pengambilan sampel ini, Judd telah memutuskan untuk mengandalkan
tiga kontrol dalam proses pendapatan Calabro. Tiga prosedur pengendalian dan
definisinya adalah sebagai berikut:
1. Kontrak penjualan dan layanan diotorisasi dengan benar untuk persetujuan kredit.
Personel departemen kredit Calabro memeriksa kelayakan kredit pelanggan baru
dan menetapkan batas kredit berdasarkan evaluasi tersebut. Untuk pelanggan yang
sudah ada, jumlah dari penjualan atau sewa baru ditambahkan ke saldo piutang
yang ada, dan totalnya dibandingkan dengan limit kredit nasabah. Jika jumlahnya
kurang dari batas kredit, transaksi diproses. Jika total melebihi batas kredit, maka
transaksi harus ditinjau oleh manajer kredit sebelum penjualan disetujui.
2. Penjualan tidak dicatat tanpa kontrak penjualan dan sewa yang disetujui.
Proses pendapatan Calabro berisi kontrol bahwa tidak ada transaksi pendapatan
yang harus dicatat kecuali jika kontrak penjualan atau sewa yang disetujui dikirim
ke departemen penagihan.
3. Kontrak penjualan dan sewa diberi harga yang sesuai.
Proses pendapatan Calabro juga termasuk kontrol yang mengharuskan personel
departemen penagihan untuk menggunakan daftar harga penjualan perangkat
nirkabel. Biaya akses dan sewa ditentukan berdasarkan pada struktur biaya yang
mencakup diskon volume untuk pelanggan unit besar

3. Langkah 3: Tentukan Ukuran Sampel

37
Kesimpulan :

a. Untuk control 1; Kontrak penjualan dan layanan diotorisasi dengan benar untuk persetujuan
kredit, tingkat kepercayaan yang diinginkan sebesar 95%, tingkat penyimpangan yang dapat
ditoleransi 6%, tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan 1%, sehingga diperoleh
ukuran sampel 78 item.
b. Untuk control 2; Penjualan tidak dicatat tanpa kontrak penjualan dan sewa yang disetujui.
tingkat kepercayaan yang diinginkan sebesar 90%, tingkat penyimpangan yang dapat
ditoleransi 8%, tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan 2%, sehingga diperoleh
ukuran sampel 48 item.
c. Untuk control 3; Kontrak penjualan dan sewa diberi harga yang sesuai. tingkat kepercayaan
yang diinginkan sebesar 95%, tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi 5%, tingkat
penyimpangan populasi yang diharapkan 1%, sehingga diperoleh ukuran sampel 93 item.

Adapun ukuran sampel untuk masing-masing control sesuai dengan tingkat kepercayaan
yang diinginkan, tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi, tingkat penyimpangan populasi
yang diharapkan diambil berdasarkan tabel berikut ini :

38
Sumber Tabel :
4. Langkah 4 : Pilih item sample
Untuk audit siklus pendapatan Calabro, Judd menggunakan Microsoft excel untuk
menghasilkan ukuran sample sebanyak 93, dengan sebuah table angka acak antara 1 sampai
dengan 125.000 dan mengumpulkan dokumen penjualan dan sewa yang sesuai dengan
nomor acak yang diperoleh untuk pengujian.
5. Langkah 5 : Lakukan prosedur audit
Setelah item sample dipilih, selanjutnya auditor melaksanakan prosedur audit yang telah
direncanakan. Dalam audit siklus pendapatan Calabro, Judd memeriksa setiap item sampel
untuk keberadaan sebuah deviasi.
a. Untuk control 1, Judd menguji 78 kontrak penjualan dan sewa (ukuran sampel dari tabel)
untuk prosedur otorisasi kredit yang tepat oleh personel departemen kredit.
b. Hasil prosedur audit dapat didokumentasikan dalam kertas kerja berikut ini :

39
c. Sebelum menghitung hasil sampel dan menarik kesimpulan akhir pada pengambilan
rencana sampel, Judd menyelidiki sifat dan penyebab pengecualian. Judd juga
mempertimbangkan apakah penyimpangan dapat berdampak pada fase audit lainnya.
d. Dalam audit Calabro, dua penyimpangan terdeteksi untuk kontrol 1, yang berkaitan
dengan otorisasi kredit yang tepat. Penyimpangan tersebut antara lain :
➢ Penjualan melebihi batas kredit dibuat untuk pelanggan yang sudah ada.
➢ Manajer penjualan telah menyetujui penjualan, seharusnya manajer kredit melakukan
peninjauan terlebih dahulu sebelum penjualan disetujui.

40
6. Langkah 6 : Hitung Deviasi Sampel dan Perhitungan Tingkat Deviasi Atas

Tabel 8-8 dan table 8-9 merupakan table bantu untuk menentukan tingkat deviasi sampel dan
tingkat deviasi atas sampel. Dari pengujian yang dilakukan oleh Judd diperoleh perhitungan
tingkat deviasi sebagai berikut :
a. Control 1 kita gunakan table bantu 8-8 dengan tingkat kepercayaan yang diinginkan 95%,
dengan penyimpangan yang ditemukan 2, baris sampel size yang kita gunakan baris 75

41
(yang paling mendekati dengan item sample 78). Sehingga tingkat deviasi atas 8,2%. Tingkat
penyimpangan sampel adalah 2/78x100 = 2,6%. Tingkat penyisihan resiko sampling adalah
8,2 – 2,6 = 5,6%.
b. Control 2 kita gunakan table bantu 8-9 dengan tingkat kepercayaan yang diinginkan 90%.
Dalam hal ini tidak ditemukan penyimpangan, sehingga tingkat deviasi sampel adalah 0,
baris sampel size yang digunakan 45 (yang paling mendekati dengan item sampel 48).
Sehingga tingkat deviasi atas 5%.
c. Control 3 kita gunakan table bantu 8-8 dengan tingkat kepercayaan yang diinginkan 95%.
Dalam hal ini tidak ditemukan penyimpangan, sehingga tingkat deviasi sampel adalah 0,
baris sampel size yang digunakan 90 (yang paling mendekati dengan item sampel 93).
Sehingga tingkat deviasi atas 3,3%.

7. Langkah 7 : Menarik kesimpulan akhir


Pada audit siklus pendapatan Calabro, Judd menyimpulkan bahwa :
a. Bukti sampel tidak mendukung efektivitas pengendalian operasi (control 1 tentang
otorisasi kredit). Karena tingkat deviasi atas sebesar 8,2% melebihi tingkat deviasi yang
dapat ditoleransi 6%. Untuk kontrol 1, tingkat penyimpangan sampel adalah 2,6 persen
dan kelonggaran untuk risiko pengambilan sampel adalah 5,6 persen. Di dalam contoh
ini, tampaknya tidak ada kontrol lain atau bukti lain untuk mendukung efektivitas
pengendalian operasi 1. Dengan demikian, Judd meningkatkan tingkat risiko
pengendalian yang dinilai dan prosedur substantif yang terkait dengan asersi penilaian.
b. Bukti sampel Judd mendukung keandalan kontrol 2 dan 3 karena tingkat deviasi atas
kurang dari tingkat deviasi yang dapat ditoleransi. Jika Judd sedang melakukan tes
pengendalian untuk audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan untuk
perusahaan publik, dia akan menyimpulkan bahwa kontrol 2 dan 3 beroperasi secara
efektif dan bahwa pengecualian dalam kontrol 1 menunjukkan defisiensi kontrol. Judd
kemudian perlu mengevaluasi kemungkinan dan besarnya potensi salah saji yang timbul
sebagai akibat dari defisiensi pengendalian terkait penilaian.

42
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :

Ketika memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk memperoleh sampel
yang representatif. Sampel representatif (representative sample) adalah sampel yang
karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi.ini berarti item item yang
dijadikan sampel populasi serupa dengan item item yang tidak dijadikan sampel. Dalam
praktek, auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif, bahkan
setelah semua pengujian selesai dilakukan. Satu satunya cara untuk mengetahui apakah
suatu sampel bersifat representatif adalah dengan melakukan audit lebih lanjut atas populasi
secara keseluruhan. Akan tetapi, auditor dapat meningkatkan kemungkinan sampel yang
dianggap representatif dengan menggunakannya secara cermat ketika merancang proses
sampling, pemilihan sampel, dan evaluasi sampel. Hasil sampel dapat menjadi non-
representatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan sampling. Risiko dari dua jenis
kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko nonsampling dan risiko sampling.
Keduanya dapat dikendalikan. Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa
pengujian audit tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Prosedur audit yang
tidak efektif untuk mendeteksi pengecualian uang diragukan adalah dengan memeriksa
sampel dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing masing telah dilampirkan ke
faktur penjualan, dan bukan memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk menentukan
apakah dokumen pengiriman telah dilampirkan.

43
DAFTAR PUSTAKA

Arens. A, Alvin , Randal J. Elder & Mark S. Beasley., 2011. Auditing dan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi, Adaptasi Indonesia, Alih Bahasa: Amir Abadi Jusuf. Salemba
Empat, Jakarta.

Konrath, Larry F. 2001. Auditing Concepts and Applications, A Risk-Analysis Approach (5th
Edition). New York: South Western Education Publishing.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

Messier, William F., Glover, Steven M & Prawitt,Douglas F. 2019. Auditing and Assurance
Services: A Systematic Approach 11th International Edition. United States of America:
McGraw Hill Company.

44

Anda mungkin juga menyukai