Anda di halaman 1dari 4

Sustainability Accounting dan Isu Lingkungan

Isu lingkungan telah menjadi perbincangan masyarakat pada berbagai lapisan, memengaruhi
masyarakat pada tingkatan lokal, nasional, maupun global. Isu lingkungan selalu mendapat perhatian
yang luas di kalangan masyarakat. Permasalahan lingkungan juga semakin menjadi perhatian serius bagi
para pemangku kepentingan, baik konsumen, investor maupun pemerintah sekarang ini. Investor asing
memiliki kecenderungan mempersoalkan masalah pengadaan bahan baku dan proses produksi yang
terhindar dari munculnya permasalahan lingkungan, seperti: kerusakan tanah, rusaknya ekosistem,
maupun polusi udara dan air (Hadi, 2011). Pemerintah juga mulai memikirkan kebijakan ekonomi
makronya terkait dengan pengelolaan lingkungan dan konservasi alam. Permasalahan sosial dan
lingkungan merupakan faktor penting yang harus segera dipikirkan mengingat dampak dari buruknya
pengelolaan lingkungan semakin nyata sekarang ini. Lingkungan dan isu-isu terkait telah banyak
didiskusikan dan diperdebatkan sehingga akuntan dapat memainkan peran dalam isu-isu tentang
lingkungan. Bangkitnya kepentingan dalam tanggung jawab sosial perusahaan terjadi di akhir 1980-an
dan 1990-an yang sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya minat atas masalah lingkungan

1. Kesehatan Masyarakat

CSR (Corporate Social Responsibility) secara harifiah adalah respon sosial atau tanggung jawab sosial
terhadap lingkungan sekitar yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dalam bentuk berbagai kegiatan.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya; menjaga lingkungan sekitar
perusahaan, membangun fasilitas umum, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, memberikan
bantuan beasiswa kepada anak yang dirasa kurang mampu, hingga memberikan bantuan dana untuk
kesejahteraan masyarakat sekitar.

Kegiatan CSR yang baik adalah kegiatan yang terus berkelanjutan, dan efek positifnya dapat langsung
dirasakan oleh masyarakat. Sebagai salah satu program dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat,
Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Dunia Usaha dalam menggalakkan kampanye program sehat
lewat CSR di bidang Kesehatan.

Selama periode 2015-2019, Kementerian Kesehatan telah bekerjasama dengan Dunia Usaha dalam rangka
mengkampanyekan program prioritas di bidang kesehatan, salah satunya adalah kampanye program
pencegahan stunting yang dilakukan di berbagai daerah. Fokus kegiatan CSR Kesehatan di tahun 2019
sendiri yaitu pada GERMAS, Stunting, dan Kesehatan Ibu serta Anak.

2. Pelestarian Lingkungan

Untuk menjaga dan melestarikan keseimbangan lingkungan, pihak swasta dalam hal ini para
pengusaha terutama yang kegiatan industrinya dominan berkaitan dengan sumber daya alam harus
memiliki tanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan.

Salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan tersebut yaitu melalui program CSR atau Corporate Social
Responsibility di bidang lingkungan hidup. Dengan program CSR ini perusahaan dapat berproduksi dan
mendapatkan keuntungan ekonomi tanpa harus merusak kelestarian lingkungan. CSR merupakan bagian
dari program pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yang berfokus kepada
pembangunan ekonomi dan sosial yang merata dan juga perlindungan kelestarian lingkungan.

 Penentu Keberhasilan CSR Dalam Melindungi Keletarian Lingkungan

Terdapat berbagai contoh wujud nyata kegiatan dari program CSR dalam bidang lingkungan, diantaranya
yaitu pembuatan taman dan ruang terbuka pada kawasan perkotaan, penanaman pohon, perusahaan
menghemat penggunaan sumber daya alam atau mengganti dengan sumber daya alam lain atau energi
alternatif, pendaur-ulangan atau recycle produk-produk yang dihasilkan sehingga bisa lebih berguna dan
perusahaan memberikan pelatihan dan pendidikan terkait pelestarian lingkungan hidup.

Berbagai contoh kegiatan CSR sebagai bagian dari program pembangunan berkelajutan, menuntut peran
semua pihak baik pemerintah, pihak swasta bahkan masyarakat. Program CSR yang dilakukan oleh pihak
swasta dalam hal ini para pengusaha tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan berbagai pihak.

Agar CSR dapat berjalan dengan baik maka diperlukan pengelolaan dalam kegiatannya. Salah satunya
adalah melalui MRV (Measurable Reportable Verifiable) yaitu pengaturan pengelolaan dana CSR dimana
dana tesebut diukur, dilaporkan dan diverifikasi.

Pada saat program CSR dijalankan juga diperlukan evaluasi dan monitoring jalannya program CSR,
dalam hal ini dilakukan sendri oleh perusahaan penyelenggara CSR tetapi akan jauh lebih baik jika
terdapat pihak luar seperti dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), lembaga pemerintah ataupun
universitas.

Selain itu, program CSR harus sistematis dan dirancang sebagai program pembangunan berkelanjutan.
Dan terakhir yaitu perusahaan harus mengubah pandangan bahwa CSR bukan hanya sekedar kewajiban
dan berderma saja tetapi sebuah niat baik yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat.

3. Aturan dan Etika Penggunaan Bahan Berbahaya

Terkait dengan permasalahan ini sebenarnya kita pun telah memiliki regulasi yang terkait dengan
pengendalian penggunaan barang-barang berbahaya ini, diantaranya adalah:
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Lingkungan Hidup
b. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3)
c. Permen LH No 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perijinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
d. Permen LH No 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perijinan dan Pengawasan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah.

Etika berarti aturan perilaku manusia, adat kebiasaan dalam pergaulan antar sesama, untuk
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Pelanggaran adalah suatu tindakan yang
menyimpang dari norma-norma atau aturan yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari masih sering terjadi
adanya pelanggaran etika, baik dalam bidang bisnis, IT dan bidang Sains. Pada bidang sains itu sendiri
banyak pelanggaran-pelanggaran etika yang dilakukan oleh manusia, contohnya saja yaitu salah satu
bidang Sains yaitu kimia. Dimana bahan-bahan kimia yang seharusnya tidak digunakan untuk bahan
makanan, minuman tetapi kini dijadikan sebagai bahan utama pembuat makanan dan minuman. Banyak
contoh dari pelanggaran etika pada bahan kimia diantaranya:

Formalin

Formalin pada dasarnya bukanlah sebagai bahan campuran untuk membuat bermacam-macam makanan,
formalin itu sendiri sebenarnya sebagai zat untuk pembersih lantai, pakaian dan sebagai alat pembasmi
serangga dan lainnya. Menurutu BPOM pengguna formalin pada produk pangan sangat membahayakan
kesehatan, dampak formalin pada tubuh manusia dapat ersifat:Akut Seperti iritasi, alergi, kemerahan,
mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing.Kronis gangguan pada pencernaan, hati,
ginjal, pancreas, system saraf pusat dan dapat menyebabkan kanker

Boraks

Sama seperti formalin, boraks juga bukan merupakan salah satu bahan campuran pembuat makanan,
boraks adalah senyawa berbentuk Kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal.
Pda umumnya boraks digunakan untuk pembuatan gelas, pengawetan kayu dan pembasmi kecoa. Apabila
boraks digunakan untuk bahan campuran makanan akan berbahaya bagi susunan syaraf pusat, ginjal dan
hati.

Rhodamin B

Rhodamin – B adalah zat pewarna sintetis berbentuk serbuk Kristal, berwarna hijau atau ungu kemerahan,
tidak berbau, dan dalam larutan berwarna merah terang berflourenses. Rhodamin – B umumnya
digunakan sebagai pewarna kertas dan tekstil. Mengkonsumsi zat ini dalam jangka waktu yang lama
dapat menimbulkan gangguan pada fungsi hati dan bias menngakibatkan kanker hati.

Metanil Yellow

Metanil Yellow adalah zat pewarna sintesis berbentuk serbuk bewarna kuning kecoklatan, larut dalam air,
agak larut dalam benzene, eter, dan sedikit larut dalam aseton. Metanil Yelow umumnya dugunakan
sebagai pewarna tekstil dan cat serta sebagai indicator reaksi netralisasi asam – basa. Zat ini adalah
senyawa kimia dari Azo Aromatik yang dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung
kemih, saluran pencernaan atau jaringan kulit.

4. Kerjasama Korporate

Perusahaan didirikan dengan berbagai tujuan. Salah satu tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhakn konsumennya. Kebutuhan tersebut bisa berupa kebutuhan barang dan bisa juga kebutuhan
jasa.

Kinerja perusahaan dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumen ini pun dilakukan dengan berbagai
cara. Misalnya, untuk perusahaan barang, mereka dapat memproses barang baku menjadi barang jadi atau
menjadi barang setengah jadi. Barang hasil produksinya ini bisa digunakan langsung oleh konsumen, dan
bisa juga digunakan oleh perusahaan lain.

jenis perusahaan yang ada pun juga sangat beragam. Pada perusahaan jasa saja, ada berbagai jenis seperti
asuransi, bank, konsultan, notaris, pengacara dan sebagainya. Berbagai bentuk perusahaan yang ada ini
dapat menimbulkan ada persaingan antar satu bisnis dengan bisnis lainnya.

Kerjasama antar perusahaan ini juga dilakukan dengan tujuan untuk membatasi persaingan. Kerjasama
antarperusahaan ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Setidaknya, bentuk kerjasama antar
perusahaan yang umum dilakukan ada 4, yakni kartel, trust, joint venture dan merger.

a. Kartel
Kartel adalah suatu bentuk kerjasama yang dilakukan antar perusahaan sejenis yang dilakukan
dalam jangka waktu tertentu, dan masing -masingnya tetap berdiri sendiri, dengan tujuan
kerjasama adalah untuk menguasai pasar.
b. Trust
Trust adalah bentuk penggabungan beberapa perusahaan yang tadinya berdiri sendiri -sendiri,
kemudian digabung menjadi satu visi, baik dipandang dari sudut ekonomi maupun dari sudut
hukum. Penggabungan perusahaan melalui sistem trust ini, bisa dilakukan dengan beberapa cara,
seperti :
 Datar/horizontal, yakni semisal beberapa industri sejenis digabungkan menjadi satu
industri besar.
 Tegak/ vertikal, yakni semisal dengan penggabungan perusahaan dalam kolom -kolom
perusahaan yang digabungkan menjadi satu.
 Sejajar, yakni semisal dengan gabungan perdagangan dari beberapa jenis barang.

c. Joint venture
Joint venture adalah suatu bentuk penggabungan antara dua pihak atau lebih yang mengumpulkan
modal untuk mendirikan badan usaha dengan berlandaskan perjanjian tertentu.
d. Merger
Merger adalah bentuk kerjasama antar perusahaan yang dilakukan dua atau lebih perusahaan atau
usaha sejenis karena adanya persamaan kepentingan dengan tujuan agar dapat memperkuat
kedudukan dan stabilitas perusahaan yang baru.

Anda mungkin juga menyukai