Pojok Energi
Akses Energi
yang Berkelanjutan
untuk Masyarakat Desa:
Status, Tantangan, dan Peluang
S T R AT E G I C PA R T N E R S H I P G R E E N A N D I N C L U S I V E E N E R G Y
Seri Diskusi Pojok Energi
IMPRINT
Akses Energi yang Berkelanjutan untuk Masyarakat Desa: Status,
Tantangan, dan Peluang
Diterbitkan oleh:
Institute for Essential Services Reform
Jl. Tebet Barat Dalam VIII No. 20B, Jakarta Selatan
Indonesia
iesr@iesr.or.id
2
Latar Belakang
S
ebagai negara yang memiliki wilayah pendistribusian lampu tenaga surya hemat
luas dan jumlah penduduk yang besar, energi (LTSHE).
penyediaan akses energi bagi masya- Tiga pendekatan utama yang digunakan
rakat khususnya di wilayah perdesaan dan pemerintah untuk pemenuhan akses energi
terpencil menjadi tantangan tersendiri bagi bagi masyarakat, yaitu perluasan jaringan
pemerintah dalam upayanya menciptakan PLN, jaringan terisolasi (isolated grid), dan
pembangunan yang merata. Rasio elektrifi- pendistribusian LTSHE memiliki keunggulan
kasi merupakan indikator yang digunakan dan tantangan yang berbeda-beda. Dengan
pemerintah untuk mengukur jangkauan kondisi geografis Indonesia yang menan-
penyediaan energi di Indonesia, yang tang, perluasan jaringan PLN menjadi
didefinisikan sebagai jumlah rumah yang terkendala, memerlukan waktu lama untuk
tersambung dengan listrik tanpa melihat penyelesaian, dan membutuhkan biaya
kualitas penyediaan listrik yang diterima. yang juga besar. Dalam upaya mencapai
Menurut Rencana Pembangunan Jangka rasio elektrifikasi 99,9% pada tahun 2019,
Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019, elektrifikasi desa menjadi pekerjaan rumah
target rasio elektrifikasi Indonesia ditetap- pemerintah yang masih sulit untuk
kan pada angka 97% pada tahun 2019. diselesaikan. Menurut Badan Pusat Statistik,
Berdasarkan data Kementerian ESDM1, rasio hingga tahun 2018 masih terdapat 2.281
elektrifikasi pada akhir tahun 2018 telah desa yang sama sekali belum mendapatkan
mencapai 98,3%: 95,45% dari jaringan PLN, akses listrik2. Desa-desa tersebut keba-
2,48% dari non-PLN, dan 0,37% dari nyakan berada di kawasan Indonesia timur,
3
Seri Diskusi Pojok Energi
juga sebagian Kalimantan dan Sulawesi. triliun, dari usulan 8,5 triliun4. Pengurangan
PLN memiliki kemampuan terbatas untuk anggaran ini menghambat elektrifikasi
menjangkau desa-desa terpencil dan untuk daerah 3T dan berdampak pada lebih
terisolir. Misalnya untuk area Papua, PLN lamanya proses untuk melistriki desa-desa
hanya bisa melakukan penambahan yang belum mendapatkan akses listrik.
kapasitas listrik ke 20 desa saja per Pendistribusian LTSHE adalah solusi semen-
tahunnya3. Hal ini juga ditambah dengan tara (pra-elektrifikasi) karena hanya dapat
kesulitan akses dan data yang kurang menyediakan listrik untuk penerangan
sinkron dengan pemetaan di lapangan. dasar selama 1 - 3 tahun. Program ini
Jaringan terisolasi seperti pembangkit mini- seyogyanya diimbangi dengan perencanaan
dan micro-grid juga memerlukan biaya jangka panjang sehingga energi yang
tinggi, khususnya yang menggunakan dinikmati masyarakat merupakan energi
generator diesel karena biaya logistik bahan yang benar-benar dapat digunakan untuk
bakar yang signifikan. kegiatan yang produktif.
Program kelistrikan desa lepas jaringan Penyediaan akses energi di Indonesia
(off-grid) yang didorong dengan Peraturan juga terkait kualitas listrik yang diterima
Menteri ESDM No 38/2016 hingga saat ini masyarakat. Selain kesulitan menjangkau
masih dianggap kurang menarik untuk wilayah dan desa terpencil, mereka yang
pihak swasta dan badan usaha milik daerah; sudah memiliki akses listrik juga belum
padahal untuk wilayah-wilayah terisolir sepenuhnya merasakan listrik dengan
atau terpencil, pembangkitan tersebar kualitas yang mumpuni. Aliran listrik yang
dengan energi terbarukan adalah pilihan hanya beberapa jam dan tegangan listrik
yang lebih layak dibandingkan dengan yang rendah banyak dialami oleh masya-
perluasan jaringan PLN. Pemerintah perlu rakat, utamanya yang berada di kawasan
mengevaluasi hal ini dan memperbaiki padat penduduk dan kawasan Indonesia
kebijakan sehingga program kelistrikan timur5.
desa lepas jaringan dapat memenuhi Untuk membahas lebih jauh mengenai
kelayakan bisnis dan pihak non-pemerintah akses energi yang berkelanjutan bagi
dapat terlibat. Pilihan ini juga harus disertai masyarakat, tantangan yang muncul, serta
dengan pertimbangan keberlanjutan bagaimana pengelolaannya dikerjakan de-
pelayanan, sehingga saat diserahterimakan ngan baik sehingga manfaatnya dapat
pada masyarakat dan dikelola oleh institusi dirasakan oleh masyarakat secara berke-
yang ditunjuk, pengoperasiannya tetap sinambungan, Institute for Essential
berlanjut dan dapat memberikan dampak Services Reform melalui kerangka Strategic
bergulir untuk peningkatan taraf hidup Partneship Green and Inclusive Energy
masyarakat. dengan dukungan Hivos akan menyeleng-
Anggaran pemerintah melalui Kemen- garakan Seri Diskusi Pojok Energi dengan
terian Energi dan Sumber Daya Mineral menghadirkan pembicara-pembicara yang
untuk program listrik perdesaan sendiri mewakili keahlian dan pengalaman yang
masih terbatas. Anggaran listrik desa untuk relevan dengan tema diskusi ini.
tahun 2019 hanya disetujui sebesar 5,9
4
Peserta Diskusi
Peserta diskusi ini adalah profesional dan bersedia berkontribusi dan sumbang
muda, pemerhati energi, mahasiswa, gagasan untuk membuat pemenuhan energi
blogger, netizen, NGO, dan masyarakat di Indonesia bersifat inklusif, berkeadilan,
awam yang memiliki ketertarikan pada dan berkelanjutan. Jumlah peserta diskusi
persoalan-persoalan energi di Indonesia, yang hadir 35 orang.
Panelis/Narasumber
• Damararose Rhisia
Project Development Manager – Biomassa, Akuo Energy Indonesia (mewakili Refi Kunaefi,
Managing Director)
• Pamela Simamora
Koordinator Tim Riset, Institute for Essential Services Reform
Moderator
5
Seri Diskusi Pojok Energi
Pembukaan
6
narasumber yang memiliki kompetensi dan saat ini juga tengah melakukan studi
pengalaman untuk membicarakan ranca- penyediaan listrik perdesaan secara lepas
ngan penyediaan akses energi yang berke- jaringan (off-grid), dan temuannya akan
lanjutan, yang mewakili pemerintah sebagai dibagikan dalam diskusi ini, sebagai bagian
pemangku kebijakan dan juga pelaku bisnis dari rekomendasi untuk penyediaan akses
yang telah memiliki portfolio penyediaan energi berkelanjutan di Indonesia, khusus-
akses energi terbarukan di perdesaan. IESR nya untuk daerah perdesaan.
Bapak Ir. Hanat Hamidi, M.Si memapar- Tenaga Listrik (RUPTL) yang telah disahkan
kan kebijakan, regulasi, dan kondisi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya
penyediaan ketenagalistrikan di Indonesia. Mineral pada bulan Februari 2019 (untuk
Regulasi dan kebijakan sektor ketenaga- RUPTL 2019 – 2028).
listrikan mengacu pada UU Energi No. 30 Di Indonesia, pengelolaan dan peman-
tahun 2007 untuk Kebijakan Energi Nasional faatan energi, termasuk energi listrik, harus
(KEN) dan UU Ketenagalistrikan No. 30 tahun memenuhi tiga aspek pertimbangan, yaitu
2009 untuk Rencana Umum Ketenagalistrikan energy security (pemenuhan kebutuhan
Nasional (RUKN). Kedua UU tersebut ketenagalistrikan nasional dan keberlan-
menjadi dasar hukum untuk PLN dalam jutannya di masa depan), energy equity
menyusun Rencana Umum Penyediaan (keadilan eneri, yaitu peningkatan akses/
1.200
1.000 1064
1021
800 878 910 956
840
600 655
792
620
400 485 505
579 565 580
389 405 411 420 459
200
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
7
Seri Diskusi Pojok Energi
rasio eletrifikasi dan dengan harga listrik penyediaan tenaga listrik di seluruh
yang terjangkau), serta environmental Indonesia.
sustainability (mempertimbangkan kelesta- Selain konsumsi listrik per kapita, salah
rian lingkungan). Pada praktiknya, penye- satu indikator penyediaan ketenagalistrikan
diaan tenaga listrik harus memenuhi prinsip adalah rasio elektrifikasi. Saat ini rasio
kecukupan (sesuai kebutuhan), memiliki elektrifikasi Indonesia berada di angka
kualitas yang baik, serta dengan harga yang 98,30%, lebih dari target 2018 yaitu 97,5%.
terjangkau oleh masyarakat. Rasio elektrifikasi yang masih tergolong
Dari segi program dan implementasinya, rendah adalah di provinsi Nusa Tenggara
kelistrikan desa dan smart grid sedang Timur, yang baru mencapai 62%. Tantangan
direncanakan oleh pemerintah untuk yang selama ini banyak ditemui di lapangan
diterapkan pada tahun 2020, khususnya di adalah kemampuan masyarakat untuk
Pulau Jawa dan Bali. Saat ini Indonesia menggunakan listrik. Banyak desa yang
sedang berusaha meningkatkan produktivi- telah dijangkau oleh PLN (jaringan PLN
tas, salah satunya dilihat dari peningkatan telah dibangun di sana), namun masyarakat
konsumsi listrik per kapita. Pada tahun belum mampu untuk membayar biaya
2018, konsumsi listrik Indonesia per kapita sambungan. Berdasarkan data Kementerian
baru menyentuh angka 1.064 kWh/kapita; ESDM dan dari data Potensi Desa (Podes)
masih tertinggal dibandingkan dengan pada tahun 2014, sejumlah 2.519 desa di
negara-negara Asia Tenggara yang lain. Indonesia belum berlistrik. Pemerintah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah mencoba menyasar desa-desa ini dengan
Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 (Gambar 1) beragam program, sehingga dapat
mentargetkan konsumsi listrik per kapita menurunkan jumlah desa belum berlistrik
sebesar 1200 kWh, angka yang berusaha menjadi 1.698 pada tahun 2017 (Gambar 2).
didorong pemerintah dengan menggenjot Pemerintah dan PLN juga mendata ru-
8
Gambar 2. Rasio desa berlistrik Indonesia menurut data Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM dan strategi pemerintah untuk penyediaan listrik
di desa-desa tersebut
PERMENDAGRI
PODES 2014-BPS
No. 137/2017
Pemekaran Desa
mah tangga miskin yang belum bisa tersam- melalui Kementerian Energi dan Sumber
bung ke jaringan PLN untuk bisa diberikan Daya Mineral,
bantuan, Menurut data Tim Nasional • Mendorong pemerintah provinsi untuk
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan menganggarkan pendanaan penyediaan
(TNP2K), terdapat 992.841 rumah tangga listrik desa, saat ini baru 5 provinsi yang
belum berlistrik di Indonesa. Upaya yang melakukannya, yaitu Sumut, Sumbar,
dilakukan pemerintah di antaranya: Gorontalo, Jateng dan Banten,
• Mengalokasikan anggaran pemerintah • Melakukan sinergi BUMN di beberapa
9
Seri Diskusi Pojok Energi
provinsi yang rencananya menyasar untuk mendata desa dan wilayah belum
103.000 sambungan baru untuk 2019, berlistrik di Papua juga belum sepenuhnya
• CSR PLN sebanyak 40.000 calon pelang- selesai karena kendala tersebut.
gan rumah tangga miskin, Marlistya Citraningrum memberikan
• Sisanya sebanyak 826.919 rumah tangga pertanyaan lanjutan pada narasumber, ba-
miskin yang ditarget secara khusus akan gaimana pemerintah mendefinisikan rasio
dikelola dengan penggunaan dana CSR elektrifikasi. Ada perbedaan konsep rasio
badan usaha sektor ESDM (badan usaha elektrifikasi yang belum diperjelas, apakah
pertambangan, energi, batubara, mine- tersambung dengan jaringan listrik disebut
ral, geothermal, dsb) dengan elektrifikasi tanpa memperhatikan
kualitas listrik yang diterima? Apakah bila
Jumlah rumah tangga belum berlistrik di satu desa ada satu rumah tangga yang
sebesar 992.841 ini masih tersebar di tersambung jaringan kemudian desa
seluruh Indonesia. Persentase paling tinggi tersebut disebut sebagai desa berlistrik?
justru berada di Provinsi Jawa Timur, yaitu Menurut Bapak Ir. Hanat Hamidi, ada
24% dari seluruh rumah tangga miskin di dua istilah yang digunakan pemerintah.
Indonesia. Saat ini pemerintah sedang “Rasio elektrifikasi” dihitung dengan mem-
menggarap surat keputusan menteri yang bandingkan rumah tangga yang sudah
akan memberikan paket sambungan listrik berlistrik (tersambung jaringan PLN) dan
untuk rumah tangga miskin. Daerah-daerah rumah tangga keseluruhan di Indonesia
terdepan dan terpencil seperti Maluku dan (mengacu pada data BPS). Kemudian jumlah
Nusa Tenggara Timur memiliki desa-desa rumah tangga yang berlistrik ini dikate-
yang sudah tersambung jaringan PLN gorikan berdasar sumber listrik PLN dan
namun masyarakatnya belum mampu untuk non-PLN, yaitu listrik yang diperoleh rumah
membayar biaya sambung jaringan. Papua tangga secara mandiri (misalnya memiliki
merupakan provinsi dengan tantangan yang generator diesel) atau melalui proyek
berat, mengingat kondisi geografis yang kementerian dan pemerintah daerah.
sulit dan faktor keamanan wilayah. Sementara itu “desa berlistrik” adalah
Ekspedisi Papua Terang yang bertujuan jumlah desa yang sudah terlistriki dibagi
10
dengan total seluruh desa di Indonesia. sebesar 23% di tahun 2025 sesuai dengan
Saat ini istilah “desa berlistrik” masih dalam Rencana Umum Energi Nasional. Target ini
proses kesepakatan definisi mengingat juga berhubungan dengan harapan bahwa
pendataan rumah tangga yang dilakukan kenaikan konsumsi listrik per kapita akan
pemerintah baru sampai di level kabupaten. ditunjang dengan pasokan energi yang
Paling tidak yang dimaksud dengan “desa memadai, utamanya dengan energi terbaru-
berlistrik” adalah desa yang pusat desanya kan. Kondisi energi Indonesia saat ini di
sudah terjangkau jaringan listrik. Persentase antaranya bauran energi yang masih
rumah tangga di desa yang tersambung didominasi energi fosil, komitmen Indonesia
jaringan belum dihitung secara mendetail untuk Paris Agreement, penggunaan energi
dan belum memiliki standar minimum yang belum efisien, potensi energi terbaru-
nyala. Meski demikian, pemerintah dan PLN kan yang berlimpah namun belum diman-
mentargetkan untuk meratakan penyediaan faatkan secara optimal (Gambar 3), dan
tenaga listrik di Indonesia dan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik energi terba-
kualitas layanan, termasuk jam menyala rukan yang masih perlu ditingkatkan.
dan perbaikan kualitas jaringan distribusi Prioritas Kebijakan Energi Nasional
dan transmisi. berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 79
Bapak Tony Susandy, S.T., MBA kemudian tahun 2014 adalah:
melanjutkan pemaparan mengenai visi • Memaksimalkan penggunaan energi
Indonesia 2045, yang salah satunya adalah terbarukan
ketahanan energi dengan strategi pening- • Meminimalkan penggunaan minyak bumi
katan penggunaan energi terbarukan. Pe- • Mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi
merintah saat ini sudah menetapkan dan energi baru
pengarusutamaan sumber energi dengan • Menggunakan batubara sebagai andalan
target peningkatan porsi energi terbarukan pasokan energi nasional
Peningkatan Pemanfaatan
Potensi: 60,6 GW Energi Setempat
Angin Realisasi PLTB 76,1 GW (0,02%)
Surya
Potensi PLTS: 207,8 GW
Realisasi PLTS 0,092 GW (0,02%) 442 Total 9,4
GW Potensi GW (2,1%)
Potensi: 17,9 GW
Realisasi: - (tahap penelitian)
Laut
11
Seri Diskusi Pojok Energi
Dasar Hukum
• Permen ESDM No. 50 tahun 2017 jo
Permen ESDM No. 53/2018 tentang
1. Sistem on-grid dan off-grid Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan
komunal: PLTS, PLTM/H, untuk Penyediaan Tenaga Listrik
PLTB, PLT Laut, PLTBm, PLTB
Komersil • Permen ESDM No. 38 tahun 2016
2. Sumber Dana: Sektor tentang Percepatan Elektrifikasi
Swasta (investor) di Perdesaan Belum Berkembang,
Terpencil, Perbatasan, dan Pulau Kecil
Berpenduduk melalui Pelaksanaan
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk
Peningkatan Skala Kecil
Kapasitas
Infrastruktur PLT
EBT Dasar Hukum
1. Pembangunan Infrastruktur • Perpres No. 47 tahun 2017 tentang LTSHE
energi untuk masyarakat • Permen ESDM No. 5/2018 tentang
perdesaan, pulau terluar dan perubahan atas Permen No. 33/2017
kawasan perbatasan tentang Tata Cara Penyediaan LTSHE bagi
Non- 2. Sistem off-grid: PLTS, PLTM/H, Masyarakat yang Belum Mendapatkan
Komersil PLTB, PLT Laut, PLTBm, PJU, Akses Listrik
LTSHE • Permen ESDM No. 12/2018 tentang
3. Sumber Dana: APBN/DAK Perubahan atas Permen No. 39/2017
tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik
Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan
(mekanisme berdasarkan usulan Pemda)
12
melalui Kementerian ESDM telah (EBT) untuk daerah yang belum berlistrik,
menyalurkan LTSEH yang pembiayaannya program nasional sinergi kementerian/
bersumber dari APBN 2017 – 2019. Salah lembaga untuk pengembangan EBT, program
satu daerah sasaran program ini adalah nasional agro-energi, program nasional
Papua, yang menjadi target terbanyak pariwisata bersih dan hijau, program
penyaluran LTSHE. nasional klaster ekonomi berbasis sumber
Peningkatan penggunaan energi ter- daya setempat, dan program nasional smart
barukan di Indonesia memang masih cukup and green building.
lambat. Tantangan pengembangan energi Marlistya Citraningrum memberikan
terbarukan di Indonesia di antaranya: pertanyaan mengenai keberlanjutan
• Permintaan yang masih rendah program, terutama penyediaan akses energi
• Penggunaan energi terbarukan yang dengan LTSHE yang hanya bersifat jangka
sifatnya intermittent (misalnya surya dan pendek. Menurut narasumber, LTSHE me-
angin), menjadi kendala untuk jaringan mang hanya dirancang untuk 3 tahun.
PLN Strategi pemerintah saat ini adalah meng-
• Ketergantungan terhadap teknologi dan upayakan PLN untuk masuk ke desa-desa
peralatan penunjang infrastruktur energi sasaran LTSHE dan menargetkan peng-
terbarukan dari luar negeri masih tinggi gunaan energi terbarukan setempat di sana.
karena belum tumbuhnya industri dalam Berdasarkan evaluasi penyediaan LTSHE,
negeri masyarakat terbantu dengan adanya pene-
• Adanya resistensi masyarakat lokal rangan, namun juga menginginkan listrik
terhadap proyek pembangkit listrik ener- lebih banyak untuk menunjang aktivitas
gi terbarukan produktif lainnya. Pemerintah pusat dan
• Keterbatasan pembiayaan dalam negeri, daerah berkomunikasi mengenai kelayakan
terutama soft loan dengan tenor panjang pengembangan energi terbaru-kan di
• Keterbatasan infrastruktur pendukung, daerah terdepan dan terpencil, yang
terutama di Indonesia bagian Timur. seringkali terkendala pembiayaan dan
infrastruktur pendukung, juga lahan yang
Untuk mengelola beragam tantangan ini, diperlukan. Selain itu, pemerintah juga
Kementerian ESDM melakukan beberapa sedang mendorong revitalisasi pembangkit
strategi percepatan pengembangan energi listrik, bekerja sama dengan mitra pen-
terbarukan dengan menggerakkan seluruh dampingan masyarakat, membuat SMS
pemangku kepentingan dalam pencapaian gateway untuk pelaporan kerusakan pem-
target pengembangan energi terbarukan, bangkit listrik komunal, dan peningkatan
mendorong terciptanya pasar energi ter- kapasitas pemerintah daerah dan operator
barukan, memanfaatkan best practice tech- untuk mengatasi beragam kendala yang
nology energi terbarukan dengan harga muncul di lapangan.
yang kompetitif, menciptakan iklim bisnis Damararose Rhisia dari Akuo Energy
yang kondusif bagi investasi EBTKE, dan memulai pemaparannya dengan penjelasan
mendorong terciptanya nilai-nilai ekonomi mengenai perusahaan tersebut. Sebagai
baru dengan pemanfaatan energi terba- perusahaan pengembang tenaga listrik,
rukan. Akuo Energy secara global ada di 15 negara
Pemerintah juga mencanangkan bebera- dan telah bekerja di Indonesia sejak tahun
pa program nasional untuk percepatan 2013. Akuo Energy memiliki fokus listrik
pengembangan energi terbarukan, yaitu perdesaan karena adanya ketimpangan
program nasional energi baru terbarukan capaian rasio elektrifikasi dengan target
13
Seri Diskusi Pojok Energi
Gambar 5. Integrated solution yang menggabungkan tenaga surya dan biomassa dan
perhitungan LCOE-nya
AN INTEGRATED SOLUTION
24 hours power
production
Biomass plant
Storage Biomass
Storage
Solar PV
plant
Supervisory Less biomass fuel supply
Control and Data requirement
Acquisition system
(SCADA) Full RE penetration
LCOE LCOE
0% 0.258 38.8% 0.227
USD/kWh USD/kWh
Renewable Energy Renewable Energy
Penetration Penetration
LCOE LCOE
100% 0.2 USD/kWh 100% 0.18 USD/kWh
yang telah ditetapkan pemerintah, terutama kecil yang dilengkapi dengan baterai dan
di daerah timur Indonesia seperti NTT dan generator diesel sebagai cadangan daya.
Papua. Masalah lain yang menjadi latar Salah satu proyek yang dikerjakan Akuo
belakang kerja Akuo Energy adalah kondisi Energy berlokasi di 3 desa di Berau,
kepulauan Indonesia. Dengan kondisi Kalimantan Timur. Total kapasitas
permintaan (demand) yang dianggap kurang pembangkit listrik hybrid tenaga surya di 3
di daerah Indonesia timur, distribusi desa ini mencapai 1.2 MWp dan 2.1 MWh
jaringan juga terkendala karena tantangan energy storage, dan merupakan proyek off-
geografis, sehingga memerlukan investasi grid hybrid terbesar di Indonesia. Proyek ini
yang cukup besar. amenyediakan listrik selama 24 jam untuk
Dalam penerapan proyeknya, Akuo ketiga desa tersebut.
Energy menggunakan prinsip desentralisasi Keberadaan akses energi di desa ini
(distributed energy generation), yaitu memicu kegiatan produktif masyarakat dan
dengan mendorong pembangkit listrik skala membantu aktivitas mereka sehari-hari.
14
Masyarakat juga dilibatkan dalam membayar tarif berdasarkan tarif dasar
pengelolaan dan perawatan pembangkit listrik PLN, dikarenakan adanya dana hibah
listrik, sehingga mereka memiliki rasa yang membuat tarifnya bisa sama dengan
kepemilikan yang tinggi. Berangkat dari tarif PLN. Tantangan pendanaan menjadi
kesuksesan proyek ini, Akuo Energy juga penting untuk diselesaikan mengingat
mengeksplorasi penyediaan energi berbasis hingga saat ini biaya pembangkitan listrik
komunitas dengan menggunakan biomassa energi terbarukan masih tergolong tinggi
(tanaman energi). Jenis tanaman yang jika tidak ditopang dengan pendanaan lain.
mereka kembangkan adalah Calliandra Akuo Energy mengusulkan penggunaan
calothyrsus, bambu, Gliricidia sepium, dan dana desa, jika dimungkinan, untuk
king grass. Tanaman-tanaman tersebut menutupi ketimpangan ini.
dibudidayakan, kemudian dipanen dan Selanjutnya, Pamela Simamora dari IESR
akan dijual ke PLN sebagai sumber energi memaparkan studi IESR mengenai model
pembangkitan listrik. Dengan visi integrated bisnis sistem penyediaan energi off grid
solution (Gambar 5), yang ditawarkan Akuo dari beberapa negara. Studi ini dilakukan di
Energy adalah pembangkit listrik komunal 3 negara, yakni India, Kenya dan Amerika
yang menggabungkan pembangkit listrik Serikat. Ketiganya adalah negara yang
tenaga surya, baterai, dan pembangkit berhasil menerapkan model bisnis
bertenaga biomassa untuk menyeimbangkan penyediaan akses tenaga listrik untuk desa
produksi energi saat produksi PLTS menurun lepas jaringan (off-grid).
terkendala awan dan cuaca. Perhitungan Di India, terdapat 2 model yang
levelized cost of electricity (LCOE) diaplikasikan, yaitu micro-utility model dan
menunjukkan bahwa integrated solution ini anchor-business-customer model. Micro-
dapat menekan LCOE dibandingkan dengan utility model menyediakan listrik dengan
penggunaan bahan bakar solar (untuk kapasitas 120 – 800 Wp dan hanya bisa
generator diesel). melayani maksimal 50 rumah tangga.
Pertanyaan yang diajukan Marlistya Dioperasikan oleh satu perusahaan induk,
Citraningrum terkait dengan kemampuan mereka menyediakan 2 lampu LED dan
masyarakat untuk membayar. Menurut charger untuk daerah terpencil. Setiap
Damarose Rhiso, masyarakat tetap rumah tangga hanya membayar tarif USD
15
Seri Diskusi Pojok Energi
$0.5 yang harus dikumpulkan setiap minggu 1930 serupa dengan kondisi Indonesia saat
oleh perwakilan grup/masyarakat lokal ini. Pada waktu itu, hanya 10% dari kawasan
yang dikelola perusahaan. Dengan sistem perdesaan di AS yang telah terlistriki. Hal
perwakilan ini, perusahaan dapat melaku- ini disebabkan karena permintaan yang
kan efisiensi biaya operasional. Masa rendah dan karenanya tidak menguntungkan
pengembalian modalnya cukup cepat, yaitu sehingga tidak ada perusahaan penyedia
2 – 3 tahun. Perusahaan mendapatkan pen- energi yang bersedia melakukan investasi
danaan dari dana hibah atau pinjaman luar untuk daerah perdesaan. Pemerintah AS
negeri. kemudian membentuk Rural Electrification
Sementara itu anchor-business-custo- Administration (REA), sebuah lembaga
mer model mengawinkan listrik dan khusus yang menangani peminjaman jangka
telekomunikasi. Penyedia layanannya ada- panjang. Tugas REA adalah menyediakan
lah OMC Power yang memiliki tujuan untuk pinjaman lunak untuk perusahaan penyedia
melistriki sarana telekomunikasi (menara energi atau koperasi untuk proyek listrik
BTS) namun juga sekaligus melistriki rumah perdesaan. Pinjaman lunak ini memiliki
tangga di sekitarnya. Hingga saat ini terda- tenor hingga 35 tahun dan bunga yang
pat 70 pembangkit listrik kecil (tersambung sangat rendah, 2%. Dengan adanya pinjaman
BTS), dengan total kapasitas 3 MW. Setelah lunak, pengembang dapat menurunkan
proyek ini berjalan, justru permintaan biaya investasi mereka dan memberikan
terbesar datang dari rumah tangga dan tarif listrik yang terjangkau untuk masya-
bukan untuk kebutuhan energi BTS. Model rakat.
ini terbilang sulit untuk diterapkan di REA juga mendorong masyarakat untuk
Indonesia mengingat penjualan listrik di membentuk koperasi listrik dan mengelola
India menggunakan tarif tetap (fixed price) koperasi tersebut dengan kesepakatan
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan bersama, termasuk pembagian keuntungan
kemampuan masyarakat untuk membayar; secara adil dan penetapan tarif listrik yang
sedangkan di Indonesia tarif dasar listrik terjangkau. Pemerintah juga mendorong
akan mengalami kenaikan. konsumsi listrik, misalnya dengan mendo-
Di Kenya, sebuah perusahan start-up rong penggunaan alat pertanian berlistrik.
menyediakan charger telepon genggam dan Penyediaan listrik perdesaan pun didorong
“paket energi” berupa lampu, radio, dan untuk menggunakan energi terbarukan dan
obor. Perusahaan ini sudah melayani lebih bukan dengan bahan bakar fosil.
dari 600.000 rumah tangga. Sistem panel Rekomendasi IESR untuk Indonesia
surya dipasang di atap rumah penduduk dengan melihat tiga model bisnis yang
untuk sumber listrik charger dan lampu, suskes ini adalah dengan melihat bagaimana
kemudian penggunaannya diatur dengan penyediaan listrik untuk daerah perdesaan
platform tertentu. Untuk sistem ini, pelang- disandingkan dengan aktivitas ekonominya.
gan membayar sekitar Rp 500.000 yang Benang merahnya ada di usaha strategis
dapat dicicil dan dibayar dengan sistem pemerintah untuk menghidupkan aktivitas
SMS. Penggunaan listrik dengan skema top- ekonomi, tidak hanya untuk penyerapan
up juga dilakukan melalui SMS. Untuk listrik dan menaikkan konsumsi, melainkan
menaikkan permintaan listrik, perusahaan juga untuk meningkatkan pendapatan
juga berjualan televisi, kebutuhan informasi masyarakat sehingga kemampuan bayar
yang mulai diperlukan masyarakat setelah mereka juga naik. Pemerintah Indonesia
mereka mengenal energi. dapat mencontoh ini dengan memberikan
Kondisi di Amerika Serikat pada tahun pelatihan serta memetakan potensi
16
ekonomi di suatu daerah. Bila aktivitas surya, sedangkan AS menggunakan energi
ekonomi di daerah sudah terpetakan dan surya dan biomassa. Dengan potensi energi
mulai didorong, maka dimungkinkan surya di Indonesia yang tinggi, maka sumber
permintaan terhadap listrik juga meningkat. energi ini dapat menjadi sumber energi
Marlistya Citraningrum menyampaikan yang bisa diprioritaskan untuk digunakan di
pertanyaan mengenai take away dari studi perdesaan. Masyarakat perlu dilibatkan
tersebut terkait penggunaan energi dalam model penyediaannya untuk menja-
terbarukan dalam penyediaan akses energi min keberlanjutan, dan model pembiayaan
perdesaan. Jenis energi apa yang dipakai yang lebih terjangkau dapat diwujudkan
dan bagaimana menjamin keberlanjutan dengan dukungan insentif dari pemerintah
pasokan dan permintaan? atau penyediaan pinjaman lunak yang
India dan Kenya menggunakan energi memiliki tenor panjang dan bunga rendah.
17
Seri Diskusi Pojok Energi
18
terbarukan di perdesaan. Menurut Damara- memfokuskan diri pada proyek yang
rose Rhisia, dari segi pengembang memang menggunakan dana hibah atau pinjaman
masih sulit untuk dikerjakan dan lunak sehingga pelanggan tetap dapat
pengembang lebih memilih untuk bekerja menggunakan listrik dengan tarif yang sama
sama dengan PLN untuk memenuhi dengan PLN. Saat ini, Akuo Energy sendiri
kebutuhan permintaan setempat (tidak off- sedang mencari investor dan development
grid). Meski demikian, untuk daerah yang bank untuk pembiayaan namun masih
belum tersentuh jaringan PLN dan terkendala tariff adjustment yang akan
kemungkinan tidak dijangkau dalam waktu membuat biaya pembangkitan listriknya
5 tahun, pengembang memilih untuk masih terbilang tinggi.
Penutup
19
Tentang
STRATEGIC PARTNERSHIP GREEN AND INCLUSIVE ENERGY
L
ebih dari satu milyar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses yang dapat diandalkan pada
energi yang bersih dan terjangkau. Pada awal tahun 2016, Hivos dengan Pemerintah Belanda
meluncurkan Strategic Partnership untuk Energi Bersih dan Inklusif untuk turut serta berperan
mengatasi tantangan tersebut. Strategic Partnership ini memiliki fokus pada lobi dan advokasi yang
diharapkan dapat mempengaruhi debat secara politik dan publik mengenai isu energi, dengan tujuan
akhir mendorong transisi menuju sistem energi yang lebih bersih dan lebih inklusif.
Untuk mendukung pencapaian target pemenuhan energi dan pengembangan energi bersih dan
inklusif, dorongan dari pihak eksternal terutama organisasi masyarakat sipil (civil society organizations/
CSO) baik yang bergerak di bidang energi maupun non energi, pihak swasta, dan kelompok pengguna
energi terbilang penting. Dorongan publik adalah komponen penting untuk memenuhi kebutuhan
energi bersih dan inklusif karena sektor energi cenderung memiliki nuansa politik yang kental dan
menarik banyak kelompok kepentingan. Tanpa adanya pelibatan CSO dan publik dalam merumuskan
kebijakan, target, dan prioritas pengembangan di sektor energi; juga melakukan pemantauan
perkembangan dan kualitas regulasi yang ada, perencanaan di sektor energi serta penerapannya akan
sulit untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan publik. Strategic Partnership ini dibangun dengan
berlandaskan kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil dan penguatan kapasitas organisasi-
organisasi tersebut untuk melakukan advokasi isu energi bersih dan inklusif secara efektif. Program ini
mengedepankan kolaborasi dan akan berperan aktif mempengaruhi kebijakan di tingkat nasional,
regional, dan internasional.
Di Indonesia, Hivos bermitra dengan Institute for Essential Services Reform (IESR) yang mewakili CSO
dengan fokus energi, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang mewakili kelompok konsumen,
dan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) yang mewakili kelompok perempuan.
Diproduksi oleh:
Institute for Essential Services Reform
IESR adalah sebuah lembaga pemikir unik yang menggabungkan kajian mendalam mengenai
kebijakan, regulasi, dan aspek tekno-ekonomis di sistem energi dengan kegiatan advokasi
yang kuat untuk mempengaruhi para pemangku kepentingan utama di Indonesia serta
tingkat regional dan global.
IESR menghasilkan analisa berbasis fakta dan sains, bekerja sama dengan beragam
pemangku kepentingan (pemerintah, perusahaan, dan organisasi masyarakat sipil), dan
memberikan pendampingan serta peningkatan kapasitas bagi para pembuat kebijakan dan
pemangku kepentingan lain yang membutuhkan.
T. +62-21-22323069
F. +62-21-8317073