Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 7

SA6021 ANALISIS SISTEM


DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dosen:
Faizal Immaddudin Wira Rohmat, S.T., M.T., Ph.D.

oleh
FINTA EPRIDA
25822019

MAGISTER PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2022
One-Day International Joint Seminar

Indonesia Energy Transition: Towards Sustainable Regional Economic Development

Sesi Siang

Komitmen Indonesia dalam program Energi Baru Terbarukan (New Renewable Energy/NRE)
telah dimulai sejak 2003, dengan membentuk kebijakan energi nasional 2003-2020. Lalu pada
tahun 2006, pemerintah membuat target untuk mencapai 15% energi terbarukan dari total
energi tahun 2025. Pada tahun 2010, dibentuk Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan
dan Konservasi Energi di Kementrian ESDM guna melakukan percepatan pembangunan energi
baru terbarukan di Indonesia. Pada tahun 2014, kebijakan energi nasional direvisi melalui
Peraturan Pemerintah No 79 tahun 2014, yang kemudian disebut sebagai Kebijakan Energi
Nasional (KEN). Dalam peraturan ini, setidaknya 23% dan 31% energi terbarukan dari total
energi pada tahun 2025 dan 2050 harus tercapai. Dan pada tahun 2017, Rencana Umum
Energi Nasional (RUEN) dibuat guna mencapai tujuan yang tertuang dalam KEN. Saat ini,
Indonesia dalam proses penyusunan program NIZE (Net Zero Emission) dengan target tahun
2060, dimana strategi langkah panjangnya adalah low carbon dan climate resilience.

Megatrends dan global challenges yang ada saat ini di antaranya adalah perubahan iklim,
kepunahan biodiversity, resesi ekonomi, COVID-19, dll. Yang dikembangkan untuk mengadapi
hal tersebut, salah satunya adalah Sustainable Development Goals (SDG), dimana salah satu
poinnya yaitu transisi energi. Transisi energi ini sulit dilakukan namun harus terus diusahakan.
Salah satu pendekatan yang dilakukan di Indonesia adalah dengan memulai Rewenable
Energy dari Bali dan Kalimantan Selatan, baru kemudian diperluas ke seluruh Indonesia.

Suatu kajian dilakukan untuk meneliti perubahan land use dan land cover di Kalimantan
Selatan dan Bali. Dalam kajian ini, dikaji pengaruh human-environment sebagai faktor
penentu perubahan penggunaan lahan di Kalimantan Selatan. Kajian berikutnya adalah
memprediksi tutupan lahan dan hubungannya dengan kejadian banjir, dimana banjir
merupakan kejadian alam yang juga terjadi akibat perbuatan manusia. Dalam riset ini
dilakukan dengan model CA-Markov Chain untuk memprediksi perubahan penggunaan lahan
dan tutupan lahan.

Riset lainnnya yang terkait dengan NRE adalah pemanfaatan lahan terlantar untuk
pengembangan bahan baku biomassa di Kalimantan Selatan. Hal ini disebabkan Kalimantan
Selatan memiliki area tambang yang luas, sehingga memiliki potensi sebagai tempat
pengembangan bahan baku biomassa setelah tambang ditutup. Dan diharapkan, Kalimantan
Selatan ini dapat menjadi tempat budidaya cepat untuk memenuhi kebutuhan energi di Bali.
Dalam riset ini dikaji beberapa jenis tanaman yaitu Jabon, Jati Putih, dan Trembesi terkait
dengan karakteristiknya, estimasi energi yang dapat dihasilkan, serta kesesuaiannya terhadap
temperatur, elevasi, hujan tahunan, dll. Dengan penggunaan Logika Fuzzy, didapatkan bahwa
jati putih (Gmelina Arborea) adalah tanaman yang paling direkomendasikan. Total energi
biomassa yang dapat dihasilkan jika semua lahan bekas tambang digunakan mencapai 636,2
MW.

Sumber energi lainnya yaitu Hydro power. Suatu riset dilakukan untuk mencari potensi mini-
micro hydro power di Kalimantan Selatan dan Bali. Small hydro power menggunakan energi
potensial dari aliran sungai yang mengalir di daerah perbukitan dan dapat dibangun tanpa
terkoneksi dengan jaringan listrik. Bali dan Kalimantan Selatan memiliki potensi untuk
penggunaan low-carbon energy seperti hydro energy. Bali, berdasarkan kuantitas air dan
topografi, berpotensi untuk pengembangan hydropower. Permasalahan yang sering terjadi
dalam pengembangan hydropower biasanya berupa masalah sosial. Namun, dengan
pendekatan dan sosialisasi yang benar, permasalahan ini akan dapat diatasi. Alternatif skema
hydropower yang dapat dibangun di Bali yaitu Vortex Turbin, yang tidak memerlukan head
yang terlalu tinggi.

Namun di Kaliman Selatan, pengembangan hydropower masih harus menggunakan reservoir


untuk mendapatkan head yang tinggi dikarenakan topografi daerah tersebut yang tidak
memiliki beda potensial lebih dari 6 m. Ketersediaan airnya cukup tinggi, namun
penggunaannya masih terfokus pada transisi dari sektor pertambangan ke sektor pertanian
dan perikanan. Dan dengan menghitung Hydrologic Response Units, sistem DTA, evaporasi,
curah hujan, dan model rainfall-runoff didapatkan hasil:

• Di bali, terdapat 11 titik potensi mini hydropower dengan 23,6 MW potensi energi,
serta 33 titik potensi micro hydro power dengan 13,97 MW potensi energi
• Di Kalimantan Selatan, terdapat 26 titik potensi mini hydropower dengan 68,916 MW
potensi energi, serta 57 titik potensi micro hydro power dengan 27,437 MW potensi
energi

Potensi pembangkit listrik tenaga air di Indonesia berasal dari Bendungan Juanda/Jatiluhur
dengan potensi daya 163,07 MW. Dari 11 bendungan lainnya, total bisa didapatkan 479,46
MW potensi daya. Kajian dilakukan pada waduk jatiluhur yang jika dikoneksikan dengan
waduk Cirata akan mampu menghasilkan 660 MW tambahan daya untuk Jakarta.

Selain hydropower, sumber NRE lainnya geothermal. Total sumber geothermal dan
cadangannya di Indonesia mencapai 23,766 MW, yang terdapat pada lebih dari 300 lokasi.
Yang baru digunakan adalah sebesar 2,286 MW. Geothermal energi digunakan karena potensi
sumber daya yang banyak, ramah lingkungan, minimum polusi, emisi CO2 rendah hanya
sekitar 75 gram/kWh, lebih andal dibandingkan energi terbarukan lainnya, bebas dari musim
dan merupakan pasokan yang akan selalu ada. Tantangan dalam pengembangan geothermal,
di antaranya:

• Prospek area pengembangan terletak di hutan konservasi


• Sebagian dari prospek area merupakan zona inti konservasi yang tidak boleh
dikembangkan
• Ketidakcocokan antara lokasi sumber dan lokasi demand
• Harus menghadapi resiko yang berbeda-beda, yang mengakibatkan berubahnya cost
• Masalah sosial
• Seringkali berada di lokasi yang sulit dijangkau sehingga membuat biaya mobilisasi
menjadi tinggi
• Masalah ketersediaan anggaran

Potensi energi terbarukan di Indonesia

Indonesia memiliki banyak jenis sumber NRE di antaranya, Solar PV, angin, hydro power,
biomassa, geothermal, serta energi dari laut (gelombang, pasang, dan energi panas). Namun
demikian, pencapaian penggunaan NRE masih belum memenuhi target, dan energi dari bahan
bakar fossil masih mendominasi. Secara literatur, Indonesia memiliki 200-20.000 GW potensi
energi matahari (Solar PV), 10-4.700 GW potensi energi angin, 75-241 GW potensi energi air,
dan 16-101 GW potensi energi biomassa. Namun terdapat perbedaan yang besar antara teori
dengan praktik di lapangan. Selain itu, juga belum ada kajian terkait potensi ekonominya.
Setelah dilakukan kajian, didapatkan bahwa terdapat potensi yang besar secara teknis untuk
semua teknologi-teknologi NRE, terutama untuk daerah offshore dan lahan-lahan yang belum
digunakan. Untuk pulau-pulau kecil, dapat digunakan interkoneksi. Sehingga kebutuhan listrik
di masa mendatang dpat terpenuhi dengan NRE. Akan tetapi, sebagian besar yang berpotensi
secara ekonomi berada di Indonesia timur. Selain itu, Indonesia dapat menjadi inovator dalam
teknologi seperti pada pengembangan low-speed offshore turbin.

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai