Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEKNIK TEGANGAN TINGGI


“GEJALA TEGANGAN TINGGI”

Di Susun oleh :

CHANDRA PRAYOGA

(20181330095)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2019
A. Macam-Macam Gejala pada Tegangan Tinggi / Ekstra Tinggi
1. Gejala Corona
Menurut definisinya korona merupakan hasil terakselerasinya ionisasi dibawah
pengaruh suatu medan listrik. Ini merupakan proses fisika dimana struktur molekul netral
atau atom diubah akibat benturan atom atau molekul netral dengan elektron bebas, photon
atau ion negatif.
Dengan semakin besarnya energi listrik yang disalurkan melalui kawat transmisi, maka
makin tinggi pula kerugiannya, Namun hal ini dapat diminimalkan dengan menaikkan
tegangan dari kawat tersebut, seperti telah dijelaskan pada artikel tegangan transmisi dan
rugi-rugi daya di sini. Akan tetapi dengan menaikkan tegangan kerja transmisi, akan
timbul pula faktor-faktor lain yang dahulunya belum kelihatan dan masih diabaikan.
Adapun faktor-faktor itu diantaranya:
 Adanya gejala korona yang semakin menonjol, yang berakibat adanya kerugian
energi dan gangguan RI (radio interference) yang sifatnya merugikan.
 Dengan semakin tingginya tegangan maka timbul persoalan mengenai isolasi
kawat, bentuk tower dan mungkin prosedur pengoperasiannya yang berbeda.
 Timbulnya masalah isolasi pada alat-alat yang menyebabkan perubahan konstruksi
sehingga perlu menyelidiki lebih lanjut mengenai bahan-bahan isolasi.
 Semua hal tersebut diatas, mengakibatkan kenaikan investasi yang lebih tinggi
sehingga diperlukan penyelidikan, penyesuaian konstruksi, operasi dan lain-lain.
Sedangkan persoalan yang akan dibahas disini hanyalah masalah yang pertama,
yaitu timbulnya gejala korona.

Elektron yang bebas bergerak diudara umumnya berasal dari radiasi radio-aktif yang
terdapat di alam bebas dan juga dengan adanya sinar kosmik. Elektron-elektron yang
posisinya dekat dengan kawat transmisi dipengaruhi oleh adanya medan listrik yang
menuju ke atau menjauhi kawat tersebut.

Selama gerakannya ini, elektron yang melewati gradient medan listrik akan bertubrukan
dengan molekul dari udara, yang kemudian terjadi ionisasi pada molekul tersebut. Karena
adanya ionisasi tersebut, maka akan terdapat ion positif dan elektron yang bebas, yang
akan mendorong terjadinya ionisasi lanjutan. Proses ini berkelanjutan yang kemudian
membentuk banjiran elektron (avalance).

Bilamana banjiran elektron ini melintasi dua kawat yang sejajar, maka ia akan
menyebabkan terjadinya perubahan pembagian gradien tegangan-tegangan dari udara di

Tugas Teknik Tegangan Tinggi – Chandra Prayoga 20181330095 1


antara kedua kawat tersebut dan penataan kembali dari gradien ini dapat menyebabkan
harga tegangannya melampaui kekuatan (tegangan breakdown) dari udara. Ini akan
menyebabkan terjadinya kegagalan dari sifat isolasi yang dimiliki oleh udara yang terletak
di sekitarnya.
Bilamana penataan kembali ini hanya menyebabkan sebagian perubahan
potensial gradien dari udara, misalnya hanya daerah sekitar kawat saja yang mengalami
perubahan, maka perubahannya terbatas hanya pada satu kawat saja. Oleh karena itu
korona disifatkan sebagai:

“Terjadinya suatu pelepasan muatan yang bermula pada permukaan dari suatu
kawat bila nilai medan listrik pada permukaan kawat itu melampaui nilai tertentu”

Sedangkan nilai tertentu tersebut adalah harga medan listrik di mana pada saat
itu mulai terjadinya pelepasan muatan ke udara sekitarnya. Gejala ini dapat terjadi pada
segala macam kawat, tidak peduli seberapa besar diameter kawat tersebut, asalkan diberi
tegangan yang cukup tinggi. Di dalam praktiknya, hal ini akan terjadi bila tegangan antara
kawat fasa melebihi 100 kV. Namun bisa saja pada tegangan di bawah itu dapat terjadi,
korona asalkan syarat-syarat untuk terjadinya korona sudah terpenuhi.

Pengaruh Udara Pada korona dan Tegangan Kritis Korona

Seperti telah dijelaskan di artikel sebelumnya di sini, bahwa proses ionisasi yang terus-
menerus dan berkelanjutan akan membentuk banjiran elektron. Maka pembentukan
banjiran elektron ini tergantung pada kecepatan mula dari elektron dan percepatannya
selama ia bergerak di sepanjang jarak bebas antara dua tubrukkan. Ada gradien permukaan
yang terbentuk di mana korona ini akan terjadi. Tegangan yang dimiliki pada gradient ini
dinamakan “permukaan tegangan korona” atau secara tepat juga dinamakan permulaan
tegangan korona mulai kelihatan.
Nilai dari tegangan ini tergantung pada:
 Keadaan atmosfer di sekitarnya.
 Keadaan dari permukaan kawat.
 Bentuk susunan kawat.

Tugas Teknik Tegangan Tinggi – Chandra Prayoga 20181330095 2


Efek Corona Pada Saluran Transmisi - Ketika arus bolak balik (AC) mengaliri
konduktor dari sebuah saluran transmisi dengan jarak antara konduktor ke konduktor yang lain
lebih besar dibandingkan dengan diameter konduktor itu sendiri, maka udara di sekitar
konduktor yang terdiri dari ion-ion mengalami stres dielektrik.

Ketika tegangan pada saluran transmisi tersebut masih rendah, stres dielektrik yang
dialami oleh udara di sekeliling konduktor tersebut tidak cukup untuk mengionisasi udara di
sekitar konduktor. Tapi ketika tegangan pada saluran transmisi ditingkatkan melebihi nilai
ambang batas sekitar 30 kV yang dikenal sebagai titik critical disruptive voltage, maka udara
di sekitar konduktor mengalami stres cukup tinggi sehingga terjadi ionisasi terhadap ion-ion
yang dikandung di dalam udara tersebut.

Terjadinya ionisasi pada ion-ion diudara di sekitar konduktor akan menimbulkan


cahaya redup bersamaan dengan suara mendesis disertai dengan pembebasan ozon, yang
mudah diidentifikasi karena baunya yang khas.

Fenomena yang terjadi pada saluran transmisi tersebut dikenal sebagai efek corona
dalam sistem tenaga listrik. Jika tegangan pada saluran transmisi terus dinaikkan, intensitas
cahaya akibat timbulnya corona menjadi lebih tinggi dan suara mendesisi semakin jelas
terdengar. Efek coran ini dapat mengurangi effisiensi pada saluran transmisi terutama pada
saluran EHV (Extra High Voltage).

Dari penjelasan diatas, terjadinya Efek Corona pada saluran transmisi dipengaruhi
beberapa factors ebagai berikut, yaitu:

1) Kondisi Fisik Saluran Transmisi Adanya kotoran atau kekasaran konduktor


mengurangi tegangan rusaknya kritis, membuat konduktor lebih rentan terhadap
kerugian korona. Oleh karena itu di sebagian besar kota dan daerah industri
yang memiliki polusi yang tinggi, faktor ini sangat penting wajar untuk
melawan efek buruk itu pada sistem.
2) Jarak antar konduktor, harus cukup besar dibandingkan dengan diameter garis.
3) Keadaan Atsmosfir, Efek korona di saluran transmisi terjadi karena ionisasi
udara atmosfir yang mengelilingi kabel, hal ini terutama dipengaruhi oleh
kondisi kabel serta keadaan fisik atmosfer.
4) Tingginya tegangan pada saluran transmisi, Efek corona mulai timbul pada
tegangan kritis 30 kV, dan terus meningkat seiring dengan tegangan yang
diterapkan pada saluran transmisi tersebut.

Tugas Teknik Tegangan Tinggi – Chandra Prayoga 20181330095 3


Untuk mengurangi rugi-rugi (inefisiensi) pada saluran transmisi akibat efek korona,
maka suatu rancangan saluran transmisi harus mempertimbangkan keempat faktor diatas.

2. Gejala Audible Noise (AN) dan Radio Interferensi (RI)

Audible noise adalah bunyi yang kontinyu baik yang merata, tak teratur serta tidak nyaman
didengar oleh rasa pendengaran manusia normal yang disebabkan karena suara mesin industri,
transportasi maupun suara akibat korona pada saluran transmisi. Tingkat AN diukur dalam
satuan dBA yang sesuai dengan satuan pendengaran manusia. Batas AN menurut kriteria Perry
berdasarkan tingkat ketidaknyamanan masyarakat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1) Tanpa teguran : AN < 52,5 dBA


2) Teguran sedang : 52,5 dBA < AN < 59 dBA
3) Banyak teguran : AN > 59 dBA

Secara khusus PT. PLN tidak mengeluarkan peraturan khusus mengenai besar AN pada
saluran transmisi. Namun, pada SPLN 46-1 tahun 1981 tentang pembatasan tingkat bising
dapat dijadikan salah satu acuan tentang tingkat bising.

Tugas Teknik Tegangan Tinggi – Chandra Prayoga 20181330095 4


3. Gejala Partial Discaharge

Partial discharge (peluahan parsial) adalah peristiwa pelepasan/ loncatan bunga api listrik
yang terjadi pada suatu bagian isolasi (pada rongga dalam atau permukaan) sebagai akibat
adanya beda potensial yang tinggi dalam isolasi tersebut. Partial discharge dapat terjadi pada
bahan isolasi cair maupun isolasi gas. Mekanisme kegagalan pada bahan isolasi padat meliputi
kegagalan asasi (intrinsik), elektro mekanik, streamer, thermal dan kegagalan erosi. Kegagalan
pada bahan isolasi cair disebabkan adanya kavitasi, adanya butiran pada zat cair dan
tercampurnya bahan isolasi cair. Pada bahan isolasi gas mekanisme townsend dan mekanisme
streamer merupakan penyebab kegagalan.

Pengukuran partial discharge pada peralatan tegangan tinggi merupakan hal yang sangat
penting karena dari data data yang diperoleh dan interpretasinya dapat ditentukan reability
suatu peralatan yang disebabkan oleh penuaan (agging) dan resiko kegagalan dapat dianalisa.
Spesifikasi pengujian partial discharge tergantung pada tipe peralatan tes dan bahan isolasi
yang digunakan pada proses konstruksi suatu peralatan.

Adanya partial discharge di dalam bahan isolasi dapat ditentukan dengan tiga metode
yaitu :

1) Dengan pengukuran tegangan pada objek


2) Dengan pengukuran arus di dalam rangkain luar
3) Mengukur intensitas radiasi gelombang elektromagnetik yang disebabkan karena
adanya partial discharge.

Berikut contoh gambar indikasi adanya Partial Discharge

Gambar 1. Partial Discharge

Tugas Teknik Tegangan Tinggi – Chandra Prayoga 20181330095 5


Peluahan sebagian atau partial discharge yang disingkat PD adalah peluahan listrik lokal
yang hanya menjembatani sebagian isolasi di antara konduktor dan yang mungkin terjadi dekat
dengan konduktor.

Aktivitas PD disebabkan oleh cacat dalam bentuk void (rongga), ketidakmurnian dan
tonjolan atau permukaan yang runcing antara lapisan konduktor dan isolasi. PD dapat
digambarkan sebagai pulsa listrik atau peluahan pada suatu rongga berisi gas atau pada sebuah
permukaan dielektrik dari sistem isolasi cair, padat maupun gas. Peluahan ini hanya
menjembatani secara sebagian celah antara isolasi fasa ke ground atau isolasi antara fasa ke
fasa.

Ketika pulsa PD timbul, terdapat aliran elektron yang sangat cepat antara satu sisi void
yang berisi gas ke sisi lainnya. Pulsa PD ini mempunyai rise time sekitar 1 ns dan berdurasi
hingga ratusan ns. PD ini merupakan busur api yang cukup kecil yang terjadi dalam sistem
isolasi, karena itu menjadi makin buruknya isolasi dan sering kali menghasilkan kegagalan
isolasi sempurna.

Tugas Teknik Tegangan Tinggi – Chandra Prayoga 20181330095 6


B. Mengatasi Gejala-Gejala pada Sistem Tegangan Tinggi / Ekstra Tinggi
1. Mengatasi Gejala Corona

Faktor-faktor yang mempengaruhi korona yaitu:

a. Penampang kawat konduktor, korona akan tampak pada kawat yang mempunyai
penampang kasar, kusam atau kotor
b. Jenis kawat yang memiliki karakteristik tertentu. Yang mempengaruhi timbulnya
gejala korona
c. Kondisi permukaan konduktor
d. Kondisi cuaca sekitar, seperti hujan, kabut, dll
e. Medan listrik bumi yang mempunyai medan listrik yang besar kecilnya bergantung
pada medan listrik bumi.

Dengan mengacu pada faktor-faktor penyebab munculnya corona, maka cara-cara yang
dapat dilakukan untuk mengatasinya yaitu adalah :

1. Memperhitungkan luas penampang konduktor untuk suatu jaringan listrik tegangan


tinggi sesuai standar yang berlaku baik itu standar PLN atau standar lain yang terkait.
2. Melakukan pengecekan rutin pada daerah dengan tingkat polusi tinggi serta melakukan
pemeliharaan pada peralatan tegangan tinggi seperti tranformator serta isolator.
3. Melakukan pengecekan adanya corona menggunakan kamera DayCor atau sejenisnya
untuk mengetahui tingkat/volume corona pada suatu peralatan.

2. Mengatasi Gejala Radio Interferensi dan Audoble Noise


Gangguan radio (interference radio) yaitu Implikasi dari gejala korona adalah timbulnya
gangguan pada radio. Adanya frekuensi harmonisa dengan amplitude yang besar di saluran
tegangan tinggi akan mempengaruhi komunikasi radio dan televise, karena saluran akan
berfungsi sebagai pemancar dengan frekuensi-frekuensi harmonisa. Gangguan ini harus
ditekan dengan filter harmonisa sehingga harmonisa tersaring.

3. Mengatasi Partial Discharge


Sama halnya dengan corona, cara mengatasi partial discharge pada peralatan tegangan
tinggi adalah dengan melakukan visual inspection rutin dengan mempertimbangkan
lingkungan dan umur dari suatu peralatan. Selain melakukan visual inspection kita juga

Tugas Teknik Tegangan Tinggi – Chandra Prayoga 20181330095 7


dapat mengetahui adanya suatu partial discharge pada peralatan dengan melakukan
pengujian menggunakan alat uji PD.

Pengukuran Partial Discharge pada isolasi kabel 150 KV


Salah satu cara mengamati kondisi pada kabel 150 KV yaitu dengan Pengukuran Partial
Discharge pada isolasi kabel 150 kV. Fenomena tegangan tinggi / PD (ledakan kecil yang
memancarkan sinyal RF,Radio Frekuennsi / elektromagnetik) pada isolasi kabel
bagaimanapun tetap terjadi dengan intensitas yang berbeda pada tiap kabelnya. Hal ini
perlu kita waspadai jika intensitas PD sudah terlalu berlebihan. Pengukuran PD pada isolasi
kabel 150 KV ini menggunakan sensor CT Frekuensi tinggi / HFCT. Sensor CT Frekuensi
tinggi / HFCT tersebut dijepitkan pada grounding terminasi kabel secara langsung, Sensor
dipasang pada masing-masing fasa dan dihubungkan pada alat Analyser.

Alat pengukuran
Proses intepretasi hasil pembacaan dapat dilakukan baik secara langsung pada alat analyzer
maupun pada komputer dan ditampilkan secara bersamaan untuk ketiga fasa tersebut secara
realtime dalam bentuk grafis guna keperluan analisa . Time relation (TR) dipergunakan
untuk melihat apakah PD yang terdeteksi di setiap fasanya adalah sinyal cross talk antar
fasa atau individual. Pattern analysis kemudian menentukan PD adalah bersumber dari
isolasi internal atau eksternal.

Pengukuran Partial Discharge Pada Transformator


Pengukuran Partial Dsicharge (PD) secara on line (beroperasi) bertujuan untuk mengetahui
kondisi isolasi peralatan dengan analisa untuk mengidentifikasi dan mengukur besarannya.
Dengan pengukuran PD dapat diketahui gejala penurunan kemampuan dan kerusakan
isolasi sebelum mengalami breakdown.

Pengukuran PD secara online pada transformator lebih menggambarkan keadaan


sebenarnya dengan adanya stress tegangan, beban kerja peralatan, suhu dan pengaruh
getaran mekanis misalnya getaran inti besi dan kemungkinan lainnya, misalnya corona
permukaan, tingkat kekotoran debu, dan korosi.

Pengukuran PD pada transformator menggunakan sensor akustik dan elektrik secara


bersamaan. Sensor acoustic Emission / AE menangkap sinyal yang merambat pada dinding

Tugas Teknik Tegangan Tinggi – Chandra Prayoga 20181330095 8


logam, pada saat yang bersamaan komponen arus PD mengalir menuju bumi (earthing).
Komponen arus ini disadap melalui High Frequency Current Transformer, HFCT dan
dianalisa dengan mengamati kesamaan waktunya dengan sinyal akustik.

Kategori menentukan interval waktu antar gelombang yang dipakai sebagai referensi:
OK : ≥ 5 ms
Monitor : 2 ms ≤ T int ≤ 5 ms
Attention : 2 ms

Interpretasi hasil pengukuran PD akustik dan elektris dapat diperkuat dengan dukungan
hasil pengujian kandungan gas / DGA test pada transformator yang diukur. Indikasi
kandungan gas tertentu menunjukkan adanya aktifitas partial discharge, arcing ataupun
corona.

Jika didapat temuan kerusakan isolasi pada terminasi kabel 150 KV ataupun pada
transformator, maka untuk mendapatkan Akurasi lebih pengukuran Partial Discharge pada
Isolasi Kabel 150 KV dan Transformator perlu dilakukan pembanding menggunakan
metode ataupun alat lainnya. Sebagai contoh hasil pengukuran PD pada transformator
untuk mengetahui kondisi isolasinya jika terdapat temuan bisa dibandingkan dengan
pengukuran tan delta.

Tugas Teknik Tegangan Tinggi – Chandra Prayoga 20181330095 9

Anda mungkin juga menyukai