ABSTRAK
Kontruksi transmisi terdiri dari dua yaitu Saluran Udara dan Saluran Kabel. Pada
Sistem transmisi saluran udara tak lepas dari gangguan. Baik gangguan eksternal maupun
gangguan internal. Gangguan eksternal dapat disebabkan oleh factor iklim dan curah hujan
yang mempengaruhi keadaan fisik konduktor. Korona adalah pelepasan muatan listrik parsial
dan permulaan terjadinya tergantung pada kerapatan gas disekitar konduktor, yang
dipengaruhi oleh tekanan sekitar dan suhu. Selama waktu gangguan, konduktor berjalan pada
suhu di atas normal. Lapisan udara yang berdekatan dengan konduktor juga semakin tinggi
suhunya. Korona berupa perpendaran cahaya diseputaran konduktor akibat terjadinya suatu
pelepasan muatan yang bermula pada suatu permukaan saluran bila nilai kuat medan listrik
pada permukaan saluran itu melampaui nilai kuat medan udara disekitar. Selain suhu tinggi,
korona akan mengakibatkan banyak hal buruk dalam suatu system transmisi tenaga listrik.
Korona dapat menimbulkan rugi – rugi daya korona yang berbanding lurus dengan panjang
suatu saluran transmisi. Dalam paper ini, karakteristik, proses terjadinya korona, penyebab,
dan dampaknya akan diteliti dan dianalisa lebih dalam secara teori. Penyelesaian akan
masalah korona juga akan dilampirkan didalam paper ini.
Kata Kunci : Korona, Konduktor,Saluran Transmisi, Medan Listrik, Rugi-Rugi Daya.
I. PENDAHULUAN
Corona Discharge adalah pelepasan energy listrik yang disebabkan oleh ionisasi
udara di sekitar konduktor yang bermuatan listrik. Ketika dalam sistem isolasi, gradien
tegangan melebihi critical voltage-nya, molekul udara yang mengelilingi konduktor saluran
transmisi tegangan tinggi menjadi terionisasi (ionisasi gas transien) yang menghasilkan
pelepasan sebagian (partial discharge).
Gambar 1. Grafik Gradien Tegangan (Medan Listrik) Terhadap Rugi-Rugi Daya Akibat
Corona.
Corona Loss adalah kerugian daya dari Corona Discharge yang terjadi pada saluran
transmisi atau tegangan tinggi. Jika tegangan saluran ke saluran melebihi tegangan threshold
corona. Daerah konduktif tidak cukup tinggi untuk menyebabkan kerusakan elektrik atau
menimbulkan percikan api ke objek terdekat [1]. Corona dapat terjadi dalam ruang kosong
dari isolator, pada konduktor atau pada antarmuka isolator.
Permukaan konduktor yang kasar lebih rentan terhadap corona karena ketidakrataan
permukaan menurunkan nilai tegangan tembus. Corona Loss dapat dideteksi karena cahaya
yang terlihat dalam bentuk cahaya ungu yang terdiri dari micro arcs dan suaranya dapat
didengar melalui suara desis dan retaknya [2]. Di udara, corona menghasilkan gas seperti
ozon (O3) dan nitrat oksida (NO), dan juga dapat menimbulkan nitrogen dioksida (NO2) juga
asam nitrat (HNO3) jika ada uap air [3]. Gas-gas ini bersifat korosif dan dapat menurunkan
kemampuan dari bahan-bahan di sekitarnya, dan juga beracun bagi manusia dan lingkungan.
Efek korona bersifat kumulatif dan permanen dan kegagalan dapat terjadi tanpa adanya
peringatan.
Dalam sistem isolasi, Corona Loss menghasilkan transien tegangan. Efek corona
yang terkait dengan pengoperasian saluran transmisi tegangan tinggi termasuk gangguan
radio, kebisingan yang dapat didengar, limbah gas (Ozon dan Nitrogen oksida) dan potensi
kejut. Tegangan, diameter dan bentuk konduktor, debu, tetesan air, dan penyimpangan
permukaan seperti goresan merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja dan gradien
permukaan listrik konduktor. Hilangnya energi karena korona diubah menjadi suara, suara
radio, reaksi kimia dari komponen udara dan panas [4].
Corona Loss seringkali dapat ditekan oleh insulasi yang lebih baik, cincin corona,
dan membuat elektroda tegangan tinggi dalam bentuk bulat halus. Contohnya adalah isolasi
berkualitas tinggi dan desain layanan yang baik kabel bawah tanah pada saluran transmisi
tinggi dapat membantu menghilangkan kerugian akibat efek corona. Keuntungan dari corona
adalah bahwa suara yang dihasilkan selama aktivitas corona dapat digunakan untuk
membangun speaker audio dengan akurasi tinggi dan juga tidak memiliki massa untuk
dipindahkan untuk membuat suara sehingga respon sementara ditingkatkan. Corona
discharge terkontrol digunakan dalam berbagai proses seperti penyaringan udara, mesin
fotokopi, dan generator ozon.
5. Banyak ion terbentuk di dalam rangkaian longsoran ini (yang berlainan antara korona
positif dengan negatif) ditarik ke elektrode tak melengkung, melengkapi sirkuit dan
mempertahankan aliran arus.
Faktor yang menyebabkan terjadinya Korona adalah tegangan saluran, kondisi atmosfer,
Ukuran dan Kondisi permukaan konduktor.
a. Tegangan Saluran
Tegangan saluran pada sistem transmisi memiliki bagian dalam terjadinya proses
Korona. Tegangan saluran yang tinggi akan mengakibatkan naiknya nilai kuat medan
listrik yang terjadi disekitar saluran transmisi. Medan listrik yang ada disekitar saluran
transmisi mendorong terjadinya ionisasi di permukaan konduktor. Dengan semakin
naiknya nilai kuat medan listrik pada konduktor, maka proses ionisasi akan semakin
cepat berlangsung. Proses ionisasi yang semakin cepat berlangsung akan mempercepat
peristiwa korona untuk terjadi. Corona akan timbul pada saat tegangan yang mengalir
pada saluran lebih tinggi daripada disruptive critical voltage. Disruptive critical voltage
pada gambar 4 adalah 55.98kV ke Netral (Line to line voltage-96.96kV). Semakin tinggi
tegangan suplai, semakin besar kerugian corona.
b. Frekuensi Supply
Kekuatan tembus udara berbanding lurus dengan nilai kerapatan udara. Apabila
kekuatan tembus udara semakin besar, makan peristiwa korona akan semakin sulit
terjadi. Sebaliknya, apabila suhu mengalami kenaikan, faktor kerapatan udara akan
semakin kecil, maka kekuatan tembus udara juga akan semakin kecil. Maka dari itu,
gangguan corona ini akan membesar. Pengaruh dari suhu ke gangguan corona adalah
sebagai berikut.
(a) (b)
(c)
Gambar 6. (a) Gangguan Corona Pada Konduktor Aluminium 38.2 kV Pada Suhu 60℃
(b) Gangguan Corona Pada Konduktor Aluminium 38.2 kV Pada Suhu 45℃
(c) Gangguan Corona Pada Konduktor Aluminium 38.2 kV Pada Suhu 33℃
Gambar 8. Keadaan Konduktor yang Telah Berusia 12, 15, dan 20 Tahun
Gambar 9. Energy-dispersive X-ray Spectrums of Aged and New Strands from the
Conductor
e. Jenis Konduktor
Konduktor dengan inti besi, aluminium, dan juga tembaga menentukan besar
kecilnya gangguan korona ini. Akan tetapi dari sejumlah penelitian, konduktor dengan
inti tembaga merupakan jenis konduktor terbaik untuk memperkecil gangguan korona
ini.
Tabel 2. Pengaruh Jenis Konduktor dan Jari-Jari Konduktor
Terhadap Corona Loss
g. Munculnya Tegangan Awal Korona yang lebih besar dari Corona Critical Voltage
Tegangan awal corona lebih besar dari Corona Critical Voltage karena
pembentukannya melibatkan ionisasi dan peningkatan elektron ke keadaan tereksitasi.
Eksitasi ini menghasilkan cahaya melalui pelepasan dan gelombang elektromagnetik
lainnya [8, 9,10]. Gambar dibawah ini menunjukkan grafik perbandingan dari tegangan
awal korona dan disruptive critical voltage terhadap jari-jari konduktor. Jari-jari
konduktor berbanding lurus dengan tegangan awal korona dan disruptive critical
voltage.
h. Kondisi Iklim/Cuaca.
Kondisi curah hujan dan cuaca yang cerah juga mempengaruhi timbulnya
gangguan korona ini. Jika curah hujan tinggi, maka konduktor akan cepat mengalami
korosi atau kerusakan pada fisiknya. Hal ini menyebabkan gangguan korona akan
timbul. Dalam keadaan udara lembab karena cuaca, korona menghasilkan asam nitrogen
(nitrous acid), yang menyebabkan kawat menjadi berkarat dan menyebabkan kehilangan
daya cukup besar.
K R VL 2
Pufw = δ (f+25) √d ( − Edev ) L× 10−5 kW/km/phase (1)
√ 3
Faktor koreksi kepadatan udara yang dinormalisasi, δ adalah 1 pada 25°C pada
tekanan 76 cm. Tabel 1 menunjukkan sampel perhitungan kerugian korona berdasarkan
rumus Peek. Saat cuaca badai (curah hujan tinggi), the disruptive critical voltage (Edcv)
dianggap 0,8 kali dari nilai cuaca cerah. Jika rasio tegangan fase dengan disruptive
critical voltage kurang dari 1,8, rumus Peterson [6] digunakan untuk menentukan
Corona Loss. Ini diberikan sebagai berikut :
21×10−6 ×𝑓𝑉 2
𝑃𝑝𝑒𝑡 = 𝑑 (2)
(𝑙𝑜𝑔10 )2
𝑅
Dimana,
gv = Medan listrik visual kritis (kV/cm), gradien pada medan listrik untuk
mempengaruhi collision pada molekul bebas disekitar penghantar
𝛿 = faktor densitas
g 0 adalah kemampuan udara untuk menahan tegangan kerja, sebagai acuan untuk
gradien potensial, tegangan tembus dapat digunakan untuk mencari gradien visual pengrusak
yang digunakan untuk mencari tegangan pemunculan korona, dimana korona akan muncul
apabila tegangan kerja sistem (E) melebihi tegangan pemunculan korona(Ev). Untuk rugi –
rugi daya yang didapat dari korona adalah :
𝑟
Ploss = 241 × (f + 25) × √ 𝑠 × (En – Ev )2 2 × 10−5 (6)
Dimana,
Dimana:
Dimana:
ea = kelembaban aktual atau tekanan uap air parsial / tekanan parsial uap air jenuh
es = kapasitas udara untuk menampung uap air/tekanan uap jenuh / tekanan saturasi
Massa jenis udara relatif adalah perbandingan antara massa jenis udara standar dan
massa jenis udara jenuh sehingga,
ρ (uap air jenuh) = masa jenis uap air jenuh dalam udara (kg/cm3 )
ρ (udara standar) = masa jenis udara standar (1,2 kg/cm3 pada 760 mmhg 270C)
Itu sebabnya mengapa pada penangkap petir konduktor ujungnya dibuat meruncing.
Bentuk permukaan dan kondisi dari konduktor juga mempengaruhi pembentukan korona.
Pada permukaan yang tidak rata dan kotor akan mengurangi nilai dari tegangan kegagalan
awal korona sehingga korona dapat terjadi pada tegangan yang lebih rendah. Ini dikarenakan
medan listrik pada permukaan yang kasar akan lebih besar dibandingkan dengan konduktor
yang memiliki permukaanyang halus. Sehingga pada permukaan kasar korona yang terjadi
lebih besar dibandingkan kawat halus. Untuk kawat transmisi terdapat suatu faktor yang
dinamakan faktor ketidakteraturan (m0). Maksudnya merupakan ketidakteraturan dari
bentuk permukaan kawat. Dalam kondisi normal faktor permukaan kawat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hubungan Kondisi Permukaan Kawat Dengan Nilai 𝒎𝟎
III. SOLUSI GANGGUAN CORONA
1. Penggunaan konduktor bundel mengurangi Corona Loss.
2. Jarak antar konduktor dihitung dan dipilih yang paling tepat sehingga corona dapat
ditoleransi
3. Karena bentuk konduktor mempengaruhi kehilangan korona, konduktor bentuk
silinder memiliki bidang seragam yang mengurangi kehilangan korona dibandingkan
bentuk lainnya.
4. Tekanan tegangan (Voltage Stress) dan gradien medan listrik harus diminimalkan
yang dapat dicapai dengan menggunakan praktik desain tegangan tinggi yang baik.
5. Menggunakan konduktor dengan diameter besar mengurangi Corona Loss.
6. Konduktor dan insulator solid bebas kekosongan (Void free solid conductors and
insulators) harus digunakan
7. Pembentukan corona dapat ditekan, jika terminal pada peralatan bertegangan tinggi
dirancang dengan bentuk bundar diameter bulat halus seperti bola dan penambahan
cincin corona ke isolator jalur transmisi tegangan tinggi
IV. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas mengenai gangguan corona, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Gangguan corona merupakan gangguan pada jaringan listrik bertegangan tinggi,
seperti padan system HV (High Voltage), EHV (Extra High Voltage), maupun UHV
(Ultra High Voltage).
2. Fenomena corona ditandai dengan munculnya cahaya berwarna ungu muda (violet),
suara bising, dan juga bau ozon pada peralatan dan konduktor di jaringan tegangan
tinggi.
3. Penyebab timbulnya gangguan corona ini bermacam-macam, seperti kondisi iklim,
kondisi fisik konduktor, diameter konduktor, jarak antar konduktor, dan masih
banyak lagi.
4. Dampak dari gangguan corona ini adalah menimbulkan rugi-rugi daya (power loss)
dan kerusakan pada konduktor, juga peralatan-peralatan disekitarnya. Gangguan
corona ini juga menghasilkan gas yang berbahaya bagi lingkungan sekitarnya.
5. Semakin tinggi tegangan pada saluran transmisi maka karakteristik dari corona akan
semakin jelas dan dapat menimbulkan busur api (mengeluarkan panas).
6. Untuk menghitung rugi-rugi daya yang disebabkan oleh Corona Loss pada cuaca
cerah, dapat digunakan Peek’s Formula sebagai berikut :
K R VL 2
Pufw = δ (f+25) √ d ( − Edev ) L× 10−5 kW/km/phase
√ 3
7. Faktor koreksi kepadatan udara yang dinormalisasi, δ adalah 1 pada 25°C pada
tekanan 76 cm.
8. Saat cuaca badai (curah hujan tinggi), the disruptive critical voltage (Edcv) dianggap
0,8 kali dari nilai cuaca cerah. Jika rasio tegangan fase dengan disruptive critical
voltage kurang dari 1,8, rumus Peterson [6] digunakan untuk menentukan Corona
Loss. Ini diberikan sebagai berikut :
21×10−6 ×𝑓𝑉 2
𝑃𝑝𝑒𝑡 = 𝑑
(𝑙𝑜𝑔10 )2
𝑅
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Wadwah C. L “Electric Power System,” chennai New Age International Publisher
Ltd. 2006
[2] Mehta V. K, Mehta R, “Principles of Power System,” S. Chand, New Delhi, 2004.
[3] Gupta B. R, “Power system analysis and design,” S. Chand, New Delhi, 2007.
[4] Curt Harting (2010). AC Transmission Line Losses.htm