Anda di halaman 1dari 15

FENOMENA KEGAGALAN ISOLASI ZAT

CAIR (MINYAK)

Dosen :

Ir. Yahya Chusna Arif, M.T.

Asisten :

Pak Bachtiar

Disusun oleh :

Ardhya Rahma Prinanda

D3K-PLN A

1303187005

TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

2019/2020
I. TUJUAN

Pembuatan paper ini bertujuan untuk beberapa hal berikut :

1. Mengetahui lebih lanjut pengertian dari fenomena kegagalan isolasi minyak.


2. Mengetahui mekanisme dari fenomena kegagalan isosali minyak.
3. Mengetahui kekuatan dielektrik isolator minyak.
4. Mengetahui sebab dan akibat dari fenomena kegagalan isolasi minyak.
5. Mengetahui kerugian dan keuntungan dari penggunaan isolator minyak.

II. PENDAHULUAN

Isolasi berfungsi untuk memisahkan bagian bagian yang mempunyai beda


tegangan agar diantara bagian-bagian tersebut tidak terjadi lompatan listrik (flash-
over) atau percikan (spark-over). Kegagalan isolasi pada peralatan tegangan tinggi
yang terjadi pada saat peralatan sedang beroperasi bisa menyebabkan kerusakan
alat sehingga kontinyuitas sistem menjadi terganggu. Dari beberapa kasus yang
terjadi menunjukkan bahwa kegagalan isolasi ini berkaitan dengan adanya partial
discharge. Partial discharge ini dapat terjadi pada material isolasi padat, material
ioslasi cair dan juga material isolasi gas.

Mekanisme kegagalan pada material isolasi cair disebabkan oleh adanya


kavitasi, adanya butiran pada zat cair dan tercampurnya material isolasi cair.
Kegagalan material isolasi cair (Minyak Transformator) akan dijelaskan lebih
lanjut.

Ada beberapa alasan mengapa isolasi cair digunakan, antara lain yang
pertama adalah isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan
dengan isolasi gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi
menurut hukum Paschen. Kedua isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang
akan diisolasi dan secara serentak melalui proses konversi menghilangkan panas
yang timbul akibat rugi energi. Ketiga isolasi cair cenderung dapat memperbaiki
diri sendiri (self-healing) jika terjadi pelepasan muatan (discharge). Namun
kekurangan utama isolasi cair adalah mudah terkontaminasi.

Beberapa macam faktor yang diperkirakan mempengaruhi kegagalan


minyak transformator seperti luas daerah elektroda, jarak celah (gap-spacing),
pendinginan, perawatan sebelum pemakaian (elektroda dan minyak ), pengaruh
kekuatan dielektrik dari minyak transformator yang diukur serta kondisi
pengujian atau minyak transformator itu sendiri juga mempengaruhi kekuatan
dielektrik minyak transformator.

Kegagalan isolasi (insulation breakdown, insulation failure) disebabkan


karena beberapa hal antara lain isolasi tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya
kekuatan dielektrik dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada
perinsipnya tegangan pada isolator merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress)
yang harus dilawan oleh gaya dalam isolator itu sendiri agar supaya isolator tidak
gagal. Dalam struktur molekul material isolasi, elektron-elektron terikat erat pada
molekulnya, dan ikatan ini mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang
disebabkan oleh adanya tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu tempat maka
sifat isolasi pada tempat itu hilang. Bila pada bahan isolasi tersebut diberikan
tegangan akan terjadi perpindahan elektron-elektron dari suatu molekul ke
molekul lainnya sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor. Karakteristik
isolator akan berubah bila material tersebut kemasukan suatu ketidakmurnian
(impurity) seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat
menurunkan tegangan gagal.

Gradien tegangan dv/dx yang melalui sebuah isolator tidak konstan


walaupun elektrodanya adalah pelat pelat sejajar, gradien tegangan paling curam
terjadi dekat kepingan-kepingan. Bila dimensinya besar dibandingkan dengan
jarak antara kedua pelat maka pada bagian tengah antara kedua pelat gradiennya
seragam.

III. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu fenomena kegagalan isolasi zat cair (minyak)?


2. Apa yang menyebabkan kegagalan isolasi zat cair (minyak)?
3. Bagaimana mekanisme fenomena kegagalan isolasi zat cair (minyak)?
4. Berapa kekuatan dielektrik dari isolasi zat cair (minyak)?
5. Apa saja keuntungan dan kerugian menggunakan isolasi zat cair (minyak)?

IV. DASAR TEORI

Kegagalan elektrik pada isolasi cair dipengaruhi oleh berbagai hal. Disamping
dipengaruhi oleh jenis zat dan besar tegangan yang dikenakan pada isolasi cair juga
dipengaruhi oleh bentuk, material, dan kesempurnaan penyelesaian elektrode. Tegangan
gagal isolasi cair sangat ditentukan oleh kandungan zat dan air serta ketidakmurnian
isolasi cair tersebut.

➢ MINYAK TRANSFORMATOR

Minyak trafo merupakan bahan isolasi cair, minyak ini secara luas
digunakan sebagai bahan dielektrik pada berta gai peralatan tenaga seperti
transformator, circuit breaker, switchgear, kabel daya, dsb. sebagai bahan
dielektrik minyak trafo dapat ber fungsi ganda. Fungsi utama adalah sebagai
media isolasi diantara bagian-bagi an yang rnengandung beda potensial agar tidak
terjadi lompatan listrik (flash-over) atau percikan api (spark-over), dan fungsi
lainnya sebagai media pendingin pada trafo, kabel daya, atau sebagai media
pemadam busur api pada circuit breaker.

Minyak trafo mineral tersusun atas senyawa utama hydrocarbon yang


terdiri atas senyawa hydrocarbon parafanik, senyawa hydrocarton naftenik dan
senyawa hydrocarbon aromatic. Selain ketiga senyawa itu masih mengandung
senyawa tambahan zat aditif yang kandungannya kecil yang berguna untuk
meningkatkan pengaruh oksidasi, penyerapan gas, dan sebagainya.

Saat digunakan, cairan dalam transformator mengalami pemanasan yang


berkepanjangan pada suhu tinggi sekitar 95°C, dan akibatnya mengalami proses
penuaan bertahap. Seiring waktu minyak menjadi lebih gelap karena pembentukan
asam dan resin, atau lumpur dalam cairan. Beberapa asam bersifat korosif
terhadap bahan isolasi padat dan bagian logam dalam transformator. Endapan
lumpur pada inti transformator, pada kumparan dan di dalam saluran minyak
mengurangi sirkulasi oli dan dengan demikian kemampuan perpindahan panasnya
akan sangat berkurang.
Tabel 1. Spesifikasi Beberapa Cairan Dielektrik

➢ FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN ISOLASI


MINYAK

Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme breakdown pada isolasi minyak


dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Luas daerah elektroda.

Pengaruh luas permukaan terhadap tegangan tembus adalah erat kaitanya


dengan rapat muatan, rapat muatan mempunyai persamaan umum yaitu :

𝑄
Rapat muatan = 𝐴

Dimana :
Q : Muatan
A : Luas Permukaan Konduktor

2. Jarak celah (gap spacing).


3. Pendinginan pada transformator.
4. Perawatan sebelum pemakaian (pada elektroda dan minyak).
5. Pengaruh kekuatan dielektrik dari minyak transformator yang diukur.
6. Kondisi pengujian atau minyak transformator itu sendiri.
7. Adanya partikel padat, uap air dan adanya gelembung gas.
8. Adanya bahan-bahan material lain yang terkandung dalam bahan isolasi cair
seperti oksigen, air, endapan, kotoran-kotoran hasil dekomposisi bahan padat.
➢ MEKANISME KEGAGALAN ISOLASI ZAT CAIR (MINYAK)

Jika suatu tegangan dikenakan terhadap dua elektroda yang dicelupkan


kedalam cairan (isolasi) maka terlihat adanya konduksi arus yang kecil. Jika
tegangan dinaikkan secara kontinyu maka pada titik kritis tertentu akan terjadi
lucutan diantara kedua elektroda. Lucutan dalam zat cair ini akan terdiri dari
unsur-unsur sebagai berikut :

1. Aliran listrik yang besarnya ditentukan oleh karakteristik rangkaian


2. Lintasan cahaya yang cerah dari elektroda yang satu ke elektroda yang lain.
3. Terjadi gelembung gas dan butir butir zat padat hasil dekomposisi zat cair
4. Terjadi lubang pada elektroda

a. Teori kegagalan Elektronik

Jika elektroda memiliki bagian permukaan tidak rata (ada yang


runcing) maka kuat medan yang terbesar terdapat pada bagian yang runcing
tersebut. Kuat maksimum ini akan mengeluarkan elektron e1 yang akan
memulai terbentuknya banjiran elektron. Elektron yang dihasilkan e1, e2, e3
dan en yang kemudian akan menyebabkan timbulnya arus konduksi dalam zat
cair pada kuat medan yang tinggi. Arus yang timbul mempunyai kerapatan
(Schottky) :

dimana :
J : kerapatan arus konduksi;
J1 : kerapatan arus termionik;
Ea : kuat medan yang diterapkan;
m : faktor ketidakrataan permukaan (=10 untuk permukaan halus)

Kondisi mulai terjadinya banjiran elektron, diperoleh dengan menyamakan


perolehsn energi oleh elektron yang menempuh lintasan rata-rata yaitu U1 =
F 𝜆 = e E 𝜆 , dengan energi untuk mengionisasi molekul U2 = C.h dimana

E : kuat medan yang diterapkan,


𝜆 : lintasan bebas rata rata,
h : catu (kuantum) energi yang diperlukan untuk mengionisasikan molekul
C : konstanta.
b. Kegagalan Gelembung atau Kavitasi Pada Zat Cair

Kegagalan gelembung atau kavitasi merupakan bentuk kegagalan


isolasi zat cair yang disebabkan oleh gelembung-gelembung gas didalamnya.
Sebab sebab timbulnya gelembung gas (Kao dan Krasucki) adalah :

o Permukaan elektroda tidak rata, sehingga terjadi kantong kantong udara


dipermukaannya
o Adanya tabrakan elektron sehingga terjadi produk-produk baru berupa
gas
o Penguapan cairan karena adanya lucutan pada bagian bagian elektroda
yang tajam dan tidak teratur
o Zat cair mengalami perubahan suhu dan tekanan

Medan listrik dalam gelembung gas yang ada dalam isolasi zat cair
adalah :

dimana e 1 adalah permitivitas zat cair dan E0 adalah medan listrik dalam zat
cair tanpa gelombung. Bila Eb sama dengan batas medan ionisasi gas, maka
akan terjadi lucutan pada gelombung. Hal ini akan mempercepat
pembentukan gas karena dekomposisi zat cair dan dapat mengakibatkan
kegagalan isolasi. Bentuk pengaruh medan terhadap gelembung udara
ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh Medan terhadap gelembung udara.

Karena pengaruh medan yang kuat diantara elekroda maka gelobung


gelombung udara dalam cairan tersebut akan berubah menjadi memanjang
searah dengan medan. gelembung gelembung tersebut akan saling sambung
menyambung dan membentuk jembatan yang akhirnya akan mengawali
terjadinya kegagalan seperti dalam gambar :
Gambar 2. Kekuatan gagal medan gelombung.

Kekuatan gagal medan gelembung adalah :

dimana 𝜀1 1 dan 𝜀2 adalah permitivitas zat cair dan permitivitas gelembung, r


jari jari awal gelembung (dianggap bola), Vb jatuh tegangan dalam
gelembung dan adalah gaya tegang (tension) permukaan zat cair.

c. Kegagalan Bola Cair dalam Zat Cair

Jika suatu zat isolasi cair mengandung sebuah bola cair atau jenis
cairan lain, maka dapat terjadi kegagalan akibat ketidakstabilan bola cair
tersebut dalam medan listrik. Bola cair yang dikenai medan E akan beruabah
bentuk menjadi sferoida seperti ditunjukkan dalam gambar berikut dengan
medan di dalamnya sebesar E2, maka hubungan antara kedua medan adalah

dan

𝜀 1 permitivitas zat cair isolasi dan 𝜀 2 adalah permitivitas zat cair.

Gambar 3. Medan listrik bentuk sferoida

d. Kegagalan Butiran Padat dalam Zat Cair


Kegagalan ini disebabkan oleh adanya butiran (particle) didalam
bahan isolasi yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar di bawah. Besarnya gaya yang bekerja pada
butiran dalam medan tak homogen (Kok) :

dimana : R adalah jari jari butiran dan E adalah gradien tegangan

Gambar 4. Kegagalan Butiran Padat

Jika 𝜀 2 > 𝜀 1, maka arah gaya yang bekerja pada butiran searah dengan
tekanan listrik maksmum (FA) sehingga gaya akan mendorong butiran ke arah
bagian yang kuat dari medan. Jika 𝜀 2 < 𝜀 1, maka arah gaya berlawanan
dengan tekanan listrik maksimum (FB). Gaya F ini akan besar bila 𝜀 2 besar.
Untuk butiran penghantar 𝜀2 → ∞ sehingga F=1/2 R3 grad.E2.

Untuk medan yang seragam, medan poaling kuat ditempat yang


seragam, disini grad.E2 = 0. Oleh sebab itu butiran akan tertarik ke tempat
dimana medannya seragam. Akibatnya butiran akan sejajar diantara kedua
elektroda dan seolah olah membentuk jembatan yang mengawali terjadinya
kegagalan isolasi. Adanya butiran penghantar diantara elektroda akan
mengakibatkan pembesaran medan dalam zat cair didekat permukaan butiran.
Pembesaran medan ini ditentukan oleh bentuk butiran.

e. Kegagalan Campuran Zat Cair-Padat

Kegagalan isolasi cair-padat (isolasi kertas dicelup dalam minyak)


biasanya disebabkan oleh pemburukan. Pemburukan yang dapat
menyebabkan kegagalan isolasi cair-padat yaitu :

o Pemburukan karena pelepasan dalam (internal discharge)


o Pemburukan elektro-kimiawi

Jika campuran dielektrik zat cair-padat memiliki kekuatan gagal yang


berbeda beda maka jika tegangan listrik dinaikkan, akan terjadi kegagalan
pada zat yang paling lemah. Hal ini dapat mengakibatkan kegagalan parsial
(partial discharge). Pelepasan ini mengakibatkan pemburukan perlahan lahan
karena :

1. Disintegrasi dielektrik padat yang diakibatkan pemboman oleh elektron


dan ion yang dihasilkan.
2. Aksi kimiawi pada dielektrik karena ionisasi gas
3. Suhu tinggi di daerah pelepasan.

Pemburukan elektro-kimiawi terjadi karena ion-ion yang dibebaskan


oleh arus pada elektroda bisa menyebabkan kerusakan. Derajat kerusakan
yang terjadi tergantung pada sifat ion yang terbawa dan reaksi kimia dengan
ionisasi. Kerusakan bisa terjadi pada tegangan DC maupun AC.

➢ KEKUATAN DIELEKTRIK

Dari semua teori yang membahas tentang kegagalan zat cair tidak
memperhitungkan hubungan antara panjang ruang celah (sela) dengan kekuatan
peristiwa kegagalan. Semuanya hanya membahas tentang kekuatan kegagalan
maksimum yang dicapai. Namun dari semua teori diatas dapat ditarik suatu
persamaan baru yang berisi komponen panjang ruang celah dan komponen kekuatan
peristiwa kegagalan pada benda cair, yaitu :

Kekuatan dielektrik = 𝑉𝑏 = 𝐴𝑑𝑛

dimana:
d : panjang ruang celah
A : konstanta
n : juga konstanta yang nilainya < 1

➢ KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MENGGUNAKAN ISOLASI MINYAK

Keuntungan pemakaian isolasi minyak adalah :

1. Memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas
sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi.
2. Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak
melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi.
3. Isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi
pelepasan muatan (discharge).

Kerugian :

1. Mudah terkontaminasi partikel-partikel yang menyebabkan degradasi kekuatan


dielektriknya.

V. PEMBAHASAN

Pada pengujian pertama ini akan diuji pengaruh jumlah bahan kontaminan
terhadap tegangan tembus minyak trafo Pada pengujian ini suhu minyak 29°C,
lebar sela bola 5 cm, volurne minyak 140 ml, dan diameter bola 2,5 cm.. Bahan
kontaminan padat dengan berat I grarn dicampurkan munyak isokasi tersebut,
untuk dilakukan pengujian. Selanjutnya pengujian dilakukan kernbali untuk setiap
kenaikan I gram bahan kontaminan. Hasil pengujian ditunjukkan dalarn gambar 5
dibawah ini.

Gambar 5. Grafik tegangan tembus minyak terhaadap berat bahan kontaminan.

Berdasarkan gambar 5 tersebut dapat diamati, bahwa tegangan gagal


isolator minyak cenderung menurun seiring dengan bertambahnya jumlah bahan
kontaminan. Penurunan tegangan gagal ini disebabkan karena paftikelpartikel
memiliki permitivitas yang lebih besar dari permitivitas zat cair, suatu gaya akan
terjadi pada partikel yang mengarahkannya ke daerah yang memiliki tekanan
elektrik maksimum diantara kedua elektroda.

Semakin banyak partikel (kontaminan) yang diberikan maka tegangan


gagal yang dihasilkan semakin kecil, hal ini diakibatkan butiran-butiran partikel
tersebut akan sejajar diantara kedua elektroda sebagai jembatan yang mengawali
terjadinya tegangan gagal (breakdown) isolator. Karena partikel yang digunakan
dalam pengujian tersebut lembab maka gaya ini makin kuat karena permitivitas
air tinggi . Partikel yang lain akan tertarik ke daerah yang bertekanan tinggi hingga
paftikel partikel tersebut bertautan satu dengan lainnya karena adanya medan. Hal
ini menyebabkan terbentuknya jembatan hubung singkat antara kedua elektroda
sehingga mengakibatkan tegangan gagal (breakdown).

Pada pengujian kedua, Pengujian tegangan tembus pada isolasi minyak


trafo dilakukan pada kondisi temperatur 30°C. Dengan menggunakan 2 jenis
minyak trafo yaitu minyak trafo baru dan minyak trafo bekas.

Tabel 2. Tegangan tembus isolasi minyak trafo baru

Gambar 6 memperlihatkan besarnya tegangan tembus sebagai fungsi sela


hasil pengujian pada temperatur 30°C pada media isolasi minyak baru dan minyak
bekas.

Gambar 6. Grafik tegangan tembus temperatur 30°C.

Berdasarkan gambar 6 dapat diketahui bahwa tegangan tembus pada


isolasi minyak baru lebih besar dibandingkan dengan isolasi minyak bekas. Hal
ini disebabkan karena pada minyak bekas terdapat kandungan partikel-partikel
dan uap air yang menyebabkan ketidakmurnian pada minyak. Apabila jumlah
partikel yang melayang pada minyak sangat banyak, partikel-partikel tersebut
akan membentuk semacam jembatan yang menghubungkan kedua elektroda
sehingga mengakibatkan terjadinya peristiwa kegagalan. Namun bila hanya
terdapat sebuah partikel, partikel tersebut akan membuat perluasan area medan
(local field enhancement) yang luasnya ditentukan oleh bentuk partikel itu sendiri.

Jika perluasan area medan ini melebihi ketahanan benda cair, maka
terjadilah peristiwa kegagalan setempat (local breakdown) yaitu terjadi di dekat
partikel-partikel asing tersebut. Hal ini akan membuat terbentuknya gelembung-
gelembung gas yang pada akhirnya juga menyebabkan peristiwa kegagalan pada
minyak tersebut. Pada minyak bekas cenderung memiliki kadar uap air yang lebih
besar daripada minyak baru. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada saat
medan listrik yang tinggi, molekul uap air yang terlarut

Pengujian selanjutnya adalah membandingkan tegangan tembus isolasi


udara dibandingkan dengan tegangan tembus isolasi minyak. Gambar 7
memperlihatkan grafik karakteristik tegangan tembus isolasi udara dan minyak
sebagai fungsi jarak sela, hasil pengujian pada kondisi ruang (30°C).

Gambar 7. Grafik perbandingan tegangan tembus pada keadaan ruang.

Berdasarkan gambar 7 dapat diketahui bahwa tegangan tembus pada


minyak lebih besar dibandingkan dengan udara. Hal ini disebabkan karena
kekuatan dielektrik minyak lebih besar daripada udara, kar ena permitivitas relatif
minyak lebih tinggi daripada permitivitas relaitif udara (𝜀𝑟 minyak = 2.3
sedangkan 𝜀𝑟 udara = 1). Hal ini berarti bahwa media isolasi minyak lebih baik
daripada media isolasi udara jika digunakan dalam peralatan tegangan tinggi.

Pengujian selanjutnya adalah membandingkan tegangan tembus isolasi


minyak dengan suhu. Gambar 8 memperlihatkan grafik karakteristik tegangan
tembus isolasi udara dan minyak sebagai fungsi jarak sela, hasil pengujian pada
suhu 10°C , 30°C, 50°C.

Gambar 8. Grafik tegangan tembus pada isolasi minyak bekas dengan polaritas
elektroda jarum sebagai fasa.

Berdasarkan gambar 8, dapat diketahui bahwa tegangan tembus pada


isolasi minyak cenderung mengalami peningkatan seiring bertambahnya jarak
sela. Pada ketiga kondisi temperatur terlihat bahwa kondisi temperatur 30°C pada
jarak yang sama memiliki tegangan tembus yang lebih besar daripada temperatur
10°C dan lebih kecil daripada temperatur 50°C.

Minyak yang tadinya dalam kondisi temperatur ruang kemudian diberi es


beku pada sisi luar penampung dengan maksud mengkondisikan minyak sampai
10°C. Pada saat minyak menyesuaikan suhu es secara perlahan maka minyak juga
mengalami stres penekanan dingin maka viskositas naik karena pengaruh suhu
10°C jika dikenai tegangan, pada elektron-elektron yang bebas akan
mempermudah terbentuk suatu kanal, kanal ini akan mempermudah terjadi break
down, faktor lain yang mempengaruhi terjadi breakdown juga adanya
pembentukan gelembung udara.

Dalam temperatur ruang (30°C) viskositas minyak standar. Tegangan


tembus dipengaruhi oleh penerapan tegangan pada elektroda. Pada temperature
50°C, minyak dipanaskan hingga temperatur lebih tinggi, karena panas
bersirkulasi dengan baik maka sehingga molekul minyak selalu bergerak karena
dia berusaha melepaskan panas minyak. Jika dia dikenai tengangan maka
walaupun ada elektron yang telah terbebas, karena minyak bersirkulasi terus
sehingga mempersulit pertumbuhan kanal electron.
VI. KESIMPULAN

1. Tegangan tembus pada isolasi minyak cenderung meningkat seiring


pertambahan jarak sela elektroda, semakin besar jarak sela elektroda maka
tegangan tembusnya akan semakin besar juga. Hal ini sesuai dengan teori
yang ada mengenai pengaruh jarak sela.
2. Terlihat dari data minyak trafo baru dan bekas dengan parameter yang sama
maka tegangan gagal minyak baru lebih besar dibanding minyak bekas karena
minyak bekas mengalami ketidak murnian sewaktu dalam pemakaian.
3. Tegangan tembus pada isolasi udara pada jarak sela yang sama lebih kecil
dibandingkan tegangan tembus pada isolasi minyak.
4. Variasi temperatur dari 10° C, 30° C, 50° C akan menjadikan tegangan tembus
minyak makin meningkat seiring meningkatnya temperature.

VII. RINGKASAN

Fenomena kegagalan isolasi zat cair (minyak) adalah keadaan dimana minyak
kehilangan kekuatan dielektriknya. Kehilangan kekuatan dielektrik ini terjadi karena
beberapa hal, yaitu luas daerah elektroda, jarak celah, pendinginan, perawatan sebelum
pemakaian, kondisi minyak tersebut baru atau lama, dan sebagainya. Mekanisme dari
kegagalan zat cair ini terdapat beberapa, diantaranya adalah teori kegagalan elektronik
(kegagalan yang disebabkan permukaan elektroda yang tidak rata), kegagalan gelembung
atau kavitasi pada zat cair (disebabkan oleh gelembung-gelembung gas didalamnya),
kegagalan bola cair (jika suatu zat isolasi cair mengandung sebuah bola cair atau jenis
cairan lain), kegagalan butiran padat (adanya butiran (particle) didalam bahan isolasi)),
kegagalan campuran zat cair-padat (disebabkan oleh pemburukan).

Isolasi cair memiliki kemampuan lebih baik dibandingkan isolasi gas. Hal ini
disebabkan kerapatannya 1000 kali atau lebih jika dibandingkan isolasi gas, sehingga
kekuatan dielektriknya lebih tinggi dibandingkan isolasi gas. Isolasi cair Selain itu, isolasi
cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan bersifat dapat memperbaiki
diri sendiri (self-healing) jika terjadi pelepasan muatan muatan (discharge). Namun,
kekurangan utamanya adalah isolasi cair mudah terkontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai